Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ORGANOGENESIS, MORFOGENESIS DAN

DIFERENSIASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Embriologi Hewan

Dosen Pembimbing : Sulistiyawati, S.Pd. I., M.Si

Disusun oleh :

1. Rizki Rahmawati (17106080003)


2. Risma Galih Iswanda (17106080008)
3. Nila Uyun Haqiqi (17106080014)
4. Ririn Krismiati (17106080019)
5. Agatha Yolanda C (17106080026)
6. Wahyu Priyambodo (17106080028)
7. Hania Bilqis (17106080034)
8. Linda Ayu Setiyani (17106080042)
9. Devi Zakiyatus Sholikhah (17106080047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan
nikmat kepada makhluk-Nya, sehingga atas kuasa-Nya penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Organogenesis, Morfogenesis, dan Diferensiasi”
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita semua Nabi
Muhammad SAW yang mana dengan perjuangan beliau kita dapat berada dalam cahaya
islam dan iman.
Kami menyadari bahwa tugas makalah ini tidak akan terlaksana tanpa dukungan
berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu kami hingga terselesaikannya makalah ini, semoga Allah
SWT memberikan balasan dengan sebaik-baiknya kepada :
1. Bu Sulistiyawati, S.Pd. I., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Embriologi
Hewan.
2. Kedua Orang tua yang telah memberi dukungan dalam bentuk do’a dan materi.
3. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu terselesainya tugas ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, kami meminta
kesediaan pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1

C. Tujuan ............................................................................................................................ 1

BAB II ....................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3

A. Histogenesis ................................................................................................................... 3

B. Organogenesis (Morfogenesis) ..................................................................................... 7

C. Transformasi dan Diferensiasi..................................................................................... 8

D. Proses Morfogenesis.................................................................................................... 10

E. Lapisan Benih Ektoderm ........................................................................................... 11

F. Lapisan Benih Mesoderm........................................................................................... 14

G. Lapisan Benih Endoderm ....................................................................................... 17

H. Proses Organogenesis pada Bumbung-bumbung ................................................ 21

BAB III.................................................................................................................................... 24

PENUTUP ............................................................................................................................... 24

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organogenesis adalah proses pembentukan organ tubuh atau alat tubuh, mulai
dari bentuk primitif (embrio) hingga menjadi bentuk definitif (fetus). Fetus memiliki
bentuk yang spesifik bagi setiap famili hewan. Artinya tiap bentuk fetus hewan
memiliki ciri khas tersendiri yang mencerminkan spesiesnya.
Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh. Pertumbuhan
ini diawali dari pembentukan embrio (bentuk primitif) yang mengalami transformasi
dan diferensiasi menjadi fetus (bentuk definitif) dengan ciri individu (Gilbert, 2006).
Masa organogenesis adalah masa yang sangat sensitif dan peka selama masa kehamilan,
dimana asupan nutrisi yang dikonsumsi oleh induk dalam masa tersebut akan sangat
memengaruhi perkembangan janin. Kekurangan atau kelebihan zat tertentu dalam masa
organogenesis dapat menyebabkan berbagai gangguan perkembangan pada janin.
Untuk pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti
vitamin C, vitamin D, thiamin, riboflavin, niasin, asam folat, zat besi dan kalsium.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Histogenesis
2. Apa yang dimaksud Organogenesis (Morfogenesis)
3. Apa yang dimaksud Transformasi dan Diferensiasi
4. Bagaimana proses Morfogenesis
5. Lapisan benih Ektoderm
6. Lapisan benih Mesoderm
7. Lapisan benih Endoderm
8. Bagaimana proses Organogenesis pada bumbung-bumbung

C. Tujuan
1. Mengetahui Histogenesis
2. Mengetahui Organogenesis (Morfogenesis)\

1
3. Mengetahui Transformasi dan Diferensiasi
4. Mengetahui proses Morfogenesis
5. Mengetahui lapisan benih Ektoderm
6. Mengetahui lapisan benih Mesoderm
7. Mengetahui lapisan benih Endoderm
8. Mengetahui proses Organogenesis pada bumbung-bumbung

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Histogenesis
Tahap awal dari Organogenesis adalah histogenesis. Histogenesis adalah suatu
proses diferensiasi dari sel yang semula belum mempunyai fungsi menjadi sel yang
mempunyai fungsi khusus. Dengan kata lain, histogenesis adalah diferensiasi kelompok
sel menjadi jaringan, organ atau organ tambahan.
Setiap jarngan mengandung sekelompok sel yang sama. Sel jaringan ini sudah
merupakan sel khusus, kecuali sel epitel dan jaringan ikat dipertimbangkan sebagai sel
kurang khusus jika dibandingkan dengan sel saraf atau otot. Bentuk umum dan struktur
dari sel dimodifikasi selama perkembangan sehingga setiap jaringan mengandung sel
dengan fungsi khusus. Ketiga lapisan benih akan mengalami spesialisasi selama
periode ini dan karena itu, setiap lapis benih menghasilkan sel yang fungsional pada
jaringan yang tempatnya berbeda. Contoh dari Histogenesis diantaranya, kulit, jaringan
ikat, tulang, dan otot.

a. Kulit
Pada banyak vertebrata (aves, mamalia) kulit kemudian terdiri atas banyak lapis
sel. Epidermis sebelah luar memiliki lapisan sel mengelupas terus-menerus, disebut
stratum corneum.
Derivat epidermis yang berteksture “tanduk” tumbuh berupa papila yang
menjorok ke dermis. Kelenjer peluh, minyak dan kelenjar susu pada mamalia
tumbuh dari epidermis, yang asalnya berupa tonjolan epidermis. Warna kulit
berasal dari chromatophore yang dihasilkan dari neural crest (jambul neural).

3
b. Jaringan Ikat dan Penunjang
Jaringan ikat dan penunjang awal terdiri dari :
1. Notochord
2. Mesenkim

Notochord menjadi poros anterior poterior embryo, sebagai penunjang tubuh


primer. Sel –sel mesenkim disebut juga jaringan pengikat dan penunjang primitif.
Belum berupa susunan sel yang padat dan belum berdifferensiasi. Baru berupa
tebaran antara bumbung-bumbung tubuh dan pembuluh darah. Sel-selnya datang
dari berbagai daerah mesoderm, memiliki banyak tonjolan.
Sel-sel mesenkim menumbuhkan :
1. Sel endothelium, menjadi tunica intima pembuluh darah
2. Lipoblast, menumbuhkan sel lemak
3. Osteoblast, menumbuhkan osteosit dan bahan dasar tulang
4. Myioblast, menumbuhkan sel otot-otot lurik, polos dan jantung
5. Macrophage, menumbuhkan pagosit

Jaringan pengikat
Yang umum terdapat ada 2 macam :
1. Jaringan pengikat fibrosa : seratnya terutama terdiri dari serat kolagen, sedikit
elastis.
2. Jaringan pengikat elastis : seratnya terutama terdiridari serat elastis, sedikit serat
kolagen
c. Tulang

Pertumbuhan tulang ada 2 yaitu :


1. Membranous
2. Endochondral

Secara membranous, yakni pembentukan tulang dengan jalan transformasi


jaringan pengikat fibrosa. Secara endochondrial, yakni pembentukan tulang dengan
jalan transformasi tulang rawan. Secara membranous terdapat pada pertumbuhan
tulang sebelah luar, seperti tengkorak. Tulang yang berbentuk secara membranous

4
juga disebut dengan tulang dermal. Gigi juga tumbuh seperti tulang dermal. Sel-sel
mesenkim untuk pertumbuhan tulang dermal berasal dari dermis.
Pertumbuhan secara endochondral terdapat pada tulang sebelah dalam tubuh,
seperti vertebrae. Prosesnya diawali dengan masuknya pembuluh darah membawa
bahan tulang (ossein dan mineral) ke jaringa tulang rawan, condrosit menyusun diri
menjadi jejeran lurus, disusul dengan masuknya bahan kapur dan mineral lain ke
kandung (matrik). Tulang terdiri dari lapisan-lapisan (lamella) yang sebagian besar
bersusun menurut lingkaran membentuk sistem Havers.

Tulang rawan
Ada 3 macam :
1. Hialin
2. Fibrosa
3. Elastis

Tulang rawan hialin berwarna kebiruan. Seratnya terdiri dari kolagen, pada
vertebrata bertulang sejati sehingga rangka itu digantikan tulang. Tulang rawan
fibrosa adalah bentuk transisi jaringan pengikat fibrosa dan tulang rawan.
Mengandung serat kolagen yang letaknya sejajar. Karena serat-serat yang sejajar
itu maka kondrosit pun berjejer lurus seperti membentuk batang antara serat-serat.

5
Terdapat di anatara vertebra, anatar pubis dan ada pada beberapa ligament.
Sedangkan tulang rawan elastis yakni mengandung serat elastis, berwarna
kekuningan. Tulang rawan inilah yang membentuk daun telinga, saluran telinga
luar, epiglottis dan tuba Eustachi.Waktu pembentukan tulang rawan, tonjolan-
tonjolan sel mesenkim yang berbentuk bintang mengalami penyusutan. Disusul
dengan masuknya zat chondrin dan chondrosit. Chondroblast bekerja
menumbuhkan tulang rawan.
Vertebrae
Sel-sel mesenkim berasal dari sclerotom, berpindah ke sekeliling notochord.
Sel-sel mesenkim ini menyusun menjadi 4 pasang. Sel-sel notchord juga mengalami
penulangan dan bekasnya pada vertebrae yang sudah jadi disebutcentrum ataua
corpus. Untuk medulla spinalis ada lobang pada verebrae disebut foramen
vertebrae. (Yatim. 1982)
Cronium
Terdiri dari :
1. Neurocranium (tempurung otak)
2. Splachnocranium (tulang-tulang muka)

Neurocranium muka terbentuk berupa sel-sel mesenkim yang menyusun,


kemudian menjadi cartilage, yang etrdiri dari beberapa pasang keping tulang rawan
sekeliling alat indra (hidung, mata dan telinga).
Splachnocranium mula-mula berupa tulang rawan yang berasal dari arcus
visceralis, kemudian digantikan tulang sebelah luarnya yang tumbuh secara
membranous. Sebagian sisa tulang rawan rahang itu pindah membentuk ossicua
tulang telinga tengah, sebagian lagi membentuk tulang hyoid. (Kimball, 1991)
d. Otot

Myoblas tumbuh dari sel-sel mesenkim. Myoblas bertanformasi menjadi sel-sel


otot. Otot rangka tumbuh dari myotome, yang berjejer sepasang-pasang. Tiap
myotome membentuk 2 daerah otot pada truncus, bagian dorsal disebut epaxial
bagian ventral disebut hipaxial. Sejak chordata rendah sampai mamalia selalu
terbentuk jejeran yang berpasangan otot-otot rangka itu, terutama pada daerah
truncus, secara metamerisme. Beberapa jejeran gumpalan otot bergabung, sehingga
metamerisme tak kentara lagi.

6
Otot anggota berasal dari sel-sel mesenkim yang berasal dari myotome juga.
Otot-otot di kepala, ada yang berasal dari myotome dan ada pula yang berasal dari
pre chordata. Bagian otot lidah tumbuh dari myotome daerah parynx. Otot jantung
tumbuh dari lapisa splanchnopleure. Otot polos ada yang berasal dari dermatome.
(Yatim, 1982)

B. Organogenesis (Morfogenesis)
Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh. Pertumbuhan ini
diawali dari pembentukan embrio (bentuk primitif) yang mengalami transformasi dan
diferensiasi menjadi fetus (bentuk definitif) dengan ciri individu (Gilbert, 2006). Masa
organogenesis adalah masa yang sangat sensitif dan peka selama masa kehamilan,
dimana asupan nutrisi yang dikonsumsi oleh induk dalam masa tersebut akan sangat
memengaruhi perkembangan janin. Kekurangan atau kelebihan zat tertentu dalam masa
organogenesis dapat menyebabkan berbagai gangguan perkembangan pada janin.
Untuk pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti
vitamin C, vitamin D, thiamin, riboflavin, niasin, asam folat, zat besi ddan kalsium
(Aritonang, 2010).
Organogenesis terdiri dari dua periode yaitu:pertumbuhan antara dan pertumbuhan
akhir.Pada saat periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan
diferensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitife menjadi bentuk definitif.
Pada periode ini embryo akan mempunyai bentuk yang khas setiap speciesnya.Tahap
perkembangan kedua yaitu tahap pertumbuhan akhir ,yaitu sebuah penyelesaian yang
halus dari bentuk definitif menjadi ciri suatu individu, seperti jenis kelamin,watak
(karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khas antar individu . (Wildan Yatim,1994).
Organogenesis melibatkan induksi embrionik.Induksi embrionik adalah peristiwa
interaksi dua macam jaringan pada embrio yang menyebabkan berdiferensiasinya
jaringan yang mendapat rangsangan menjadi suatu struktur yang baru.
Induksi embrionik terdiri dari induksi primer dan induksi sekunder.Induksi primer
adalah induksi yang terjadi dimana kedua jaringan induktornya merupakan struktur
utama/struktur germinal.Contoh induksi primer adalah keeping neural yang terbentuk
dari corda mesoderm dan ectoderm .Sedangkan induksi sekunder adalah induksi
dimana jaringan induktornya merupakan struktur dari hasil induksi yang

7
sebelumnya.Contoh induksi sekunder adalah plakoda lensa yang terbentuk dari
vesikula optic dan ectoderm (Ariontang, 2010).
Ektoderm membentuk sistem syaraf dan epidermis kulit dan turunannya. Peristiwa
pertama organogenesis adalah pembentukan otak dan korda spinalis. Di minggu ke-8
semua daerah otak terbentuk. 2) Endonderm membentuk mukosa sistem saluran cerna
dan pernafasan serta semua kelenjar yang berkaitan (tiroid, paratiroid, timus, liver,
pankreas). 3) Mesoderm membentuk semua sistem organ dan jaringan lainnya. Terbagi
menjadi (1) notokord superfisial dorsal, (2) pasangan struktur yang membentuk
vertebra, otot skelet serta bagian dermis (3) pasangan massa mesoderm perantara dan
lateral. Mesoderm perantara membentuk ginjal dan organ kelamin. Lapisan somatik dan
mesoderm lateral membentuk dermis,serosa parietal, dan tulang serta otot tungkai;
lapisan splanknik membentuk sistem kardiovaskular dan serosa viseral.

C. Transformasi dan Diferensiasi


Setelah menempati posisi baru, sel akan berdiferensiasi menjadi sel, jaringan atau
organ untuk menjalankan fungsi tertentu berdasarkan lokasi didalam tubuh.
Diferensiasi terjadi karena interaksi sel dan signalling. Proses ini terjadi terus menerus
dan berkelanjutan. Diferensiasi terjadi karena pengaruh gen dan modifikasi lingkungan.
Ekspresi gen menunjukkan fungsi dan morfologi masing-masing sel.
Seperti telah di singgung pada pendahuluan organogenesis gabungan dua periode:
pertumbuhan antara dan pertumbuhan akhir. Pada periode pertumbuhan antara atau
transisi terjadi transformasi dan diferensiasi bagian-bagian tubuh embrio dari bentuk
primitif sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embrio akan memiliki
bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir penyelesaian
secara halus bentuk definitif itu sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini
embrio mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak atau karakter, fisik
dan psikis, serta roman atau wajah yang khusus bagi setiap individu.
Periode pertumbuhan antara jelas dapat diberi batasnya dengan periode
pertumbuhan akhir pada hewan yang berberudu seperti umum terdapat pada
evertebrata, pisces, dan amphibi. Bagi hewan itu periode pertumbuhan antara disebut
tingkat berudu atau larva.
Bagi hewan yang berberudu bisa terjadi pertumbuhan suatu alat yang khusus
diperlukan ditingkat berudu itu untuk dapat hidup bebas mencari makanan sendiri. Pada

8
waktu metamorfosis alat itu menyusut atau digantikan oleh alat lain yang definitif.
Seperti insang pada berudu anura yang kemudian menyusut lalu hilang digantikan oleh
paru.

Transformasi dan diferensiasi bagian-bagian embryo bentuk primitive berupa:


1. Ekstansi dan pertumbuhan bumbung-bumbung yang terbentuk pada tubulasi.
2. Evaginasi dan invaginasi daerah tertentu setiap bumbung.
3. Pertumbuhan yang tak merata pada berbagai daerah bumbung
4. Perpindahan sel-sel dari satu bumbung ke bumbung lain
5. Pertumbuhan alat yang terdiri dari beberapa jaringan
6. Pengorganisasian alat menjadi system:system pencernaan,system peredaran darah
7. Penyelesaian bentuk luar embryo secara terperici,halus dan individual. (Wildan
Yatim,1994).

Mekanisme diferensiasi derivat ketiga lapis benih dipengaruhi faktor-faktor:


1. Inti
Inti mengandung bahan genetik yang mengontrol seluruh kegiatan sel. Bahan
genetik itu mengandung sektor heterokromatin dan eukromatin. Heterokromatin,
bagian kromatin yang sedang giat melakukan transkripsi, sedang kromatin sedang
dormant. Hetero -- bisa berubah jadi eu --; sebaliknya ketika eh -- akan jadi hetero --
menurut kebutuhan pertumbuhan embrio. Seandainya bahan genetik setiap sel dalam
suatu individu sama semua, tapi bisa terjadi perbedaan dalam proses diferensiasi dan
organogenesis, karena perbedaan waktu dan tempat terjadinya tahap hetero -- atau
eukromatin.
2. Sitoplasma
Perbedaan zat terutama kadar plasma atau Yolk pada beberapa sel menimbulkan
diferensiasi. daerah embrio yang lebih tinggi kadar yolknya lebih lamban bermitosis,
bergerak pindah, atau berubah letak. Lagi pula sel-sel yang banyak yolknya itu pun
jauh lebih besar besar daripada sel-sel yang sedikit yolknya. sebaliknya sel-sel banyak
yolk lebih banyak dapat suplai nutrisi daripada sel-sel lain dan inipun menimbulkan
diferensiasi.

3. Lingkungan mikro

9
Susunan dan konsentrasi zat medium sel atau cairan intraseluler itu bervariasi.
Terutama antara sel-sel di daerah kutub animal dan di daerah kutub vegetal. sel-sel
yang terletak di kulit lebih banyak mendapat suplai oksigen untuk pernafasan dari pada
sel-sel lapisan dalam tubuh. Embrio itu besar sekali penggunaan oksigennya. Maka
perbedaan konsentrasi oksigen antara sel-sel faktor penting yang menyebabkan
diferensiasi.

4. Fisik

Lingkungan fisik tak selalu sama antara suatu sektor blastomer dengan sektor
lain. Karena gradasi perbedaan letak, tekanan, dorongan, dan lain-lain maka sel-sel
menurut populasinya berdiferensiasi.

5. Hormon

Sebelum kelenjar endokrin embrio sendiri berfungsi, hormon diterima dari induk
lewat plasenta. Hormon mengontrol pertumbuhan, setelah organizer berhenti bekerja.
jika berbeda letak suatu populasi sel bisa terjadi perbedaan kadar suplai hormon,
sehingga menciptakan diferensiasi.

D. Proses Morfogenesis
Bentuk dari organisme tergantung dari dua faktor yaitu bentuk sel dan posisi
relatif dari sel tersebut. Jadi, morfogenesis terjadi pada beberapa tingkat, yaitu pada
tingkat organisme, organ tubuh, jaringan, dan tingkat seluler. Karena itu, morfogenesis
terjadi tidak hanya pada pembentukan organisme, tetapim juga pada pembentukan sel.
Dengan kata lain, morfogenesis merupakan proses yang menyangkut perubahan pada
tingkat sel dan supraseluler.
1. Pertumbuhan Sel
Pada tingkat seluler, pertumbuhan sel meliputi perubahan ukuran sel. Perubahan
dalam ukuran ini dapat berupa bertambahnya volume sel tersebut tanpa
bertambahnya jumlah sel atau bertambahnya ukuran sebagai hasil meningkatnya
jumlah pembelahan sel.
2. Pertumbuhan protoplasma atau pertumbuhan subseluler
Tipe pertumbuhan ini menyangkut beberapa proses yaitu

10
a) Endositosis substansi yang ada disekitar sel. Substansi ini dapat berupa
molekul kecil (air, garam, gula) dan molekul besar (asam lemak, peptide,
oligopeptida). Endositosis menyebabkan bertambahnya berat sel.
b) Sintesis molekul selain DNA, yang digunakan untuk kepentingan internal sel
atau untuk sekresi ekstraseluler. Molekul yang disintesis dapat berupa molekul
mikro maupun molekul makro

E. Lapisan Benih Ektoderm


Turunan dari lapisan benih ectoderm terbagi mejadi 2 yaitu :
1. Keeping neural akan membentuk bumbung neural , yang akan menumbuhkan
susunan syaraf pusat dan syaraf simpatis.
2. Neural crest (jambul neural) atau daerah bersatunya ectoerm epidermis dengan
keeping neural akan menjadi syarag tepi

1. System saraf
Susunan awal dari syaraf terdiri dari 3 bagian yaitu :

Sumber: :
https://www.google.com/search?safe=strict&biw=1366&bih=657&tbm=isch&sa=1&ei=wUyrXL76BNjqw
QOW54YCg&q=pertumbuhan+otak&oq=pertumbuhan+otak&gs_l=img.3..35i39j0i30j0i24l8.23833.25523.
.26206...0.0..1.228.2040.1j11j2......1....1..gws-wiz-img.YO8jJn3BBUI#imgrc=PbxHFzgmXuQdaM:
1. Bumbung neural

11
Bumbung chepalon akan memjadi enchepalon di anterior dan medulla spinalis di
posterior. Enchepalon ekan berkembang mnejadi 3 yaitu :
a. Prosencephalon (otak depan)
Akan terbagi menjadi 4 yaitu :
 Epiphysis di mind dorsal
 Paraphysis di anterior epiphysis
 Vesicular opticus dari ventro lateral
 Infundibulum dari mind- ventral
b. Mesencephalon (otak tengah)
Akan membuat tonjolan sepasang seperti yang ada pada Pisces dan Amphibia
yang disebut corpora begimina, ssedangkan pada reptilia, aves, dan mamlia
disebut corpora quadrugemina
c. Rhombencephalon (otak belakang)
akan menjadi 2 yaitu :
 Metencephalon
 Myelencephalon
2. Jambuk neural
Jambul neural alan menghasilkan ganglia nerve cranial dan spinal
3. Placode indra
Merupakan epidermis yang menebal di daerah lateral caput , yang terdiri dari :
a. Placode nasus
b. Placode posencephalon
c. Placode acostic
d. Placon calyculi
Syaraf pusat berasal dari neuroblast primitive dari lapisan terdalam bumbung
neural.Selain itu bumbung neiral juga akan mnejadi akar ventral saraf punggung
.Sedangkan , syaraf tepi berasal dari jambul neiral dan bebrapa placode indra.Selain
akan berkembang menjadi syaraf tepi , jmabul neural juga akan menjadi radix dorsalis
atau syaraf punggung.

2. System Indra
1. Mata
Dapat tumbuh berupa

12
a. Evaginasi lateral diencephalon ke epidermis(optic vesicle)
Terbentukyna optic vesicle berhubungan dengan diencephalon yaitu optic
stalk yang akan menjadi saraf mata.
b. Placode apidermis (lens pit)
Lens pit akan membentuk lens vesicle.
c. Sel – sel mesenchyme
Sel ini akan menyelaputi optic cup , sehinga menghaslkan lamina vasculosa
choridea (pembuluh darah arteri), sclera , lornea, dan cairan humor aqueus
dan humor vitrerus.Kemudian dari sel tersebut akan terbentuk otot- otort
mata.
2. Telinga
Akan tumbuh menjadi beberapa bagian
a. Auris interna (telinga dalam)
Ini berasal dari placode otic yang terdiri dari utriculus, saculus, koklea dan
canalis semicircularis.
b. Auris media (telinag tengah)
Ini berasal dari evaginasi pharyinx.saluran bekas invaginasi tetap ada
sampai ada kelahiran dosebut tuba eustaius.
c. Auris externa (telinga luar)
Ini berasal dari invaginasi epidermis di ddaerah viscerales I dan
II.Invaginasi akan menghasilkan membram timpani
3. Hidung
Indra ini berasal dari placode nasus pada samping antero ventral dekat
invaginasi stomodeum.Invaginasi tersebut akan ke daerah pharynx.Rongganya
disebut cavum nasi , lubnag ke luar adalah nares dan lubang ke pharynx
choanae.
4. Lidah
Indra ini tumbuh berupa penebalan dibawah eppitel .Berbeda dengan placode
indra lain .Placode indar berasal dari endoderm. Placoda dapat tersebar dibawah
sel epitel permukaan .Kemudian tumbuh menjadi taste bud yang pada
salurannya bermuara dipermukaan lidah dan mulut.Sel- selnya akan
terdeferensiasi menjadi 2 sel , yaotu sel kecap dan sel penunjang (Yatim,1982)

13
F. Lapisan Benih Mesoderm
Lapisan benih mesoderm akan menumbuhkan notochord, epimer, mesomer dan
hypomer. Notochord umumnya berkembang dengan baik pada amphioxus, sedangkan
pada vertebrata menumbuhkan sumsum tulang belakang. Epimer akan berkembang
menjadi dermatome (dermis kulit), sklerotome (sumsum tulang), dan myotom (otot
kerangkang). Mesomer akan berkembang menjadi organ pengeluaran seperti ginjal dan
urethra, ovarium dan testis serta saluran genital dan korteks adrenalis. Hypomere akan
berkembang menjadi somatopleura (peritoneum), splanchnopleura (masentrium,
jantung, sel darah, sumsum tulang, pembuluh darah) dan coeclon (rongga tubuh).
a. Epimere
Bagian sclerotome memisahkan diri dari somit berupa sekelompok sel mesenkim,
pindah ke median mengelilingi notochord dan ke dorsal mengelilingi bumbung neural.
Kelompok sel mesenkim ini membentuk vertebrae yang menyelaputi notochord dan
bumbung neural. Somit kemudian kembali menyusun diri menjadi bumbung yang
terdiri dari 2 bagian, yaitu: Dermatome (sebelah luar) dan Myotome (sebelah dalam).
Rongganya disebut myocoel sekunder. Dermatome menghasilkan mesenkim yang akan
berpindah ke bawah epidermis membentuk lapisan dermis.
b. Mesomer
Mesomere dibedakan atas 2 daerah, yaitu Genital ridge (mengandung sel-sel
untuk membina gonad) dan Nephrotome (tumbuh menjadi ginjal dan saluran-
salurannya).
c. Hypomere
Somatic mesoderm dan splanchnic mesoderm akan menumbuhkan:
1) Kantung insang (branchial pouches) di daerah pharynx foregut. Kantung-kantung
insang itu berpasangan, dibina oleh endoderm sebelah dalam, ectoderm sebelah luar,
dan mesoderm di tengah.
2) Selaput rongga tubuh dan alat dalam: pericardium, pleura, peritonium, mesenterium.
Semua selaput ini terdiri dari sel sel epitel gepeng disebut mesothelium, serta jaringan
pengikat.
Splanchnic mesoderm sendiri di daerah jantung membina epimyocardium, serta
mesocardium yang merupaka selaput penggantung jantung. Somatic mesoderm sendiri

14
menumbuhkan lapisan dermis kulit di daerah lateral dan ventral embrio (Yatim et.
al.,1984).

Turunan mesoderm dibagi menjadi 5 daerah:


1) Korda meseoderm
Biasa disebut juga sebagai mesoderm aksial turunan mesoderm ini pada organisme
dewasa disubstitusi oleh kolumna vertebrata. Dimana kolumna vertebralis dibangun
oleh sklerotom dari somit. Fungsinya secara khusus yaitu membentuk notochord
atau sumbu tubuh yang berfungsi sebagai penyokong tubuh itu sendiri.
2) Mesoderm Dorsal (Paraksial):
Turunan mesoderm ini akan membentuk jaringan ikat tubuh, tulang otot, tulang
rawan, dan dermis. Diferensiasi mesoderm dorsal (paraksial) ada yang bersifat
segmental maupun yang tidak, tergantung pada hewannya. Beberapa contoh
diferensiasi dari mesoderm dorsal (paraksial) adalah sebagai berikut:
 Pada Ayam dan burung
Disebut juga mesoderm segmental. Sel-sel mesoderm (yang tidak
membentuk notochord) menyebar ke arah lateral membentuk lempengan
yang tebal disebut dengan mesoderm paraksial (terlentang sepanjang kedua
sisi notochord dan lapisan neural). Sementara daerah unsur primitif
memendek dan lapisan neural terbentuk. Dari mesoderm paraksial terpisah
balok-balok berbentuk segitiga yang disebut somit. Somit pertama dibentuk
pada bagian interior dari embrio, dan somit-somit baru dibentuk dibelakang
secara teratur. Sel-sel yang menyusun somit sangat mampat dan tersusun
atas suatu epitel. Perkembangan selanjutnya sel-sel pada bagian ventral dari
somit bermitosis (kehilangan sifat epitelnya) dan menjadi mesenkim
(kendur), daerah ini disebut sklerotum. Sel-sel mesenkim akan bermigrasi
ke arah lapisan neural dan notochord menjadi kondrosit akan membangun
rangka tubuh. Selanjutnya sel-sel sklerotum memisahkan diri dari somit.
Sisa-sisa sel-sel somit membentuk suatu tabung padat berlapis-lapis.
Lapisan dorsal disebut dermaton (membentuk jarikat kulit/ dermis). Lapisan
dalam disebut miotom (sel-selnya membentuk otot membentuk otot serat
lintang dari punggung dan anggota tubuh).
 Pada Manusia

15
Tidak bersegmen dan merupakan tempat terjadinya proses pembentukan
otot. Dimana pembentukan otot melaui proses yang disebut miogenesis yang
secara ringkasnya yaitu dibentuk dari sel mesenkim membentuk mioblast
(sel otot). Terdiri dari 4 tingkatan yaitu sel (somit) sebagai prekursor, sel ini
mengalami proliferasi membentuk populasi sel otot, diferensiasi
membentuk protein spesifik, dan menjadi sel otot yang matang. Adapun
untuk pembentukan otot rangka miotom yang berjejer sepasang-sepasang
terbentang di kedua sisi vertebra dimana setiap myotom membentuk 2
daerah otot pada trunkus dimana daerah dorsal (epaxial) serta daerah ventral
yang dinamakan hypaxial. Untuk otot anggota terbagi atas dua yaitu yang
berasal dari sel-sel mesenkim (dari miotom) dan miotom berasal dari bagian
luar pre-cartilage rangka dalam kuncup anggota. Kemudian otot pada
kepala berasal dari miofom dan berasal dari pre-chorda. Lalu otot lidah itu
tumbuh dari daerah faring.
Untuk beberapa jenis otot lain seperti otot jantung tumbuh dari lapisan
splanknopleura serta otot polos yang berasal dari dermaton dan kemudian
membina otot polos kutis dan subkutis.
3) Mesoderm Intermediet
Turunan mesoderm ini akan membentuk sistem urogenital dimana
diferensiasinya meliputi pembentukan pembentukan ginjal yang sebelumnya
dimulai dengan pembentukan nefros dimana pada ikan primitif dinamakan
pronefros sedangkan pada ikan kelas tinggi serta amfibia dinamakan mesonefros
kemudian pada bangsa aves dan mamalia, bukan lagi didalam bentuk nefron tetapi
nefron-nefron tersebut sudah membentuk organ berupa ginjal atau ren. Adapun
pembentukan dari jenis-jenis ginjal mahkluk hidup yaitu sebagai berikut:
a) PRONEFROS
 Dibentuk dari segmen-segmen nefrotomi.
 Sel-sel nefrotom berpisah dan membentuk rongga yaitu nefrocoel.
 Tubulus pronefros dibentuk dari nefrotom yang mengandung nefrocoel serta
bermuara dan berhubungan dengan coelom melalui nefrostom.
 Pada ujung saluran pronefros yang lainnya bersatu membentuk duktus
pronefros.
 Duktus pronefros memanjang ke arah posterior dan bersatu dengan kloaka.

16
 Glomerulus merupakan suatu gulungan pembuluh darah sebagai cabang dari
aorta dorsal berhubungan dengan corong dekat nefrostom.
 Kemudian masuk melalui nefrostom ke dalam pronefros untuk kemudian
dialirkan ke kloaka.
b) MESONEFROS
 Tubulus mesonefros dibentuk dari nefrotom bagian posterior dari daerah
pronefros.
 Tubulus mesonefros berhubungan dengan duktus pronefros.
 Duktus pronefros sekarang disebut duktus mesonefros atau duktus wolff.
 Pembentukan tubulus mesonefros diinduksi oleh duktus pronefros, sewaktu
duktus pronefros tumbuh memanjang ke arah posterior tubuh.
 Aorta dorsalis membuat cabang pembuluh darah yang menggelung
membentuk glomerulus yang berhubungan dengan duktus mesonefros.
 Bagian tubulus yang berhubungan dengan gromerulus akan berinvaginasi
membentuk kapsula bowman.
 Pada daerah dekat dengan daerah dimana duktus mesonefros bersatu
dengan kloaka, tumbuh suatu tonjolan yaitu tonjolan ureter.
 Tunas ureter tumbuh melebar dan bercabang masuk ke dalam posterior dari
mesonefros yang merupakan bakal metanefros.
 Tunas ureter menginduksi jaringan nefrogenik metanefros yang
membentuk tubulus metanefros.
4) Mesoderm Lateral

Turunan mesoderm ini akan membentuk sistem sirkulasi, permukaan rongga tubuh,
dan komponen anggota tubuh serta pertumbuhan anggota gerak.

5) Mesoderm Kepala

Turunan mesoderm ini akan membentuk otot pada wajah atau muka (Dewantara,
dkk., 2014).

G. Lapisan Benih Endoderm


Endoderm adalah salah satu lapisan dalam organogenesis. Lapisan benih ini akan
menumbuhkan beberapa sel seperti epithelium saluran pencernaan dan derivatnya

17
seperti hati, pankreas, vesika urinaria. Lapisan benih juga menumbuhkan sel epitel
saluran pernapasan, saluran perkencingan, dan beberapa kelenjar endokrin seperti
tyroid dan parathyroid.
Pada lapisan endoderm turunannya akan membentuk :
1. Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai dari faring sampai rectum
2. Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pankreas, serta kelenjar lendir yang
mengandung enzim dalam esofagus, gaster dan intestinum
3. Lapisan epitel paru atau insang
4. Kloaka yang akan menjadi muara ketiga saluran : pembuangan urin (ureter) ,
makanan (rektum), dan kelamin (duktus genitalis)
5. Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria, dan kelenjar-kelenjarnya

Proses-proses pembentukan organ pada lapisan benih endoderm :


a. Pembentukan Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan primitif dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1) Usus depan
Terbentuk oleh adanya pelipatan endoderm atap archenteron bagian
anterior, yang akan diikuti oleh mesoderm splanknik. Usus depan akan
menjadi rongga mulut, faring, esofagus, lambung dan duodenum
2) Usus tengah
Merupakan daerah archenteron antara usus depan dan usus belakang.
Usus tengah akan menjadi jejenum, ileum, dan kolon.
3) Usus belakang
Terbentuk oleh adanya pelipatan endoderm atap archenteron bagian
posterior yang akan diikuti oleh mesoderm splanknik.
Epitel saluran pencernaan tebentuk dari endoderm, kecuali epitel,
mulut, dan anus yang dibentuk dari lapisan benih ektodrm. Jaringan-jaringan
serta struktur-struktur lain penyusun saluran pencernaan dibentuk oleh
mesoderm splanknik.

18
Gambar : diagram pembentukan saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Keterangan :
 Stomodeum berasal dari invaginasi ectodrm di daerah ujung foregut,
sedangkan proktodeum di daerah unung hindgut
 Foregut terdiri dari 5 daerah : pharynnx, esophagus, gaster, heparpancreas,
bagian anterior duodenum
 Midgut akan tumbuh menjadi usus halus (bagian posterior duodenum,
jejunum, dan ileum) dan usus buntu (caecum)
 Hindgut tumbuh menjadi colon, rectum, dan kloaka

b. Pembentukan Mulut
Mulut terbentuk pada bagian anterior usus depan. Invaginasi ektoderm (letak
stomodeum) yang diikuti dengan evaginasi endoderm usus depan menyebabkan
terbentuknya keping oral. Keping oral makin lama makin menipis, akhirnya pecah
lalu menjadi lubang mulut
c. Pembentukan Anus
Anus terbentuk pada bagian posterior usus belakang. Invaginasi ektoderm diikuti
dengan evaginasi endoderm usus belakang menyebabkan terbentuknya keping anal.
Keping anal makin lama makin menipis akhirnya pecah menjadi lubang anus.
d. Pembentukan hati
Tunas (divertikulum) hati timbul sebagai evaginasi ke arah ventral dari endoderm
di antara bakal lambung dan duodenum. Tonjolan endoderm tersebut dilapisi oleh
mesenkim dan mesoderm splanknik. Tunas hati kemudian bercabang-cabang
membentuk hati, percabangan bagian distal membentuk sel-sel parenkim sekretori,
bagian proksimal membentuk sel-sel duktus hepatikus. Sel-sel hati (parenkim hati)
dan sel-sel duktus hepatikus terbentuk dari endoderm Jaringan-jaringan lain dari

19
hati dibentuk oleh mesenkim dan mesoderm splanknik. Dari bagian akar tunas hati
timbul tonjolan yang lain, yaitu tunas kantung empedu

e. Pembentukan pancreas
Pankreas tunggal berasal dari dua buah tonjolan endoderm di dekat tunas hati (1 di
ventral dan 1 di dorsal). Kedua tonjolan tersebut kemudian bercabang-cabang dan
berfusi membentuk pankreas tunggal. Sel-sel pankreas sekretori (asini pankreas)
dan sel-sel duktus pankreatik dibentuk dari sel-sel endodermal.

f. Pembentukan Trakea dan Paru-paru


Pada usus depan di perbatasan faring dan esofagus terjadi evaginasi endoderm
ke arah ventral membentuk lekuk laringotrakea. Lekuk laringotrakea memanjang,
kemudian memisahkan diri dari usus depan dan akan tumbuh ke arah posterior
sebagai trakea yang terletak di sisi ventral esofagus.
Endoderm yang berasal dari usus depan membentuk bagian epitel trakea,
sedangkan tulang rawan, jaringan ikat dan ototnya berasal dari mesenkim

20
disekitarnya. Sementara memanjang, kedua ujung trakea menggelembung lalu
menjadi tunas paru-paru. Mesoderm akan menginduksi tunas paru-paru untuk terus
tumbuh dan membentuk percabangan bronkus dan bronkiolus. Di akhir
percabangan, epitel akan menipis dan terbentuklah alveolus. Epitel bronkus sampai
dengan alveolus terbentuk dari endoderm, demikian pula dengan kelenjar-

kelenjarnya; sedangkan jaringan ikat dan otot pada paru-paru terbentuk dari
mesenkim. Pleura yang membungkus paru-paru berasal dari mesoderm splanknik.

H. Proses Organogenesis pada Bumbung-bumbung


Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau
disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga
lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa
bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi
masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap
bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan
alat (organ) bentuk definitif.
Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada
daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan bagian
belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada bumbung
endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan belakang.
Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal untuk menumbuhkan otot rangka,
bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.
1. Bumbung Epidermis

21
Menumbuhkan :
a. Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertextur (susunan kimia)
tanduk : sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
b. Kelenjar-kelenjar kulit : kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah,
kelenjar lendir, dan kelenjar air mata.
c. Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra raba.
d. Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan enamel
(email) gigi, kelenjar ludah, dan indra kecap.
e. Proctodeum, menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan
bau tajam.
2. Bumbung Endoderm
Menumbuhkan :
a. Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan sejak pharynx sampai rectum.
b. Kelenjar-kelenjar pencernaan : hepar, pancreas, serta kelenjar lendir yang
mengandung enzim dalam esophagus, gaster dan intestinum
c. Lapisan epitel paru atau insang.
d. Cloaca yang menjadi muara ketiga saluran : pembuangan (ureter), makanan
(rectum), dan kelamin (ductus genitalis).
e. Lapisan epitel vagina, uretra, vesica urinaria, dan kelenjar-kelenjarnya.
3. Bumbung Neuran (saraf)
Menumbuhkan :
a. Otak dan sumsum tulang belakang
b. Saraf tepi otak dan punggung
c. Bagian persarafan indra, seperti mata, hidung, dan raba
d. Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigmen.
Berikut ini adalah tahapan pembentukan wajah pada manusia :
4. Bumbung mesoderm
Menumbuhkan banyak ragam alat :
a. Jaringan pengikat dan penunjang
b. Otot : lurik, polos, dan jantung
c. Mesenchyme yang dapat berdiferensiasi menjadi berbagai macam sel dan
jaringan. (sedikit ada juga mesenchyme sesungguhnya dari bumbung ectoderm
epidermis)
d. Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya

22
e. Ginjal dan ureter
5. Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica
muscularis mucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubuh, seperti pencernaan,
kelamin, dan pembuluh darah.
6. Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat pleura, pericardium,
peritonium, dan mesenterium

23
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Organogenesis adalah


pertumbuhan yang diawali dari pembentukan embrio (bentuk primitif) yang mengalami
transformasi dan diferensiasi menjadi fetus (bentuk definitif) dengan ciri individu.
Tahap awal dari Organogenesis yaitu histogenesis. Organogenesis melibatkan induksi
embrionik, yaitu peristiwa interaksi dua macam jaringan pada embrio yang
menyebabkan berdiferensiasinya jaringan yang mendapat rangsangan menjadi suatu
struktur yang baru.

24
DAFTAR PUSTAKA

Aritonang E, 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. IPB press kampus IPB Taman Kencana

Bogo.

Departement, Florida Cooperative Extension Service. Intitute of Food and Agricultural

Sciences. University of Florida. 6 hlm

Dewantara, Satria Anugrah, dkk. 2014. Embriologi Veteriner Organogenesis.

Denpasar; Universitas Udayana Press.

Keith L, Moore. 1988. The Developing Human Clinically Oriented Embryology 4th

edition. Philladelpia press

Kimball, 1991. Biologi edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.

Miller, J.D, dan R.A. Gilbert. 2006. Sugarcane Botany : A Brief View. Agronomy

Puja, I Ketut et al. 2010. Embriologi Modern. Denpasar : Udayana University Press

Rudyatmi, Ely , dkk. 2016. Embriogenesis dan Organogenesis. Jakarta : Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Sumarmin , Ramadhan. 2016. Perkembangan Hewan. Jakarta : Kencana

Yatim, Wildan. 1984. Reproduksi & Embriologi. Bandung; TARSITO

Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Untuk Mahasiswa Biologi Dan

Kedokteran. Bandung : Tarsito

Yohana et al. 2007. Perkembangan Hewan. DDC 580/ ISBN 9796897571 :

http://pustaka.ut.ac.id Diakses 7 April 2019

25

Anda mungkin juga menyukai