Anda di halaman 1dari 27

EMBRIOLOGI MANUSIA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Struktur Perkembangan Hewan II

Yang dibina oleh dosen Dra. Amy Tenzer, M.S. dan Ajeng Daniarsih, S.Si.,M.Si.

Disusun oleh :

Kelompok 4

Devi Mariya Sulfa (1903412621674)

Devi Meiliawati (1903412621683)

Sebastinus Tewa (190341421712)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI

Oktober 2020
KATA PENGANTAR
       Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Embriologi Manusia”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas
dari Mata Kuliah Struktur Perkembangan Hewan II.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak yang membantu penulis baik secara moril, materil, dan doa kepada
penulis agar makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada:

1. Ibu Amy Tenzer dan Ibu Ajeng Daniarsih selaku dosen pembimbing
dalam mata kuliah Struktur Perkembangan Hewan II.
2. Orang tua penulis yang banyak memberikan dorongan, masukan, dan
saran untuk makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi
para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan
karena keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan bagi masa yang
kaan datang.

Malang, 13 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1............................................................................Latar Belakang
..................................................................................................1
1.2.......................................................................Rumusan Masalah
..................................................................................................2
1.3........................................................................................Tujuan
.....………………………………………………………... 2
1.4......................................................................................Manfaat
..................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3

2.1. Manusia .................................................................................... 3

2.2. Fertilisasi .................................................................................. 4

2.3. Segmentasi................................................................................ 9

2.4. Blastulasi ……………………………………………………. 11

2.5. Implantasi.................................................................................. 12

2.6. Gastrulasi .................................................................................. 13

2.7. Embryonis Disk……………………………………………… 16

2.8. Neurulasi ……………………………………………………... 17

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 20

3.1.Kesimpulan................................................................................ 20

ii
3.2.Saran........................................................................................... 22

3.2.Daftar Pustaka............................................................................ 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makhluk hidup melakukan proses perkembangbiakan untuk melestarikan


keturunannya agar tidak mengalami kepunahan, termasuk manusia. Proses
perkembangbiakan diawali terjadinya fertilisasi yaitu penyatuan kumpulan
kromosom haplo id dari dua individu menjadi sebuah sel diploid tunggal berupa
zigot. Zigot hasil fertilisasi akan memasuki tahap pembelahan dan tumbuh serta
berkembang didalam rahim ibu selama dua belas bulan hingga akhirnya
dilahirkan.

Embriologi atau ilmu embrio merupakan bidang ilmu yang mempelajari


pembentukan, pertumbuhan pada tingkat permulaan dan perkembangan embrio.
Embriologi juga dapat dikatakan ilmu tentang bagaimana sel tunggal membelah
dan berubah selama perkembangan untuk membentuk organisme multiseluler.
Embriologi manusia adalah studi tentang perkembangan selama delapan minggu
pertama setelah pembuahan.

Embriogenesis adalah proses pembelahan sel dan diferensiasi sel embrio


yang terjadi selama tahap awal pengembangan. Dalam istilah biologi,
perkembangan manusia memerlukan pertumbuhan dari zigot bersel satu ke
manusia dewasa. Zigot mengalami pembelahan yang dipengaruhi oleh kandungan
yolk yang ada didalam telur. Pada manusia sendiri tergolong sebagai telur
oligosetal yaitu tipe telur yang hanya sedikit mengandung yolk. Dengan tipe telur
oligosetal maka akan mengakitbatkan telur mengalami pembelehan tipe
holoblastik, lebih spesifiknya yaitu holoblastik rotasional.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud embriologi pada manusia ?
2. Bagaiamana fertilisasi yang terjadi pada manusia ?
3. Bagaimana segmentasi yang terjadi pada manusia ?
4. Bagaimana blastulasi yang terjadi pada manusia ?
5. Bagaimana implantasi yang terjadi pada manusia ?
6. Bagaimana gastrulasi yang terjadi pada manusia ?
7. Bagaimana embryonic disk yang terjadi pada manusia ?
8. Bagaiman neurulasi yang terjadi pada manusia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui embriologi pada manusia
2. Mengetahui fertilisasi yang terjadi pada manusia
3. Mengetahui segmentasi yang terjadi pada manusia
4. Mengetahui blastulasi yang terjadi pada manusia
5. Mengetahui implantasi yang terjadi pada manusia
6. Mengetahui gastrulasi yang terjadi pada manusia
7. Mengetahui embryonic disk yang terjadi pada manusia
8. Mengetahui neurulasi yang terjadi pada manusia

1.4 Manfaat Penulisan makalah


Manfaat penulisan makalah ini untuk mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman mengenai embriologi dan tahapan-tahapan embriogenesis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Manusia
Manusia merupakan organisme yang berkembangbiak secara seksual,
ketika satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya adalah satu sel yang disebut
zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang tuanya. Zigot ini berada
didalam perut ibu dan berkembang menjadi janin. Pada manusia, terbentuk
embrio (mudigah) antara umur 3-5 minggu masa kehamilan dan sudah tampak
rancangan bentuk alat-alat tubuh (Syahruli, 2006).
Manusia merupakan bagian dari mamalia yang memiliki tipe telur
isolesital atau oligosital. Telus bertipe ini hanya memiliki sedikit kandungan
yolk atau hampir tidak ada yolk. Tipe telur isolesital menyebabkan pola
pembelahan bertipe holoblastik rotasional atau rasional .
Menurut Dorland’s Illustrated Medical Dictionary menyatakan bahwa
embriogenesis adalah produksi dari embrio dan perkembangan dari individu
yang baru yang terjadi secara seksual yaitu dari zigot. Secara umum
embriogenesis adalah proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio
manusia yang terjadi ketika tahap-tahap awal dari perkembangan manusia.
Embriogenesis terjadi pada saat spermatozoa bertemu dan menyatu dengan
ovum yang disebut fertilisasi sampai akhir dari minggu ke-8 dari perkembangan
manusia (Sadler, 2012).
Menurut Haviz (2014) tahap perkembangan manusia dibagi menjadi lima
tahap, yaitu:
1. Tahap gametogenesis, terjadinya pembentukan gamet laki-laki dan
perempuan atau konversi germ cell sperma dan sel telur.
2. Tahap perkembangan minggu ke-1, terjadinya proses ovulasi sampai
implantasi

3
3. Tahap perkembangan minggu ke-2, terjadinya pembentukan bilaminar
germ disc (embrio dua lapis)
4. Tahap perkembangan minggu ke-3 sampai 8, disebut juga dengan
periode embrionik, terjadinya pembentukan sistem tubuh.
5. Tahap perkembangan bulan ke-3 sampai kelahiran, adalah masa fetus
dan berperannya plasenta dalam perkembangan manusia.

Gambar 2.1. Perkembangan Embrio pada Manusia


(Sumber : Syahruli, 2006)
2.2. Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses fusi antara gamet pria dan wanita, yang terjadi di
daerah ampulla tuba fallopi dan nantinya zigot akan tumbuh di dalam rahim
ibunya sehingga disebut fertilisasi internal. Spermatozoa bergerak dengan cepat
dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk kedalam saluran telur. Pergerakan
naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Sebelum
spermatozoa dapat membuahi oosit, mereka harus mengalami proses kapasitasi
dan reaksi akrosom (Retnowati, dkk, 2020)
Kapasitasi Spermatozoa merupakan tahapan awal sebelum fertilisasi.
Sperma yang dikeluarkan dalam tubuh (fresh ejaculate) belum dapat dikatakan
fertil atau dapat membuahi ovum apabila belum terjadi proses kapasitasi. Proses
ini ditandai pula dengan adanya perubahan protein pada seminal plasma,
reorganisasi lipid dan protein membran plasma, Influx Ca, AMP meningkat, dan
pH intrasel menurun (Retnowati,dkk, 2020)

4
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi
wanita, yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu ini, suatu
selubung dari glikoprotein dari protein-protein plasma segmen dibuang dari
selaput plasma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma
yang menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi
akrosom (Retnowati, dkk, 2020)
Akrosom di bagian kepala sperma menghasilkan enzim-enzim yang
membantu sperma dalam menembus ovum, yaitu (1) hialuronidase, enzim yang
dapat melarutkan hialuronid pada sel-sel korona radiata, (2) akrosin, enzim
protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida dan (3) anti
fertilizin, antigen terhadap ovum (oosit sekunder) sehingga sperma dapat melekat
pada ovum (Retnowati, dkk, 2020)

Gambar 2.2 Sperma manusia Gambar 2.3 Ovum manusia


(Sumber : Hill, 2020) (Sumber : Hill, 2020)

Menurut Retnowati, dkk (2020) fertilisasi terdiri atas lima tahap yaitu
sebagai berikut :

1. Penembusan korona radiata.


Spermatozoa mempunyai enzim hyaluronidase yang dapat melarutkan
senyawa hialuronid pada corona radiata yang melapisi ovum hingga salah
satu spermatozoa dapat menembus dinding sel telur. Dari 200-300 juta

5
spermatozoa yang disemprotkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya
300-500 yang mencapai saluran kelamin wanita. Hanya satu diantaranya yang
diperlukan untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya
membantu sperma yang akan membuahi untuk menembus sawar-sawar yang
melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas
menembus sel korona.
2. Perlekatan spermatozoa dengan zona pelucida
Zona pelucida merupakan zona terluar dalam ovum dan berfungsi sebagai
reseptor sperma. Syarat agar sperma dapat menempel pada zona pelucida
adalah jumlah kromosom harus sama, baik sperma maupun ovum, karena hal
ini menunjukkan salah satu ciri apabila keduanya adalah individu yang sejenis.
Glikoprotein pada zona pelucida berfungsi seperti reseptor sperma yaitu
menstimulasi fusi membran plasma dengan membran akrosom (kepala
anterior sperma) luar. Sehingga terjadi interaksi antara reseptor dan ligand.
Pengikatan sperma ke reseptor ini menginduksi terjadinya reaksi akrosom.
Perlekatan sperma pada zona pelucida terdapat pada gambar 2.4

Gambar 2.4 Perlekatan Sperma

(Sumber : Hill, 2020)

3. Reaksi akrosom
Reaksi akrosom ini terjadi setelah penempelan ke zona pelusida dan
diinduksi oleh protein- protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan
enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain

6
akrosin dan zat-zat serupa tripsin Reaksi tersebut terjadi sebelum sperma
masuk ke dalam ovum. Reaksi akrosom terjadi pada pangkal akrosom, karena
pada lisosom anterior kepala sperma terdapat enzim digesti yang berfungsi
penetrasi zona pelucida. Mekanismenya adalah reseptor pada sperma akan
membuat lisosom dan inti keluar sehingga akan merusak zona pelucida.
Reaksi tersebut menjadikan akrosom sperma hilang sehingga fusi sperma dan
zona pelusida berhasil.
4. Penembusan zona pelusida
Fungsi dari zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling
telur yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan
menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom
memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan bertemu
dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika
kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan
pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi
membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan
perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi
sperma dan membuat tak aktif tempat reseptor bagi spermatozoa pada
permukaan zona yang spesifik spesies. Penetrasi zona pelusida
memungkinkan terjadinya kontak antara spermatozoa dan membran oosit. inti
sel sperma kemudian memasuki sitoplasma se telur.
Tiga peristiwa penting terjadi dalam oosit akibat peningkatan kadar
kalsium intraseluler yang terjadi pada oosit saat terjadi fusi antara membran
sperma dan sel telur. (1) Membran sel telur berdepolarisasi, sehingga
mencegah fungsi membran dengan spermatozoa lainnya. (2) Peristiwa yang
kedua dikenal sebagai reaksi kortikal. (3) Dimulai kembali pembelahan
meiosis kedua dari sel telur. Badan polar kedua terbentuk dan dikeluarkan dari
sel telur sehingga memastikan bahwa pronukleus wanita bersifat haploid.
5. Fusi oosit dan membran sel sperma
Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput
plasma sel tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala

7
akrosom telah hilang pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya
terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang
kepala sperma.
Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma
oosit, tetapi selaput plasma tertinggal di permukaan oosit. ekor spermatozoa
terlepas dan berdegenerasi. Akibat masuknya nukleus spermatozoa ini akan
mengaktivasi oosit sekunder menyelesaikan pembelahan meiosis II menjadi
oocit dan 2 polar body, sehingga nukleusnya berkondensasi menjadi
pronukleus wanita (n). Kedua pronukleus bergerak ke tengah, lalu terjadi fusi
(peleburan) pronukleus wanita dan pronukleus pria (syngami). Peleburan ini
mengembalikan jumlah kromosom dari haploid menjadi diploid dan sel baru
hasil peleburan ini disebut zygot (2n) (Soenardihardjo & Bambang, dkk.
2011).

Gambar 2.5 Fertilisasi di Tuba Fallopi


(Sumber : Retnowati, dkk, 2020)

8
Gambar 2.6 zigot permulaan

(Sumber : Hill, 2020)

Menurut Retnowati, dkk (2020) hasil utama pembuahan adalah sebagai


berikut:
1. Pemulihan jumlah diploid kromosom, separuh dari ayah dan separuh dari ibu.
Karena zigot mengandung kombinasi yang berbeda dari kedua orang tuanya.
2. Penentuan jenis kelamin individu baru. Sperma pembawa kromosom X
menghasilkan mudiga wanita (XX) dan sperma pembawa kromosom Y
menghasilkan mudiga pria (XY).
3. Inisiasi pembelahan. Tanpa pembuahan oosit biasanya terdegerasi 24 jam
setelah ovulasi.

2.3. SEGMENTASI
Segmentasi atau cleavage adalah pembelahan zigot menjadi unit-unit yang
lebih kecil, disebut sebagai blastomer. Tahap segmentasi atau cleavage
merupakan rangkaian mitosis yang berlangsung berturut-turut segera setelah
terjadi pembuahan yang menghasilkan morula dan blastomer (Retnowati, dkk,
2020).
Proses awal pembelahan Embrio pada manusia, berlangsung seiring
dengan perangkat-perangkat pelekatan dari embrio kepada dinding uterus
induknya. Telur manusia pada umumnya tidak memiliki yolk, dibuahi disaluran
telur sewaktu bergerak kearah uterus dan pembelahan-pembelahan awalnya

9
berlangsung kurang dari 24 jam (Suberata, tanpa tahun). Menurut Retnowati,
dkk(2020) dalam beberapa jam pasca fertilisasi, penyatuan nuklei akan
membentuk dua buah sel dan selanjutnya dalam waktu 3–4 hari sudah terbentuk
sebuah masa solid yang disebut morula.
Pembelahan pada manusia berlangsung lambat dan pembelahannya bertipe
holoblastik rotasional. Pembelahan pertama berlangsung normal yaitu melalui
bidang meridional sedangkan pembelahan kedua yaitu blastomer membelah
secara meridional sedangkan blastomer lainnya membelah secara ekuatorial
sehingga disebut sebagai holoblastik rotasional (Sujono dan Rumanta, 2015).

Gambar 2.7 pembelahan tipe holoblastik rotasional


(Sumber : Sujono dan Rumanta, 2015).
Jika sudah mencapai stadium dua sel, zigot akan mengalami serangkaian
pembelahan mitosis sehingga selnya bertambah. Sel-sel yang semakin kecil pada
setiap kali pembelahan dikenal sebagai blastomer. Sampai stadium delapan sel,
sel-sel ini berkumpul membentuk gumpalan. Namun setelah pembelahan ketiga,
blastomer memaksimalkan kontak satu sama lain membentuk suatu bola sel padat
yang disatukan oleh taut erat. Proses ini pemadatan (compaction), memisahkan
sel-sel bagian dalam yang berkomunikasi secara ekstensif melalui taut celah (gap
junction) dari sel-sel luar. Sekitar 3 hari setelah pembuahan, sel-sel mudigah
kembali membelah untuk membentuk morula (16 sel) (Sadler, 2012). Menurut
yatim (1982) pada manusia morula dapat terbentuk hingga mencapai 60-70 sel
yang berupa gumpalan massif.

10
Morula yang sudah terbentuk mengalami pemadatan untuk menjadi
blastodik kecil yang membentuk dua lapisan sel. Pada saat ini ukuran sel mulai
beragam. Sel membelah secara melintang dan mulai membentuk formasi lapisan
kedua secara samar pada kutup anima. Stadium morula berakhir apabila
pembelahan sel sudah Blastomer kemudian memadat menjadi blastodisk kecil
membentuk dua lapis sel. Pertama kelompok sel-sel utama (blastoderm), yang
meliputi sel-sel formatik atau gumpalan sel-sel dalam (inner mass cells),fungsinya
membentuk tubuh embrio. Kedua adalah kelompok sel-sel pelengkap, yang
meliputi trophoblast, periblast, dan auxilliary cells. Fungsinya melindungi dan
menghubungkan antara embryo dengan induk (ibu) atau lingkungan luas (Sadler,
2012).

Gambar 2.8 Tahap Pembelahan Zigot hingga menjadi morula


(Sumber : Australian Government, 2005)
2.4. BLASTULASI
Blastulasi adalah proses yang menghasilkan blastula yaitu campuran selsel
blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoels. Pada
manusia blastula disebut dengan blastosit. Pada saat morula masuk ke rongga
uterus, cairan mulai merembes menembus zona pelusida ke dalam ruang antarsel
massa sel dalam. Secara bertahap ruang antarsel menjadi konfulen dan akhirnya
terbentuk sebuah rongga yang disebut blastosel. Pada saat ini, mudigah disebut
blastokista. Sel-sel di massa sel dalam yang sekarang disebut embrioblas,
terletak disuatu kutub sel-sel di massa sel luar atau trofoblas menggepeng dan
membentuk dinding epitel blastokista. Zona pelusida telah menghilang,
memungkinkan implantasi dimulai. Pada manusia, sel trofoblas berada di atas
embrioblas kutub mulai menembus antara epitel sel mukosa rahim pada sekitar
hari keenam (Gambar ) (Sadler, 2012).

11
Gambar 2.9 (A) Bagian dari blastocyst manusia menunjukkan massa sel bagian dalam
dan sel trofoblas (B) Skema blastokista (C) Blastokista pada hari keenam perkembangan
sel trofoblas di kutub embrionik blastokista yang menembus mukosa uterus.

Sumber : Sadler (2012)

2.5. IMPLANTASI
Implantasi adalah suatu proses melekatnya blastosis ke endometrium
uterus diawali dengan menempelnya embrio pada permukaan epitel endometrium,
menembus lapisan epitelium selanjutnya membuat hubungan dengan sistem
sirukulasi ibu. Implantasi pada manusia terjadi 2-3 hari setelah telur yang telah
dibuahi memasuki uterus atau 6-7 hari setelah terjadinya fertilasi dimana ditandai
dengan menempelnya blastosis pada epitel uterus (Retnowati, 2020).
Pada saat implantasi, mukosa uterus berada dalam fase sekretorik, yaitu
saat kelenjar dan arteri uterus bergulung dan jaringan menjadi tebal-basah

12
sehingga dikenali adanya 3 lapisan di endometrium yaitu : lapisan kompaktum di
bagian superfisial, lapisan spongiosum di tengah, dan lapisan basale yang tipis.
Dalam keaadaan normal blastokista tertanam di endometrium di sepanjang
dinding anterior atau posterior korpus uteri (Ferial, 2013)

Gambar 2.10 Tahapan yang terjadi pada tahapan perkembangan embriologi manusia.
Plasentasi terdapat pada nomor 9
(Sumber : Sadler, 2012)
2.6. EMBRYONIC DISK (DISKUS GERMINATIVUM)
Hari ke-8

Pada hari ke-8 perkembangan, blastokista sudah setengah terbenam di


dalam stroma endometrium. Di daerah diatas embrioblas, trofoblas telah
berdiferensiasi menjadi dua lapisan :

1. Lapisan dalam berupa sel mononukleus disebut sitotrofoblas


2. Zona luar berinti banyak tanpa batas sel yang jelas disebut sinsitotrofoblas.
Sel dari massa sel bagian dalam atau embryoblast juga berdiferensiasi
menjadi dua lapisan:
1. lapisan sel kuboid kecil yang berdekatan dengan blastokista rongga, yang
dikenal sebagai lapisan hipoblas
2. lapisan sel kolumnar tinggi yang berdekatan dengan rongga amniotic ,
lapisan epiblast. Rongga kecil muncul di dalam epiblast. Rongga ini
membesar menjadi ketuban rongga. Sel epiblast berdekatan dengan

13
sitotrofi- ledakan disebut amnioblas; bersama dengan sisa epiblast, mereka
melapisi rongga ketuban

Hari ke-9

Blastokista semakin terbenam di dalam endometrium dan defak penetrasi


di epitel permukaan ditutupi oleh bekuan fibrin. Di kutub embrional, sel-sel
gepeng yang mungkin berasal dari hipoblas membentuk suatu membran tipis,
membran ekselom (Heuser) yang melapisi permukaan dalam sitotrofoblas.
Membran ini bersama dengan hipoblas membentuk lapisan rongga eksoselom atau
yolk sac primitif.

Hari ke-11 dan 12

Pada hari ke-11 dan 12 perkembangan blastokista telah terbenam


seluruhnya di dalam stroma endometrium dan epitel permukaan hampir menutupi
seluruh defek semula dinding uterus. Blastokista sekarang menghasilkan sedikit
penonjolan ke dalam lumen uterus. Secara bersamaan, sel-sel sinsitotrofoblast
makin menembus ke dalam stroma dan mengikis lapisan endotel kapiler ibu.
Kapiler-kapiler ini yang mengalami kongesti dan melebar, dikenal sebagai
sinusoid. Lakuna trofoblas di kutub embrional sudah berhubungan langsung
dengan sunusoid ibu di stroma endometrium. Meseoderm ekstra embrional
berpoliferasi dan mengisi ruang antara membran eksoselom dan bagian dalam
trofoblas (Sadler, 2012)

Hari ke-13

Pada hari ke-13 permukaan di endometrium biasanya telah sembuh.


Namun meningkatnya aliran darah ke dalam ruang-ruang lakuna dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan di tempat implantasi. Karena terjadi pada hari
ke-28 siklus haid, perdarahan ini dapat disangka perdarahan haid biasa karenya
dapat menyebabkan kesalahan perkiraan tanggal kelahiran.

Lakuna trifoblast terdapat baik di kutub embrional maupun di kutub


abembrional dan sirkulasi uteroplasenta telah dimulai. Sitotrofoblas membentuk

14
kolom-kolom sel yang menembus ke dalam dan dikelilingi oleh sinsitum. Kolom
ini disebut vilus primer. Pada akhir minggu kedua blastokista sudah tertanam
seluruhnya dan defek dimukosa permukaan telah sembuh.

Gambar 2.11 Tahapan Blastokista (A)7 hari, (B)8 hari, (C)9 hari (D)10-11 hari
(Sumber: Salder, T,W, 2009)

Gambar 2.11 Perkembangan Mesoderm dan Endoderm sampai 16 hari

(Sumber: Salder, T,W, 2009)

2.7. GASTRULASI
Gastrulasi menjadi tahapan yang khas dalam minggu ketiga
kehamilan. Pada gastrulasi terjadi proses pembentukan tiga lapisan
germinativum (ektoderm, mesoderm, endoderm) pada mudigah. Gastrulasi
diawali oleh pembentukan primitive streak (garis primitif) dipermukaan

15
epiblast. Pada awalnya garis ini tidak terlalu jelas terlihat, tetapi pada
mudigah berusia 15-16 hari, garis ini jelas terlihat sebagai alur sempit
dengan bagian yang sedikit menonjol dikedua sisi. Ujung garis ini disebut
primitive node (nodus primitif), terdiri dari daerah yang sedikit meninggi
yang mengelilingi primitive pit (lubang primitif) kecil. Di daerah nodus
dan garis tersebut, sel-sel epiblas bergerak ke arah dalam (invaginasi)
untuk membentuk lapisan sel baru, endoderm dan mesoderm. Sel yang
tidak bermigrasi melalui garis tetapi tetap di epiblas membentuk ektoderm.
Karena itu, epiblas menghasilkan ketiga lapisan germinativum mudigah
(Sadler, 2012).
Sel-sel pronotokord yang mengalami invaginasi di lubang primitif
bergerak maju sampai mencapai lempeng prekordal. Sel-sel ini terselip
diantara endoderm sebagai lempeng notokord. Dengan perkembangan
lebih lanjut, lempengan terlepas dari endoderm dan terbentuk suatu genjel
(korda) solid, notokord. Notokord suatu sumbu garis tengah yang akan
berfungsi sebagai dasar bagi kerangka aksial. Ujung sefalik dan kaudal
mudigah ditentukan sebelum garis primitif terbentuk. Karena itu, sel-sel di
hipoblas (endoderm) di batas sefalik diskus membentuk endoderm viseral
anterior yang mengekspresikan gen-gen pembentuk kepala (Sadler, 2012).
Pada akhir minggu ketiga, tiga lapisan germinativum dasar yang
terdiri dari ektoderm, mesoderm, dan endoderm telah terbentuk dibagian
kepala, dan proses untuk menghasilkan lapisan germinativum ini berlanjut
kebagian lebih kaudal mudigah sampai akhir minggu keempat (Sadler,
2012)
Diferensiasi jaringan dan organ telah dimulai, dan hal ini terjadi
dalam arah sefalokaudal seiring dengan berlanjutnya gastrulasi. Sementara
itu, trofoblas berkembang pesat. Vilus primer memperoleh inti mesenkim
tempat terbentuknya kapiler halus. Jika kapiler vilus ini sudah berkontak
dengan kapiler di lempeng korion dan tangkai penghubung, sistem vilus
telah siap menyalurkan nutrien dan oksigen kepada mudigah ( Sadler,
2012).

16
Gambar Struktur Gastrulasi

(Sumber : Sadler, 2012)

2.8. NEURULASI
Neurulasi adalah pembentukan tabung saraf dari ektoderm embrio. Pada
periode mudigah yang berlangsung dari minggu ke 3-8 perkembangan adalah
periode disaat ketiga lapisan germinativum, ekotoderm, endoderm dan mesoderm
membentuk jaringan dan sistem organ masing-masing. Dengan terbentuknya
organ-organ, tubuh mudigah mulai memperlihatkan bentuknya.
Lapisan germinativum ektoderm menghasilkan organ dan struktur yang
mempertahankan kontak dengan dunia luar : sistem saraf pusat, sistem saraf tepi,
epitel sensorik telinga, hidung dan mata, kulit, rambut dan kuku, hipofisis,
kelenjar mammae, kelenjar keringat serta email gigi.

Komponen-komponen penting lapisan germinativum mesoderm adalah


mesoderm lempeng lateral, paraksial, dan intermediat. Lapisan germinativum
mesoderm menghasilkan mesenkim kepala, jaringan otot), skleretom (tulang
rawan dan tulang), dan dermatom (jaringan subkutis kulit) yang semuanya adalah
jaringan penunjang tubuh. Mesoderm juga menghasilkan sistem vaskular, yaitu
jantung, arteri, vena, pembuluh limfe, dan semua sel darah dan limfe. Selain itu

17
mesoderm juga mengahasilkan sistem urogenital : ginjal, gonad dan saluran-
salurannya (tetapi bukan kandung kemih). Limpa dan korteks kelenjar suprarenal
juga merupakan turunan mesoderm.

Lapisan germinativum endoderm membentuk lapisan epitel untuk bagian


dalam saluran cerna, saluran napas, dan kandung kemih. Lapisan ini juga
membentuk parenkim tiroid, paratiroid, hati dan pankreas. Selain itu, juga
menghasilkan lapisan epitel kavitas timpani dan tuba auditiva berasal dari lapisan
germanitivum endoderm.

Akibat pembentukan sistem organ dan pertumbuhan pesat sistem saraf


pusat, diskus embrional yang semula datar mulai melipat secara sefalokaudal,
membentuk lipatan kepala dan ekor. Diskus juga melipat secara transversal
(lipatan lateral) sehingga tubuh berbentuk bulat. Hubungan dengan yolk sac dan
plasenta masing-masing dipertahankan melalui duktus vitelinus dan tali pusat
(Sadrel, 2012)

Gambar 2.12 neurulasi pada embrio manusia. (A) Neuroporus anterior dan posterior pada
kehamilan umur 22 hari. (B) neuruporus pada umur 23 hari mulai menutup. (C) Urutan
wilayah penutupan bumbung neural. (D & E) NTD berupa anensefali dan spina bifida.
(Sumber : Gilbert, 2003)

18
Gambar 2.13 Ketiga lapisan yang membentuk jaringan tubuh
Sumber : en.Wikipedia.org

19
BAB III
KESIMPULAN

1.1. Kesimpulan
Embriologi manusia adalah studi tentang perkembangan selama
delapan minggu pertama setelah pembuahan. Embriogenesis adalah proses
pembelahan sel dan diferensiasi sel embrio yang terjadi selama tahap awal
pengembangan. Perkembangan manusia memerlukan pertumbuhan dari
zigot bersel satu ke manusia dewasa. Pada manusia sendiri tergolong
sebagai telur oligosetal yaitu tipe telur yang hanya sedikit mengandung
yolk. Dengan tipe telur oligosetal maka akan mengakitbatkan telur
mengalami pembelehan tipe holoblastik, lebih spesifiknya yaitu holoblastik
rotasional
Dimulai dari fertilisasi yaitu proses fusi antara gamet pria dan
wanita, yang terjadi di daerah ampulla tuba fallopi dan nantinya zigot akan
tumbuh di dalam rahim ibunya sehingga disebut fertilisasi internal.
fertilisasi terdiri atas lima tahap yaitu sebagai berikut : penembusan korona
radiata,perlekatan spermatozoa dengan zona pelusida, reaksi akrosom,
penembusan zona pelusida, dan fusi oosit dan membran sel sperma.
Segmentasi atau cleavage adalah pembelahan zigot menjadi
unit-unit yang lebih kecil, disebut sebagai blastomer. Proses awal
pembelahan Embrio pada manusia, berlangsung seiring dengan perangkat-
perangkat pelekatan dari embrio kepada dinding uterus induknya.
Pembelahan pada manusia berlangsung lambat dan pembelahannya bertipe
holoblastik rotasional. Pembelahan pertama berlangsung normal yaitu
melalui bidang meridional sedangkan pembelahan kedua yaitu blastomer
membelah secara meridional sedangkan blastomer lainnya membelah secara
ekuatorial sehingga disebut sebagai holoblastik rotasional.
Blastulasi adalah proses yang menghasilkan blastula yaitu
campuran selsel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan sebagai
blastocoels. Pada manusia blastula disebut dengan blastosit. Pada saat ini,

20
mudigah disebut blastokista. Sel-sel di massa sel dalam yang sekarang
disebut embrioblas, terletak disuatu kutub sel-sel di massa sel luar atau
trofoblas menggepeng dan membentuk dinding epitel blastokista. Zona
pelusida telah menghilang, memungkinkan implantasi dimulai.

Pada hari ke-8 perkembangan, blastokista sudah setengah terbenam


di dalam stroma endometrium. Di daerah diatas embrioblas, trofoblas telah
berdiferensiasi menjadi dua lapisan yaitu lapisan dalam berupa sel
mononukleus disebut sitotrofoblas dan zona luar berinti banyak tanpa batas
sel yang jelas disebut sinsitotrofoblas.Sel dari massa sel bagian dalam atau
embryoblast juga berdiferensiasi menjadi dua lapisan yaitu lapisan sel
kuboid kecil yang berdekatan dengan blastokista rongga, yang dikenal
sebagai lapisan hipoblas dan lapisan sel kolumnar tinggi yang berdekatan
dengan rongga amniotic , lapisan epiblast.

Gastrulasi menjadi tahapan yang khas dalam minggu ketiga


kehamilan. Pada gastrulasi terjadi proses pembentukan tiga lapisan
germinativum (ektoderm, mesoderm, endoderm) pada mudigah. Gastrulasi
diawali oleh pembentukan primitive streak (garis primitif) dipermukaan
epiblast.
Neurulasi adalah pembentukan tabung saraf dari ektoderm
embrio. Pada periode mudigah yang berlangsung dari minggu ke 3-8
perkembangan adalah periode disaat ketiga lapisan germinativum,
ekotoderm, endoderm dan mesoderm membentuk jaringan dan sistem organ
masing-masing. Dengan terbentuknya organ-organ, tubuh mudigah mulai
memperlihatkan bentuknya.

21
3.2 Saran

Sebagai seorang mahasiswa dan generasi muda, memiliki


pengetahuan dan pemahaman dalam segala bidang ilmu yang perlu diadakan
untuk menghindari berbagai fakta palsu yang dapat mengarahkan masyarakat ke
dalam kesimpulan yang tidak valid. Untuk itu, kami selaku penulis menyarankan
kepada segenap mahasiswa dan generasi muda lainnya untuk dapat dan mampu
mempelajari segala jenis pembelajaran yang bisa diambil dan yang telah diberikan
untuk dikritisi konsep kebermanfaatanya sehingga dapat memecahkan masalah
yang ada di dalam masyarakat sesuai dengan cara yang tepat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Australian Government. 2006. Human Embryo – A Biological Definition.

Ferial, Eddyman. 2013. Biologi Reproduksi. Jakarta : Erlangga

Haviz, M. 2014. Konsep Dasar Embriologi : Tinjauan Teoritis. Jurnal Sainstek

6(1)96-101Hill,M.A.2020.EmbryologyFertilization

https://embryology.med.unsw.edu.au/embryology/index.php/Fertilization.

Diakses online pada 09 Oktober 2020.

Sadler T. 2012.Langman’S Medical Embryology. Edisi 12. Cina : Wolter Kluwers

Retnowati, Yuni, dkk. 2020. Pengantar Asuhan Kehamilan. Thesis.

Doi:https://doi.org/10.31237/osf.io/v4yj7

Rohen, Johannes & Drecoll, Elke. 2003. Embriologi Fungsional, Perkembangan

Sistem Fungsi Organ Manusia. Edisi 2. Jakarta : EGC

Rumanta, Maman & Sujono, Tien Wiati. 2015. Perkembangan Hewan. Tangerang:

Universitas Terbuka

Sadler T. 2012. Langman’S Medical Embryology. Edisi 12. Cina : Wolter Kluwers

Soenardihardjo & Bambang, dkk. 2011. Buku Ajar Embriologi. Suarabaya: Pusat

Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga.

Syahruli. 2006. Biologi. Surabaya: lentera ilmu

Yatim, Wildan. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito.

23

Anda mungkin juga menyukai