Anda di halaman 1dari 8

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Kelompok 5 :

1. Rizki Rahmawati (17106080003)


2. Anya Via Febriani (17106080004)
3. Risma Galih I. (17106080008)
4. Novita Ambarwati (17106080016)
5. Kholifah Nyawiji (17106080039)

A. TEORI BELAJAR BRUNER


Teori belajar menurut bruner yaitu belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang
diberikan kepada dirinya. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1)
Proses perolehan informasi baru, melalui kegiatan belajar, mendengarkan penjelasan
guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengarkan audiovisual dan lain-lain.
Informasi ini dapat juga bersifat penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah
dimiliki (2) Proses mentransformasikan informasi yang diterima agar sesuai dengan
kebutuhan (3) Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan yaitu dengan
menganalisis, memproses atau mengubah informasi yang diterima menjadi konsep
yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan. Dalam teori bruner ini,
perkembangan kognitif seseorang terjadi dalam 3 tahapan:
1. Tahap enaktif adalah tahap pembelajaran dimana peserta didik dalam belajarnya
menggunakan objek secara langsung.
2. Tahap ikonik adalah tahap pembelajaran dimana peserta didik dalam belajarnya
melihat melaui gambar-gambar yang mewakili suatu konsep.
3. Tahap simbolik adalah tahap pembelajaran dimana pembelajaran itu diwujudkan
dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik simbol verbal (huruf-huruf, kata-kata
atau kalimat-kalimat) atau lambang-lambang abstrak lainnya (Kastono, 2012).
Contoh teori belajar bruner:
1. Tahap enaktif : Anak diberikan model (puzzle) berupa sirip-sirip ikan mas yang
harus disusun sesuai dengan letak atau posisi sirip itu berada. Dibelakang potongan
sirip-sirip ikan tersebut telah diberikan nama-nama sirip ikan (dorsal, pectoral,
caudal, ventral/pelvic dan analis). Setelah disusun sesuai letak siripnya, anak diberi
tahu nama-nama sirip ikan yang telah ia susun tadi.
2. Tahap ikonik : Anak diperlihatkan gambar ikan yang memiliki jenis sirip yang
sama. Setelah itu anak diberikan gambaran mengenai ikan yang memiliki sirip
pelvic yang lebih panjang dari ikan yang ia lihat sebelumnya yaitu ikan gurame.
Kemudian anak ditugaskan untuk menggambarkan ikan tersebut.
3. Tahap simbolik : Setelah menggambarkan apa yang ditugaskan. Pada tahap ini
anak tersebut diberi 5 pertanyaan yang harus ia isi mengenai jenis-jenis sirip ikan
yang telah ia pelajari sebelumnya.

B. TEORI BELAJAR GAGNE


Menurut Gagne belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan , namun
yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Kondisi
lingkungan dimana seseorang tersebut berada itulah yang akan menentukan apa yang
di pelajari dan selanjutnya akan menentukan akan menjadi apa ia nantinya. Bagi Gagne,
belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat kompleks.
Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan
perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap,
perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap
meskipun hanya sementara. Gagne mengemukakan “nine events of instruction” atau
sembilan tahapan – tahapan dalam menyusun rancangan kegiatan belajar mengajar ,
sebagai berikut :
1. Memperoleh Perhatian
Kegiatan ini merupakan proses guru dalam memberikan stimulus kepada siswa
dengan cara meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi tersebut itu penting. Hal
ini bisa dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan ringan seputar materi yang akan
disajikan. Contoh : mengajak siswa berkenalan dengan berbagai macam bentuk
daun. Guru dapat menunjukkan alat peraga bisa berupa macam – macam bentuk
asli daun.
2. Memberikan Informasi Tujuan Pembelajaran
Pada kegiatan ini guru berupaya untuk memberitahu siswa akan tujuan
pembelajaran. Sehingga siswa dapat mengetahui tujuan dari materi pembelajaran
dan termotivasi untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Contoh : guru
memberikan informasi menarik bahwa pembelajaran kali ini akan belajar tentang
proses fotosintesis.
3. Merangsang siswa untuk kembali mengingat apa yang telah dipelajari
Upaya merangsang siswa dalam mengingat materi yang lalu bisa dilakukan
dengan cara bertanya tentang materi yang telah diajarkan. Contoh : guru
menanyakan tentang bentuk daun yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya
dengan media bentuk asli daun yang telah disiapkan.
4. Menyajikan Stimulus
Kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara guru menyajikan materi pembelajaran
secara menarik dan menantang , sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti
pembelajaran yang sedang berlangsung. Contoh : guru membagi siswa dalam
beberapa kelompok kecil , kemudian guru memberitahu kepada siswa bahwa akan
diadakan sebuah game yang berisi tentang materi biologi yang akan diajarkan hal
ini memberikan rangsang terhadap siswa sehingga mereka tertarik untuk mengikuti
lebih jauh.
5. Memberikan bimbingan kepada siswa.
Guru harus memberikan bimbingan kepada semua siswa agar dapat terarah
dalam pembelajarannya. Contoh : dalam proses pemberian soal , guru harus
menjelaskan terlebih dahulu teknis pengerjaan dan menjelaskan soal yang
sekiranya sukar untuk dipahami para siswa.
6. Memancing Kinerja
Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk
menerapkan apa yang telah dipelajari. Contoh : guru mengajak para siswa untuk
memahami sistem peredaran darah.
7. Memberikan umpan balik
Memberikan feedback atau umpan balik dengan memberitahukan kepada murid
apakah hasil belajarnya benar atau tidak. Contoh : guru melihat hasil belajar siswa
, apabila sudah benar guru bisa memberikan pujian lalu apabila belum benar guru
wajib membimbing siswa tersebut agar hasil belajarnya bisa lebih baik.
8. Menilai hasil belajar
Menilai hasil belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk
mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan
memberikan beberapa soal. Contoh : meminta siswa untuk menjawab soal yang
berkaitan dengan sistem pencernaan dengan menunjuk bagian-bagian pada sistem
pencernaan.
9. Mengusahakan transfer
Pada kegiatan ini dilakukan dengan memberikan contoh-contoh tambahan
untuk menggeneralisasi apa yang telah dipelajari sehingga siswa dapat
menggunakannya dalam situasi-situasi lain. Contoh : mengajak siswa berdiskusi
kembali dan memecahkan masalah terkait materi yang diajarkan sebelum guru
mengakhiri pelajaran.

C. TEORI BELAJAR AUSUBEL


Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori
pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning. Terdapat empat macam
belajar menurut Ausubel dengan dua dimensi yang terpisah. Dimensi pertama
berhubungan dengan cara informasi (materi pelajaran) itu disajikan pada siswa yaitu
belajar penerimaan (reception learning) dan belajar penemuan (discovery learning).
Dimensi kedua ialah menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi
itu pada struktur kognitif yang telah ada, dalam kaitannya dengan ini terdapat belajar
bermakna (meaningful learning) dan belajar hafalan (rote learning).
a. Belajar Bermakna
Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur
kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna adalah suatu proses
pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian
yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran. Pembelajaran
bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam
struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan
keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa.
Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki
para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya.
b. Belajar Hafalan
Belajar hafalan terjadi jika dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat
konsep-konsep relevan atau subsumer-subsumer yang relevan. Dalam belajar
hafalan informasi baru tidak dapat diasimilasikan dengan konsep-konsep yang
telah ada dalam struktur kognitif. Dengan demikian sama sekali tidak terjadi
interaksi antara informasi baru dengan informasi yang telah disimpan dalam
struktur kognitif.
Tahap-tahap penerapan teori Ausubel :
1. Pengaturan Awal (advance organizer)
Pengaturan awal atau dapat disebut juga sebagai bahan pengait maka dapat
mengaitkan antara konsep lama yang telah dimiliki siswa dengan konsep baru yang
maknanya jauh lebih tinggi. Pengaturan awal ini dapat kita lihat pada RPP pada
kegaiatan awal bagian apersepsi, dimana guru menghubungkan materi yang telah
dimiliki siswa dengan materi pelajaran yang baru. Misalnya dalam pembelajaran
IPA di SD, guru mengajarkan tentang bagian-bagian tumbuhan yang terdiri dari
akar, daun, batang, bunga, buah, dan biji. Maka guru dapat bertanya kepada siswa
dengan beberapa pertanyaan, misalnya: apakah kalian tahu daun? Apa warna daun
itu? Daun pada tumbuhan berguna untuk apa? Jadi pada pengaturan awal ini dapat
mengaitkan antara konsep lama siswa yang sudah tahu warna daun kemudian
dihubungkan dengan konsep baru yaitu kegunaan dari daun.
2. Diferensiasi Progresif
Diferensiasi progresif adalah suatu proses menguraikan masalah pokok menjadi
bagian-bagian yang lebih rinci dan khusus. Proses penyusunan pelajaran yang
mengenalkan pada siswa dari konsep yang umum atau inklusif kemudian menuju
ke konsep yang khusus. Sehingga pelajaran dimulai dari yang umum menuju ke
yang khusus. Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru memberikan materi
mengenai jenis hewan berkaki empat, kemudian guru dapat mengajukan pertanyaan
yaitu hewan apa saja yang berkaki empat?, diantara hewan berkaki empat, hewan
apa sajakah yang pemakan rumput dan pemakan daging?. Dari pertanyaan guru
tersebut maka siswa dapat mengetahui bahwa hewan berkaki empat itu ada yang
pemakan rumput dan ada juga yang pemakan daging. Sehingga pelajaran dari
umum-khusus.
3. Consolidasi (belajar subordinatif)
Dalam konsilidasi (consolidation) guru memberikan pemantapan atas materi
pelajaran yang telah diberikan untuk memudahkan siswa memahami dan
mempelajari selanjutnya. Dalam hal ini guru dapat memberikan pertanyaan kepada
siswa, misalnya dalam materi tumbuhan. Guru dapat menanyakan pada siswa
tentang bagian-bagian dari tumbuhan serta fungsi dari bagian tumbuhan
tersebut. Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami
pertumbuhan ke arah diferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan
diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar
tersebut akan terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru.
Belajar superordinat akan terjadi pada konsep-konsep yang lebih luas dan inklusif.
4. Rekonsiliasi Integratif
Menurut konsep rekonsiliasi integratif dalam mengajar, konsep-konsep perlu
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana
konsep dan prinsip tersebut saling berkaitan. Guru menjelaskan dan menunjukkan
secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan materi yang telah
dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan demikian siswa akan
mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan tersebut. Contoh dalam
pembelajaran, misal mempelajari materi tentang bagian tumbuhan yaitu daun.
Siswa pada kelas sebelumnya telah mempelajari tentang daun, tetapi hanya sebatas
mengetahui tentang apa itu fungsi daun. Dan pada kelas berikutnya siswa kembali
mempelajari tentang daun, akan tetapi dalam materi ini siswa akan lebih mendalami
tidak hanya sebatas pada fungsi daun saja melainkan macam-macam tulang daun.

D. TEORI ALBERT BANDURA


Teori pembelajaran Albert Bandura dikenal dengan teori pembelajaran social
kognitif atau disebut pula sebagai teori pembelajaran melalui peniruan. Teori Bandura
berdasarkan pada tiga asumsi, yaitu:
a. Individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada di lingkungannya,
terutama perilaku-perilaku orang lain. Perilaku orang lain yang ditiru disebut
sebagai perilaku model atau perilaku contoh. Apabila peniruan itu memperoleh
penguatan, maka perilaku yang ditiru itu akan menjadi perilaku dirinya. Proses
pembelajaran menurut proses kognitif individu dan kecakapan dalam membuat
keputusan.
b. Terdapat hubungan yang erat antara individu dengan lingkungannya. Pembelajaran
terjadi dalam keterkaitan antara tiga pihak yaitu lingkungan, perilaku dan
faktorfaktor pribadi.
c. Hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal yang
diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.

Berdasarkan asumsi inilah teori pembelajaran Bandura disebut sebagai teori


pembelajaran sosial kognitif. Proses kognitif pada seorang individu memegang
peranan penting dalam pembelajaran, sedangkan pembelajaran sendiri terjadi karena
adanya pengaruh lingkungan sosial disekitar individu. Individu menjadikan perilaku di
lingkungannya sebagai model pembelajaran, kemudian perilaku tersebut ditirunya
sehingga menjadi perilaku yang tertanam dalam dirinya. Oleh sebab itu, teori Bandura
disebut teori pembelajaran melalui peniruan. Perilaku individu terbentuk melalui
peniruan terhadap perilaku di lingkungan, pembelajaran adalah suatu proses
bagaimana peniruan perilaku dibuat dengan sebaik-baiknya sehingga sesuai dengan
keadaan diri dan tujuannya.
Proses pembelajaran menurut teori Bandura, terjadi dalam tiga komponen (unsur)
yaitu perilaku model (contoh), pengaruh perilaku model, dan proses internal pelajar.
Jadi individu melakukan pembelajaran dengan proses mengenal perilaku model
(perilaku yang akan ditiru), kemudian mempertimbangkan dan memutuskan untuk
meniru sehingga menjadi perilakunya sendiri. Perilaku model ialah berbagai perilaku
yang dikenal di lingkungannya. Apabila bersesuaian dengan keadaan dirinya (minat,
pengalaman, cita-cita, tujuan dan sebagainya) maka perilaku itu akan ditiru (Surya,
2004).
Contoh proses pembelajaran sosial kognitif Bandura :
Sebagai contoh, mula-mula seorang siswa mengamati model gurunya sendiri yang
sedang melakukan sebuah perilaku sosial, umpamanya menolong seekor burung yang
terluka di sekitar pohon sekolah. Lalu, perbuatan guru mengambil burung tersebut,
mengobatinya, merawat dan seterusnya yang dilakukan model itu diserap oleh memori
siswa tersebut. Diharapkan, cepat atau lambat siswa tersebut mampu meniru sebaik-
baiknya perbuatan sosial yang dicontohkan oleh modelnya itu. Contoh lain, seorang
siswa melihat perilaku temannya yang menemukan sampah tidak pada tempatnya,
kemudian mengambil dan membuangnya ke tempat sampah, kemudian kejadian
tersebut direkam oleh siswa dan menirunya di kemudian hari.

E. TEORI BELAJAR PIAGET


Menurut Jean Piaget seorang anak akan melalalui empat tahapan perkembangan
kognitif dari lahir sampai dewasa. Tahapan perkembangan kognitif meliputi:
1. Tahapan sensorimotor(dari lahir sampai dua tahun)
Bayi Bergerak dari refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran
simbolis.Bayi membangun Pemahaman tentang dunia melalui pengorganisasian
penguasaan sensor.
2. Tahapan praoperasional(2 tahun-7 tahun)
Anak mulai mengambarkan dunia dengan kata dan gambar. Mulai menggunakan
simbol dan konsep intuitif. Pemikiranya lansung namun tanpa penalaran.
3. Tahapan operasional kongkrit(7tahun-11tahun)
Anak mulai remain sehingga berfikir lebih abstrak dan logis. Serta pemikiranya lebih
idealistic.
4. Tahapan opersional formal(11tahun-dewasa)
Anak mulai dapat berfikir secara logis mengenai kejadian-kejadian yang kongkrit.
Serta mengklasifikasikan benda-benda berdasarkan bentuk-bentuk yang berbeda.
Jean Piaget mengemukakan bahwa Sejak usia balita seseorang telah memiliki
kemampuan tertentu untuk menghadapi objek-objek yang ada di sekitarnya.
Kemampuan ini masih bersifat sederhana(yakni dalam bentuk kemampuan motorik).
Dalam memahami dunia, mereka menggunakan skema, asimilasi, akomodasi,
organisasi dan equilibrasi. Dengan kemampuan ini semua anak pada dasar nya memiliki
pengetahuan awal atau disebut dengan skema. seperti contoh Ana melihat gambar sapi
di buku. Saat Diajak jalan-jalan oleh ibunya ana melihat kerbau Ana menyebutnya
sapi.Hal ini disebut dengan asimilasi (yakni menyamakan pengetahuan awal dengan
pengetahuan baru).Ibunya memberi tahu Kepada Ana bahwa itu namanya kerbau(ini
dinamakan akomodasi yakni menggabungkan pengetahuan awal dengan pengetahuan
baru, terkadang jika seorang anak bertemu dengan hewan yang jauh dari pengetahuan
awal tadi maka skema/pengetahuan awal tidak berlangsung dengan baik Dan harus
menyesuaikan dengan objek-objek yang baru). Jika telah terjadi keseimbangan antara
asimilasi Dan akomodasi maka tercapailah equilibrasi.
F. TEORI BELAJAR VYGOTSKY
Asumsi dasar dari teori Vygotsky adalah apa yang di lakukan atau dipelajari anak
pada hari ini secara berkelompok akan dapat dilakukanya secara mandiri pada masa
yang akan datang. Menurut Vigotsky seorang siswa memiliki dua tingkat
perkembangan yang berbeda yakni:
1. Tingkat perkembangan actual
2. Tingkat perkembangan potensial

Proses perkembangan potensial merupakan tingkatan kognitif yang dapat dicapai


melalui Bantuan dari orang dewasa seperti guru, orangtua, dan teman sebagai yang
legit menguasai.
Menurut Vigotsky anak- anak pada awal perkembangan- nya membangun
kognitif-nya melalui proses mental yang rendah. Belajar asosiatif (pengelompokan dan
perhatian atau arahan yang terbimbing yang diberikan anak sejak balita.
Pengembangan kognitif berlanjut dengan proses mental yang lebih tinggi ; kemampuan
berbahasa, berhitung, berfikir, mengingat, memecahkan masalah spontan, intuisi, dan
skema memori.
Implikasi teori Vygotsky dalam pembelajaran di kelas:
Guru bertugas sebagai penyedia dan pengatur lingkungan belajar siswa serta mengatur
tugas-tugas siswa yang harus dikerjakan siswa. Serta memberikan dukungan dinamis,
sedemikian rupa sehingga siswa dapat berkembang secara maksimal dalam zona
perkembangan proksimal.
Vigotsky mempromosikan penggunaan pembelajaran kolaboratif dan kooperarif.
Dimana siswa dapat saling berinteraksi dan dapat saling memunculkan strategi untuk
menyelesaikan permasalahan yang efektif dalan masing- masing ZPD mereka.
Contoh teori vygotsky:
Setelah mengamati beberapa bentuk daun diantaranya: menjari, menyirip, melengkung
dan sejajar. Maka berilah jawaban pada pertanyaan berikut ini :
a. Berikan 3 contoh tumbuhan yang memiliki bentuk daun menjari!
b. Berikan 3 contoh tumbuhan yang memiliki bentuk daun menyirip!
c. Berikan 3 contoh tumbuhan yang memiliki bentuk daun melengkung!
d. Berikan 3 contoh tumbuhan yang memiliki bentuk daun sejajar!
e. Berikutnya diskusikan pada teman sebangkumu apa saja struktur yang terdapat
pada daun!
f. Tuliskan hasil diskusi tersebut!
DAFTAR PUSTAKA

Kastono, Ahmad. 2012. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model
Pembelajaran Creative Problem Solving dengan Video Compact Disc pada Materi
Pokok Volume Kubus Dan Balok Di Madrasah Ibtidaiyah Miftahussalam 2 Kecamatan
Wonosalam Kabupaten Demak Pada Kelas V Semester 2 Tahun 2010/2011”. Dalam
Skripsi, UIN Walisongo, Semarang.
Surya, Mohamad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Pustaka Bani
Quraisy
Winataputra, S. Udin, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka

Anda mungkin juga menyukai