Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

PERTANIAN “PENANAMAN KULTUR ORGAN”

Disusun Oleh:

Nama : Faizal Akmal Syahputra


NIM : 215040201111060
Kelas :A
Asisten : Fazriel Ahmad

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kultur organ (perbanyakan mikro) atau yang sering disebut sebagai
perbanyakan tanaman secara in vitro merupakan sebuah kegiatan menjaga dan
menumbuhkan jaringan (kalus, sel, protoplas) dan organ tanaman (daun, tunas
pucuk/lateral, batang, akar dan embrio) pada kondisi aseptik. Prinsip kultur organ
(In Vitro) terdapat pada teori sel yang dikemukakan oleh dua orang ahli biologi
dari German yaitu Schleiden dan Schwann. Teori tersebut menyatakan bahwa sel
tumbuhan bersifat autonom dan bersifat totipotensi. Sel bersifat autonom artinya
dapat melakukan metabolisme, tumbuh dan berkembang secara mandiri jika
diisolasi tunas dari jaringan induknya. Totipotensi diartikan sebagai kemampuan
dari sel untuk tumbuh dan meregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali
(Mardini & Rahayu, 2015).
Perbaikan genetik tanaman melalui kultur in vitro dapat dilakukan melalui
beberapa cara, antara lain peningkatan keragaman somaklonal, penyelamatan
embrio, fertilisasi in vitro, kultur haploid, dan fusiprotoplas (hibridisasi somatik
(Herawan, 2019). Perbanyakan mikro atau kultur organ dimulai dengan bagian
yang terorganisir dari suatu tanaman, paling sering digunakan adalah tunas, dan
proses pengkulturan ini menjaga keadaan terorganisir ini sambil mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan kearah perbanyakan dan regenerasi tanaman
baru yang lengkap. Diferensiasi yang utama terlihat pada kultur sel dan jaringan
adalah pembentukan tunak dan akar yang secara keseluruhan disebut organo
genesis. Organo genesis dipengaruhi oleh komponen media kultur, senyawa-
senyawa endogen yang timbul selama kultur dan substansi yang dibawa dari
eksplan awal serta pengaturan konsentrasi hormone eksogen dalam medium.
Arah perkembangan eksplan dalam kultur invitro di kontrol oleh ratio zat
pengatur tumbuh auksin dan sitokinin. Ratio auksin adalah sitokonin yang relatif
tinggi akan menginduksikan pembentukan akar, sementara ratio yang rendah akan
memacu pembentukan tunas. Pembentukan tunas yang di dahului dengan
terbentuknya kalus disebut organo genesis tak langsung. Kalus merupakan massa
sel yang belum terdiffrensiasi. Pada kultur in vitro kalus memiliki kemampuan
untuk membelah secara terus menerus. Kalus dapat diinduksi dari berbagai organ
tanaman yang dijadikan sebagai eksplan (daun, batang maupun tunas).
Pembentukan kalus dalam kultur jaringan dipengaruhi oleh konsentrasi zat
pengatur tumbuh yang digunakan. Jika konsentrasi auksin lebih besar daripada
sitokinin maka kalus akan terbentuk, sedangkan jika konsentrasi sitokinin yang
lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi auksin maka yang terbentuk
bukanlah kalus, melainkan shoot. Sedangkan bila pembentukan tapa kalus disebut
organo genesis langsung. Organo genesis dalam kalus di inisiasi dengan
pembentukan kelompok sel-sel meristematik yang mampu merespon faktor-faktor
yang dapat menghasilkan primodium. Tergantung pada sifat faktor internal,
stimulus dapat menginisiasi akar, tunas, atau embriod (Junairiah, 2019).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum kultur organ ini yakni
diharapkan mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan dapat melakukan
perbanyakan tanaman krisan dan mawar melalui penggunaan teknik kultur organ.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari adanya praktikum kultur organ ini
yakni diharapakan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian dari
kultur organ, tujuan dari adanya praktikum kultur organ, penggunaan alat dan
bahan praktikum, proses sterilisasi eksplan, proses penanaman kultur organ, dan
dapat menyimpulkan dari hasil pengamatan praktikum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bagian-bagian Tanaman yan Dapat Digunakan Sebagai Eksplan


Bioteknologi tanaman adalah budidaya jaringan tanaman secara in vitro
yang memiliki kesejajaran dengan budidaya tanaman secara konvensional. Kultur
jaringan tanaman diusahakan untuk menanam eksplan berupa bagian tanaman,
jaringan sel, sub selular secara in vitro untuk tujuan tertentu. Teknik kultur
jaringan adalah suatu teknik untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
protoplasma, sel, jaringan dan organ yang ditumbuhkan dalam kondisi aseptik,
sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman yang utuh lagi (Shofiyani, 2017).
Dalam penerapan bioteknologi terdapat istilah eksplan yang merujuk pada
potongan/bagian jaringan yang diisolasi dari tanaman yang digunakan untuk
inisiasi suatu kultur in vitro. Eksplan merupakan potongan tanaman yang diisolasi
untuk inisiasi kultur jaringan. Respon masing-masing eksplan dalam kultur
jaringan akan berbeda. Kemampuan regenerasi eksplan dalam kultur jaringan
sangat dipengaruhi oleh tipe eksplan, varietas eksplan, umur tanaman induk
sumber eksplan, kondisi fisiologis, dan ukuran eksplan. Tipe eksplan merupakan
faktor yang penting dalam mengoptimalkan pelaksanaan kultur jaringan.
Tipe eksplan seperti tunas pucuk, tunas ketiak (aksilar), akar, mata tunas,
daun, embrio, dan bakal biji akan memberikan perbedaan yang signifikan pada
pertumbuhan eksplan (Tuwo et al, 2019). Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
kandungan hormon pada masing-masing bagian eksplan regenerasi eksplan
Peluang keberhasilan kultur jaringan dipengaruhi juga oleh umur tanaman.
Semakin muda tanaman, maka akan semakin besar keberhasilan dalam kultur
jaringan. Jaringan muda (juvenile) memiliki sel-sel yang aktif membelah dengan
kecepatan pembelahan sel yang tinggi sehingga jaringan muda merupakan bahan
eksplan yang baik.
2.2 Tahapan Sentralisasi Eksplan
Sterilisasi adalah proses untuk mematikan atau menonaktifkan spora dan
mikroorganisme sampai ke tingkat yang tidak memungkinkan lagi berkembang
biak atau menjadi sumber kontaminan selama proses perkembangan berlangsung.
Proses sterilisasi yang tidak sempurna akan menimbulkan adanya kontaminasi.
Kontaminasi yang umum terjadi adalah kontaminasi oleh cendawan dan bakteri.
Komposisi medium kultur jaringan yang mengandung gula, vitamin, asam asam
amino, garam-garam anorganik, air, zat pengatur tumbuh, dan bahan pemadat
sangat menguntungkan untuk pertumbuhan cendawan dan bakteri tanaman.
Pada proses penelitian ini, sebelum melaksanakan tahap inisiasi, sumber
eksplan dikarantina selama 4 minggu di bedeng persemaian. Selama dalam
karantina dilakukan penyemprotan sumber eksplan menggunakan fungisida (3
gr/L, 1 minggu sekali), bakterisida (3 gr/L, 1 minggu sekali), dan
pestisida/insektisida (10 mL/L, 2 minggu sekali). Penyemprotan ini bertujuan
untuk menghindarkan sumber eksplan dari hama dan penyakit. Kegiatan ini juga
bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi fungi dan bakteri pada
kegiatan sterilisasi. Sterilisasi menggunakan NaOCl 10% (v/v) dengan waktu 5,
10, 15, dan 20 menunjukkan bahwa lama waktu perendaman mempengaruhi
persentase hidup eksplan dan kontaminasi. Eksplan yang disterilisasi dengan
waktu 5-10 menit memiliki nilai 100% terkontaminasi, baik fungi mau pun bakteri
(Tabel 1). Hal ini dikarenakan perendaman dengan NaOCl 10% (v/v) selama 5-10
menit masih belum dapat menghilangkan keberadaan agen kontaminan yang
terdapat pada permukaan eksplan. Penambahan waktu perendaman menjadi 15-20
menit menghasilkan terjadinya peningkatan jumlah eksplan tembesu aseptik
dengan persentase. Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman NaOCl
10% (v/v) selama 20 menit merupakan metode sterilisasi paling baik dengan nilai
persentase eksplan aseptik 33.33%. Kontaminasi terjadi mulai dari hari ke-3
setelah penanaman.
Kontaminan yang pertama kali muncul adalah kontaminasi fungi. Hifa fungi
terdapat pada seluruh bagian eksplan. Hifa ini kemudian menutupi seluruh bagian
eksplan pada hari ke-4 dan ke-5 setelah penanaman. Kontaminasi fungi juga
muncul pada hari ke-7 setelah penanam. Hanya sedikit eksplan yang tetap tumbuh
dan aseptik sampai akhir pengamatan (Tuwo et al, 2019).
2.3 Perkembangan Kultur Jaringan
Perkembangan awal teknik kultur jaringan didasari oleh teori totipotensi
yang dikemukakan oleh Schwan dan Scleiden pada tahun 1838. Dalam teori
tersebut dinyatakan bahwa pada prinsipnya sel tumbuhan mempunyai potensi
otonomi untuk tumbuh dan beregenerasi menjadi suatu tanaman yang lengkap
apabila ditumbuhkan dalam suatu kondisi yang cocok. Selanjutnya Gottlieb
Haberlandt (1854-1945) adalah seorang botanis Jerman, dijuluki sebagai bapak
kultur jaringan tanaman. Haberlandt merupakan orang pertama yang mengisolasi
dan mengkulturkan sel sejak tahun 1898 (Prasetyorini, 2019). Untuk
eksperimennya Haberlandt mengisolasi sel tunggal dari jaringan palisade daun
Lamium purpereum dan Eichornia crassipes, epidermis dari Ornithogalum dan
rambut epidermis daun Pulmonaria mollissima (Tuwo et al, 2019).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi


Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:

NO Nama Alat Fungsi Alat


1. Pinset Untuk mengambil objek berupa nodus
batang/pucuk tanaman krisan.
2. Pisau Untuk memotong nodus batang/pucuk tanaman
Skalpel krisan sesuai kebutuhan.

3. Cawan Petri Sebagai wadah untuk meletakkan tanaman


eksplan

4. Botol Kultur Sebagai wadah perendaman objek dengan larutan


bahan aktif NaCl

5. Media MS Sebagai media pertumbuhan tanaman eksplan

6. Botol Sebagai wadah untuk membakar zat zat dan


Spiritus memanaskan objek

7. Bunsen Sebagai alat pembakar objek

8. Karet Gelang Sebagai perekat untuk mengikat botol kultur


3.2 Bahan dan Fungsi

Berikut ini merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum yakni


sebagai berikut:
NO Nama Bahan Fungsi Bahan
1. Tanaman Krisan Sebagai objek penelitian praktikum
2. Alkohol Untuk mensterilkan alat, objek, dan
tangan praktikan

3. Doroks (Bayclin) Untuk mencegah terjadinya infeksi atau


pencemaran oleh jasad renik untuk
membasmi kuman penyakit tanaman.

4. Benlate Sebagai cairan perendaman yang


mengandung fungisida berbahan aktif
Benomil 50% dalam botol
5. Detergen Sebagai zat untuk mensterilkan objek

6. Aquades Steril Untuk membersihkan sekaligus


mensterilkan objek

7. Sinar UV Untuk mensterilkan tanaman dan


membantu pertumbuhan tanaman
3.3 Langkah Kerja
Adapun diagram alir dari kegiatan praktikum kultur organ adalah sebagai
berikut:

Potong nodus batang/pucuk tanaman krisan sesuai


kebutuhan

Masukkan ke dalam botol yang telah berisi detergen


dan kocok selama 10 menit, bilas pada air mengalir

Masukkan ke dalam botol yang telah berisi clorok


(bahan aktif NaOCl) 30%, kocok selama 10 menit, bilas
dengan aquades

Masukkan ke dalam botol yang telah berisi fungsida


(Benlate), rendam selama 5 menit, bilas dengan aquades

Masukkan ke dalam botol yang telah berisi aquades


steril dan masukkan ke dalam LAFC

A. Diagram Alir (Kultur Organ, Proses dalam LAF)


Adapun langkah kerja dalam bentuk diagram alir berupa kultur organ dan proses
dalam LAF yakni sebagai berikut:

Siapkan alat dan bahan serta planlet yang telah


disterilisasi

Sebelum digunakan, bersihkan LAFC kemudian


sterilkan dengan sinar UV selama 20 menit

Sebelum melakukan penanaman, semprotkan alcohol


70% pada tangan dan semua botol yang akan digunakan
Alat-alat yang digunakan diatur dengan rapi pada
LAFC, posisi scalpel dan pinset serta alcohol 90% yang
digunakan untuk mensterilkan dissecting kit (scalpel
dan pinset) disebelah kiri Bunsen sedangkan botol
kultur disebelah kanan

Masukkan planlet kedalam LAFC

Ambil planlet dan keringkan dengan tissue steril

Planlet dipotong dengan pisau scalpel diatas petridish

Sebelum dan sesudah menggunakan pinset maupul


scalpel celupkan ke dalam ethanol 90%, lalu dibakar
pada nyala api bunsen

Tanam eksplan pada media tanam yang bibir botolnya


sudah disterilkan dengan cara dibakar pada nyala api
bunsen

Botol kultur ditutup plasctic wrafing atau alumunium


foil lalu diikat dengan karet gelang

Simpan botol kultur yang telah ditanami eksplan pada


ruang kultur

Amati perkembangannya selama 14


hari
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Eksplan


Eksplan adalah potongan/bagian jaringan yang diisolasi dari tanaman yang
digunakan untuk inisiasi suatu kultur in vitro. Eksplan juga diartikan sebagai
potongan tanaman yang diisolasi untuk inisiasi kultur jaringan. Dalam praktikum
kali ini eksplan yang digunakan berasal dari tanaman krisan. Kondisi bahan
tanaman yang digunakan sebagai eksplan harus sehat dan kuat. Penggunaan bahan
tanam dari potongan batang tanaman yang masih sangat muda menyebabkan
eksplan mengalami kematian setelah proses sterilisasi, sedangkan eksplan yang
lebih dewasa mampu berkembang dan merespon dengan baik perlakuan yang
diberikan. Kondisi bahan tanam antara satu tanaman dengan tanaman lainnya
sangat berbeda (Shofiyani & Damajanti, 2017).
Bahan eksplan biasanya mengandung debu, kotoran-kotoran, dan berbagai
sumber kontaminan lainnya pada permukaan eksplan terlebih jika bahan yang
digunakan berasal dari lapangan. Terdapat beberapa sumber kontaminan
mikroorganisme pada sistem in vitro antara lain media tanam yang kurang steril,
lingkungan kerja, pelaksanaan yang kurang hati-hati, eksplan yang kurang steril,
dan serangga atau hewan kecil yang berhasil masuk ke dalam botol kultur setelah
diletakkan dalam ruang inkubasi.
Keadaan eksplan pada media sangat ditentukan dari perlakuan yang
dilakukan oleh praktikan. Hasil praktikum menujukkan dari seluruh eksplan yang
ditanam hanya dua eksplan saja yang dapat tumbuh. Salah satu penyebab tidak
tumbuhnya eksplan yang ditanam adalah adanya kontaminasi baik internal
maupun eksternal. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara
steril (Oratmangun et al, 2017).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Ciri Media yang Terkontaminasi dan Tidak Terkontaminasi
Kontaminasi merupakan faktor pembatas dalam keberhasilan kultur
jaringan yang dapat berasal dari bahan tanaman baik eksternal maupun
internal, organisme kecil yang masuk ke dalam media, botol kultur dan
peralatan yang kurang steril, lingkungan kerja dan ruang kultur, dan
kecerobohan dalam pelaksanaan. Kontaminasi pada media dan eksplan
terjadi karena adanya jamur ataupun bakteri yang tidak mati pada saat
sterilisasi media maupun yang masuk dalam media pada saat proses
penanaman, atau saat pemeliharaan (Wardhani & Rahayu, 2019).
Ciri-ciri media atau eksplan yang terkontaminasi oleh jamur adalah
terdapat jamur yang berwarna putih yang akan terus tumbuh menutupi botol
kultur. Ketika jamur tumbuh pada media atau eksplan maka
pertumbuhannya akan terhambat bahkan dapat menyebabkan kematian pada
eksplan. Terjadinya kontaminasi hampir merata terdapat pada setiap
perlakuan media. Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri pada media
menunjukan ciri-ciri diantaranya media menjadi berwarna lebih keruh atau
berwarna kecoklatan dan media menjadi lebih cair.
Apabila pada media terdapat bakteri maka eksplan tidak dapat tumbuh
dengan baik. Eksplan bahkan bisa mati seiring dengan pertumbuhan bakteri.
Selain itu menurut Wardhani & Rahayu (2019) ciri-ciri media yang
terkontaminasi adalah timbul bercak putih yang lama kelamaan akan
diselimuti oleh spora berbentuk kapas berwarna putih hingga kuning
kecoklatan yang membentuk gumpalan yang melekat pada media.
4.2.2 Penyebab Media Terkontaminasi
Kontaminasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pertama adalah
eksplan. Eksplan merupakan bagian jaringan pada tanaman yang akan
dikulturkan pada media tanam aseptik. Pada eksplan inilah banyak sekali
mikroorganisme ditemukan, karena eksplan terpapar oleh udara luar dan
bersinggungan langsung dengan kondisi non aseptic. Mikroorganisme ini
biasa ditemukan pada permukaan dan celah-celah kecil pada lapisan luar
(Oratmangun et al, 2017).
Faktor kedua adalah proses sterilisasi alat, bahan dan ruangan dalam
pembuatan media tanam yang mempengaruhi tingkat kontaminasi. Faktor
yang ketiga adalah media yang digunakan sebagai media tanam biji kacang
hijau yang dapat menyebabkan tumbuhnya jamur. Herawan et al, (2015)
menyatakan bahwa laju perkecambahan eksplan tidak dapat sama karena
ada beberapa faktor yang mempengaruhi.
Faktor penyebabnya adalah kondisi media tumbuh eksplan yang tidak
baik karena kondisi kulit buah yang sudah pecah atau terbuka. Media
tumbuh dan eksplan paling rentan terhadap kontaminasi mikroorganisme.
media kultur jaringan merupakan media yang sangat mendukung bagi
mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut tumbuh dengan cepat dan akan
menutupi permukaan media dan eksplan yang ditanam. Disamping itu,
mikroorganisme akan menyerang eksplan melalui luka akibat pemotongan
dan penanganan waktu sterilisasi sehingga mengakibatkan kematian
jaringan eksplan (Oratmangun et al, 2017).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa Kultur organ (perbanyakan
mikro) atau yang sering disebut sebagai perbanyakan tanaman secara in vitro
merupakan sebuah kegiatan menjaga dan menumbuhkan jaringan (kalus, sel,
protoplas) dan organ tanaman (daun, tunas pucuk/lateral, batang, akar dan embrio)
pada kondisi aseptik. Dalam hal praktikum kali ini spesimen yang digunakan
berupa eksplan dari tanaman krisan, Tipe eksplan merupakan faktor yang penting
dalam mengoptimalkan pelaksanaan kultur jaringan. Tahapan yang digunakan
dalam praktikum kali ini yakni sterlisasi. Sterilisasi adalah proses untuk
mematikan atau menonaktifkan spora dan mikroorganisme sampai ke tingkat yang
tidak memungkinkan lagi berkembang biak atau menjadi sumber kontaminan
selama proses perkembangan berlangsung.
Proses sterilisasi yang tidak sempurna akan menimbulkan adanya
kontaminasi. Kontaminasi yang umum terjadi adalah kontaminasi oleh cendawan
dan bakteri. Ciri-ciri media atau eksplan yang terkontaminasi oleh jamur adalah
terdapat jamur yang berwarna putih yang akan terus tumbuh menutupi botol
kultur. Ketika jamur tumbuh pada media atau eksplan maka pertumbuhannya akan
terhambat bahkan dapat menyebabkan kematian pada eksplan. Apabila pada
media terdapat bakteri maka eksplan tidak dapat tumbuh dengan baik. Eksplan
bahkan bisa mati seiring dengan pertumbuhan bakteri. Sehingga strelisasi sangat
penting dalam proses kultur organ ini.
5.2 Saran
Kegiatan praktikum biteknologi pertanian dalam penanaman kultur organ
berjalan dengan baik, tahap demi tahap dapat dilaksanakan dan dipahami dengan
baik dan jelas, semoga kedepannya jauh lebih baik lagi, terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Herawan, T., Na’iem, M., Indrioko, S., Indrianto, A. 2015. Kultur Jaringan Cendana
(Santalum album L.) Menggunakan Eksplan Mata Tunas. Jurnal Pemuliaan
Tanaman Hutan. 9(3): 177-188.
Junairiah, j., Amalia, N.s., Manuhara, Y. S. W., Sulistyorini, L. 2019. Pengaruh Variasi
Zat Pengatur Tumbuh IAA, BAP, Kinetin Terhadap Metabolit Sekunder Kalus
Sirih Hitam (Piper betle L. Var Nigra). Jurnal Kimia Riset. 4(2): 121-132.
Mardini, U., Rahayu, T. 2015. Pengaruh Kombinasi 2,4-D dan BAP Terhadap Induksi
Kalus Eksplan Daun dan Batang Tanaman Binahong (Anredera cordifolia
Steenis) Secara In Vitro. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nuha, A. A. 2022. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Naa dan Bap Terhadap Induksi Kalus
Daun Porang (Amarphopallus muelleri B.) Secara In Vitro. Malang: Universitas
Maulana Malik Ibrahim.
Nusryamsi, N., dan Toaha, A. Q. 2017. Tahapan Sterilisasi dan Skarifikasi Benih Kayu
Kuku (Pericopsis mooniana) Untuk Mempercepat Perkecambahan Secara In
Vitro. Buletin Eboni. 14(1): 11-21.
Oratmangun, K. M., Pandiangan, D., Febby, E., dan Kandou, F. E. 2017. Description
Types of Contaminants From Culture Callus Catharanthus Roseus. Jurnal Mipa
Unsrat Online. 6(1): 47-52.
Shofiyani, A., Damajanti, N. 2017. Pengembangan Metode Sterilisasi Pada Berbagai
Eksplan Guna Meningkatkan Keberhasilan Kultur Kalus Kencur (Kaemferia
Galangal L.). Agritech: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. 17(1): 55-64.
Tuwo, M., Tambaru, E., Marianty, N. 2022. Respon Pertumbuhan Biji Jeruk Keprok
(Citrus reticula B.) Pada Beberapa Teknik Sterilisasi. Jurnal Ilmu Alam dan
Lingkungan. 13(2).
Wardhani, D. W. I., Rahayu, T. 2019. Pengaruh Konsentrasi Serbuk Biosida Pelepah
Pisang Kepok Pada Pertumbuhan Biji Kacang Hijau Secara In Vitro. Seminar
Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek. Surakarta, Jawa Tengah
LAMPIRAN

Gambar 1 Mengocok Gambar 3 Mengocok tanaman


tanaman krisan dengan Gambar 2 membersihkan
krisan dari deterjen krisan selama 5 menit
deterjen

Gambar 4 mengocok Gambar 5 Setelah dikocok Gambar 6 memotong


dengan larutan benlate masukkan krisan ke aquades eksplan

Gambar 7 Masukkan eksplan ke


media yang mau di kultur
jaringan

Anda mungkin juga menyukai