Disusun Oleh:
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa Kultur organ (perbanyakan
mikro) atau yang sering disebut sebagai perbanyakan tanaman secara in vitro
merupakan sebuah kegiatan menjaga dan menumbuhkan jaringan (kalus, sel,
protoplas) dan organ tanaman (daun, tunas pucuk/lateral, batang, akar dan embrio)
pada kondisi aseptik. Dalam hal praktikum kali ini spesimen yang digunakan
berupa eksplan dari tanaman krisan, Tipe eksplan merupakan faktor yang penting
dalam mengoptimalkan pelaksanaan kultur jaringan. Tahapan yang digunakan
dalam praktikum kali ini yakni sterlisasi. Sterilisasi adalah proses untuk
mematikan atau menonaktifkan spora dan mikroorganisme sampai ke tingkat yang
tidak memungkinkan lagi berkembang biak atau menjadi sumber kontaminan
selama proses perkembangan berlangsung.
Proses sterilisasi yang tidak sempurna akan menimbulkan adanya
kontaminasi. Kontaminasi yang umum terjadi adalah kontaminasi oleh cendawan
dan bakteri. Ciri-ciri media atau eksplan yang terkontaminasi oleh jamur adalah
terdapat jamur yang berwarna putih yang akan terus tumbuh menutupi botol
kultur. Ketika jamur tumbuh pada media atau eksplan maka pertumbuhannya akan
terhambat bahkan dapat menyebabkan kematian pada eksplan. Apabila pada
media terdapat bakteri maka eksplan tidak dapat tumbuh dengan baik. Eksplan
bahkan bisa mati seiring dengan pertumbuhan bakteri. Sehingga strelisasi sangat
penting dalam proses kultur organ ini.
5.2 Saran
Kegiatan praktikum biteknologi pertanian dalam penanaman kultur organ
berjalan dengan baik, tahap demi tahap dapat dilaksanakan dan dipahami dengan
baik dan jelas, semoga kedepannya jauh lebih baik lagi, terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Herawan, T., Na’iem, M., Indrioko, S., Indrianto, A. 2015. Kultur Jaringan Cendana
(Santalum album L.) Menggunakan Eksplan Mata Tunas. Jurnal Pemuliaan
Tanaman Hutan. 9(3): 177-188.
Junairiah, j., Amalia, N.s., Manuhara, Y. S. W., Sulistyorini, L. 2019. Pengaruh Variasi
Zat Pengatur Tumbuh IAA, BAP, Kinetin Terhadap Metabolit Sekunder Kalus
Sirih Hitam (Piper betle L. Var Nigra). Jurnal Kimia Riset. 4(2): 121-132.
Mardini, U., Rahayu, T. 2015. Pengaruh Kombinasi 2,4-D dan BAP Terhadap Induksi
Kalus Eksplan Daun dan Batang Tanaman Binahong (Anredera cordifolia
Steenis) Secara In Vitro. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nuha, A. A. 2022. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Naa dan Bap Terhadap Induksi Kalus
Daun Porang (Amarphopallus muelleri B.) Secara In Vitro. Malang: Universitas
Maulana Malik Ibrahim.
Nusryamsi, N., dan Toaha, A. Q. 2017. Tahapan Sterilisasi dan Skarifikasi Benih Kayu
Kuku (Pericopsis mooniana) Untuk Mempercepat Perkecambahan Secara In
Vitro. Buletin Eboni. 14(1): 11-21.
Oratmangun, K. M., Pandiangan, D., Febby, E., dan Kandou, F. E. 2017. Description
Types of Contaminants From Culture Callus Catharanthus Roseus. Jurnal Mipa
Unsrat Online. 6(1): 47-52.
Shofiyani, A., Damajanti, N. 2017. Pengembangan Metode Sterilisasi Pada Berbagai
Eksplan Guna Meningkatkan Keberhasilan Kultur Kalus Kencur (Kaemferia
Galangal L.). Agritech: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. 17(1): 55-64.
Tuwo, M., Tambaru, E., Marianty, N. 2022. Respon Pertumbuhan Biji Jeruk Keprok
(Citrus reticula B.) Pada Beberapa Teknik Sterilisasi. Jurnal Ilmu Alam dan
Lingkungan. 13(2).
Wardhani, D. W. I., Rahayu, T. 2019. Pengaruh Konsentrasi Serbuk Biosida Pelepah
Pisang Kepok Pada Pertumbuhan Biji Kacang Hijau Secara In Vitro. Seminar
Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek. Surakarta, Jawa Tengah
LAMPIRAN