Anda di halaman 1dari 20

DI SUSUN OLEH : 1. 2.

RISKI ANTONO MISBAH

MATA KULIAH : BIOLOGI PROGRAM STUDI KIMIA I A FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008

DAFTAR ISI

MATA KULIAH : BIOLOGI..........................................................................................1 DAFTAR ISI............................................................................................................. 1 KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2 BAB I...................................................................................................................... 3 PENDAHULUAN....................................................................................................... 3 LATAR BELAKANG................................................................................................4 B. DASAR TEORI...............................................................................................4 BAB II..................................................................................................................... 5 PEMBAHASAN......................................................................................................... 5 PENGERTIAN KULTUR JARINGAN........................................................................6 TIPE-TIPE KULTUR JARINGAN.............................................................................6 ALAT-ALAT YANG DIBUTUHKAN.....................................................................8 MEDIA KULTUR JARINGAN.........................................................................10 TEKNIK KULTUR JARINGAN....................................................................16 F. MASALAH-MASALAH YANG TERJADI DALAM KULTUR JARINGAN ......17 KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN..................................................18 BAB III..................................................................................................................18 KESIMPULAN.........................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................19

KATA PENGANTAR
2

Assalamualaikum.wr.wb Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan berbagai macam nikmat-Nya kepada kami, sehingga tercapailah pembuatan makalah yang berjudul Kultur jaringan ini. Dalam makalah ini, kami mencoba menjelaskan tentang kultur jaringan, keuntungannya, kandungannya, sampai pada teknik pembuatannya. Kami sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dasumiati selaku dosen kami dalam mata kuliah Biologi Dasar. Akhirnya, kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Wassalamualaikum.wr.wb

Ciputat, 8 Januari 2009

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik pemeliharaan jaringan atau bagian dari individu secara buatan (artifisial). Yang dimaksud secara buatan adalah dilakukan di luar individu yang bersangkutan. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro, sebagai lawan dari in vivo. Dikatakan in vitro (bahasa Latin, berarti "di dalam kaca") karena jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan Petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya. Kultur jaringan secara teoretis dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan maupun hewan (termasuk manusia) namun masing-masing jaringan memerlukan komposisi media tertentu. Dengan adanya teknik kultur jaringan ini, kita dapat menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat yang sama dengan induknya, dengan jumlah yang banyak dan waktu yang relatif singkat. Sehingga kita dapat memiliki banyak tanaman unggul dengan waktu yang singkat dan hal ini lebih efisien dari pada dengan metode cangkok atau yang lainnya.

B. DASAR TEORI
Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang ditulis oleh SCHLEIDEN dan SCHWANN yang menyatakan bahwa teori totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora. Landasan kultur jaringan didasarkan atas tiga kemampuan dasar dari tanaman, yaitu: 1. Totipotensi adalah potensi atau kemampuan dari sebuah sel untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman secara utuh jika distimulasi dengar benar dan sesuai. Implikasi dari totipotensi adalah bahwa semua informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme terdapat di dalam sel. Walaupun secara teoritis seluruh sel bersifat totipotensi, tetapi yang mengekspresikan keberhasilan terbaik adalah sel yang meristematik. 2. Rediferensiasi adalah kemampuan sel-sel masak (mature) kembali menjadi ke kondisi meristematik dan dan berkembang dari satu titik pertumbuhan baru yang diikuti oleh rediferensiasi yang mampu melakukan reorganisasi manjadi organ baru. 3. Kompetensi menggambarkan potensi endogen dari sel atau jaringan untuk tumbuh dan berkembang dalam satu jalur tertentu. Cantohnya
4

embrioagenikali kompeten cel adalah kemampuan untuk berkembang menjadi embrio funsional penuh. Sebaliknya adalah non-kompeten atau morfogenetikali tidak mempunyai kemampuan. 1

BAB II PEMBAHASAN

http://9fly.wordpress.com/2008/12/22/kultur-jaringan-tumbuhan/ 5

PENGERTIAN KULTUR JARINGAN


Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Kultur jaringan akan lebih besar presentase keberhasilannya bila menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dinding tipis, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Kebanyakan orang menggunakan jaringan ini untuk tissue culture. Sebab, jaringan meristem keadaannya selalu membelah, sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon yang mengatur pembelahan.2

TIPE-TIPE KULTUR JARINGAN


Kultur jaringan (tissue culture) sampai saat ini digunakan sebagai suatu istilah umum yang meliputi pertumbuhan kultur secara aseptik dalam wadah yang umumnya tembus cahaya. Sering kali kultur aseptik disebut juga kultur in vitro yang artinya di dalam gelas. Dalam pelaksanaannya dijumpai beberapa tipe-tipe kultur, yakni:
1.

sebenarnya adalah kultur

Kultur

biji

(seed

culture),

kultur

yang bahan

tanamnya

menggunakan biji atau seedling.


2.

Kultur organ

(organ culture), merupakan budidaya yang bahan

tanamnya menggunakan organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun, bunga, buah muda, inflorescentia, buku batang, akar dll.
3.

Kultur kalus (callus culture), merupakan kultur yang menggunakan

jaringan (sekumpulan sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai bahan eksplannya. Potensi terbesar penggunaan kultur kalus adalah dimana sel sel kalus dapat dipisahkan dan diinduksi untuk berdiferensiasi menjadi embrio somatic. Secara morphologi, embryo ini mirip dengan yang ada pada biji, tapi tidak seperti embrio biji, mereka secara genetik bersifat identik dengan tanaman tetua, jadi, segregasi seksual materi genetik tidak terjadi. Karena 1 milimeter kalus berisi ribuan sel, masing masing memiliki kemampuan untuk membentuk embrio, sehingga kecepatan multiplikasi sangat tinggi.
2

http://hamdan-motor.blogspot.com/2008/07/kultur-jaringan.html
6

Kultur kalus dapat dilakukan pada media cair dan embrio berkembang sebagai individu terpisah, sehingga penanganan kultur relatif mudah. Berikut secara umum aplikasi kultur kalus : 1. 2. 3. 4.
5. 4.

Dalam beberapa hal, perlu fase pertumbuhan kalus sebelum Untuk menghasilkan varian somaklonal (genetic atau epigenetic) Sebagai bahan awal kultur protoplast dan kultur suspensi and Untuk produksi metabolit sekunder Digunakan untuk seleksi in vitro3 (suspension culture) adalah kultur yang

regenerasi via somatic embryogenesis atau organogenesis

suspension cultures

Kultur suspensi sel

menggunakan media cair dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan menggunakan sel atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa kalus atau jaringan meristem. Kultur suspensi sel dapat dimanfaatkan untuk memproduksi suatu zat langsung dari sel tanpa membentuk tanaman lengkap baru. Zat-zat bisa meliputi massa sel atau ekstrak bahan kimia. Kultur seperti ini serupa dengan kultur mikroorganisme. Sel sel yang digunakan dapat direkayasa secara genetik untuk meningkatkan sintesa zat tertentu.
5.

Kultur protoplasma. eksplan yang digunakan adalah sel yang telah

dilepas bagian dinding selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur protoplas biasanya untuk keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baik intraspesifik maupun interspesifik).
6.

Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif

tanaman, yakni: kepalasari/ anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/ pollen (kutur pollen), ovule (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan tanaman haploid.
7.

Kultur Meristem Istilah meristem seringkali digunakan untuk

menyebutkan ujung tunas dari tunas apikal atau lateral. Meristem


3

http://www.fp.unud.ac.id/biotek/?page_id=48 7

sebenarnya adalah apikal dome dengan primordia daun terkecil, biasanya berdiameter kurang dari 2 mm. Keuntungan penggunaan meristem adalah kemungkinan besar bebas dari pathogen internal (misalnya untuk eradikasi virus) dan meminimalisasi terjadinya variasi kimera pada kultur. Kerugian utamana adalah sangat rentan terhadap kerusakan dan memerlukan pengerjaan yang sangat detil/teliti di bawah mikroskop. Prasyarat kultur sama dengan eksplan yang lebih besar, hanya ketidakberhasilan kultur awal mungkin cukup tinggi. Berikut aplikasi kultur meristem secara umum: 1. 2. 3. Produksi tanaman bebas virus Produksi massal genotype dengan karakteristik yang diinginkan Memfasilitasi pertukaran eksplan antar lokasi (produksi bahan

tanaman yang bersih)


4.

Cryopreservation (penyimpanan pada suhu -198oC) atau

konservasi plasma nutfah secara in vitro (paper penyimpanan in vitro)4

ALAT-ALAT YANG DIBUTUHKAN


a. Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) Alat ini letaknya diruang penabur, yaitu ruang yang selalu harus dalam keadaan steril. Alat ini digunakan sebagai tahap perlakuan penanaman. b. Entkas Merupakan bentuk lama dari alat penabur (LAFC), maka fungsinya pun sama seperti (LAFC) c. Shaker (penggojok) Merupakan alat penggojok yang putarannya dapat diatur menurut kemauan kita. Penggojok ini dapat digunakan untuk keperluan menumbuhkan kalus pada eksplan anggrek atau untuk membentuk protokormusatau sering disebut plb (protocorm like bodies) dari kalus bermacam jaringan tanaman.

http://9fly.wordpress.com/2008/12/22/kultur-jaringan-tumbuhan/

d. Autoklaf Autoklaf adalah alat sterilisasi untuk alat dan medium kultur jaringan tanaman. e. Timbangan Analitik Jenis alat ini bermacam-macam, tetapi yang penting adalah timbanagn yaang dapat dipergunakan untuk menimbang sampai satuan yang sangat keil. Alat ini berfungsi sebagai alat untuk menimbang bahan-bahan kimia yang digunakan untuk kultur jaringan. f. Stirer Alat ini berfungsi untuk menggojok dengan pemanas. Dengan menggunakan listrik, alat ini berfungsi sebagai kompor disamping sebagai penggojok. g. Erlenmeyer Alat ini digunakan dalama kultur jaringan tanaman sebagai sarana mmenuangkan air suling maupun untuk tempat media dan penanaman eksplan. h. Gelas Ukur Gelas ukur digunakan untuk menakar air suling dan bahan kimia yang akan digunakan.
i.

Gelas Piala Alat ini digunakan untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia dan air suling dalam pembuatan medium.

j. Petridish Alat ini merupakan semacam jenis gelas piala yang mutlak dibutuhkan dalam kultur jaringan. k. Pinset dan Scalpel

Pinset digunakan untuk memegang atau mengambil irisan eksplan atau untuk menanam eksplan l. Lampu Spiritus Digunakan untuk sterilisasi dissecting kit (skalpel dan pinset) di dalam laminar air flow cabinet atau di dalam enkas pada kita mengerjakan penanaman atau sub-culture. m. Tabung Reaksi Alat ini digunakan pada saat mengerjakan isolasi protoplas dan isiolasi khloroplas.5

MEDIA KULTUR JARINGAN


Salah satu kesulitan dalam kultur jaringan tanaman adalah kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan optimum sangat berbeda pada tiap spesies, sehingga tidak ada media yang dapat direkomendasikan untuk semua tanaman. Penelitianpenelitian yang intensif pada kultur jaringan selama 50 tahun terakhir telah banyak mengembangkan media, beberapa diantaranya telah digunakan secara luas dalam kultur jaringan saat ini. Media ini diberikan pada Tabel 12.1. Bahan kimia dalam media biasanya ditentukan, artinya hanya hara tertentu yang dimasukkan ke dalam media, atau media dapat juga mengandung bahan tambahan kompleks seperti air kelapa atau jus jeruk yang mengandung zat pengatur tumbuh. Komposisi media dalam kultur jaringan, yaitu :
1. Hara anorganik

Ada 12 hara mineral yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa hara yang dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan in vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam kultur jaringan, unsur-unsur penting ini harus dimasukkan dalam media kultur. Perbandingan 5 media pada Tabel 12.1 memperlihatkan bahwa unsur esensial ini dimasukkan pada masingmasing media tapi konsentrasinya berbeda karena diberikan dalam bentuk yang berbeda.
5

http://hamdan-motor.blogspot.com/2008/07/kultur-jaringan.html
10

2. Hara organik Tanaman yang tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua kebutuhan bahan organiknya. Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa ini, diperkirakan mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan yang sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke media. Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin, piridoksin dan inositol biasanya ditambahkan. 3. Sumber karbon Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan karena mereka tidak cukup mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa harus ditambahkan ke dalam media. Sumber karbon ini menyediakan energy bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan untuk tumbuh. Biasanya sukrosa pada konsentrasi 1-5% digunakan sebagai sumber karbon tapi sumber karbon lain seperti glukosa, maltosa, galaktosa dan laktosa juga digunakan. Ketika sukrosa diautoklaf, terjadi hidrolisis untuk menghasilkan glukosa dan fruktosa yang dapat digunakan lebih efisien oleh tanaman dalam kultur. 4. Agar Umumnya jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel. Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara 0.7-1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi lebih murni, tidak mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan. Pengganti lain seperti gelatin kadangkadang digunakan pada lab komersial. Gel sintetis diketahui dapat menyebabkan hyperhidration (vitrifikasi) yang merupakan problem fisiologis yang terjadi pada kultur. Untuk mengatasi masalah ini, produk baru bernama Agargel telah diproduksi oleh
11

Sigma. Produk ini merupakan campuran agar dan gel sintetis dan menawarkan kelebihan kedua produk sekaligus mengurangi problem vitrifikasi. Produk ini dapat dibuat di lab dengan mencampurkan 1 g Gelrite (Phytagel) dengan 4 g agar sebagai agen pengental untuk 1 L media.
5. pH

pH media biasanya diatur pada kisaran 5.6 5.8 tapi tanaman yang berbeda mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk pertumbuhan optimum. Jika pH lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH kurang dari 5.2, agar tidak dapat memadat.

6. Zat Pengatur Tumbuh Pada media umumnya ditambahkan zat pengatur tumbuh. ZPT (zat pengatur tumbuh) diperlukan dalam konsentrasi rendah untuk mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Stok ZPT harus disimpan dalam gelap. Auksin harus dilarutkan dalam 95% alkohol (sedikit saja), baru dicampur air. Sitokinin dilarutkan dlm sedikit 1N HCl. Auksin atau sitokinin bisa juga dilarutkan dlm 1N NaOH. 6 1. Auksin a) b) Auksin sintetik relatif lebih aktif. Juga lebih stabil karena Peran : pembelahan sel, pembentukan kalus,

tidak didegradasi oleh enzym dalam tanaman pertumbuhan dan pemanjangan sel, pembentukan akar adventif. Menghambat pembtkan tunas aksilar. 2. Sitokinin Pengaruh : memacu pembentukan tunas aksilar dan tunas adventif, memacu pembelahan sel 3. Gibberelic Acid
6

http://www.fp.unud.ac.id/biotek/?page_id=89

12

a) Grup ini memiliki 60 jenis, tapi GA3 yg paling umum terdapat pada tumbuhan b) Peran : perkecambahan benih, memacu pemanjangan ruas, memacu pembentukan embrio dari kalus 4. Absicic acid = ABA a)
b)

Merupakan zat penghambat tumbuh Jarang digunakan dlm kultur jaringan Aplikasi khusus untuk memacu pembentukan embrio

c)

dari kalus. 5. Ethylene Ethylene diproduksi sebagai respon terhadap kondisi kelebihan air, kondisi yang mirip dengan kultur in vitro. Pada konsentrasi yg tinggi, ethylene menyebabkan vitrifikasi (tanaman terlihat transparan) 6. Adenine Sering ditambahkan pada media untuk merangsang pertumbuhan tunas. 7. Karbon aktif a. Digunakan dg konsentrasi 0.2 3% dlm media.
b. Berperan dalam induksi akar 7 7. Air

Air distilata biasanya digunakan dalam kultur jaringan dan banyak lab menggunakan aquabides (air destilata ganda). Beberapa lab, dengan alasan ekonomi, menggunakan air hujan, tapi ini menyebabkan sulit mengontrol kandungan bahan organik dan non-organik pada media. 8. Pemilihan Media

http://www.fp.unud.ac.id/Zat-pengatur-tumbuhan/pdf

13

Jika tidak ada informasi awal, biasanya mulai dengan media MS (Murashige dan Skoog 1962). Media ini mengandung konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi dibandingkan media lain, dan telah sukses digunakan pada berbagai tanaman dikotil. Untuk inisiasi kalus, 2.4-D ditambahkan ke media dengan konsentrasi 15 mgL-1. Untuk multiplikasi tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan dan juga diberi auksin, seperti NAA pada konsentrasi yang rendah. Untuk inisiasi akar, IBA pada konsentrasi 1 2 mgL-1 ditambahkan. Faktor yang paling sulit ditentukan dalam kultur jaringan adalah zat pengatur tumbuh dan biasanya perlu melakukan penelitian kecil untuk menentukan konsentrasi terbaik yang akan digunakan. Ada 2 pendekatan: Pendekatan pertaman adalah dengan menggunakan media dasar MS dan meneliti kisaran dua zat pengatur tumbuh yang berbeda. Lihat table 12.1. Tabel 12.1 Pendekatan eksperimental untuk memilih konsentrasi yang paling tepat dari BAP dan NAA sebagai tambahan pada media MS berisi 2% sukrosa dan 0.8% agar. Dimodifikasi dari Bhojwani dan Razdan (1983).

BAP (mg/L) NAA (mg/L) 0 0.5 2.5 5.0 0 1 5 9 13 0.5 2 6 10 14 2.5 3 7 11 15 5.0 4 8 12 16

Pendekatan kedua adalah dengan menggunakan metode yang lebih luas menurut deFossard (1976) diamana 4 kategori yaitu mineral, auksin, organik dan sitokinin diuji masingmasing pada 3 konsentrasi. Percobaan yang besar ini memerlukan 81 perlakuan yang berbeda dan sangat menghabiskan waktu tapi mungkin diperlukan untuk beberapa tanaman yang sangat sulit dikulturkan. 9. Persiapan Media

14

Media yang paling banyak digunakan adalah Murashige dan Skoog (1962). Cara yang paling mudah untuk menyiapkan media MS adalah dengan membeli prepacked media yang banyak dijual secara komersial. Berikut adalah hal hal penting yang mendasar dalam pembuatan media : 1. Sebelum memulai, siapkan lembar media dan tentukan media apa dan berapa banyak yang akan anda buat. Tulis informasi ini pada lembar kerja dan periksa setiap langkah sambil anda bekerja. Tanda tangani dan tulis tanggal pada lembar kerja dan letakkan pada notebook. Anda dapat menuliskan komentar tentang apa saja yang tidak biasa atau penting yang terjadi pada saat anda membuat media. 2. 3. 4. 5. Cuci alat gelas dengan air destilata sebelum mulai menyiapkan Ukur kira kira 90% dari volume akhir air destilata, misalnya Jika anda akan memanaskan larutan, pastikan anda media. 900 ml untuk volume akhir 1 liter, lalu masukkan ke dalam beaker. menggunakan alat tahan panas. Sambil mengaduk air, perlahan masukkan bubuk MS dan aduk hingga benar benar larut. Cuci bagian dalam paket MS dengan air destilata untuk mengambil sisa sisa bubuk dan masukkan ke larutan media. 6. 7. 8. 9. Masukkan bahan tahan panas lainnya stok GM,myo-inositol, Atur pH media menggunakan NaOH, HCl, or KOH. Buat volume akhir media dengan menggunakan labu takar Jika menggunakan agar, masukkan ke dalam campuran media sucrose, BA, aduk rata.

sebelum diautoklaf. 10. Media harus selalu diautoklaf dalam wadah dengan ukuran 1 1/2 x atau 2x lebih besar dari volume media agar media tidak tumpah. 11. Tuangkan media sesuai kebuthan sebelum diautoklaf atau sesudah diautoklaf, tergantung kebutuhan.
12. Tutup wadah pada saat diautoklaf, tapi jangan terlalu erat, agar

ada pertukaran udara. 13. Media disterilisasi dengan mengautoklaf pada 1 kg/cm2 (15 psi), 121 C selama kurang lebih 30 menit. Volume yang lebih besar (200
15

ml atau lebih) mungkin memerlukan waktu yang lebih lama. Gunakan exhaust yang lambat.
14. Biarkan media mendingin hingga 55 C sebelum menambahkan

bahanbahan yang tidak tahan panas (acetosyringone, claforan, kanamycin). 15. Media dituangkan ke petri dish biasanya dengan volume 25 ml per petri. Ini akan menghasilkan sekitar 40 petri per liter media. 16. Dinginkan media di dalam laminar. Jangan pindahkan petri yang telah diisi media sampai petri tersebut dingin.
17. Simpan media yang sudah dingin di refrigerator.8

TEKNIK KULTUR JARINGAN


Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu sel atau irisan jaringan tanaman yang sering disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan dipelihara dalam medium pada atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril. dengan cara demikian sebagian sel pada permukaan irisan tersebut akan mengalami proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk dipindahkan ke dalam medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk tanaman kecil yang lengkap dan disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan ini hanya dari satu irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang dapat menjadi planlet dalam jumlah yang besar. Teknik kultur jaringan akan berhasil dengan baik apabila syarat-syarat yang diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan sebagai bahan dasar untuk pembentukkan kalus, penggunaan medium yang cocok, keadaan yang aseptik (tanpa ada kontaminasi bakteri) dan pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair. Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, tetapi sebaiknya dipilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian meristem, seperti: daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan sebagainya. Bila menggunakan embrio bagian bji-biji yang lain sebagai eksplan, yang perlu diperhatikan adalah kemasakan embrio, waktu imbibisi, temperatur dan dormansi.

http://www.fp.unud.ac.id/biotek/?page_id=84

16

F. MASALAH-MASALAH YANG TERJADI DALAM KULTUR JARINGAN


1) Kontaminasi Kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur jaringan. Munculnya gangguan ini bila dipahami secara mendasar adalah merupakan sesuatu yang sangat wajar sebagai konsekuensi penggunaan yang diperkaya. Fenomena kontaminasi sangat beragam, keragaman tersebut dapat dilihat dari jenis kontaminasinya (bakteri, jamur, virus, dll). Upaya mencegah terjadinya kontaminsai. 1) 2) 3) Biasakan membersihkan berbagai sarana yang diperlukan dalam kultur Yakinkan bahwa proses sterilisasi media secara baik dan benar. Lakukan proses penanaman bahan pada keadaan anda nyaman dan cari

jaringan.

waktu yang longgar. 2) Pencoklatan/browning Pencoklatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam yang sering membuat tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Peristiwa pencoklatan sesunggguhnya merupakan peristiwa alamiah yang biasa yang sering terjadi. Pencoklatan umumnya merupakan suatu tanda-tanda kemunduran fisiologi eksplan dan tidak jarang berakhir pada kematian eksplan. 3) Vitrifikasi Vitrifikasi adalah suatu istilah problem pada kultur yang ditandai dengan: a) Munculnya pertumbuhan dan pertumbuhan yang tidaknormal. b) Tanaman yang dihasikan pendek-pendek atau kerdil. c) Pertrumbuhan batang cenderung ke arah penambahan diameter
d) Tanaman utuhnya menjadi sangat turgescent. e) Pada daunnya tidak memiliki jaringan pallisade.9

http://hamdan-motor.blogspot.com/2008/07/kultur-jaringan.html

17

KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN


a. Keuntungan 1. singkat 2. 3. b. Kekurangan 1. Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara luar 2. Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit. Sifat identik dengan induk Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki Bibit (hasil) yang didapat berjumlah banyak dan dalam waktu yang

3. Membutuhkan modal ivestasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium khusus), peralatan dan perlengkapan. 4. Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur jaringan agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan 5. Produk kultur jaringan pd akarnya kurang kokoh

BAB III KESIMPULAN


Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian

dari tanaman sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Kultur jaringan akan lebih besar presentase keberhasilannya bila menggunakan jaringan meristem.

18

Tipe-tipe kultur, yakni kultur biji, kultur organ, kultur kalus, kultur suspensi sel, kultur

protoplasma, kultur haploid, dan kultur Meristem.


Alat-alat yang dibutuhkan dalam melakukan kultur jaringan adalah laminar air flow

cabinet (LAFC), entkas, shaker (penggojok), autoklaf, timbangan analitik, stirer, erlenmeyer, gelas ukur, gelas piala, petridish, pinset, scalpel, lampu spiritus, tabung reaksi.
Komposisi media dalam kultur jaringan, yaitu hara anorganik, hara organik, sumber

karbon, agar, pH, zat pengatur tumbuh, air, pemilihan media, persiapan media.
Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu sel atau irisan jaringan

tanaman yang sering disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan dipelihara dalam medium pada atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril. Setelah itu terbentuk kalus, kalus tersebut dipindahkan kemedia yang cocok lalu akan terbentuk tanaman baru.
Masalah-masalah

yang

terjadi

dalam

kultur

jaringan

yaitu

Kontaminasi,

Pencoklatan/browning, dan Vitrifikasi.


Keuntungan kultur jaringan

4. singkat 5. 6. Kekurangan 6. 7. 8. 9. 10.

Bibit (hasil) yang didapat berjumlah banyak dan dalam waktu yang

Sifat identik dengan induk Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki

Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit. Membutuhkan modal ivestasi awal yang tinggi untuk bangunan Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan Produk kultur jaringan pd akarnya kurang kokoh

udara luar

(laboratorium khusus), peralatan dan perlengkapan. perbanyakan kultur jaringan agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan

DAFTAR PUSTAKA

19

http://9fly.wordpress.com/2008/12/22/kultur-jaringan-tumbuhan/ http://hamdan-motor.blogspot.com/2008/07/kultur-jaringan.html http://www.google.id/ http://www.yahoo.id/ http://www.fp.unud.ac.id/Zat-pengatur-tumbuhan/pdf http://www.fp.unud.ac.id/biotek/?page_id=84 http://www.fp.unud.ac.id/biotek/?page_id=48 http://www.fp.unud.ac.id/biotek/?page_id=89

20

Anda mungkin juga menyukai