Setelah melakukan critical book review penulis dapat mengetahui dalam istilah Teknik kultur jaringan tumbuhan berkembang berdasar pada teori totipotensi sel. Sifat totipotensi merupakan kebutuhan utama pada regenerasi tanaman in vitro. Kemampuan sel dan protoplas yang di kultur untuk berproliferasi dan membentuk jaringan dan bahkan berkembang menjadi individu tanaman yang utuh disebut totipotensi. Semua sel pada kondisi kultur in vitro secara individu mampu mengekspresikan sifat totipotensinya. Kemampuan ini umumnya diwariskan dan akan tetap ada bahkan setelah sel mengalami diferensiasi final. Sel yang telah terdiferensiasi mengekspresikan totipotensinya dengan mengalami dediferensiasi (perubahan morfologi dan sitologi sel dari dewasa muda dan aktif membelah lagi) terlebih dahulu yang diikuti oleh rediferensiasi. Rediferensiasi adalah pembentukan kembali organ atau tanaman utuh dari sel yang telah mengalami dediferensiasi.
3.2. MANFAAT TOPIK REVIEW BAGI PEMBANGUNAN INDONESIA
Setelah mempelajari materi tentang konsep totipotensi, Kultur jaringan tumbuhan (KJT) adalah suatu metode atau teknik mengambil bagian-bagian tanaman seperti protoplas, sel, sekelompok sel, jaringan, dan organ, dan ditumbuhkan di lingkungan dan medium buatan yang sesuai pada kondisi steril/aseptis. Jaringan yang dibutuhkan pada botol kultur yang sama semakin lama akan mencapai fase kematian. Untuk menjaga kecukupan nutrisi dan menghindari akumulasi produk samping metabolisme yang kemungkinan dapat menganggu pertumbuhan maka sebelum mencapai fase kematian perlu dilakukan subkultur secara teratur. Subkultur adalah proses memindahkan bagian-bagian jaringan yang telah diseleksi dari suatu medium kultur ke medium kultur lain (medium segar atau fresh medium) dengan komposisi sama atau berbeda. Subkultur diawali dengan membagi jaringan menjadi beberapa bagian selanjutnya jaringan yang disubkultur diseleksi dan dipastikan bersifat variabel dan aktif membelah. Memotong atau membagi jaringan bertujuan untuk memperluas permukaan yang merespons kondisi lingkungan/medium buatan yang disediakan. Oleh karena itu subkultur juga bertujuan untuk induksi multiplikasi atau perbanyakan sel/jaringan/organ yang dikultur. Subkultur harus dilakukan pada umur kultur yang tepat. Subkultur kalus atau suspensi sel sebaiknya dilakukan pada akhir fase log atau awal fase stasioner. Teknik kultur jaringan juga dapat diterapkan untuk pemuliaan tanaman dalam mempercepat pencapaian tujuan ketika perbanyakan dengan metode konvensional mengalami kendala. Selain itu teknik ini juga berperan dalam perbaikan genetik tanaman melalui persilangan tanaman yang berkaitan erat dengan bidang biologi molekuler dimana gen-gen pembawa sifat unggul tertentu yang telah diidentifikasi, diisolasi dan bahkan juga dimodifikasi dapat ditransfer pada protoplas sel, atau jaringan kalus tanaman tertentu. Selanjutnya melalui teknik kultur in vitro protoplas, sel ataupun jaringan tersebut akan mengalami regenerasi menjadi planet (tanaman baru hasil kultur jaringan) sehingga dapat dilakukan pengamatan terhadap perkembangan kultivar, karakterisasi dan seleksi.
3.3. ANALISIS MAHASISWA
Sebagai mahasiswa biologi mempelajari kultur jaringan merupakan hal yang sangat menarik dan memiliki banyak manfaat dalam pengaplikasiannya. Salah satunya materi tentang kosep totipotensi. Seperti yang telah dipaparkan di bagian manfaat topik yang direview bahwa dengan benar-benar memahami proses kultur jaringan ini maka dapat diaplikasikan untuk menggunakan teknik mengambil bagian-bagian tanaman seperti protoplas, sel, sekelompok sel, jaringan, dan organ, dan ditumbuhkan di lingkungan dan medium buatan yang sesuai pada kondisi steril/aseptis. Dengan mampunya mahasiswa untuk menggunakan teknik tersebu maka akan bisa digunakan untuk membuat peranakan atau tunas baru tanaman tambah menunggu waktu yang lama. Dan dapat juga menjadi salah satu keahlian mahasiswa untuk terjun ke lapangan pekerjaan terutama pada bidang pertanian atau perkebunan.