KULTUR JARINGAN
PEMBUATAN MEDIUM
OLEH :
Universitas Sriwijaya
Media tanam memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan kultur
jaringan. Media tanam diperlukan agar jaringan tanaman yang diisolasi dapat
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang lengkap. Dalam media tanaman
kultur jaringan terdapat penambahan zat pengatur tumbuh. Zat pengarut tumbuh
berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman, misalnya pertumbuhan akar, tunas ,
perkecambahan. Media MS (murashige and Skoog) dikatakan sebagai salah satu
media yang sering digunakan dalam perbanyakan secara in vitro karena
menghasilkan respon yang baik pada banyak tanaman. Media MS sering
digunakan untuk subkultur. Dalam formulasi media MS terdapat sumber hara
makr, mikro, sukrosa, vitamin dan bahan organik (Yusdian et al., 2024).
Penggunaan media dasar MS memiliki pengaruh yang baik untuk
pertumbuhan eksplan pada kultur jaringan beberapa varietas tanaman. Pada media
MS mengandung nitrat, ammonium, kalsium serta unsur makro dan mikro lain
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan eksplan. Selain itu zat pengatur tumbuh
juga memberikan pengaruh pada pertumbuhan eksplan. Zat pengatur tumbuh
dikatakan sebagai suplemen yang ditambahkan kedalam medium kultur jaringan
untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan pada kultur jaringan dan kultur
organ tanaman. Dua golongan utama ZPT yang sering digunakan didalam kultur
in vitro tumbuhan berupa golongan auksin dan sitokinin (Tuwo et al., 2022).
Zat pengatur tumbuh golongan sitokinin yang sering digunakan dalam
kultur jaringan adalah BAP dan kinetin. Hormon BAP dikatakan sebagai sitokinin
yang sering digunakan karena paling efektif untuk merangsang pembentukan
tunas lebih stabil dan tahan terhadap oksidasi. Pertumbuhan pada kultur jaringan
terjadi setelah terbentuknya tunas dan eksplan perlu penambahan ZPT eksogen
untuk memauc pembentukan tanaman. Pertumbuhan dan pembentukan organ
tanaman, menyesuaikan dari interaksi antara hormone endogen dan eksogen.
Keseimbangan ZPT eksogen dan endogen dengan konsentrasi yang sesuai dapat
menunjang terjadinya pembelahan sel (Syahirah et al., 2019).
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
digunakan juga harus distrerilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf
(Ziraluo, 2021).
2.2.2. Inisiasi
Inisiasi dikatakan sebagai pengabilan eksplan dari bagian tanaman yang
akan dikulturkan. Perkembangan dari penerapan teknik jaringan kemungkinan
penggunaan kultur sel tanaman untuk memproduksi metabolit sekunder tanaman
berkhasiat obat. Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan
dalam pengerjaan kultur jaringan. Pertama berupa jaringan muda yang belum
mengalami deferensiasi dan masih aktif embelah sehingga memiliki kemampuan
regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini ditemukan pada tunas ucros,
tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun ucrose batang. Tipe jaringan
kedua berupa jaringan parenkima yang dimana jaringan penyusun tanaman muda
yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya (Anggraeni et al.,
2022).
2.2.3. Sterilisasi
Strerilisasi dikatakan sebagai kegiatan dalam kultur jaringan harus
dilakukan ditempat yang steril, seperti lainar flow dan menggunakan alat-alat
yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, menggunakan
etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi
yang melakukan kultur jaringan juga harus steril (Tuwo et al., 2022).
2.2.4. Multiplikasi
Multiplikasi pada kultur jaringan salah satu kegiatan memperbanyak calon
tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar
air flow untuk menghindari adanya kontainasi yang menyebabkan gagalnya
pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi telah ditanami eksplan diletakan pada rak
dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar (Fathurrahman, 2023).
2.2.5. Pengakaran
Pengakaran dikatakan sebagai fase diana eksplan akan menunjukan adanya
pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan
mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat
pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi
Universitas Sriwijaya
oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi menunjukan gejala
seperti berwarna putih atau biru yang disebabkan oleh jamur atau busuk yang
disebabkan oleh bakteri karena kontaminasi (Ziraluo, 2021).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
dan disebut rendemen ekstrak, rendemen ekstrak daun yang didapat dihitung
menggunakan rumus rendemen.
BAB 4
HASIL PRAKTIKUM
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengamatan sebagai
berikut:
Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada pembuatan medium
media yang digunakan medium MS (Murashige and Skoog) dan medium tanpa
penambahan MS. Media MS terdiri dari unsru hara makro, unsur hara mikro,
vitamin, nutrisi serta zat pengatur tumbuh (ZPT). Medium MS sering digunakan
karena medium ini termasuk media yang sangat luas pemakaianya serta
mengandung unsur hara makro dan mikro yang dapat digunakan untuk berbagai
spesies tanaman, media tersebut lebih komplek dan mengandung hampir semua
unsur yang dibutuhkan untuk tanaman. Menurut Setiawan et al. (2020), media MS
memiliki kandungan nitrat, kalium dan amoium yang tinggi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman.
Medium tanpa penambahan medium MS hanya menggunakan agar sebagai
pemadat dan juga gula. Gula atau sukrosa dalam media kultur berfungsi sebagai
sumber energi, karena umumnya bagian tanaan atau eksplan yang dikulturkan
tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis sangat rendah. Penggunaan
medium tanpa penambahan medium MS digunakan dalam perkecambahan biji
pada tumbuhan. Menurut Kaurow (2023), medium tanpa tanpa medium MS dapat
dibuat dengan tingkat kepadatan yang berbeda tergantung pada kebutuhan
tanaman.
Komposisi media MS (Murashige and Skoog) tanam kultur jaringan terdiri
dari sejumlah unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan bahan tanam terdapat
unsur hara makro. Menurut Ziraluo (2021), unsur hara makro dikatakan sebagai
unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh tanaman berupa
nitrogen, phosphor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur. Terdapat unsur hara
mikro, yang dibutuhkan dalam julah yang sedikit oleh tanaman. Baik unsur hara
makro dan unsur hara mikro keduanya diberikan dalam bentuk garam inorganik.
Selain itu terdapat zat pengatur tubuh, yang umumnya terdapat dua golongan ZPT
yang digunakan berupa golongan auksin dan sitokinin. Terdapat vitamin yang
Universitas Sriwijaya
dibutuhkan sebagai katalisator dalam berbagai proses metabolism. Serta terdapat
gula, pemadat media berupa agar.
Kelebihan dari medium MS dalam kultur jaringan tanaman diantaranya
dapat berupa komposisi nutrisi yang lengkap, medium yang kaya akan nutrisi
esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Komposisi yang lengkap
membantu menyediakan semua elemen penting yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk tubuh dengan baik. Selain itu medium MS juga bersifat fleksibilitas, atau
dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik tanaman yang akan ditanaman.
Stabilitas pH juga dikatakan sebagai salah satu kelebihan pada medium MS.
Menurut Istiqomah (2019), medium MS biasanya memiliki pH yang stabil yang
dapat membantu dalam mengoptimalkan penyerapan nutrisi oleh tanaman.
Reproduksi tanamana juga secara efisien dalam mendukung pembentukan kalus,
organogenesis dan embryogenesis somatic memungkinkan reproduksi tanaman
secara efisien.
Medium murashige and skoog (MS) dikatakan sebagai salah satu medium
kultur jaringan yang sangat efektif dalam budidaya tanaman in vitro terdapat
beberapa kekurangan yang medium MS diantaranya harga yang terpaut mahal,
bahan-bahan yang digunakan untuk medium MS termasuk garam dan vitamin
yang kaya dapat membuatnya relative mahal dibandingkan dengan beberapa
media alternatif. Kompleksitas formulasi juga termasuk kekurangan dalam
medium ini, kompleksitas formulasi medium MS membuatnya kurang praktis atau
lingkungan yang tidak memiliki peralatan yang memadai. Menurut Setiawan et al.
(2020), pembentukan ineral pesipitat dapat membentuk presipitat yang sulit larut,
terutama jika air yang digunakan untuk merencanakan mediu memiliki kandungan
mineral.
Kegagalan pada teknik kultur jaringan disebabkan oleh adanya
kontaminan pada eksplan dan medium kultur. Kontaminasi dikatakan sebagai
faktor dominan yang mempengaruhi keberhasilan dalam teknik kultur jaringan
terutama pada eksplan. Menurut Harahap (2023), kontaminasi dikatakan sebagai
gangguan yang terjadi pada kultur jaringan berupa mikroorganisme seperti jamur,
bakteri bahkan virus. Untuk pencegahan terjadinya gangguan dalam kultur
Universitas Sriwijaya
jaringan maka dilakukan sterilisasi yang tepat dan sesuai pada eksplan yang
digunakan.
Keberhasilan kultur jaringan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya sterilisasi, pemilihan bahan eksplan, faktor lingkungan seperti pH,
cahaya dan temperature serta kandungan zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam
medium kultur. Menurut Kaurow (2023), zat pengatur tumbuh pada tanaman
dikatakan sebagai senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat
mendukung, menghambat dan dapat mengubah proses fisiologi tumbuhan.
BAB 5
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses pembuatan medium, media yang digunakan medium MS
(Murashige and Skoog) dan medium tanpa penambahan MS.
2. Medium MS sering digunakan karena mengandung unsur hara makro,
lebih komplek dan mengandung hampir semua unsur yang dibutuhkan
untuk tanaman.
3. Keberhasilan kultur jaringan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya sterilisasi, pemilihan bahan eksplan, faktor lingkungan seperti
pH, cahaya dan temperature serta kandungan zat pengatur tumbuh (ZPT)
4. Penggunaan medium tanpa penambahan medium MS digunakan dalam
perkecambahan biji pada tumbuhan.
5. Kegagalan pada teknik kultur jaringan disebabkan oleh adanya
kontaminan pada eksplan dan medium kultur.
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, D., Ismaini, L., Surya, M. I., Rahmi, H., dan Saputro, N. W. (2022).
Inisiasi Kalus Daun Talinum Triangulare (Jacq.) Willd pada Beberapa
Kombinasi Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh 2, 4-Dichlorophenoxyatic
Acid Dan Benzyl Adenine. Agrikultura. Vol 33(3): 276-288.
Harahap, F., Bangun, E. F. B., Suriani, C., Edi, S., Ningsih, A. P., dan Nusyirwan,
N. (2023). Variasi Waktu dan Sterilisasi Untuk Anggrek Cattelya Sp.
Sebelum Penanaman In-Vitro. BEST Journal (Biology Education, Sains
And Technology). Vol 6(2): 492-498.
Setiawati, T., Zahra, A., Budiono, R., dan Nurzaman, M. (2018). Perbanyakan
Tanaman Kentang In Vitro (Solanum Tuberosum [L.] Cv. Granola) dengan
Penambahan Meta-Topolin pada Media Modifikasi MS (Murashige dan
Skoog). Jurnal Metamorfosa. Vol 5 (1): 17-22.
Universitas Sriwijaya
Tuwo, M., Tambaru, E., dan Marianty, N. (2022). Respon Pertumbuhan Biji Jeruk
Keprok Citrus Reticulata Blanco pada Beberapa Teknik Sterilisasi. Jurnal
Ilmu Alam Dan Lingkungan. Vol 13(2).
Wulandari, S., Nisa, Y. S., Taryono, T., Indarti, S., dan Sayekti, R. S. (2021).
Sterilisasi Peralatan dan Media Kultur Jaringan. Agrotechnology
Innovation (Agrinova). Vol 4(2): 16-19.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
PLAGIARISME
Universitas Sriwijaya