Anda di halaman 1dari 9

Kultur Jaringan sebagai Metode Perbanyakan Tanaman

ARTIKEL ILMIAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu pada Mata Kuliah Biologi Dasar yang
Diampu oleh Dr. Endah Dwi Hastuti, M.Si.

DISUSUN OLEH:
SEKAR MELIANA
24020121130106

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya kultur jaringan atau kultur in vitro adalah metode untuk
mengisolasi bagian-bagian tanaman seperti sel, jaringan atau organ yang
ditumbuhkan di atas medium secara aseptik dalam ruangan yang terkendali,
sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan meregenerasi
menjadi tanaman yang lengkap. Prinsip kultur in vitro terdapat pada teori sel
yang dikemukakan oleh dua orang ahli biologi dari German yaitu Schleiden dan
Schwann. Teori tersebut menyatakan bahwa sel tumbuhan bersifat autonom dan
bersifat totipotensi. Sel bersifat autonom artinya dapat melakukan metabolisme,
tumbuh dan berkembang secara mandiri jika diisolasi tunas dari jaringan
induknya. Totipotensi diartikan sebagai kemampuan dari sel untuk tumbuh dan
meregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali (Nurcahyani, 2021).
Aplikasi teknik kultur jaringan telah diterapkan untuk program pemuliaan,
konservasi keanekaragaman hayati genetik dan produksi biofarmasi. Tujuan
dari kultur in vitro adalah untuk memperbanyak tanaman dengan waktu relatif
singkat, sebagai langkah dalam pemuliaan tanaman serta menghasilkan jenis
tanaman yang kita inginkan. Keuntungan dari kultur in vitro ialah untuk
pengadaan bibit tidak tergantung lagi pada musim, bibit dapat diproduksi dalam
jumlah besar dengan waktu yang relatif cepat, bibit yang dihasilkan bersifat
seragam, bebas terhadap penyakit (Nurcahyani, 2021).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kultur jaringan?
1.2.2 Bagaimana tahapan-tahapan kultur jaringan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud kultur jaringan
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana proses kultur jaringan
1.3.3 Untuk memenuhi tugas individu biologi dasar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Kultur Jaringan

Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan


tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan
tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, sel,
protoplas dan menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan yang
kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh. Teknik ini dilakukan secara aseptik dalam
wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap ( Kurnianingsih,
2020).

Kultur jaringan sering disebut juga dengan kultur in vitro. Teori yang
mendasari teknik kultur jaringan adalah teori sel oleh Schawann dan Scheleiden
yang menyatakan sifat totipotensi sel. Setiap sel tanaman dilengkapi dengan
informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap dapat tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman utuh pada kondisi lingkungan yang sesuai. Oleh
karena itu, semua organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan memiliki
sifat yang sama persis dengan induknya ( Kurnianingsih, 2020).

2.1.2 Manfaat Kultur Jaringan

Manfaat dari teknik kultur jaringan adalah melestarikan sifat tanaman induk,
menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sama, berperan dalam pembibitan
tanaman, menghasilkan tanaman yang bebas virus, kegiatan konservasi atau
pelestarikan plasma nutfah, produksi metabolit sekunder dan dapat
menghasilkan varietas baru melalui rekayasa genetika ( Kurnianingsih, 2020).

2.1.3 Kelebihan Kultur Jaringan

Kelebihan dari teknik kultur jaringan antara lain pengadaan bibit tidak
tergantung musim, bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu
yang relatif lebih cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun
dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit), bibit yang dihasilkan seragam
dan bebas penyakit (kultur meristem). Selain itu, biaya pengangkutan bibit
relatif lebih murah dan mudah, dalam proses pembibitan bebas dari gangguan
hama penyakit, dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki. Produksi metabolit
sekunder tanaman dapat dilakukan tanpa perlu menunggu tanaman dewasa.
Teknologi kultur jaringan telah berkembang menjadi sarana untuk mempelajari
sitologi, fisiologi, genetika dan biokimia tanaman, serta telah banyak
diaplikasikan dalam kegiatan bioteknologi pertanian ( Kurnianingsih, 2020).

2.1.4 Tahapan Kultur Jaringan

Tahapan dalam kultur jaringan meliputi tahap persiapan, tahap pembuatan


media dan tahap inokulasi eksplan. Tahap persiapan bertujuan untuk
memastikan alat dan bahan telah tersedia. Salah satu persyaratan yang harus
dipenuhi dalam kultur jaringan adalah menciptakan kondisi aseptis, sehingga
alat dan bahan yang akan digunakan harus disterlisasi. Tahap selanjutnya adalah
pembuatan media. Media yang digunakan merupakan media buatan yang
mengandung unsur hara makro, mikro, vitamin, sumber energi dan zat pengatur
tumbuh. Tahap inokulasi eksplan adalah penanaman eksplan (bahan tanam)
pada media. Kultur jaringan membutuhkan kondisi aseptis dan lingkungan yang
terkontrol sehingga keberadaan laboratorium sangat diperlukan, namun saat ini
sudah berkembang juga usaha kultur jaringan tanaman skala rumah tangga(
Kurnianingsih, 2020).

2.2 Pembahasan

Kultur jaringan adalah metode perbanyakan tanaman dengan cara


mengambil sampel bagian tanaman seperti jaringan, sel, maupun protoplas
yang ditumbuhkan dalam media streril dengan tahapan-tahapan tertentu hingga
menghasilkan tanaman dalam waktu cepat dan mirip dengan induknya. Hal ini
sependapat dengan Ziraluo (2021) bahwa kultur jaringan adalah suatu metode
untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan,
organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh
kembali. Teknik kultur jaringan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan
bahan tanam yang bebas patogen karena menghasilkan bibit dalam jumlah
yang lebih banyak dalam waktu yang relatif singkat, bebas penyakit, tidak
tergantung pada iklim dan cuaca, menghasilkan tanaman yang sehat,
mempertahankan sifat baik induk, tidak membutuhkan lahan yang luas untuk
pembibitan, sedikit tenaga kerja, dan dapat memperbanyak tanaman tertentu
yang sulit jika diperbanyak secara konvensional.

Manfaat dari kultur jaringan yaitu menghasilkan tanaman yang memiliki


sifat sama dengan induknya, untuk melestarikan jenis tanaman tertentu,
menghasilan suatu jenis tanaman baru, menghasilkan tanaman yang tahan
terhadap hama. Hal ini sependapat dengan Kurnianingsih (2020) bahwa
manfaat dari teknik kultur jaringan adalah melestarikan sifat tanaman induk,
menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sama, berperan dalam pembibitan
tanaman, menghasilkan tanaman yang bebas virus, kegiatan konservasi atau
pelestarikan plasma nutfah, produksi metabolit sekunder dan dapat
menghasilkan varietas baru melalui rekayasa gen.

Kelebihan dari kultur jaringan diantaranya tanaman yang dihasilkan


memiliki sifat yang mirip dengan induknya, menghasilkan tanaman dengan
jumlah banyak dalam waktu yang singkat, biaya lebih murah, tidak tergantung
pada musim. Hal ini sependapat dengan Kurnianingsih (2020) bahwa kelebihan
dari teknik kultur jaringan antara lain pengadaan bibit tidak tergantung musim,
bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih
cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan
minimal 10.000 planlet/bibit), bibit yang dihasilkan seragam dan bebas
penyakit (kultur meristem). Selain itu, biaya pengangkutan bibit relatif lebih
murah dan mudah, dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama
penyakit, dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki. Produksi metabolit
sekunder tanaman dapat dilakukan tanpa perlu menunggu tanaman dewasa.
Teknologi kultur jaringan telah berkembang menjadi sarana untuk mempelajari
sitologi, fisiologi, genetika dan biokimia tanaman, serta telah banyak
diaplikasikan dalam kegiatan bioteknologi pertanian.
Tahapan kultur jaringan meliputi penyiapan media, inisiasi, sterilisasi,
multiplikasi, pengakaran, dan aklimatisasi. Pertama, penyiapan media, yaitu
mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti agar, garam mineral,
vitamin, hormon, dan zat pengatur tumbuh. Alat dan bahan yang digunakan
harus dalam keadaan steril. Hal ini diperkuat oleh Ziraluo (2021) bahwa media
merupakan ucros penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral,
vitamin, dan hormone serta bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan bervariasi, baik jenisnya maupun
jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca.
Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya
dengan autoklaf. Kedua, inisiasi, yaitu pengambilan bagian tanaman yang akan
dikultur. Bagian dari tanaman yang diambil adalah jaringan yang bersifat
meristematis seperti tunas, ujung akar. Hal ini sependapat dengan Ziraluo
(2021) bahwa inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang
akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas. Ada beberapa tipe jaringan yang di gunakan sebagai
eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang
belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik)
sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama
ini ucr ditemukan pada tunas ucros, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar,
maupun ucrose batang. Tipe jaringan kedua adalah jaringan parenkima, yaitu
jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan
menjalankan fungsinya. Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang
sudah berfotosistesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai
tempat cadangan makanan. Ketiga, sterilisasi, yaitu seluruh kegiatan dalam
proses kultur jaringan harus dengan steril, seperti alat-alat yang digunakan,
teknisi yang melakukan. Hal ini sependapat dengan Ziraluo (2021) bahwa
sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan
di tempat yang steril, yaitu dilaminar flow dan menggunakan alat-alat yang
juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan
etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan.
Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril. Keempat,
multiplikasi, yaitu proses kegiatan memindahkan calon tanaman dalam media
yang telah disiapkan dan diletakkan dalam suhu kamar dalam keadaan steril.
Hal ini sependapat dengan Ziraluo (2021) bahwa multiplikasi adalah kegiatan
memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan
ini dilakukan di laminar air flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang
menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah
ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril
dengan suhu kamar. Kelima, pengakaran, yaitu proses dimana tanaman sudah
memiliki akar, pertanda bahwa kultur jaringan berjalan dengan baik. Hal ini
sependapat dengan Ziraluo (2021) bahwa pengakaran adalah fase dimana
eksplan akan menunjukan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa
proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan
dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta
untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang
terkontaminasi menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru
disebabkan oleh jamur atau busuk disebabkan bakteri. Keenam, aklimatisasi,
yaitu kegiatan memindahkan planlet ke media aklimatisasi dengan intensitas
cahaya rendah dan kelembapan nisbi tinggi, kemudian secara bertahap
kelembapannya diturunkan dan intensitas cahayanya dinaikkan. Hal ini
sependapat dengan Ziraluo (2021) bahwa aklimatisasi adalah kegiatan
memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptik ke bedeng. Pemindahan
dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup.
Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama
penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan
hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan
lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan
pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan
bibit ucrose ve.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kultur jaringan adalah metode perbanyakan tanaman dengan cara
mengambil sampel bagian tanaman seperti jaringan, sel, maupun protoplas
yang ditumbuhkan dalam media streril dengan tahapan-tahapan tertentu hingga
menghasilkan tanaman dalam waktu cepat dan mirip dengan induknya.
Tahapan kultur jaringan meliputi penyiapan media, inisiasi, sterilisasi,
multiplikasi, pengakaran, dan aklimatisasi. Pertama, penyiapan media, yaitu
mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti agar, garam mineral,
vitamin, hormon, dan zat pengatur tumbuh. Kedua, inisiasi, yaitu pengambilan
bagian tanaman yang akan dikultur. Bagian dari tanaman yang diambil adalah
jaringan yang bersifat meristematis seperti tunas, ujung akar. Ketiga, sterilisasi,
yaitu seluruh kegiatan dalam proses kultur jaringan harus dengan steril, seperti
alat-alat yang digunakan, teknisi yang melakukan. Keempat, multiplikasi, yaitu
proses kegiatan memindahkan calon tanaman dalam media yang telah
disiapkan dan diletakkan dalam suhu kamar dalam keadaan steril. Kelima,
pengakaran, yaitu proses dimana tanaman sudah memiliki akar, pertanda
bahwa kultur jaringan berjalan dengan baik. Keenam, aklimatisasi, yaitu
kegiatan memindahkan planlet ke media aklimatisasi dengan intensitas cahaya
rendah dan kelembapan nisbi tinggi, kemudian secara bertahap kelembapannya
diturunkan dan intensitas cahayanya dinaikkan.
Daftar Pustaka

Kurnianingsih, Rina., Ghazali, Mursal., Rosidah, Siti., Muspiah, Aida., Astuti, Sri
Puji., Nikmatullah, Aluh. 2020. PELATIHAN TEKNIK DASAR
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN. Jurnal Masyarakat Mandiri. 4 (5)
: 888-896.
Nurcahyani, Endang., Zulkifli., Kanedi, M. 2021. Pengenalan dan Pelatihan
Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan Bagi Guru Biologi SMA Se-Kabupaten
Tanggamus Provinsi Lampung. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Tabikpun. 2 (1).
Ziraluo, Yan Piter B. 2021. METODE PERBANYAKAN TANAMAN UBI
JALAR UNGU (IPOMEA BATATAS POIRET) DENGAN TEKNIK
KULTUR JARINGAN ATAU STEK PLANLET. Jurnal Inovasi
Penelitian. 2 (3).

Anda mungkin juga menyukai