Anda di halaman 1dari 5

Nama : Andini Maurent Dwiyanti

NIM : 18 502 043

Tugas Terstruktur Bioteknologi

V. Bioteknologi Pertanian

A. Pengertian Bioteknologi Pertanian

Bioteknologi pertanian adalah pengembangan teknologi di bidang pertanian yang


bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin lama semakin meningkat, di era
moderen ini kebutuhan pangan semakin meningkat sehingga manusia di tuntut untuk melakukan
inovasi di dalam berbudidaya tumbuhan agar mendapat hasil yang melimpah, kualitas yang
bagus, bibit yang sehat dan baik dan produktifitas tanaman yang relatif cepat untuk di panen.
Dalam konteks pertanian, ada beberapa ciri yang membedakan apakah usaha pertanian
tersebut menerapkan konsep-kosep bioteknologi modern atau tidak. Pertama, bioteknologi
modern menerapkan konsep dan pendekatan molekular untuk melakukan perubahan atau
perbaikan terhadap sistem dan budidaya pertanian. Misalnya, pemuliaan tanaman dapat
dilakukan dengan cara konvesional seperti yang sudah dilakukan oleh manusia sejak ratusan
tahun yang silam. Cara-cara pemuliaan tanaman konvesional dicirikan oleh teknik yang
dilakukan pada aras individu tanaman tanpa usaha mengubah sifat genetik tanaman secara
terarah pada bahan genetiknya. Pemulian tanaman secara konvesional dapat dilakukan antara
lain dengan melakukan persilangan melalui : 1) penyatuan serbuk sari dengan putik antara
tanaman yang berbeda dengan berbagai cara atau (2) penggabungan antara bagian-bagian
tanaman yang berbeda, misalnya sambung pucuk. Selain itu mutagenesis secara acak, misalnya
secara fisik dengan menggunakan radiasi, atau secara kimia menggunakan senyawa yang bersifat
mutagenik atau menimbulkan pengaruh berupa pelipatgandaan jumlah kromosom. Dengan
teknik semacam ini, hasil pemuliaan tanaman tersebut tidak akan dapat diperhitungkan
sebelumnya, karena mungkinsifat yang muncul pada anaknya tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh ciri dasar teknik pemuliaan konvesional yang perubahan
bahan genetik pada tanamannya tidak dilakukan secara terarah. Berbeda halnya dengan
pendekatan bioteknologi modern dalam pemuliaan tanaman yang melibatkan usaha untuk
mengubah komposisi bahan genetik tanaman secara terarah. Pengubahan sifat genetik dapat
dilakukan dengan menyisipkan gen dari tanaman lain, atau bahkan dari jasad hidup bukan
tanaman , ke dalam sel tanaman yang akan diubah sifatnya dengan cara demikian maka sifat
genetik dan fisiolog baru yang muncul pada anaknya dapat diperhitungkan sehingga sesuai
dengan yang diharapkan.
Dalam metode pemuliaan tanaman secara konvesional, kendala utama yag dihadapi
adalah masalah inkompatibilitas (ketidak sesuaian) genetik antara tanaman yang disilangkan.
Suatu tanaman hanya dapat disilangkan dengan tanaman lain yang secara relatif mempunyai
hubungan kekerabatan yang dekat, misalnya suatu galur padi dengan galur padi lain. Memang
terdapat beberapa contoh keberhasilan persilangan antara dua macam tanaman berbeda spesies,
namun hal semacanm ini tidak selalu dapat dilakukan pada tanaman-tanaman yang lain. Dengan
pendekatan bioteknologi modern, masalah inkompatibilitas seperti ini dapat diatasi sehingga
dapat dihasilkan galur tanaman baru dengan sifat-sifat genetik dan fisiologi baru yang tidak
mungkin diperoleh dengan metode pemuliaan konvesional.
Kekuranga metode konvesional dalam pemuliaan tanaman adalah waktu yang diperlukan
relatif cukup lama untuk dapat menghasilkan galur tanaman yang baru dengan sifat-sifat seperti
yang dikehendaki. Penerapan bioteknologi modern dalam pemuliaan tanaman , dengan teknik
DNA rekombinan, dapat memperpendek jangka waktu untuk galur tanaman baru.
Penerapan bioteknologi modern dalam bidang pertanian tidak hanya terbatas pada
pemuliaan tanaman, melainkan juga mencakup aspek perbaikan sistem budaya. Dalam proses
pertumbuhannya, tanaman di pengaruhi oleh berbagai macam faktor biotik maupun abiotik.
Salah satu faktor biotik yang dapat mempengaruhi budidaya tanaman adalah keberadaan
kelompok jasad mikroba. Mikroba yang ada di alam dapat bersifat sebagai patogen (penyebab
penyakit) maupun sebagai jasad simbion atau asosiatif yang dapat meningkatkan kesuburan
tanaman. Jasad patogen dapat di kendalikan dengan menggunakan perlakuan kimia, misalnya
fungisida atau dengan menggunakan mikrobia lain yang bersifat sebagai antagonis bagi patogen.
Dengan bioteknologi modern, dapat dikembangkan tanaman-tanaman transgenik yang tahan
terhadap patogen tertentu. Pendekatan bioteknologi modern semacam ini dapat mengurangi
potensi kerugian akibat penyakit tanaman, sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan akibat
penggunaan bahn kimia untuk mengendalikan patogen.

B.  Genetically modified organism (rekayasa genetik)

Genetika adalah kata yang dipinjam dari bahasa Belanda: genetica, adaptasi dari bahasa Inggris:
genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani genno, yang berarti "melahirkan". Genetika
merupakan cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat pada organisme maupun
suborganisme (seperti virus dan prion). Maka, dapat juga dikatakan bahwa genetika adalah ilmu
tentang gen dan segala aspeknya.

Bidang kajian genetika dimulai dari wilayah subselular (molekular) hingga populasi. Dan
secara lebih rinci, genetika berusaha menjelaskan tentang :

1. material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik),


2. bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan
3. bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain (pewarisan
genetik).

Rekayasa atau biasa juga disebut dengan teknik adalah penerapan ilmu dan teknologi untuk
menyelesaikan permasalahan manusia. Hal ini diselesaikan lewat pengetahuan, ataupun
pengalaman dari trial dan error. Dan rekayasa juga mengalami perkembangan layaknya lomba
lari estapet yang meneruskan teknologi generasi sebelumnya.

Rekayasa genetika dalam arti luas adalah teknologi dalam penerapan genetika untuk
membantu masalah dan kepentingan apapun dari manusia. Dengan segala pengetahuan dan
pengalaman dari trial dan error tersebut manusia dapat mengembangkan produk-produk yang
bermanfaat bagi manusia itu sendiri.

Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi didefinisikan sebagai teknik in-
vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke dalam sel atau
organel; atau fusi sel di luar keluarga taksonomi; yang dapat menembus rintangan reproduksi dan
rekombinasi alami,dan bukan teknik yang digunakan dalam pemuliaan dan seleksi tradisional.

Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan perubahan
susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA
organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organisme
apa saja. Misalnya, gen dari bakteri bisa diselipkan di kromosom tanaman, sebaliknya gen
tanaman dapat diselipkan pada kromosom bakteri. Gen serangga dapat diselipkan pada tanaman
atau gen dari babi dapat diselipkan pada bakteri, atau bahkan gen dari manusia dapat diselipkan
pada kromosom bakteri.

C. Kultur in vitro (Kultur Jaringan)

Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian
dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada
media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik,
sehingga bagianbagian tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang
lengkap.

Kultur jaringan tanaman bermula dari pembuktian teori totipotensi sel yang dikemukakan
oleh Schwann dan Schleiden (1838). Menurut teori ini, setiap sel tanaman hidup mempunyai
informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk dapat tumbuh dan berkembang
menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai.

Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian
tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna)
dikondisi invitro (didalam gelas). Jadi Kultur in vitro dapat diartikan sebagai bagian jaringan
yang dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material tembus
pandang lainnya. Secara teoritis teknik kultur jaringan dapat dilakukan untuk semua jaringan,
baik dari tumbuhan, hewan, bahkan juga manusia, karena berdasarkan teori Totipotensi Sel
(Total Genetic Potential), bahwa setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu
memperbanyak diri dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap. Sel dari suatu organisme
multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel
tersebut, setiap sel berasal dari satu sel.

Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue
culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk
dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman
menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.
Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi
bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam
media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup
yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat
steril.

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur
jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman
seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara
aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya
sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan
bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Landasan
kultur jaringan didasarkan atas tiga kemampuan dasar dari tanaman, yaitu:

1. Totipotensi adalah potensi atau kemampuan dari sebuah sel untuk tumbuh dan berkembang
menjadi tanaman secara utuh jika distimulasi dengar benar dan sesuai. Implikasi dari
totipotensi adalah bahwa semua informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan suatu
organisme terdapat di dalam sel. Walaupun secara teoritis seluruh sel bersifat totipotensi,
tetapi yang mengekspresikan keberhasilan terbaik adalah sel yang meristematik.

2. Rediferensiasi adalah kemampuan sel-sel masak (mature) kembali menjadi ke kondisi


meristematik dan dan berkembang dari satu titik pertumbuhan baru yang diikuti oleh
rediferensiasi yang mampu melakukan reorganisasi manjadi organ baru.

3. Kompetensi menggambarkan potensi endogen dari sel atau jaringan untuk tumbuh dan
berkembang dalam satu jalur tertentu. Contohnya embrioagenikali kompeten sel adalah
kemampuan untuk berkembang menjadi embrio funsional penuh. Sebaliknya adalah non-
kompeten atau morfogenetikali tidak mempunyai kemampuan.

Anda mungkin juga menyukai