Anda di halaman 1dari 22

engertian Bioteknologi Pertanian

Bioteknoloogi ini selain diterapakan didalam farmasi dan


kedokteran dan pangan, juga bias diterapakan dalam bidang
pertanian. Dalam pembuatan kompos dan biogas merupakan salah
satu contoh yang sederhana dalam penerapan bioteknologi
pertanian. Pemanfaatan bioteknologi pertanian pada zamam
sekarang ini dilakukan dengan secara modern, berikut ini ada
beberapa contoh dari bioteknologi pertanian.

Bioteknologi pertanian merupakan salah satu cabang ilmu yang


penting dalam pengembangan bioteknologi yang diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan manusia akan pangan. Sebagai negara
tropis dan agraris yang sebagian besar penduduknyamemiliki mata
pencaharian dalam bidang pertanian, Indonesia memiliki
keragaman flora dan fauna yang sangat tinggi, serta ketergantungan
terhadap sektor pertanian yang amat besar, sehingga upaya
pengembangan bioteknologi merupakan hal yang mutlak.

Adanya perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan teknik


modifikasi genetik dengan bioteknologi untuk memperoleh varietas
unggul , produksi tinggi , tahan hama , patogen , dan herbisida.
Perkembangan Biologi Molekuler memberikan sumbangan yang
besar terhadap kemajuan ilmu pemuliaan ilmu tanaman (plant
breeding). Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa perbaikan
genetis melalui pemuliaan tanaman konvensional telah
memberikan konstribusi yang sangat besar dalam penyediaan
pangan dunia.

Manfaat Bioteknologi Pertanian


Bioteknologi pertanian memberikan banyak manfaat, manfaat-
manfaat itu diantaranya adalah sebagai berikut:
 Menghasilkan keturunan dengan sifat yang unggul.
 Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
serta melipatgandakan hasil pertanian
 Menghasilkan produk agribisnis yang berdaya saing tinggi.
 Terciptanya tanaman yang tahan dalam berbagai hama serta
kondisi.
 Terciptanya tanaman yang dapat membuat pupuknya sendiri.
 Mengurangi pencemaran lingkungan serta menekan biaya
produksi.

Disamping memberikan banyak manfaat, bioteknologi pertanian


juga memiliki beberapa kelemahan, kelemahan-kelemahan itu
diantaranya adalah:

1. Terjadinya silang luar akibat adanya penyebaran pollen dari


tanaman transgenik ke tanaman lain.
2. Adanya efek kompensasi.
3. Muncul hama target yang tahan terhadap insektisida.
4. Muncunya efek samping terhadap hama nontarget.
5. Biaya untuk memuatnya relatif tinggi.
6. Membutuhkan teknologi yang tinggi, sehingga dalam
perakitannya diperlukan orang-orang yang memiliki keahlian
khusus.
Metode Komponen Bioteknologi pertanian
Komponen bioteknologi di bidang pertanian adalah tumbuhan
beserta substansi didalamnya, teknik, serta produk hasil pemuliaan.
Untuk beberapa teknik yang digunakan dalam bidang bioteknologi
pertanian antara lain sebagai berikut :

 Seleksi Perkawinan Konvensional dan Hibridisasi


Rekayasa genetik pada tanaman bukanlah suatu hal yang baru.
Sejak berkembangnya bidang pertanian, para petani telah
melakukan seleksi benih sesuai sifat-sifat yang diinginkan.
Meskipunperkawinan silang yang dilakukan dapat meghasilkan
tongkol-tongkol jagung yang besar, apel yang mengandung banyak
air, dan bibit unggul yang diperoleh secara modern, namun cara ini
membutuhkan waktu yang lama dan tidak tentu. Untuk
mendapatkan bibit unggul sesuai sifat-sifat yang diinginkan
dilakukan dengan perkawina silang antara 2 jenis tanaman dan
mengulang kembali perkawinan silang antara keturunan hibrid
dengan salah satu induknya.

Pada kenyataanya, tanaman dari spesies yang berbeda pada


dasarnya tidak dapat dihibridisasi, akibat sifat genetik tidak dapat
diisolasi dari tanaman. Dengan bioteknologi, keterbatasan tersebut
dapat diatasi. Para ilmuwan sekarang dapat memindahkan gen-gen
khusus untuk sifat yang diinginkan kedalam tanaman. Proses ini
berjalan cepat dan pasti karena tanaman menunjukkan beberapa
keuntungan bagi para ahli genetik, yaitu :

 Sejarah panjang dari persilangan tanaman memberikan


peluang bagi ahli genetika tanaman memiliki kekayaan strain
yang dapat dieksploitasi secara molekuler.
 Tanaman menghasilkan banyak keturunan, sehingga mutasi
rekombinasi dapat ditemukan dengan mudah.
 Tanaman memiliki kemampuan regenerasi lebih baik
daripada hewan.
 Batas spesies dan kompatibititas seksual bukan merupakan
persoalan yang berkepanjangan.

Perbandingan gen pada varietas yang dihasilkan dari hibridisasi


konvensional dan transformasi genetik
Teknik konvensional ini memiliki keuntungan dan juga kelemahan.
Keuntungan dari teknik konvensional adalah dapat menghasilkan
bibit unggul sedangkan kelemahannya adalah hanya bisa dilakukan
pada spesies (jenis) yang sama.

 Kloning (menumbuhkan tanaman dari sel tunggal)


Pada umumnya sel-sel tanaman berbeda dengan hewan, tetapi satu
ciri khas sel tanaman yang penting untuk bioteknologi adalah
beberapa tanaman dapat melakukan regenerasi dari satu sel.

Tumbuhan baru yang terbentuk memiliki tiruan baru (klon) dari sel
induk. Kemampuan alami sel tanaman ini membuatnya menjadi
ideal untuk penelitian genetik. Setelah materi genetik yang baru
dihasilkan di dalam sel tanaman, maka sel tersebut dengan cepat
membentuk tanaman dewasa dan para peneliti dapat mengetahui
hasil modifikasi genetik pada waktu yang relatif singkat.

 Fusi Protoplas
Fusi protoplas merupakan suatu proses alamiah yang terdapat
darimulai tanaman tingkat rendah sampai pada tanaman tingkat
tinggi. Fusi protoplas merupakan gabungan protoplas dengan
protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian membentuk sel
yang dapat tumbuh menjadi tanaman hibrid.

Hibridisasi somatik melalui fusi protoplasma digunakan untuk


menggabungkan sifat lain dua spesies atau genus yang tidak dapat
digabungkan secara seksual ataupun aseksual. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom dari spesies
yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama
(inter-spesies), atau antargenus dari satu famili (inter-genus).
Ketika tanaman dilukai, maka sejumlah sel yang disebut callus akan
tumbuh pada tempat yang dilukai tersebut. Sel-sel callus memiliki
kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tunas dan akar serta
keseluruhan tanaman berbunga.Potensi alami sel-sel tersebut yang
terprogram menjadi calon tanaman baru yang sangat ideal untuk
rekayasa genetik. Seperti pada sel-sel tanaman, sel-sel callus
dikelilingi oleh dinding selulosa yang tebal, yaitu sebuah rintangan
yang menghambat pembentukan DNA baru. Dinding sel tersebut
dapat dipecah dengan dinding selulose sehingga menghasilkan sel
tanpa dinding sel yang disebut protoplas. Protoplas ini dapat
digabungkan dengan protoplas lain dari beberapa spesies,
kemudian membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi tanaman
hibrid. Metode ini disebut fusi protoplas.

Tujuan fusi protoplas adalah untuk mendapatkan suatu hibrida


somatic atau sibrida atau mengatasi kelemahan dari hibrida
seksual. Terdapat kelemahan dari hibrida seksual, yaitu:

 Sukar untuk mendapatkan suatu hibrida antarspesies dan


antargenera. Hibridisasi somatik dapat mengatasi hal
tersebut.
 Sitoplasma pada perkawinan seksual hanya berasal dari induk
betina saja. Dalam proses pembuahan, gamet jantan hanya
membawa inti saja dengan sedikit sitoplasma sebaliknya pada
tetua betina selain inti juga sitoplasma. Untuk mendapat
sitoplasma dari kedua tetua diadakan fusi antara sitoplasma.

Fusi protoplas dapat dimanfaatkan untuk melakukan persilangan


antarspesies atau galur tanaman yang tidak memungkinkan untuk
dilakukan dengan persilangan biasa karena adanya masalah
inkompatibilitas fisik. Fusi protoplas membuka kemungkinan
untuk:

1. Menghasilkan hibrid somatik amphidiploid yang fertil antar


spesies yang secara seksual tidak kompatibel
2. Menghasilkan galur heterozigot dalam satu spesies tanaman
yang secara normal hanya dapat diperbanyak dengan cara
vegetatif, misalnya pada kentang.
3. Memindahkan sebagian informasi genetik dari satu spesies ke
spesies lain dengan memanfaatkan fenomena yang disebut
penghilangan kromosom (chromosome elimination).
4. Memindahkan informasi genetik yang ada di sitoplasma dari
satu galur atau spesies ke galur atau spesies lain.

Fusi protoplas dapat menghasilkan dua macam kemungkinan


produk:

 Hibrid, jika nukleus dari kedua spesies tersebut betul-betul


mengalami fusi (menyatu)
 Cybrid (cytoplasmid hybrid ataru heteroplast), jika hanya
sitoplasma yang mengalami fusi sedangkan informasi genetik
dari salah satu induknya hilang.

Skema fusi protoplas dalam menghasilkan produk


Teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman dengan sifat
tertentu dan dapat dilakukan dengan spesies yang berbeda.
Kekurangan dari teknik ini adalah memerlukan biaya yang mahal
serta butuh ketelitian yang lebih (Nasir, 2002: 17-20).

 Teknik Potongan Daun (Leaf Fragment Technique)


Transfer genetik terjadi secara alami pada tanaman dalam
merespon organisme patogen. Contohnya, suatu luka dapat
terinfeksi oleh bakteri tanah yang disebutAgrobacterium
tumefaciens (Agrobacter). Bakteri ini memiliki plasmid yang besar
(molekul DNA double helix yang sirkuler) yang dapat merangsang
sel-sel tanaman untuk tumbuh terus-menerus tanpa terkontrol
(tumor). Oleh karena itu, plasmid ini dikenal sebagai Tumor
inducing (Ti) plasmid. Sedangkan hasil dari tumor tersebut disebut
crown gall. Selama infeksi, bakteri ini mentransfer sebagian kecil
materio genetik yang dimilikinya (T-DNA) ke dalam genom sel
tanaman inang. Setelah diinsersi, gen-gen bakteri tersebut
diekspresi oleh sel-sel tanaman yang terinfeksi.

Plasmid bakteri memberi gagasan bagi para ahli bioteknologi


sebagai sarana transfer DNA. Dalam penggunaannya, peneliti
sering menyebut sebagai teknik potongan daun. Dalam teknik ini
daun dipotong kecil-kecil kemudian ketika potongan daun mulai
regenerasi, selanjutnya akan dikultur pada medium yang
mengandung Agrobacter yang telah mengalami modifikasi genetik.
Selama proses ini, DNA dan Ti plasmid berintegrasi ke DNA sel
inang dan materi genetik pun telah terkirim. Potongan daun
tersebut kemudian diberi hormon untuk merangsang pertumbuhan
tunas dan akar.
Mekanisme penggabungan gen melalui teknik potongan
daun
Kekurangan utama dari proses ini adalah Agrobacter tidak dapat
menginfeksi tanaman monokotil seperti jagung dan gandum.
Tanaman dikotil seperti tomat, kentang, apel, juga kedelai
merupakan contoh yang cocok untuk proses ini. Namun penelitian
baru-baru ini jelas menunjukkan bahwa T-DNA dapat digabungkan
ke dalam spesies monokotil. Untuk bakteri yang tahan terhadap
Agrobacter dilakukan dengan menggunakan pistol gen, yaitu
dengan cara menembakkan logam kecil yang diselubungi DNA ke
embrio sel tumbuhan, di sini inti sel tumbuhan tetap bisa membidik
kloroplas. Kelebihan dari teknik ini adalah dapat menghasilkan
tanaman dengan sifat yang sesuai dengan keinginan (Amin, 2009 :
24).
 Teknik Kultur Invitro
Kultur invitro merupakan salah satu teknik yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman, antara lain
dengan keragaman somaklonal (Pedrieri, 2001). Menrut Ahlowalia
(1986), perubahan genetik dapat terjadi selama periode kultur
invitro atau karena adanya sel- sel yang mengalami mutasi.
Pemanfaatan lain teknologi tersebut untuk pengadaan bibit pada
awalnya berdasarkan hasil percobaan Morel tahun 1960 pada
anggrek Cymbidium.

Langkah-langkah kultur invitro

Dalam waktu yang singkat dari bahan tanaman yang sangat


terbatas dapat dihasilkan bibit dalam jumlah yang banyak dan
memiliki sifat yang sama dengan induknya. Keberhasilan tersebut
mendorong dimanfaatkannya invitro sebagai teknologi
perbanyakan yang banyak memberikan keunggulan daripada
teknologi konvensional.
Walaupun demikian terdapat beberapa kendala yang sering
dihadapi dalam aplikasinya yaitu:

 Keberhasilan teknik ini pada tanaman tahunan berkayu masih


rendah sehingga aplikasinya masih terbatas pada jenis
tanaman tertentu saja.
 Kapasitas regenerasi menurun bila sering melakukan
pembaharuan
 Penurunan integritas genetik pada bibit yang dihasilkan
 Persentase keberhasilan aklimatisasi (terutama pada tanaman
tahunan berkayu) relatif masih rendah
 Adanya patogen internal (khususnya pada tanaman tahunan
berkayu) yang sulit dihilangkan
 Diperlukan tenaga kerja yang intensif, terdidik, serta
mempunyai keterampilan khusus
 Diperlukan modal awal yang cukup tinggi

Pierik dalam Nurwandani, Paristiyanti(2008) menyatakan bahwa


perbanyakan melalui kultur invitro dapat dikatakan berhasil bila
memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Tidak merubah sifat genetik pohon induk


2. Seleksi kuat pada bahan tanaman yang akan digunakan
sebagai eksplan agar bebas penyakit
3. Teknik perbanyakan yang tidak terlalu rumit
4. Kemampuan regenerasi yang tetap tinggi, dan
5. Ekonomis

Pada tanaman semusim (berdinding lunak), masalah regenerasi


umumnya tidak menjadi masalah. Faktor pertunasan yang tinggi
dapat tercapai dengan penggunaan formulasi media tertentu.
Berbeda dengan tanaman tahunan berkayu,banyak faktor yang
menghambat proses regenerasi, antara lain:

 Daya meristematis yang rendah


 Tingkat oksidasi fenol yang tinggi
 Jaringan sklerenkhima
 Kandungan inhibitor organik yang tinggi
 Kurangnya faktor perakaran
 Kandungan lignin yang tinggi, dan
 Gugurnya tunas daun yang lebih dini (Lestari, 2010).

Hidroponik Dan Aeroponik


Hidroponik ialah bekerjaan dengan cara memanfaatkan air. Untuk
metode yang pergunakan didalam hidroponik yang diantaranya
seperti kultur air dengan menggunakan media air, metode kultur
pasir dengan menggunakan media pasir dan metode porus antara
lain dengan menggunakan media kerikil dan pecahan baru bata.
Dengan metode pasir ini termasuk cara yang berhasil dan mudah
untuk diterapkan.

Keuntungan Dari Penggunaan Hidroponik

 Produksi tanaman yang lebih tinggi


 Pemakaian pupuk yang lebih efisien
 Tidak tergantung pada kondisi alam
 Tumbuhan bebas dari hama dan penyakit
 Tumbuh lebih cepat
 Mudah dalam pengerjaannya
 Tidak membutuhkan lahan yang begitu luas

Buah yang didapat dihidroponik antara lain mentimun, paprika dan


selada sedangkan tumbuhan yang dapat dihidroponikkan yaitu
belimbing, jambu air dan melon.

Aeroponik merupakan jenis hidroponik karena air yang berisi


larutan unsur hara yang disemburkan dalam bentuk kabut hingga
mengenai akar tanaman. Prinsip dari penerapan aeroponik yaitu
Styrofoam yang diberi lubang-lubang tanam dengan jarak 15 cm,
yang kemudian dengan menggunakan ganjal busa atau rockwool,
anak semai sayuran yang ditancapkan pada lubang tanam. Pada
akar tanaman akan menjuntai secara bebas ke bawah, yang
kemudian dibawah helaian Styrofoam terdapat sprinkler atau
pengabut yang memancarkan kabut larutan hara ke atas hingga
mengenai akar.

Kultur Jaringan Tumbuhan


Kultur jaringan tanaman adalah metode atau teknik dalam
mengisolasi bagian tanaman yaitu sel, jaringan, organ dan
protoplasma dan menumbuhkannya pada media buatan dalam
kondisi aseptic didalam ruang yang terkontrol sehingga bagian-
bagian dari tanaman tersebut akan tumbuh dan berkembang
menjadi tanaman yang lengkap.
Bagian yang ditumbuhkan melalui kultur jaringan dinamakan
dengan eksplan. Eksplan yang digunakan biasanya dari jaringan
tumbuhan yang masih muda, seperti tunas, daun muda dan ujung
akar.

Macam-Macam Kultur Jaringan Tumbuhan

 Pollen antherkultur merupakan suatu teknik kultur jaringan


dengan menggunakan eksplan dari benang sari atau serbuk
sari.
 Cloroplast kultur merupakan teknik kultur jaringan dengan
menggunakan eksplan chloroplast untuk keperluan
memperbaiki sifat dari tanaman dengan membuat varietas
baru.
 Maristem kultur merupakan suatu teknik kultur jaringan
dengan menggunakan eksplan atau bagian tanaman dari
jaringan muda tau meristem.
 Protoplast kultur merupakan suatu teknik kultur jaringan
dengan menggunakan bagian tanaman protoplast atau sel
hidup yang telah dihilangkan dari dinding selnya.
 Somatic cross atau silangan protoplasma merupakan
penyilangan dua macam protoplasma menjadi satu, kemudian
membudidayakannya sehingga menjadi tanaman yang kecil
dengan memiliki sifat baru.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Morfologi Protozoa


Dalam Biologi

Bioteknologi Dalam Tanaman Unggul Baru


Bioteknologi Dalam Pembentukan Varietas Tanaman Unggul Baru.
Dalam penerapan bioteknologi dalam membentuk tanaman baru
yang unggul banyak dikembangkan karena kebutuhan manusia
yang terus meningkat. Selain itu penerapan bioteknologi tanaman
dapat memudahkan seorang petani dalam proses budidaya
tanaman. Beberapa jenis tanaman unggul baru yang dibuat dengan
memanfaatkan bioteknologi yaitu sebagai berikut.

 Kentang russet Burbank merupakan kentang yang memiliki


kandungan pati yang tinggi dan mampu menghasilkan
kentang goring dan keripik kentang yang lebih baik.
 Tembakau rendah nikotin merupakan jenis tembakau yang
dinilai dapat mengurangi resiko serangan kanker akibat
merokok.
 Padi golden rice merupakan pada yang butirannya berwarna
kuning seperti emas dan mengandung karotenoid.
 Tomat flavrsavr merupakan jenis tomat yang buah matangnya
tidak mudah membusuk.
Peran Bioteknologi Pertanian Modern
Adapun contoh-contoh aplikasi bioteknologi modern sat sekarang
ini. Beberapa jenis tanaman unggul baru yang dibuat dengan
pemanfaatan bioteknologi adalah sebagai berikut:

Padi Golden Rice


Padi merupakan tanaman pangan utama dunia. Dengan demikian
padi menjadi prioritas utama dalam bioteknologi. Selain padi,
tanaman pangan yang telah banyak mendapat sentuhan
bioteknologi adalah kentang. Penerapan bioteknologi pada tanaman
padi sebenarnya telah lama dilakukan. Salah satu produknya adalah
pari jenis golden rice yang dikenalkan pada tahun 2001.
Diharapkan padi jenis ini dapat membantu jutaan orang yang
mengalami kebutaan dan kematian dikarenakan kekurangan
vitamin A dan besi. Vitamin A sangat penting untuk penglihatan,
respon kekebalan, perbaikan sel, pertumbuhan tulang, reproduksi,
hingga penting untuk pertumbuhan embrionik.
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan
berwarna kuning menyerupai emas karena mengandung
karotenoid. Rekayasa genetika merupakan metode yang digunakan
untuk produksi Golden Rice. Hal ini disebabkan karena tidak ada
plasma nutfah padi yang mampu untuk mensintesis karotenoid.

Kentang Russet Burbank


Teknik bioteknologi saat ini telah banyak digunakan dalam
produksi kentang. Baik dalam teknik penyediaan bibit, pemuliaan
kentang, hingga rekayasa genetika untuk meningkatkan sifat- sifat
unggul kentang. Dalam hal penyediaan bibit, saat ini teknik kultur
jaringan telah banyak digunakan. Teknik kultur jaringan me-
mungkinkan petani mendapatkan bibit dalam jumlah besar yang
identik dengan induknya. Contoh varietas kentang baru adalah
kentang Russet Burbank yang memiliki kandungan pati yang tinggi
yang dapat menghasilkan kentang goreng dan kripik kentang
dengan kualitas yang lebih baik karena menyerap lebih sedikit
minyak ketika digoreng.

Tomat FlavrSavr
Teknologi rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman
hortiklutura. Sebagai contoh yang cukup terkenal adalah tomat
FlavrSavr, yaitu jenis tomat yang buah matangnya tidak lekas
rusak/membusuk. Hal ini sangat berbeda dengan tanaman tomat
lain, di mana buah yang matang cepat menjadi rusak. Sifat tomat
FlavrSavr ini sangat berguna dalam pengiriman buah ke tempat
yang jauh sebelum tiba di tangan konsumen.

Tembakau Rendah Nikotin


Salah satu dari sekian banyak kerugian merokok adalah gangguan
kesehatan karena kadar nikotin yang tinggi. Pendekatan
bioteknologi dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu
dengan merakit tanaman tembakau yang bebas kandungan nikotin.
Pada tahun 2001 jenis tembakau ini diklaim dapat mengurangi
resiko serangan kanker akibat merokok. Selain bebas nikotin,
sentuhan bioteknologi lain juga dilakukan untuk tanaman
tembakau misalnya dengan meningkatkan aroma menggunakan
gen aroma dari tanaman lain. Salah satu yang telah berhasil adalah
mengabungkannya dengan aroma buah lemon.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian,


Macam, Dan Contoh Pencemaran Lingkungan Beserta Cara
Penanggulangannya Lengkap
Contoh Bioteknologi Bidang Pertanian
Kultur Jaringan
Teknologi kultur jaringan yang merupakan kemajuan besar dalam
bidang pertanian. Kultur jaringan adalah pembuatan bibit dan
perbanyakannya menggunakan permainan komposisi media. Yang
digunakan bisa segala sumber organ tumbuhan mulai dari biji,
daun, tunas, dsb jadi lebih luas dari teknologi pembibitan
konvensial dengan stek. Yang dimanipulasi adalah sel penyusun
organ itu untuk berubah menjadi tanaman sempurna melalui
hormon-hormon dalam media yang digunakan. Jadi ini adalah
bioteknologi tingkat tua, bukan bioteknologi modern. Kultur
jaringan tanaman merupakan teknik in vitro (dalam gelas) yang
merupakan cara untuk memperbanyak tanaman dengan
pengambilan bagian tanaman yang mempunyai titik tumbuhnya.
Contoh sederhana pada pisang, bila di ambil cambium atau ujun-
ujung akarnya, lalau di perlakukan dalam gelas dalam
laboratorium, kemudian bagian itu akan membelah sendiri dan
setiap belahanya akan menghsilkan tanaman baru. Intinya asalakan
pada tanaman itu ada titik tumbuh atau yang disebut jaringan
meristematik, tanaman tersebut bisa diperbanyak (Pedrieri, 2001).

Tanaman Tahan Antibiotik Kanamisin


Rekayasa genetika di bidang tanaman pertanian dilakukan dengan
mentransfer gen asing ke dalam tanaman. Teknologi yang
dikembangkan adalah teknologi plasmid. Plasmid dan bakteri
Agrobacterium tumefaciens yang sudah disisipi gen asing yang
resisten terhadap antibiotic kanamisin (plasmid hasil rekayasa)
dibiakkan agar menduplikasikan diri, baru kemudian disisipkan
pada kromosom tumbuhan. Pada kromosom tumbuhan transgenik
sekarang sudah mempunyai sifat resisten terhadap antiotik
kanamisin sehingga mampu tumbuh dan berkembang dengan baik
(Nasir, 2002: 26).
Tanaman Penghasil Pestisida
Rekayasa genetika lainnya pada tanaman pertanian dapat
dilakukan pada tumbuhan kapas dengan menyisipkan gen dari
Bacillus thuringiensis. Gen yang disisipkan mempunyai sifat dapat
membunuh larva dari berbagai insekta. Gen bakteri ini mengkode
protein Cry, di mana protein Cry yang diproduksi oleh tanaman
akan dapat menghasilkan racun di dalam saluran pencernaan
Insekta. Gen dari bakteri ini dapat dikloning dari plasmidnya dan
ditransfer ke tanaman, sehingga tanaman transgenic yang
dihasilkan menjadi kebal terhadap serangan insekta. Dengan
demikian gen yang disisipkan pada tanaman kapas akan
menghasilkan racun yang dapat membunuh Insekta ordo
Lepidoptera. Selain dari plasmid Bacillus thuringiensis gen
penghasil protein Cry yang berfungsi sebagai pestisida biologi dapat
juga dikloning dari bakteri Bacillus subtilis dan Esherichia colli
(Nasir, 2002: 28).

Tanaman Transgenik
Rekayasa genetika dapat diakukan pada berbagai jenis tanaman,
dan menghasilkan tanamanan dengan variasi gen yang terpola
sesuai yang dikehendaki manusia. Tanaman yang demikian disebut
tanaman transgenik. Tanaman transgenik merupakan tumbuhan
yang memiliki sifat baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh
tumbuhan tersebut, sebagai hasil penambahan gen yang berasal
dari organisme lain. Jadi tanaman transgenik itu memiliki sifat
yang berbeda dari tanaman aslinya, perbedaan sifat itu disebabkan
oleh adanya gen asing yang berperan dalam tanaman tersebut. Gen
asing itu berada dalam tanaman transgenik karena telah sengaja
dimasukkan ke tanaman tersebut. Tanaman transgenic telah
dikembangkan di Indonesia. Keberadaan tanaman transgenik di
Indonesia ternyata
terus berkembang pesat melalui pusat-pusat penelitian dan
karantina tanaman.
 a. Tanaman Transgenik Toleran Salin
Dengan teknologi kultur jaringan telah dapat dikembangkan
tanaman transgenik toleran salin. Rekayasa genetika
mentransfer gen dari padi liar yang toleran terhadap salin ke
padi yang biasa digunakan sebagai bahan pangan melalui fusi
protoplasma. Dapat juga ditransfer dari sejenis jamur yang
tahan salin kepada tanaman yang akan dijadikan tanaman
transgenik. Beberapa tomat, melon, dan barley transgenik
yang toleran dengan salin.

b. Tanaman Transgenik Tahan Kekeringan


Tanaman tahan kekeringan memiliki akar yang sanggup
menembus tanah kering, kutikula yang tebal mengurangi
kehilangan air, dan kesanggupan menyesuaikan diri dengan
garam di dalam sel. Tanaman toleran terhadap kekeringan
ditransfer dari gen kapang yang mengeluarkan enzim
trehalose. Tembakau salah satu tanaman transgenik yang
dapat toleran dengan suasana kekeringan. Mekanisme
ketahanan tanaman terhadap kekeringan dibedakan menjadi
tiga kategori, yaitu ‘drought escape’ atau lolos dari kekeringan,
‘dehydration postponment’ atau penundaan terhadap proses
dehidrasi, dan ‘dehydration tolerance’ atau toleransi terhadap
proses dehidrasi (Turner, 2003). Pada saat terjadi kekeringan,
akan terjadi perubahan metabolisme dalam akar tanaman
yang menghasilkan signal-signal biokimia pada tunas dan
secara otomatis menyebabkan penurunan kecepatan tumbuh,
konduksi stomata, fotosintesis, dan tekanan osmotik dalam
jaringan/sel tanaman (Bressan, 1998).

Salah satu mekanisme alami yang melindungi sel-sel tanaman


dari ancaman kekeringan, salinitas, suhu rendah dan factor
stres lainnya adalah akumulasi asam amino dan amida, serta
gula yang berperan dalam meningkatkan tekanan osmotik sel
(Bohnert et al., 1995). Kuznetsov et al. (1999) melaporkan
bahwa akumulasi asam amino asparagin, prolin dan arginin
dalam sel tanaman kapas meningkat sebagai reaksi terhadap
suhu tinggi dan defisiensi air. Aspek- aspek tersebut
merupakan indikator terjadinya perubahan metabolism
nitrogen. Peningkatan prolin selain berkorelasi dengan
defisiensi air, juga berkorelasi dengan salinitas (Kuznetsov
and Shevyakova, 1997).

c. Tanaman Transgenik Resisten Hama


Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman
transgenic pertama yang menggunakan gen Bt toksin, disusul
famili tembakau, yaitu tomat dan kentang. Dengan sinar
ultraviolet gen penghasil insektisida pada tanaman dapat
diinaktifkan. Jagung juga telah direkayasa dengan
menggunakan gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan dengan
plasmid bakteri Salmonella parathypi, yang menghasilkan gen
yang menonaktifkan ampicillin. Pada jagung juga direkayasa
adanya resistensi herhisida dan resistensi insektisida sehingga
tanaman transgenik jagung memiliki berbagai jenis resistensi
hama tanaman.

Bt toksin gen juga direkayasa ke tanaman kapas bahkan


multiple-gene dapat direkayasa genetika pada tanaman
transgenik. Toksin yang diproduksi dengan tanaman
transgenik menjadi nonaktif apabila terkena sinar matahari,
khususnya sinar ultraviolet. Sejumlah tanaman transgenik
toksin Bt telah berhasil diproduksi, antara lain kapas (Bt
toksin terhadap cutton boll worm, produksi Monsanto, St.
Louis, Missouri, Amerika Serikat; kini diuji coba secara
terbatas di Sulawesi Selatan), kentang (Bt toksin terhadap
Colorado bettle, produksi Mycogen, San Diego, California,
Amerika Serikat), jagung (Bt toksin terhadap pengerek batang
European, produksi Ciba Seed, Greensboro, California Utara,
Amerika Serikat.


d. Tanaman Transgenik Resisten Penyakit
Dalam percobaan kloning “Bintje” yang mengandung gen
thionin dari daun barli (DB4) yang memakai promoter 35S
cauliflower mosaic virus (CaMV), dengan mengikutsertakan
Bintje tipe liar yang sangat peka terhadap serangan
Phytophthora infestans sebagai kontrol, menunjukkan bahwa
klon “Bintje” dapat mengekspresikan gen DB4. Jumlah
sporangium setiap nekrosa yang disebabkan oleh P. infestans
mengalami penurunan lebih dari 55% jika dibandingkan
dengan tipe liar. Pendekatan ini sangat bermanfaat untuk
menekan perkembangbiakan P.

infestans sehingga kerugian secara ekonomi dapat direduksi.


Perkembangan yang menggembirakan juga terjadi pada usaha
untuk memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari
serangan virus. Dengan memasukkan gen penyandi protein
selubung {coat protein) Johnsongrass mosaic potyvirus
(JGMV) ke dalam suatu tanaman diharapkan tanaman
tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang
bersangkutan. Potongan cDNA dari JGMV, misalnya dari
protein selubung dan protein nuclear inclusion body (Nib)
dengan kontrol promotor 35S CaMV, mampu diintegrasikan
pada tanaman jagung dan diharapkan akan dihasilkan jagung
transgenik yang bebas dari serangan virus (Sitepoe, 2001: 47).

Daftar Pustaka

 Ahlowalia, B. S. 1986. Limitation to the use of Somaclonal


Variation in Corp Improvement. P. 14-27. In. J.
 Serial (Ed.). Somaclonal variation and corp improvement.
Martinus Nijhoff Publisher. USA.
 Amin, Mohamad. 2009. Pengantar Bioteknologi Dan Prinsip-
Prinsip Dasar DNA Rekombinan. Malang: FMIPA UM.
 Bohnert H.J., D.E. Nelson, and R.G. Yensen. 1995. Adaptation
to Environmental Stress. Plant Cell 7: 1099-1111.
 Bressan, R.A. 1998. Stress Physiology. In L. Taiz and E. Zeiger
Eds. Plant Physiology. Sinauer Associates Inc. MA. p. 725-734.
 Hobbelink, henk.1988. Bioteknologi dan Pertanian Dunia
Ketiga. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
 Kuznetsov, V.V., V.Y. Rakitin, and V.N. Zholkevich. 1999.
Effects of Preliminary Hea Shock Treatment on Accumulation
of Osmolytes and Drought Resistance in Cotton Plants during
Water Defisiency. Physiologia Plantarum 107: 399-406.

Anda mungkin juga menyukai