Anda di halaman 1dari 11

REKAYASA GENETIKA MELALUI BIOTEKNOLOGI

TUGAS KELOMPOK DASAR-DASAR AGRONOMI

Oleh :

Kelompok 4

Anjas Aminoto Farizal (202054201010)


Jihan Fatimatus Sahra (202054201014)
Kelsey Tabita Kaize (202054201024)
Mariana Maeta Bayub (202054201042)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2020
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui
penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu.
Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen dari organisme lain.
Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau
tanaman lain.
Secara ontologi tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika melalui
transformasi gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk
menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat unggul yang lebih baik dari tanaman
sebelumnya.
Pembuatan tanaman transgenik adalah dengan cara gen yang telah diidentikfikasi
diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam sel tanaman. Melalui suatu sistem tertentu, sel
tanaman yang membawa gen tersebut dapat dipisahkan dari sel tanaman yang tidak membawa
gen. Tanaman pembawa gen ini kemudian ditumbuhkan secara normal. Tanaman inilah yang
disebut sebagai tanaman transgenik karena ada gen asing yang telah dipindahkan dari makhluk
hidup lain ke tanaman tersebut (Muladno, 2002). Tanaman transgenik merupakan hasil
rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu - disebut
transgene - bisa diisolasi dari tanaman tidak sekerabat atau spesies yang lain sama sekali.
Transgenik per definisi adalah the use of gene manipulation to permanently modify the
cell or germ cells of organism (BPPT, 2000). Karena berisi transgene tadi, tanaman itu disebut
genetically modified crops (GM crops). Atau, organisme yang mengalami rekayasa genetika
(genetically modified organisms, GMOs).
Transgene umumnya diambil dari organisme yang memiliki sifat unggul tertentu. Misal,
pada proses membuat jagung Bt tahan hama, pakar bioteknologi memanfaatkan gen bakteri
tanah Bacillus thuringiensis (Bt) penghasil racun yang mematikan bagi hama tertentu. Gen Bt
ini disisipkan ke rangkaian gen tanaman jagung. Sehingga tanaman resipien (jagung) juga
mewarisi sifat toksis bagi hama. Ulat atau hama penggerek jagung Bt akan mati (Intisari, 2003).
Lepidoptera penggerek batang famili Pyralidae dapat menyebabkan kehilangan hasil
yang lebih tinggi dibandingkan hama serangga padi lain di Asia. Infestasi pada fase vegetatif
menimbulkan gejala dead heart. Infestasi pada fase reproduktif menyebabkan kerusakan yang
menghalangi transportasi nutrien dari batang ke biji dan menghasilkan gejala infestasi
penggerek batang yang dikenal dengan whitehead: panikel terbentuk penuh, namun pengisian
biji gagal seluruhnya. Kehilangan hasil keseluruhan di Asia yang disebabkan oleh dua spesies
utama, yakni penggerek batang kuning (YSB) Scirpophaga interculas (Walker) dan penggerek
batang bergaris (SSB) Chilo suppressalis (Walker), seringkali mencapai 5-10% [22]. Angka ini
setara dengan 25 juta ton beras di Asia pada tahun panen 1995. International Rice Research
Institute (IRRI) di Filipina menyeleksi lebih dari 15 000 plasma nutfah tambahan untuk
ketahanan terhadap YSB dan 6 000 plasma nutfah tambahan untuk ketahanan terhadap SSB.
Tingkat ketahanan berkisar antara rendah hingga sedang, namun penggabungan
beberapa gen ketahanan ke dalam kultivar modern berdaya hasil tinggi telah berkontribusi
nyata pada pengendalian penggerek batang. Adanya teknik rekayasa genetika untuk ketahanan
terhadap hama pada tanaman budidaya saat ini meningkatkan peluang mendapatkan tingkat
ketahanan yang tinggi terhadap penggerek batang padi. Teknik ini memiliki keuntungan antara
lain: (1) ketersediaan mekanisme ketahanan yang bermacam-macam termasuk protein kristal
(Cry) dari bakteri Bacillus thuringiensis dan inhibitor proteinase dari tanaman seperti kopi,
kentang, kacang tanah dan padi itu sendiri, (2) kemampuan mengintroduksi satu atau beberapa
gen secara langsung ke kultivar-kultivar populer tanpa mengalami kerugian seperti dalam
hibridisasi seksual; dan (3) ketersediaan tiga metode transformasi yang berbeda untuk padi,
yakni penggunaan protoplas, mikroproyektil atau Agrobacterium.
Serangga lepidoptera sensitif terhadap banyak protein CryI dan CryII yang dihasilkan
oleh strain-strain B. thuringiensis yang berbeda. CryIA(b) adalah salah satu protein yang
diketahui toksik ketika digabungkan dengan diet buatan yang membantu pertumbuhan
penggerek batang dalam kultur (R. Aguda dan M.Cohen, tidak dipublikasi). Gen cryIA(b)
sintetik telah ditransfer pada kultivarkultivar yang representatif dari dua kelompok plasma
nutfah (seluruhnya ada 6 kelompok) yang diidentifikasi oleh Glazmann berdasarkan analisis
isozym.
Fujimoto, dkk melaporkan tentang transfer gen cryIA(b) sintetik pada kultivar
Nipponbare kelompok VI (japonica), sedangkan Wunn, dkk. mentransfer gen cryIA(b) sintetik
yang lain pada kultivar Tarom Molaii dari kelompok isozym V. Kelompok ini berisi padi
aromatik tipe Basmati dan Sadri yang berkualitas tinggi dan 7 low-tillering, namun sulit
diperbaiki melalui pemuliaan konvensional karena akan kehilangan karakter-karakter kualitas
yang kompleks dalam hibridisasi seksual. Dalam pekerjaan ini, gen cryIA(b) dikontrol oleh
promotor dari gen PEP carboxylase jagung C4. Promotor ini sebelumnya digunakan pada
jagung untuk mendapatkan ketahanan tingkat tinggi terhadap penggerek batang jagung Eropa.
Matsuoka, dkk. menunjukkan bahwa promotor dari gen PEP carboxylase jagung C4
memiliki tingkat aktifitas transkripsi yang tinggi pada daun dan pelepah daun padi, seperti telah
diduga oleh ekspresi gen reporter ¼-glucoronidase. Promotor yang digunakan oleh Fujimoto,
dkk. dan Wunn, dkk. untuk mengontrol gen cryIA(b) pada padi adalah CaMV 35S. Seperti
ditunjukkan saat ini, protein CryIA(b) terekspresi pada daun tanaman padi namun tidak
terekspresi pada biji. Konstruksi ini efektif untuk menekan populasi C. suppressalis dan S.
interculas di Filipina.

B. Tujuan
Tujuan memindahkan gen tersebut untuk mendapatkan organisme baru yang memiliki
sifat dan kualitas ketahanan terhadap mikroba pengganggu sehingga produksi atau hasil
menjadi lebih baik atau lebih unggul.
II. Pembahasan
A. Boiteknologi
Menurut Schmid (2003), „Agricultural biotechnology‟ memiliki arti yang luas, sehingga
cakupan bahasannya meliputi „animal breeding‟ (konvensional dan moderen) dan „Plant
breeding‟. Aplikasi „Plant breeding‟ ( pemulian tanaman) dapat dilakukan secara
konvensional, yang kita kenal dengan pemuliaan tanaman konvensional, dan dengan
caramoderen atau dikenal dengan Bioteknologi tanaman. Bahasan berikut ini akan menjelaskan
cakupan bahasan dalam ilmu bioteknologi tanaman. Bioteknologi tanaman meliputi Kultur
Jaringan dan Rekayasa Genetika. Kultur jaringan erat kaitannya dengan rekayasa genetika,
karena pengerjaan rekayasa genetika juga kebanyakan dilakukan secara in vitro di
laboratorium. Selain itu, sistem regenerasi tanaman transgenik juga mebutuhkan ilmu kultur
jaringan, sehingga orang yang bekerja di bidang rekayasa genetika wajib mengetahui prinsip-
prinsip kerja dalam kultur jaringan.
Kultur jaringan adalah metode perbanyakan secara vegetatif yang dilakukan secara in
vitro, sehingga hasil akhirnya adalah klon tanaman atau yang biasa disebut somaklon (karena
berasal dari sel-sel somatik). Metode perbanyakan ini dilakukan secara aseptik di laboratorium,
membutuhkan bahan awal tanaman (biasa disebut eksplan) yang relatif berukuran kecil untuk
menghasilkan somaklon dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat. Somaklon
ini memiliki karakter morfologi dan molekuler yang identik dengan induknya. Kadangkala
modifikasi genetis bisa terjadi pada kultur jaringan melalui variasi somaklonal, akan tetapi hal
ini bukan menjadi tujuan, meskipun variasi somaklonal ini bisa bersifat positif.
Pemuliaan tanaman konvensional dan rekayasa genetika sama-sama bertujuan
mendapatkan individu tanaman dengan karakter unggul yang secara genetis sudah mengalami
modifikasi. Akan tetapi terdapat perbedaan antara pemuliaan tanaman konvensional dengan
rekayasa genetika dalam hal modifikasi yang terjadi pada genom tanaman. Pemuliaan tanaman
secara konvensional menggunakan cara persilangan untuk mendapatkan individu tanaman
unggul, sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama. Sedangkan rekayasa genetika
melakukan modifikasi genetis tersebut secara langsung dengan melakukan insersi gen asing
(yang membawa sifat unggul yang kita inginkan) langsung ke genom tanaman.
B. Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika tanaman adalah manipulasi genom tanaman dengan bioteknologi. Atau
dengan kata lain, pengetahuan dan metode tentang pembuatan tanaman transgenik. Tanaman
transgenik adalah tanaman yang telah disisipi gen asing yang berasal dari mahluk hidup
lainnya, bisa sesama tanaman, hewan, ataupun bakteri.
Tujuan dari pembuatan tanaman transgenik adalah untuk mendapatkan tanaman unggul
yang lebih baik dari tanaman aslinya. Pada awal dibuatnya tanaman transgenik sebenarnya
adalah untuk mengatasi masalah pangan dunia. Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan
produksi pangan tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka. Untuk meningkatkan luas
areal pertanian tidak memungkinkan karena semakin sempitnya luas lahan pertanian.
Sementara intensifikasi budidaya pertanian (melalui penggunaan pupuk kimia dan pestisida)
menimbulkan dampak buruk pada lingkungan dan dampak residu pada produk yang
membahayakan konsumen. Diketahui bahwa kehilangan produksi pertanian sebagian besar
disebabkan oleh hama, penyakit dan gulma. Dengan demikian dilakukanlah upaya pembuatan
tanaman transgenik yang tahan terhadap hama, penyakit dan tahan terhadap herbisida. Jadi
tujuan utamanya adalah peningkatan produksi pangan.

C. Tanaman Transgenik
Transgenik adalah suatu organisme yang mengandung transgen melalui proses
bioteknologi (bukan proses pemuliaan tanaman). Transgen adalah gen asing yang ditambahkan
kepada suatu spesies. Suatu jasad yang memiliki sifat baru, yang sebelumnya tidak dimiliki
oleh jenis jasad tersebut, sebagai hasil penambahan gen yang berasal dari jasad lain. Juga
disebut organisme transgenik.
Teknik bioteknologi tanaman telah dimanfaatkan terutama untuk memberikan karakter
baru pada berbagai jenis tanaman. Teknologi rekayasa genetika tanaman memungkinkan
pengintegrasian gen-gen yang berasal dari organisme lain untuk perbaikan sifat tanaman. Salah
satu contoh aplikasi bioteknologi di bidang pertanian adalah mengembangkan tanaman
transgenik yang memiliki sifat (1) toleran terhadap zat kimia tertentu (tahan herbisida), (2)
tahan terhadap hama dan penyakit tertentu, (3) mempunyai sifat-sifat khusus (misalnya: tomat
yang matangnya lama, padi yang memproduksi beta- caroten dan vitamin A, kedelai dengan
lemak tak jenuh rendah, strawberry yang rasanya manis, kentang dan pisang yang berkhasiat
obat), (4) dapat mengambil nitrogen sendiri dari udara (gen dari bakteri pemfiksasi nitrogen
disisipkan ke tanaman sehingga tanaman dapat memfiksasi nitrogen udara sendiri), dan (5)
dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan buruk (kekeringan, cuaca dingin, dan tanah
bergaram tinggi). Penekanan pemberian karakter tersebut dapat dibagi kedalam beberapa tujuan
utama yaitu peningkatan hasil, kandungan nutrisi, kelestarian lingkungan, dan nilai tambah
tanaman-tanaman tertentu. Sebagai contoh, beberapa tanaman transgenik yang dikembangkan
adalah :
1. Peningkatan kandungan nutrisi: Pisang, cabe, raspberries, stroberi, ubi jalar.
2. Peningkatan rasa: tomat dengan pelunakan yang lebih lama, cabe, buncis, kedelai.
3. Peningkatan kualitas: pisang, cabe, stroberi dengan tingkat kesegaran dan tekstur yang
meningkat.
4. .Kandungan bahan berkhasiat obat: tomat dengan kandungan lycopene yang tinggi
(antioksidan untuk mengurangi kanker).
5. Tanaman untuk produksi vaksin dan obat-obatan untuk mengobati penyakit manusia.

Perbedaaan pemuliaan tanaman konvensional dengan pemuliaan tanaman secara


transgenik adalah :
a. Pemuliaan tanaman secara konvensional:
1. Gen yang dipindahkan berasal dari spesies yang sama
2.Pemindahan gen melalui perkawinan inter spesies
b. Pemuliaan tanaman secara transgenik:
1.Gen yang dipindahkan berasal darispesies yangberbeda
2.Pemindahan gen melalui rekayasa genetika tanaman
Pelepasan varietas suatu tanaman di Indonesia diatur melalui Keputusan Menteri
Pertanian No. 902/Kpts/TP.240/12/96 tentang Pengujian, Penilaian dan pelepasan varietas.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat sehingga memudahkan


dilakukannya metode transfer gen pada tanaman , maka mulailah dibuat tanaman transgenik
dengan kualitas yang lebih baik. Berikut adalah beberapa contoh tanaman transgenik yang
dibuat untuk peningkatan kualitas produk.
a. Padi : golden rice. Dibuatnya tanaman transgenik golden rice ini dilatarbelakangi oleh
rendahnya kandungan nutrien pada beras dan banyaknya orang di dunia ketiga yang
mengalami defisiensi vitamin A. Tanaman transgenik padi golden rice disisipi gen
Phytoene synthase (psy) dari tanaman daffodils (bunga narsis) dan Lycopene cyclase
(crt1) dari bakteri tanah Erwinia uredovora sehingga memproduksi enzim untuk
biosintesis karotenoid (β-carotene) atau pro vitamin A dalam endosperm.

b. Tomat : buah tomat dengan storage life yang panjang. Dilatarbelakangi dengan
mudahnya buah tomat menjadi lembek dan busuk (softening and rotting) dan cepat
masak (premature ripening) pada penyimpanan. Enzim yang bertanggung jawab
terhadap proses senescence adalah cellulase dan polygalacturonase. Maka untuk
mencegah terjadinya senescence produksi kedua enzim ini harus diturunkan. Caranya
yaitu dengan jalan menyisipkan antisense gen dari gen untuk sintesis enzim cellulase
dan polygalacturonase. Antisense gen adalah cermin dari gen yang ada. Dengan
demikian gen tersebut tidak dapat diekspresikan (membuat enzim) karena proses
transkripsinya terganggu karena adanya transkrip RNA yang dihasilkan dari antisense
gen.

D. Transformasi Genetik Pada Tanaman


Transformasi genetik pada tanaman adalah mentransfer gen asing yang diperoleh dari
tanaman, virus, bakteri, hewan, atau manusia pada suatu spesies tanaman tertentu. Atau bisa
juga dikatakan suatu proses untuk mendapatkan tanaman transgenik. Gen asing yang diperoleh
dari mahluk hidup tertentu tersebut direkayasa secara molekuler sehingga bisa disisipkan ke
dalam genom tanaman. Gen asing hasil rekayasa genetika yang disipkan pada spesies tanaman
tertentu disebut transgen, sehingga tanaman yang tersisipi transgen disebut tanaman transgenik.
Tahapan transformasi pada tanaman meliputi : Insersi transgen, integrasi transgen ke genom
tanaman dan ekspresi transgen yang terintegrasi pada genom. Insersi transgen dapat dilakukan
dengan beragam metode, diantaranya adalah :
a. Agrobacterium-mediated transformation (metode transformasi dengan bantuan
Agrobacterium)
b. Microprojectile bombardment (penembakan dengan peluru mikro)
c. Direct protoplast transformation (transformasi protoplas secara langsung)
d. Electroporation
e. Silicon carbide-mediated transformation (transformasi dengan media karbid silikon)
Metode 1 dan 2 adalah yang paling banyak digunakan. Namun dalam bahasan selanjutnya akan
menekankan pada metode 1 yaitu transformasi menggunakan Agrobacterium tumefaciens
sebagai mediator. Metode ini memiliki kelebihan disbanding metode lainnya, yakni relatif
mudah dilakukan, biaya murah dan transgen yang disisipkan ke genom tanaman dapat
diturunkan kepada progeninya melalui hukum Mendel. Selanjutnya setelah diinsersi ke dalam
sel tanaman, maka transgen tersebut harus benar-benar terintegrasi ke genom tanaman. Artinya
transgen benar-benar bersatu dengan DNA kromosom yang ada di dalam inti sel. Setelah itu,
DNA dari gen tersebut harus dapat ditranskripsi menjadi mRNA, selanjutnya ditranslasi
menjadi protein.

Transfer gen melalui Agrobacterium tumefaciens


Agrobacterium tumefaciens adalah bakteri gram negatif yang secara alamiah menginfeksi
tanaman dikotil dan menyebabkan tumor pada batang .A.tumefaciens memiliki 2 macam DNA,
yakni DNA yang terletak di dalam kromosom dan DNA plasmid yang berbentuk circular
(melingkar) yang terletak di luar kromosom. Pada saat A.tumefaciens menginfeksi sel tanaman,
ada sepenggal DNA yang ada pada plasmid tersebut yang terintegrasi dengan stabil ke genom
tanaman, kemudian terekspresi dan menyebabkan tumor. Sepenggal DNA tersebut dikenal
sebagai T-DNA (Transferred-DNA). Sedangkan plasmid yang membawa T-DNA disebut Ti
plasmid (Ti=tumor inducing). Tumor terbentuk, karena pada T-DNA tersebut terdapat gen yang
mengkode untuk pembentukan zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin. Produksi dari auksin
dan sitokinin ini terjadi ketika gen diekspresikan sehingga menimbulkan bentuk fenotip tumor.
III. PENUTUP

Kesimpulan

1. Bioteknologi tanaman meliputi Kultur Jaringan dan Rekayasa Genetika.


2. Rekayasa genetika tanaman adalah manipulasi genom tanaman dengan bioteknologi.
Atau dengan kata lain, pengetahuan dan metode tentang pembuatan tanaman transgenik.
3. Transgenik adalah suatu organisme yang mengandung transgen melalui proses
bioteknologi (bukan proses pemuliaan tanaman).
4. Transformasi genetik pada tanaman adalah mentransfer gen asing yang diperoleh dari
tanaman, virus, bakteri, hewan, atau manusia pada suatu spesies tanaman tertentu.
5. Tahapan transformasi pada tanaman meliputi : Insersi transgen, integrasi transgen ke
genom tanaman dan ekspresi transgen yang terintegrasi pada genom.
Daftar Pustaka

Sugiarta A. A. Gede (2018), sumber


http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/22665/1/ed7bc393b81da76286fd871266cbf054.pdf

Dwiyanti Rindang (2014).

Anda mungkin juga menyukai