Anda di halaman 1dari 7

A.

REKAYASA GENETIKA PADA TANAMAN


a. Pengertian

Rekayasa genetika merupakan salah satu teknik bioteknologi yang dilakukan


dengan cara pemindahan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya (dikenal
juga dengan istilah transgenik). Tujuannya adalah untuk menghasilkan
tanaman/hewan/jasad renik yang memiliki sifat-sifat tertentu sehingga mendatangkan
keuntungan yang lebih besar bagi manusia. Melalui rekayasa genetika manusia
menciptakan tanaman, hewan dan mikroorganisme baru.

Metode transformasi genetik tanaman merupakan metode alternatif untuk


menghasilkan tanaman pangan hasil rekayasa genetik yang memiliki sifat-sifat unggul,
diantaranya ketahanan terhadap hama dan penyakit, ketahanan terhadap herbisida,
perubahan kandungan nutrisi dan peningkatan daya simpan. Transformasi genetik adalah
suatu perpindahan gen asing yang diisolasi dari tanaman, virus, bakteri atau hewan ke
dalam suatu genom baru. Pada tanaman, keberhasilan transformasi genetik ditunjukkan
oleh keberhasilan pertumbuhan tanaman baru yang normal, fertil dan dapat
mengekspresikan gen baru hasil insersi.

Dalam memproduksi tanaman pangan hasil rekayasa genetik melibatkan beberapa


langkah dalam teknik biologi molekuler dan seluler. Suatu sifat yang diinginkan harus
dipilih dan gen yang mengatur sifat tersebut harus dididentifikasi. Apabila gen yang
diinginkan belum tersedia, maka harus diisolasi dari organisme donor. Gen yang sudah
diisolasi harus dikontruksi dalam suatu vektor plasmid untuk ditransfer ke tanaman.

b. Dalam pembuatan tanaman hasil rekayasa genetika terdapat tiga komponen penting
yaitu: 
1) Isolasi gen target
2) Proses transfer gen ke tanaman target
3) Expresi gen pada tanaman transgenik.

Sejumlah gen yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan tanaman melalui rekayasa
genetik adalah gen yang tahan  terhadap cekaman lingkungan biotik maupun abiotik, dan
gen untuk modifikasi kualitas produk tanaman. Penelitian transformasi untuk
memproduksi tanaman tahan serangga hama dan penyakit difokuskan pada protein-
protein yang mengandung kode gen tunggal. Beberapa contoh gen ketahanan terhadap
hama atau penyakti adalah gen Bt, proitenase inhibitor, cowpea trypsin inhibitor,
kitinase, coat protein virus. Gen-gen yang mengatur ketahanan tersebut bersifat tunggal,
sehingga lebih mudah dimasukkan ke dalam tanaman.
Gen phosphinotricin acetyl transferase (PAT) diisolasi dari Streptomyces
hygroscopicus dan gen 5-enolpyruvylshikimate-3-phosphate synt5hase (EPSPS) dari
bakteri Klebsiella pneumonial digunakan untuk mentransformasi tanaman toleran
terhadap herbisida. Gen metallothionen-II digunakan untuk memperoleh tanaman yang
tahan terhadap logam berat. Gen mannitol-1-phosphate dehydrogenase digunakan untuk
memperoleh tanaman yang tahan terhadap salinitas. Gen yang mengkode methionine rich
seed protein dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan methionin pada tanaman
kedelai. Pendekatan teknologi antisense digunakan untuk menunda pemasakan buah dan
perubahan warna pada bunga.

c. Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik merupakan tanaman hasil rekayasa di mana diintroduksi
seutas (sepotong) DNA dari organisme lain pada genom tanaman tersebut. Proses ini
dikenal dengan istilah transformasi. Potongan DNA yang diintegrasikan pada genom
tanaman ini biasanya didapatkan dari organisme yang ada di alam seperti bakteria dan
tanaman juga. Konstruk gen yang diintroduksi ke tanaman pada umumnya mengandung 3
elemen, yaitu (1) promoter yang berfungsi untuk mengaktifkan dan menidakaktifkan gen
yang diintroduksikan, (2) gen yang diintroduksi yang mengekspresikan sifat yang
diinginkan, dan (3) terminator, yaitu untuk menghentikan signal pembacaan dari sekuen
gen yang diintroduksi dalam proses pembentukan protein. Ada beberapa promoter yang
sering digunakan dalam perakitan tanaman transgenik, tetapi yang umumnya digunakan
adalah P-35S yang berasal dari Cauliflower Mosaic Virus. Sekuen untuk terminator
adalah T-NOS yang umumnya berasal dari Agrobacterium.
Tanaman transgenik pertama kalinya dibuat tahun 1973 oleh Herbert Boyer dan
Stanley Cohen. Pada tahun 1988 telah ada sekitar 23 tanaman transgenik, pada tahun
1989 terdapat 30 tanaman, pada tahun 1990 lebih dari 40 tanaman. Secara sederhana
tanaman transgenik dibuat dengan cara mengambil gen-gen tertentu yang baik pada
makhluk hidup lain untuk disisipkan pada tanaman, penyisipaan gen ini melalui suatu
vector (perantara) yang biasanya menggukan bakteri Agrobacterium tumefeciens untuk
tanaman dikotil atau partikel gen untuk tanaman monokotil, lalu diinokulasikan pada
tanaman target untuk menghasilkan tanaman yang dikehendaki. Tujuan dari
pengembangan tanaman transgenik ini diantaranya adalah :
1) Menghambat pelunakan buah (pada tomat).
2) Tahan terhadap serangan insektisida, herbisida, virus.
3) Meningkatkan nilai gizi tanaman, dan
4) Meningkatkan kemampuan tanaman untuk hidup pada lahan yang ektrem seperti
lahan kering, lahan keasaman tinggi dan lahan dengan kadar garam yang tinggi

 Jenis-Jenis Tanaman Transgenik


1) Tanaman Transgenik Tahan Kekeringan
Tanaman tahan kekeringan memiliki akar yang sanggup menembus tanah
kering, kutikula yang tebal sehingga mengurangi kehilangan air dan kesanggupan
menyesuaikan diri dengan garam di dalam sel. Tanaman toleran terhadap kekeringan
ditransfer dari gen kapang yang mengeluarngkan enzim trehalose. Tembakau adalah
salah satu tanaman yang dapat toleran terhadap suasana kekeringan.
2) Tanaman Transgenik Resisten Hama
Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu terjadi sporulasi
atau saat bakteri memberntuk spora. Dalam bentuk spora, berat toksin mencapai 20%
dari berat spora. Apabila larva serangga memakan spora, maka di dalam alat
pencernaan larva serangga tersebut, spora bakteri pecah dan mengeluarkan toksin.
Toksin yang masuk ke dalam membran sel alat pencernaan larva mengakibatkan
sistem pencernaan tidak berfungsi dengan baik dan pakan tidak dapat diserap
sehingga larva mati. Dengan membiakkan Bacillus thuringiensis kemudian diekstrak
dan dimurnikan, makan akan diperoleh insektisida biologis (biopestisida) dalam
bentuk kristal. Pada tahun 1985 dimulai rekayasa gen dari Bacillus thuringiensis
dengan kode gen Bt toksin (Winarno dan Agustina ,2007)
Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman transgenik pertama
yang menggunakan gen BT toksin. Jagung juga telah direkayasa dengan
menggunakan gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri Salmonella
parathypi yang menghasilkan gen yang menonaktifkan ampisilin. Pada jagung juga
direkayasa adanya resistensi herbisida dan resistensi insektisida sehingga tanaman
transgenik jagung memiliki berbagai jenis resistensi hama tanaman. Gen Bt toksin
juga direkayasa ke tanaman kapas, bahkan multiplegene dapat direkayasa genetika
pada tanaman transgenik. Toksin yang diproduksi dengan tanaman transgenik
menjadi nonaktif apabila terkena sinar matahahari, khususnya sinar ultraviolet
3) Tanaman Transgenik Resisten Penyakit
Perkembangan yang signifikan juga terjadi pada usaha untuk memproduksi
tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan memasukkan gen
penyandi tanaman terselubung (coat protein) Johnson grass mosaic poty virus
(JGMV) ke dalam suatu tanaman, diharapkan tanaman tersebut menjadi resisten
apabila diserang oleh virus yang bersangkutan. Potongan DNA dari JGMV, misalnya
daRi protein terselubung dan protein nuclear inclusion body (Nib) mampu
diintegrasikan pada tanaman jagung dan diharapkan akan menghasilkan tanaman
transgenik yang bebas dari serangan virus. Virus JGMV menyerang beberapa
tanaman yang tergolong dalam famili Graminae seperti jagung dan sorgum yang
menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Gejala yang ditimbulkan dapat
diamati pada daun berupa mosaik, nekrosa atau kombinasi keduanya. Akibat serangan
virus ini, kerugian para petani menjadi sangat tinggi atau bahkan tidak panen sama
sekali.

 Teknologi tanaman transgenik ini juga berkembang karena beberapa factor antara lain :
1) Transfer genetik dapat dilakukan tidak terbatas hanya pada organismeorganisme
dengan spesies atau genus yang sama, tetapi dapat dilakukan antar organisme dengan
famili bahkan kingdom yang berbeda.
2) Transfer gen lebih terarah, hanya gen target saja yang dimasukkan/ disisipkan pada
genome tanaman „terpilih‟. Pada persilangan tradisional, transfer gen melibatkan
serangkaian gen baik gen target ataupun non target.
3) Produksi tanaman unggul lebih efisien dalam hal waktu dan tempat. transgenik
singkat, lab dan lahan terbatas persilangan tradisional lama, lahan luas

d. Prinsip Rekayasa genetika tanaman melibatkan serangkaian proses Teknologi DNA


Rekombinan (TDR) sebagai berikut:
1) Isolasi dan pengklonan gen target
2) Modifikasi klon:
- penambahan beberapa segmen DNA untuk inisiasi dan peningkatan ekspresi gen

- Penambahan penanda seleksi (selectable markers)


3) Introduksi DNA rekombinan pada sel tanaman
4) Seleksi sel/jaringan transforman
5) Regenerasi sel/jaringan menjadi tanaman utuh (modifikasi teknologi kultur jaringan)

e. Tujuan Dari Rekayasa genetika Pada Tanaman

No. Tujuan Rekayasa Genetika Contoh Tanaman


1. Menghambat pematangan dan pelunakan buah Tomat
2. Tahan terhadap serangan insektisida Tomat, kentang, jagung
3. Tahan terhadap serangan ulat Kapas
4. Tahan terhadap insekta dan virus Kentang
5. Tahan terhadap virus Squash, Pepaya
6. Tahan terhadap insekta dan herbisida Jagung, Padi, Kapas dan Canola
7. Toleran terhadap herbisida Kedelai, Canola, Kapas, Jagung,
8. Perbaikan komposisi nilai gizi Canola (high laurate oil), Kedelai
(high oleid acid oil), Padi (high beta-
carotene)

f. Aplikasi Rekayasa Genetika Pada Tanaman

g. Keunggulan Dari Rekayasa Genetika Pada Tanaman


Rekayasa Genetika pada tanaman memiliki keunggulan antara lain sebagai berikut :
1) Tanaman transgenik memiliki kualitas yang lebih tinggi dibanding degan tanaman
konvensional, memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca
sehingga penanaman komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan secara
capat dan menghemat devisa akibat penghematan pemakaian pestisida atau bahan
kimia serta memiliki produktivitas yang lebih tinggi.
2) Teknik rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman yaitu memperbaiki sifat-
sifat tanaman dengan menambah sifat-sifat ketahanan terhadap cengkeraman hama
maupun lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga tanaman transgenik
memiliki kualitas lebih baik dari tanaman konvensional serta bukan hal yang baru
karena sudah lama dilakukan tetapi tidak disadari oleh masyarakat. 
3)  Mengurangi dampak kerusakan dan pencemaran lingkungan, misalnya tanaman
transgenik tidak perlu pupuk kimia dan pestisida sehingga tanaman transgenik dapat
membantu upaya perbaikan lingkungan 

Berbagai keunggulan lain dari tanaman yang diperoleh dengan teknik rekayasa
genetika adalah sebagai berikut :
1) Menghasilkan jenis tanaman baru yang tahan terhadap kondisi pertumbuhan yang
keras seperti lahan kering, lahan yang berkadar garam tinggi dan suhu lingkungan
yang ekstrim. Bila berhasil dilakukan modifikasi genetika pada tanaman, maka
dihasilkan asam lemak linoleat yang tinggi yang menyebabkan mampu hidup dengan
baik pada suhu dingin dan beku.
2) Toleran terhadap herbisida yang ramah lingkungan yang dapat mengganggu gulma,
tetapi tidak mengganggu tanaman itu sendiri. Contoh kedelai yang tahan herbisida
dapat mempertahankan kondisi bebas gulamnya hanya dengan separuh dari jumlah
herbisida yang digunakan secara normal.
3) Meningkatkan sifat-sifat fungsional yang dikehendaki, seperti mereduksi sifat atau
daya alergi (toksisitas), menghambat pematangan buah, kadar pati yang lebih tinggi
serta daya simpan yang lebih panjang. Misalnya, kentang yang telah mengalami
teknologi rDNA, kadar patinya menjadi lebih tinggi sehingga akan menyerap sedikit
minyak bila goreng (deep fried). Dengan demikian akan menghasilkan kentang goreng
dengan kadar lemak yang lebih rendah.
4) Sifat-sifat yang lebih dikehendaki, misalnya kadar protein atau lemak dan
meningkatnya kadar fitokimia dan kandungan gizi. Kekurangan gizi saat ini telah
melanda banyak negara di dunia terutama negara miskin dan negara berkembang.
Kekurangan gizi yang nyata adalah kekurangan vitamin A, yodium, besi dan zink.
Untuk menanggulanginya, dapat dilakukan dengan menyisipkan den khusus yang
mampu meningkatkan senyata-senyawa tersebut dalam tanaman. Contohnya telah
dikembangkan beras yang memiliki kandungan betakaroten dan besi sehingga mampu
menolong orang yang mengalami defisiensi senyawa tersebut dan mencegah
kekurangan gizi pada masyarakat.

h. Kerugian Rekayasa Genetika Pada Tanaman


Rekayasa Genetika pada tanaman memiliki beberapa kerugian antara lain sebagai berikut:
1) Hasil rekayasa genetika pada tanaman dapat menimbulkan berbagai gannguan apabila
dikonsumsi oleh manusia. Rekayasa genetika dapat menimbulkan berbagai gangguan
kesehatan seperti menimbulkan alergi dan penyakit lainnya.
2) Rekayasa genetika pada tanaman dapat menurunkan efektifitas pestisida. Hal ini
disebabkan oleh karena rekayasa genetika akan menjadi stimulan atas gen – gen pada
hama baru sehingga hama baru ini akan lebih kuat.
3) Hasil rekayasa genetika pada tanaman yang tidak dibersihkan secara meyeluruh dapat
membunuh jasad renik di dalam tanah.

Anda mungkin juga menyukai