TUMBUHAN PANGAN”
a) Elektroporasi (electroporation)
Metode ini menggunakan protoplas sebagai inang. Dengan
bantuan Polyetilen glikol (PEG), DNA interes terpresipitasi
dengan mudah dan kontak dengan protoplas. Setelah
dilakukan elektroforasi dengan voltase yang tinggi
permeabilitas protoplas menjadi lebih tinggi, sehingga DNA
melakukan penetrasi ke dalam protoplas. Metode
elektroforasi telah diaplikasikan pada protoplas jagung
(Fromm et al. 1985) dan berhasil mendapatkan tanaman
jagung transgenik (Rhodes et al. 1988) tetapi tidak fertil.
b) Karbid silikon (silicon carbide)
Karbid silikon yaitu teknologi transfer
gen di mana suspensi sel tanaman inang
dicampur dengan serat karbid silikon
yang mengandung DNA plasmid dari
gen interes, kemudian dimasukkan ke
dalam tabung mikro dan dilakukan
pemutaran dengan vortex. Serat silikon
karbida berfungsi sebagai jarum injeksi
mikro (micro injection) untuk
memudahkan perpindahan DNA ke
dalam sel tanaman. Metode ini telah
digunakan dan menghasilkan tanaman
jagung transgenik yang fertil (Herman,
M., K. Kusumanegara, dan D.
Damayanti. 2004).
c)Penembakan partikel (Particle bombardment)
Penembakan partikel yaitu teknologi yang menggunakan
metode penembakan partikel atau gen gun. DNA yang
melapisi partikel ditembakkan secara langsung ke dalam
sel atau jaringan tanaman (Klein et al.1988). Partikel yang
mengandung DNA tersebut menembus dinding sel dan
membran, kemudian DNA berdifusi dan menyebar di
dalam sel secara independen. Metode transformasi dengan
penembakan partikel pertama kali diaplikasikan pada
jagung oleh Gordon Kamm et al. (1990) dan berhasil
mendapatkan jagung transgenik yang fertil.
Berdasarkan beberapa
metode yang telah disebutkan
diatas, pada penulisan ini
lebih menekankan dalam
penggunaan metode
Penembakan partikel
(Particle bombardment),
karena metode ini hasil yang
didapatkan yaitu jagung
transgenik fertile dengan
metode yang lebih sederhana
(penembakan partikel/ gun
method DNA dalam sel atau
jaringan tanaman jagung).
Tanaman transgenik memiliki beberapa keuntungan seperti:
(1) Dari aspek pertanian (agriculteure) dapat meningkatkan hasil
atau produksi,
(2) Dari aspek lingkungan dapat mengurangi penggunaan
pestisida, herbisida,
(3) Aspek gizi mampu meningkatkan kualitas bahan makanan,
dan
(4) Aspek kesehatan mampu mencegah penyakit yang menyebar
melalui makanan seperti vaksin-vaksin.
(5) Untuk mendeteksi makanan yang dihasilkan dari transgenik
biasanya dilakukan dengan metode uji ELISA
(ImmunoSorbent Enzym Linked Assay) dan uji DNA. Teknik
uji ELISA biayanya lebih murah dibanding dengan uji DNA,
menawarkan hasil lebih cepat dan dapat dilaksanakan di
tempat
2. Kerugian
Tanaman transgenik disinyalir dapat
menyebabkan keracunan bagi manusia.
Tanaman transgenik tahan hama yang disisipi gen
Bt ternyata tidak hanya bersifat racun terhadap
serangga tetapi juga pada manusia. Penggunaan
gen Bt pada tanaman jagung dan kapas dapat
menyebabkan alergi pada manusia (Syamsi,
2014),
Demikian pula dengan kedelai transgenik yang diintroduksi dengan gen
penghasil protein metionin dari tanaman brazil nut. Hasil uji skin prick-
test menunjukkan kedelai transgenik tersebut positif sebagai alergen (Karmana,
2009). Tidak hanya menimbulkan alergi, tanaman hasil rekayasa genetika juga
diduga bersifat karsinogenik atau berpotensi menyebabkan kanker, serta minim
gizi karena kandungannya telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga
menghilangkan beberapa kandungan alami produk hasil olahannya (Syamsi,
2014).
Ternak yang diberi makan kentang dan tomat hasil rekayasa genetika mengalami
perubahan dalam perutnya yang mengindikasikan pada kanker, kerusakan ginjal
dan organ tubuh lainnya, serta perkembangan otak yang lambat.
Lebih lanjut lagi, tanaman transgenik yang diintroduksi dengan antibiotik
Kanamicyn R (Kan R) bila dikonsumsi manusia disinyalir dapat mengakibatkan
resistensi bakteri dalam tubuh akibat pemaparan dengan antibiotik secara
kontinu (Karmana, 2009). Akibatnya, penggunaan antibiotik untuk
menyembuhkan penyakit menjadi tidak ampuh lagi.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH