Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH GENETIKA MODIFIKASI ORNASIME (GMO)

Tentang
” PEMANFAATAN AGROBACTERIUM UNTUK TRANSFORMASI
GENETIK TANAMAN DAN JAMUR”

Diajukan Untuk Tugas Mata Kuliah Biokimia Gizi

Disusun Oleh :

Nama: Arbaini Putri Harahap


Nim : P01031215003
Prodi: D-IV Gizi / III

POLITEKNIK KESEHATAN RI MEDAN JURUSAN GIZI


T.A 2016/2017
BAB II
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peran Agrobacterium dalam hal ini ialah sebagai kendaraan pembawa gen (DNA)
yang diinginkan. A. tumefaciens merupakan bakteri aerob obligat gram negatif yang
hidup alami di tanah. Bakteri ini banyak menyebabkan penyakit crown gall (tumor) pada
tanaman dikotil. Kemampuannya dalam menyebabkan penyakit ini berhubungan
dengan gen penginduksi tumor yang ada pada plasmid (Ti) yang dijumpai dalam bakteri
tersebut. Dalam sel tumor yang terbentuk terkandung enzim-enzim yang tidak tampak
pada tanaman normal, karena enzim tersebut hanya dihasilkan oleh sel Agrobacterium.
Enzim-enzim tersebut menghasilkan suatu senyawa gula spesifik yang dinamakan opin.
Senyawa opin ini merupakan makanan bagi Agrobacterium itu sendiri.

Tujuan
Melalui transformasi genetika ini telah dihasilkan tanaman transgenic dengan sifat
baru seperti ketahanan terhadap hama, penyakit, herbisida, maupun peningkatan
kualitas hasil, dan perbaikan kandungan nutrisi.

Bahan dan Alat


Bahan tanaman yang digunakan antara lain tanaman jagung, tomat, padi, kedelai,
kapas, kultur in-vitro tembakau hasil transformasi. Kultur in-vitro menggunakan media
Murashige & Skoog(MS) dengan pemberian antibiotik kanamisin dan cefotaksim. Isolasi
DNA menggunakan buffer SDS. Uji insersi menggunakan Polimerase Chain Reaction
(PCR) kit RBC (Real Biotech Corp., Taiwan) dengan primer spesifik gen target.

Alat
Laminar air flow, skalpel, pinset, alat gelas, shaker incubator, sentrifuse berpendingin,
vortex, tabung mikro, speed vac, spektrofotometer,
BAB II
PEMBAHASAN DAN HASIL

Komponen pertama ialah suatu fragmen DNA yang dikenal sebagai T-DNA, yaitu
fragmen yang ditransfer ke dalam sel tanaman. T-DNA terdapat dalam plasmid Ti yang
berukuran 200 kb (kilo basa). Daerah T-DNA diapit oleh sekuen DNA berulang yang
berukuran 25 pb (pasang basa) pada sisi kanan dan kiri.
Komponen kedua ialah daerah virulence (vir) yang berukuran 35-40 pb dan
berada dalam plasmid Ti. Letak gen vir bersebelahan dengan batas kiri TDNA. Gen-gen
vir ini terbagi atas 7 yaitu A, B, C, D, E, G dan H. Gengen vir mensintesis protein
virulensi yang berperan menginduksi terjadinya transfer dan integrasi TDNA ke dalam
tanaman. Empat gen-gen vir yang paling penting mensintesis protein virulensi ini ialah
vir A, B, D dan G. Jika ada sesuatu yang menginduksinya, gen vir A dan G akan
terekspresi dan mengaktifkan serangkaian gen-gen vir lainnya. Senyawa induser
tersebut dihasilkan tanaman ketika tanaman dikotil luka dan mengeluarkan getah.
Ekspresi gen vir juga sangat dipengaruhi oleh senyawa induser dan kondisi pH dimana
pH optimum untuk ekspresinya berkisar antara 5-5,8 (Hiei dkk, 1997).
Komponen ketiga adalah gen chromosomal virulence (chv) yang terdiri atas chvA,
chvB, pscA dan att. Gen-gen tersebut terletak di dalam kromosom Agrobacterium dan
mempuyai fungsi untuk pelekatan bakteri pada sel tanaman dengan membentuk
senyawa protein β-1,2-glukan. Berdasarkan sifat alamiah tersebut maka pada dua
dasawarsa terakhir Agrobacterium dijadikan kendaraan pembawa gen target tertentu
dengan cara menyisipkan gen target pada daerah T-DNA.
A. Tumefaciens merupakan bakteri aerob obligat gram negatif yang hidup alami di
tanah. Bakteri ini banyak menyebabkan penyakit crown gall (tumor) pada tanaman
dikotil.
Gambar 1.
Proses infeksi alami dari Agrobacterium tumefaciens.
Sel berwarna coklat adalah sel Agrobacterium dan warna hijau adalah sel tanaman.
Senyawa induser yang dikeluarkan tanaman saat luka akan mengaktifkan gen vir A dan
G untuk selanjutnya mengaktifkan gen-gen vir lainnya sehingga proses transfer daerah
T-DNA dari Agrobacterium kedalam sel tanaman terjadi.

Pemanfaatan Agrobacterium untuk Transformasi Genetik Tanaman


Dengan teknik ini pemindahan gen dari organism yang sama atau organime yang
berbeda dapat dilakukan. Tanaman hasil transformasi genetik ini dinamakan tanaman
transgenik. Potongan gen (DNA) asing yang ditransformasi akan menyatu ke dalam
genom tanaman. Melalui transformasi genetika ini telah dihasilkan tanaman transgenic
dengan sifat baru seperti ketahanan terhadap hama, penyakit, herbisida, maupun
peningkatan kualitas hasil, dan perbaikan kandungan nutrisi. Keberhasilan transformasi
genetic didukung pula dengan ditemukannya enzim restriksi yang mampu memotong
molekul DNA pada tempat spesifik, dan enzim ligase yang mampu menyatukan
fragmen–fragmen DNA kembali sehingga dimungkinkan mengembangkan rekombinasi
DNA.
Pada awalnya teknik transformasi dengan Agrobacterium hanya berhasil pada
tanaman dikotil karena tanaman ini menghasilkan senyawa induser untuk menginduksi
gen vir ketika tanaman luka dan mengeluarkan getah. Tanaman tembakau dan
solanaceae adalah contoh pertama tanaman dikotil yang berhasil ditransformasi.
Perkembangannya kemudian, transformasi dengan Agrobacterium juga dapat
diaplikasikan pada tanaman monokotil dengan melakukan beberapa penyesuaian
kondisi seperti penambahan senyawa induser dan pH saat ko-kultivasi (Hiei dkk, 1994).
bahwa tanaman padi jenis japonica berhasil ditransformasi menggunakan
Agrobacterium dengan material tanaman berupa sel kalus embriogenik. Dalam
penelitiannya Hiei dkk (1994) menambahkan senyawa asetosiringone pada media dan
menggunakan media dengan pH 5,2 saat ko-kultivasi. Beberapa jenis tanaman pangan
dan non pangan hasil transformasi dengan Agrobacterium di Amerika yang dilaporkan
ialah kedelai, kapas, jagung, bit, alfalfa, gandum, canola, creeping bentgrass (untuk
pakan). Contoh tanaman transgenic ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar
2.

Tanaman transgenik hasil transformasi menggunakan Agrobacterium dengan


berbagai sifat yang diinginkan. Kedelai, kapas dan jagung transgenik tahan
Pemanfaatan Agrobacterium pada Transformasi Genetik Jamur
Teknik AMT telah diketahui mampu menghasilkan frekuensi transformasi yang
lebih tinggi secara nyata dan menghasilkan transforman yang lebih stabil dibandingkan
teknik biolistik (penembakan DNA) yang umumnya digunakan pada transformasi jamur.
Pada kondisi yang tepat, Agrobacterium mampu melakukan transfer DNA (T-DNA)
kepada berbagai jenis jamur. Beberapa jamur yang diketahui sangat sulit dilakukan
transformasi menggunakan sistem transformasi lain ternyata berhasil ditransformasi
dengan teknik ko-kultivasi dengan Agrobacterium (Weld dkk., 2006).
Gambar 3.
Jamur- yang berhasil ditransformasi dengan bantuan Agrobacterium ialah
Saccharomyces cerevisiae, Penicillium chrysogenum, Agaricus bisporus (A, B, C).

B
Gen Penanda dan Mutagenesis Insersi Acak pada Transformasi Jamur
Gen hph atau gen resistensi hygromycin B adalah yang paling umum digunakan
untuk seleksi transforman jamur karena efektivitasnya pada sebagian besar jenis jamur.
Dengan memasukkan DNA ke dalam genom, baik melalui transformasi maupun
melalui pergerakan DNA secara in vivo melalui transposon, akan dihasilkan suatu seri
mutan dengan mutasi secara acak. Dengan teknik ini dimungkinkan untuk merusak
suatu gen, menandai promotor atau enhancer, atau untuk meningkatkan regulasi suatu
gen. Isolat transforman diisolasi dan dianalisis perubahan fenotip yang menjadi target.
tersebut. Idealnya sistem penanda gen harus memiliki frekuensi transformasi yang
tinggi, integrasi secara acak satu salinan gen pada satu lokus tanpa terjadi perubahan
atau delesi baik pada TDNA maupun DNA genom. Dengan demikian penggunaan T-
DNA dalam mutagenesis insersi acak dapat digunakan dengan baik.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Di negara maju telah terbukti bahwa penggunaan tanaman produk bioteknologi
memberikan keuntungan yang nyata. Tanaman generasi pertama tersebut telah
membuktikan kemampuannya dalam meningkatkan hasil, mengurangi biaya budidaya,
meningkatkan keuntungan serta membantu melindungi lingkungan. Saat ini penelitian
dipusatkan pada generasi kedua tanaman produk bioteknologi yang mengutamakan
peningkatan kandungan nutrisi dan atau sifat lain untuk mendukung standar industri.
Varietas ini harus terbukti bermanfaat bagi berjuta-juta rakyat di negara yang
mengalami malnutrisi.

Anda mungkin juga menyukai