Metode transfer gen dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung
(Herman, 1996). Contoh transfer gen secara langsung adalah penembakan eksplan gen
dengan gene gun atau divortex dengan silicon carbide (karbid silikon) dan perlakuan
pada protoplas tanaman dengan elektroporasi atau dengan polyethylene glycol (PEG).
Sedangkan transfer gen secara tidak langsung adalah melalui vector Agrobacterium.
2. Electroporation (elektroforasi)
Metode transfer DNA yang umum digunakan pada tanaman monokotil adalah
elektroporasi dari protoplas, perlakuan poly-ethylene glycol (PEG) pada protoplas dan
kombinasi antara dua perlakuan tersebut (Joersbo dan Brunstedt, 1991). PEG
memudahkan presipitasi DNA dan membuat kontak lebih baik dengan protoplas, juga
melindungi DNA plasmid mengalami degradasi dari enzim nuclease (Mass dan Werr,
1989). Sedangkan elektroporasi dengan perlakuan listrik voltase tinggi menyebabkan
permiabilitas tinggi untuk sementara pada membran sel dengan membentuk pori-pori
sehingga DNA mudah penetrasi ke dalam protoplas. Integritas membran kembali
membaik seperti semula dalam beberapa detik sampai semenit setelah perlakuan listrik.
Jagung dan padi telah berhasil ditransformasi melalui elektroporasi dengan efisiensi
antara 0,1-1%. Kelemahan penggunaan protoplas sebagai explant untuk transformasi
adalah sulitnya regenerasi dari protoplas, dan ekstra komplikasi, serta variasi
somaklonal akibat panjangnya periode kultur.
3. Silicon carbide-mediated transformation (transformasi dengan media karbid
silikon)
Metode transfer gen lain yang kurang umum digunakan dalam transformasi tanaman
tetapi telah dilaporkan berhasil mentransformasi jagung dan turfgraas adalah
penggunaan karbit silikon. Suspensi sel tanaman yang akan ditransformasi dicampur
dengan serat karbid silikon dan DNA plasmid dari gen yang diinginkan dimasukkan ke
dalam tabung Eppendorf kemudian dilakukan pencampuran dan pemutaran dengan
vortex (Kaeppler et al., 1990). Serat silicon carbide berfungsi sebagai jarum injeksi
mikro (microinjection) untuk memudahkan transfer DNA ke dalam sel tanaman.
A.tumefaciens memiliki dua macam DNA, yakni DNA yang terletak di dalam
kromosom dan DNA plasmid yang berbentuk circular (melingkar) yang terletak di
luar kromosom (Gambar 2). Pada saat A.tumefaciens menginfeksi sel tanaman, ada
sepenggal DNA yang ada pada plasmid tersebut yang terintegrasi dengan stabil ke
genom tanaman, kemudian terekspresi dan menyebabkan tumor. Sepenggal DNA
tersebut dikenal sebagai T-DNA (Transferred-DNA).Sedangkan plasmid yang
membawa T-DNA disebut Ti plasmid (Ti=tumor inducing). T-DNA ini dibatasi
oleh Left border (LB) serta Right border (RB) yang panjangnya 25bp.
Pada T-DNA terdapat dua tipe gen. Yang pertama adalah gen yang mengkode
pembentukan hormon auksin dan sitokinin. Ketika T-DNA terintegrasi ke genom
tanaman, gen ini terekpresi pada tanaman, maka auksin dan sitokinin akan
diproduksi secara berlebihan oleh tanaman dan menstimulasi pertumbuhan sel yang
tidak terorganisir sehingga terbentuk tumor. Yang kedua adalah gen untuk sintesis
opine. Gen sintesis opine ini terekspresi pada sel tanaman sehingga sel tanaman
mensintesis opine, dan opine ini selanjutnya digunakan oleh Agrobacterium sebagai
sumber karbon / nitrogen (makanan) untuk pertumbuhan Agrobacterium itu sendiri.
Selain itu plasmid juga membawa sekelompok gen Vir yang membantu dalam
proses transfer namun tidak ikut tertransfer dan terintegrasi ke genom tanaman.
Keberadaan gen Vir ini sangat penting dalam proses transfer. Proses transfer T-
DNA dimediasi oleh kerjasama dari protein - protein yang dikode oleh gen-gen Vir
tersebut yang terdapat pada virulence region pada Ti plasmid dan juga oleh gengen
yang terdapat pada kromosom bakteri. Secara alamiah pada pembentukan tumor
karena infeksi A.tumefaciens, sel tanaman yang luka menghasilkan asetosiringon
(AS) yaitu suatu senyawa kimia yang berfungsi sebagai ‘attractant’ bagi
Agrobacterium. AS mengaktifkan sekelompok gen Vir pada plasmid di dalam sel
bakteri sehingga menyebabkan gen Vir terekspresi dan menghasilkan protein Vir.
Protein Vir yang dihasilkan oleh gen Vir ini memungkinkan terjadinya transfer T-
DNA ke genom tanaman. Protein Vir inilah yang membantu terlepasnya T-DNA
sehingga masuk ke sitoplasma, kemudian ke inti sel dan terintegrasi ke DNA
tanaman pada kromosom. Selanjutnya T-DNA terekspresi dan secara fenotipik
terlihat sebagai tumor. Gambar 3 memperlihatkan secara skhematis T-DNA dengan
gen-gen yang ada di dalamnya.
Gambar 3. Plasmid (kiri) dan gen-gen yang ada pada T-DNA (kanan)
(Sumber: Shailes, 2013)
Sistem transfer T-DNA dari plasmid bakteri ke genom tanaman inilah yang
kemudian diadopsi oleh para pekerja rekayasa genetika untuk mentransfer gen yang
diinginkan (gene of interest) ke genom tanaman melalui A. tumefaciens.
Referensi
Dwiyani R, dkk. 2016. Transformasi Genetik Pada Tanaman Melalui Agrobacterium
tumefaciens. Denpasar : Swasta Nulus.
Herman, M. 2002. Perakitan Tanaman Tahan Hama melalui Teknik Rekayasa Genetik.
Buletin AgroBio 5(1):1-13.