Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

CVPD (Citrus vein Phloem Degeneration) Pada Buah Jeruk (Citrus spp)

Dosen Pengampuh : S. F Nurul Qomariyah, SP, MSi

OLEH :

Widi Atmojo 153112500150008

Fera Febriana 153112500150013

Giovani Chintara D 153112500150023

Faradina Ervia H 153112500150024

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman jeruk (Citrus spp) merupakan salah satu tanaman


hortikultura yang sangat penting dalam perekonomian masyarakat.Tanaman
ini sudah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia.Di Indonesia budidaya
dan penelitian jeruk sedang dalam taraf berkembang meskipun sebenarnya
usaha ini sudah dilaksanakan orang sejak jaman sebelum kemerdekaan.
Dewasa ini usaha perkebunan dan penanaman jeruk tidak hanya terpusat di
Jawa, tetapi juga sudah hampir merata di daerah-daerah lain yang kondisi
iklim dan tanahnya cocok untuk ditanami jeruk (Sarwono, 1986).

Jeruk merupakan komoditi buah yang paling populer di dunia setelah


anggur.Daerah tumbuhnya membentang dari 40 LU-40 LS. Total luas areal
tanaman jeruk di seluruh dunia tidak kurang dari 1,5 juta hektar. Hasilnya
masih dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Jenis utama
yang paling banyak dikembangkan adalah jeruk keprok karena mudah
perawatannya, banyak hasilnya dan sangat laku dipasarkan sebagai buah
segar.

Peranan jeruk sebagai tanaman hortikultura, makin hari terasa penting


bagi petani karena nilai ekonominya yang tinggi.Buah jeruk merupakan bahan
pelengkap utama dalam menunjang gizi keluarga sehari-hari karena banyak
mengandung vitamin C, vitamin A dan zatzat mineral lainnya dalam jumlah
yang cukup banyak (Sarwono, 1982).Volume produksi buah jeruk tercatat
mencapai 187.967 ton pada tahun 1979.Pada akhir tahun 1982 meningkat
menjadi 341.764 ton.Pada tahun 1983 produksi jeruk mencapai 539.638 ton.
Kenaikan produksi ini terutama disebabkan semakin meningkatnya
produktivitas tanaman.

Luas panen pada tahun 1979 mencapai 26.977 hektar di seluruh


Indonesia.Tahun 1981 berkembang menjadi 55.073 hektar.Pada tahun 1982
turun menjadi 39.167 hektar, akibat serangan penyakit Citrus Vein Phloem
Degeneration (CVPD) (Dirjen Tanaman Pangan, 1992).Produktivitasnya
masih tergolong rendah apabila dibandingkan dengan produksi normal sebesar
20-25 ton/hektar/tahun atau 50-60 kg/tanaman/ tahun. Rendahnya
produktivitas tersebut antara lain disebabkan oleh penggunaan tanaman yang
kurang baik, belum berkembangnya teknik budidaya serta yang paling penting
adalah terjadinya serangan pathogen penyebab penyakit Citrus Vein Phloem
Degeneration (CVPD) hampir pada seluruh pertanaman jeruk di Indonesia.
Sekitar 9 juta pohon jeruk di sebelas provinsi di Indonesia mengidap penyakit
ini dan 2.650.000 pohon diantaranya ada di sentra-sentra jeruk di Jawa Barat.
Ini berarti 29,44 % penyakit CVPD mengidap di Jawa Barat (Sarwono, 1986).

Selain penyakit, rendahnya produktivitas jeruk juga dapat disebabkan


oleh serangan hama. Kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama dapat
tejadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung karena
hama itu menjadi vektor penyakit (Astuti, 1988). Hama pucuk Diaphorina
citri Kuw (Homoptera : Psyllidae) merupakan vektor penyakit CVPD di
Indonesia, Leaf Mottling di Philipina dan Greening di India (Kalshoven,
1981). Dengan berpijak pada uraian di atas maka tujuan dari penulisan ini
adalah untuk memberikan sedikit informasi mengenai penyakit CVPD pada
tanaman jeruk dan upaya pengendaliannya.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu penyakit CVPD ?


2. Bagaimana gejala penyakit pada tanaman jeruk ?
3. Apakah penyebab penyakit cvpd pada tanaman Jeruk ?
4. Bagaimana daur penyakit cvpd menyerang tanaman jeruk ?
5. Apa kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit cvpd ?
6. Bagaimana cara pengendalian dan pemberantasan penyakit cvpd pada
tanaman jeruk ?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui penyakit CVPD


2. Mengetahui gejala penyakit cvpd pada tanaman jeruk
3. Mengetahui penyebab penyakit cvpd pada tanaman Jeruk
4. Mengetahui daur penyakit cvpd menyerang tanaman jeruk
5. Mengetahui kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit cvpd
6. Mengetahui cara pengendalian dan pemberantasan penyakit cvpd pada
tanaman jeruk
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik tanaman dan Klasifikasi

Tanaman jeruk yang banyak dibudidayakan tergolong salah satu


anggota suku Rutaceae yang beranggotakan tidak kurang dari 1300 jenis
tanaman. Termasuk diantaranya yang buahnya tidak bisa/tidak enak dimakan
dan ditanam tidak lebih hanya untuk tanaman hias saja (Sarwono,1982).
Dalam Ilmu Botani semua anggota suku ini dikelompokkan dalam 7 anak
suku dan 130 marga.Yang menjadi induk tanaman jeruk adalah anak suku
Aurantioideae yang beranggotakan 33 marga. Anak suku Aurantioideae
anggotanya masih dibagi lagi dalam beberapa kelompok tribe (rumpun) dan
sub tribe (anak rumpun). Jeruk tergolong dalam rumpun Citriae dan anak
rumpun Citrinae.Berbagai jenis anggota tanaman jeruk berasal dari anak
rumpun Citrinae. Anak rumpun ini masih dibagi dalam beberapa kelompok
diantaranya adalah kelompok jeruk sungguhan yang terdiri dari 6 marga yaitu
: Eromocitrus, Poncitrus, Clymena, Fortunella, Microcitrus dan Citrus yang
terdiri dari 16 jenis. Marga Citrus terdiri dari 2 anak marga yaitu Eucitrus
terdiri dari 10 jenis dan Papeda terdiri dari 6 jenis.Tanaman jeruk anggota
Eucitrus merupakan jenis tanaman jeruk yang paling banyak dibudidayakan
sedang jenis tanaman jeruk anggota Papeda buahnya tidak enak
dimakan.Banyak jenis dari kelompok Eucitrus yang tidak terdapat di
Indonesia / belum dikenal orang karena belum dibudidayakan samasekali.
Adapun beberapa jenis jeruk yang telah banyak dikenal dan dibudidayakan
menurut Sarwono (1986) adalah Citrus nobilis Lour, C.amblycarpa Massk, C.
Hystrix DC, Fortunella japonica Thunb, Murraya paniculata Jack, Ruta
angustifolia Pers, Feronia limonia Swingle & Aegle marmelos Corr .
Jeruk sebagai tanaman budidaya terdapat bermacam-macam
jenis.Masingmasing jenis banyak sekali kultivarnya.Pada umumnya bentuk
tanaman anggota suku Rutaceae berupa pohon/perdu dan jarang sekali
berbentuk semak. Posisi daun berhadap-hadapan atau berseling, merupakan
daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus), permukaan daun
berkelenjar minyak yang transparan (Sarwono,1982; Van Steenis 1987).
Bunga beraturan berbentuk anak payung, tandan atau malai, umumnya
berkelamin 2.Kelopak bunga berjumlah 4- 5 ada yang berlekatan atau tidak ,
berwarna hijau, mahkota bunga kebanyakan berjumlah 4-5 dan berdaun lepas
berwarna putih. Benang sari berjumlah 4-5 atau 8- 10 jarang 6 dan jarang
lebih dari 10.Kepala sari berjumlah 2.Tonjolan dasar bunga beringgit/berlekuk
di dalam benang sari.Bakal buah menumpang tergolong dalam kelompok
buah sejati tunggal berdaging. Dinding buah mempunyai lapisan kulit luar
yang tipis, kaku agak menjangat dan mengandung banyak kelenjar minyak
atsiri, mula-mula berwarna hijau setelah masak warnanya berubah menjadi
kuning/jingga, lapisan ni disebut flavedo. Lapisan tengah bersifat seperti
spons terdiri dari jaringan bunga karang yang berwarna putih, lapisan ini
disebut albedo.Lapisan dalam bersekat- sekat sehingga terbentuk beberapa
ruangan.Dalam ruangan terdapat gelembunggelembung yang berair yang
disebut juice sac.Biji-biji terdapat bebas diantara gelembung-gelembung
tersebut, placenta axillaris.Bentuk buah bervariasi antara bulat, oval dan
memanjang (Sarwono, 1986).
Kedudukan tanaman tersebut dalam sistem klasifikasi tumbuhan
menurut Lawrence (1951) dan Hsuan, K (1978) adalah sebagai berikut :

Kingdom: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Subkelas: Rosidae

Ordo: Sapindales

Famili: Rutaceae

Subfamili: Aurantioideae

Bangsa: Citreae

Genus: Citrus sp

2.2 Lingkungan tumbuh / habitat

Daerah penyebaran tanaman jeruk sangat luas, karena tanaman ini bisa
tumbuh bagus di daerah tropis maupun subtropis. Suhu terendah yang dapat
diterima pohon jeruk adalah 150 C sedang di daerah subtropis suhu terendah
adalah 6 C. Suhu tinggi yang dapat ditolerir jeruk adalah 250 300 C
(Sarwono, 1986). Tanaman jeruk menyukai daerah dataran rendah, dapat
tumbuh pada ketinggian 0- 1400 m dpl.Iklim terbaik bagi jeruk adalah iklim
subtropis, di daerah antara garis 35 LS, suhu rata-rata 200 C dengan
kelembaban antara 50-85 %.Dimasa pertumbuhannya memerlukan banyak
sinar matahari dan cukup air tanah/air pengairan.Tanaman jeruk menghendaki
tanah gembur serta banyak mengandung unsur hara, drainase yang lancar,
tanah yang banyak mengandung pasir dan permukaan air tanah pada musim
kemarau tidak terlalu daam/tidak lebih dari 150 cm (Dirjen Tanaman Pangan,
1992).

Curah hujan yang dikehendaki agak tinggi/termasuk iklim basah.Pada


saat pembungaan perlu ada beberapa bulan kering/curah hujan lebih kurang
100 mm/bulan selama kurang lebih 3 bulan.Pemilihan waktu tanam yang tepat
untuk masing-masing daerah penting agar diperoleh pertumbuhan yang
optimal.Sebaiknya jeruk ditanam pada bulan-bulan menjelang musim
kemarau tetapi air tanah masih cukup tersedia.Pada tanah yang agak berat
sebaiknya tidak dilakukan penanaman di musim hujan, karena tanah tersebut
cepat menjadi pekat dan terlalu banyak mengandung air. Dengan demikian
ketinggian tempat, suhu, kelembaban udara serta penyinaran matahari akan
berpengaruh terhadap kualitas buah yang dihasilkan (Sarwono, 1986;
Sunaryono, 1987; Dirjen Tanaman Pangan, 1992).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Penyakit CVPD

CVPD adalah nama penyakit jeruk, singkatan dari Citrus Vein Phloem
Degeneration. Dalam bahasa Indonesia nama ini berarti kerusakan pembuluh
floem tanaman jeruk. Di luar negeri penyakit ini dikenal dengan nama
berbeda-beda di setiap negara. Nama CVPD sendiri, meskipun dalam bahasa
Inggris, adalah nama yang digunakan di Indonesia. Nama resmi yang kini
digunakan di seluruh dunia adalah huanglongbing, disingkat HLB, nama
dalam bahasa Mandarin yang berarti pucuk menguning.

Pembuluh floem adalah pembuluh yang terdapat pada kulit batang,


berfungsi untuk mengangkut bahan makanan, yang diolah tanaman pada daun,
ke seluruh bagian tanaman.Jika pembuluh floem mengalami keru-sakan maka
bahan makanan tertumpuk pada daun sehingga bagian lainnya mengalami
kekurangan makanan.Akibatnya, pertumbuhan tanaman me-rana dan tanaman
menjadi mati secara pelan-pelan tetapi pasti. Pembuluh floem mengalami
kerusakan karena dijadikan tempat berkembang biak oleh bakteri
Candidatus Liberibacter asiaticus, penyebab penyakit CVPD.

Penyakit ini merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh petani jeruk
di seluruh dunia. Banyak pusat produksi jeruk di Indonesia telah dirusakkan
oleh CVPD, demikian juga pusat produksi jeruk di negara-negara lain.
Penyakit ini ditakuti karena mudah menular dan begitu tanaman terkena
penyakit maka akhirnya pasti akan mati. Selama masih hidup tanaman
memang masih dapat berproduksi, tetapi buah jeruk menjadi berkurang,
bentuk buah menjadi tidak normal, ukuran buah menjadi lebih kecil, dan
rasanya menjadi kecut.

3.2 Gejala Penyakit

Gejala penyakit dapat digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu gejala


luar dan gejala dalam. Gejala luar : Tanaman jeruk yang terjangkit penyakit
ganas ini menunjukkan gejala kekuning-kuningan pada daun dewasa, seperti
halnya kekurangan unsur Zn, Mn dan Fe. Tulang-tulang daun halus berwarna
lebih hijau daripada jaringan helaian daunnya.Apabila penyakit telah sampai
pada stadium lanjut daun menjadi lebih kecil, kaku, lebih tebal, menjadi
kuning pada sebagian atau seluruh tajuk dan sering pula berbercak-bercak
klorosis.Gejala ini mirip dengan gejala kelaparan seng (Zn).Pada daun-daun
dewasa yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, tulangtulang daun
yang halus berwarna lebih gelap sehingga kontras dengan daging daun yang
berwarna kuning.

Sedang gejala dalam apabila dibuat irisan melintang dari ibu tulang
daun/tangkai daun yang helaian daunnya memperlihatkan gejala, akan terlihat
kelainan pada floemnya. Jaringan floem daun dewasa memperlihatkan gejala
yang khas yaitu jauh lebih tebal daripada jaringan floem daun yang berwarna
hijau.Disamping itu terjadi pengempisan pembuluh-pembuluh tapis dalam
floem sehingga seolah-olah terjadi penebalan dinding-dinding sel. Penebalan
ini merupakan jalur-jalur putih mulai di dekat sklerenkim sampai xilem terjadi
dari dinding-dinding sel yang berdempetdempetan karena rongga sel telah
hilang/tinggal sedikit. Sel-sel parenkim yang masih berongga biasanya penuh
berisi butir-butir pati (Semangun, 1991; Departemen Ilmu Hama Dan
Penyakit Tumbuhan, 1981; Sarwono, 1986) .
3.3 Penyebab Penyakit

Gejala klorosis pada daun mirip dengan klorosis yang terjadi karena
kelaparan unsur Zn, Fe, Mn atau N. Tetapi percobaan pemupukan dan
penyemprotan dengan bermacam-macam unsur tidak dapat tidak dapat
menyembuhkan penyakit ini. Demikian pula telah dibuktikan bahwa penyakit
ini tidak disebabkan oleh nematoda / jamur.Dengan dikenalnya gejala Tristeza
semula terdapat dugaan bahwa kemunduran yang terjadi pada jeruk
disebabkan oleh Tristeza (di Jawa).Menurut Tirtawidjaya 1964 diketahui
bahwa CVPD berbeda dengan Tristeza.CVPD menyebabkan tulang-tulang
daun berwarna hijau tua sedangkan Tristeza menyebabkan tulang-tulang daun
menjadi pucat (Vein Clearing).Penyakit ganas pada jeruk ini semula diduga
disebabkan oleh suatu virus kemudian dilaporkan disebabkan oleh virus dan
organisme yang menyerupai mikoplasma.Sekarang diketahui bahwa
penyebabnya bukan suatu virus tetapi suatu organisme yang menyerupai
mikoplasma (MLO), seperti halnya penyebab penyakit Greening dan
sebangsanya yang terdapat di banyak negara.

3.4 Daur Penyakit

CVPD tidak dapat menular secara mekanis dengan gosokan, tetapi


akhir-akhir ini terdapat tanda-tanda bahwa penyakit dapat menular dengan
perantaraan alat-alat pertanian seperti gunting pangkas, pisau okulasi dan
gergaji. Penyebab penyakit ganas ini dapat menular dengan penempelan mata
tempel / penyambungan dengan melalui serangga Diaphorina citri Kuw
(Psyllidae : Homoptera). Penyebaran penyakit terutama terbawa oleh bibit
jeruk yang telah terjangkit penyakit tersebut (Departemen Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan, 1981).Meskipun serangga tersebut tidak terbang jauh,
karena panjangnya umur tanaman sakit, kesempatan menularnya penyakit
oleh D. Citri cukup besar.Penularan terutama terjadi pada waktu tanaman
membentuk banyak kuncup. Menurut Mahfud 1985 serangga tersebut baru
dapat menularkan CVPD ke tanaman sehat bila mengisap tanaman sakit
selama 48 jam lalu mengisap tanaman sehat selama 360 jam. Di dataran tinggi
Diaphorina kurang aktif.Dengan demikian di daerah tersebut penularan CVPD
agak berkurang.Di Indonesia penyakit memencar jarak jauh terutama karena
terbawa terbawa oleh bibit.Bibit-bibit tersebut mengandung penyakit karena
mata yang dipakai untuk menempel (okulasi) diambil dari tanaman yang
sakit.Selain itu bibit yang sudah siap juga dapat terinfeksi melalui D.
Citri.Tanaman okulasi, cangkokan maupun tanaman asal biji (semai) trentan
terhadap CVPD.Semai yang berasal dari nuselus ternyata tidak lebih tahan
daripada tanaman okulasi.Sampai sekarang tidak ada varietas/jenis jeruk yang
mempunyai arti komersial di Indonesia yang mempunyai ketahanan yang
cukup terhadap penyakit ini (Semangun, 1991).

3.5 Kerusakan yang Ditimbulkan

Tanaman jeruk yang terserang CVPD menyebabkan sebagian/seluruh


tajuk tanaman menjadi menguning.Daun-daun yang kuning terasa lebih kaku,
tebal dengan urat daun menonjol terang dan umumnya berdiri tegak.Bercak-
bercak gelap juga tampak pada daun-daun yang menguning (Rukmana, 1996).
Pada daun tua yang semula sehat, lama-lama akan berubah seperti daun muda
warnanya memucat dan menguning tetapi kalau diraba akan terasa sangat
tebal. Setiap kali tanaman membentuk pucuk dan tunas, setiap kali pula pucuk
dan tunas tersebut mengalami klorosis. Akibat klorosis tanaman tidak mampu
lagi melakukan fotosintesa sehingga daun tidak mampu lagi memberi
makanan pada seluruh bagian tanaman. Pertumbuhan tanaman akan menjadi
sangat merana dan akhirnya tanaman menjadi layu, kering dan mati. CVPD
yang menyerang daun, dimana pada serangan lanjut akan menyebabkan
kemunduran hasil (tanaman menghasilkan buah yang kecil, buah tidak dapat
berkembang lagi dan akibatnya gugur) dan buah yang tidak gugur berkualitas
rendah sekali. CVPD merusak sel tanaman dan penyakit ini telah
menimbulkan kerusakan yang sangat hebat pada perkebunan jeruk di
Indonesia. Penyakit ini cepat sekali menyebar dan sulit diberantas
(Sarwono,1986; Sunaryono, 1987; Rukmana, 1996).

Tabel 2. Persentase Pucuk Tanaman Jeruk yang Menunjukkan Gejala


Penyakit CVPD per Tanaman.
Hasil rata rata persentase pucuk tanaman per tanaman yang menunjukkan
gejala penyakit CVPD di masing masing tanaman di setiap lokasi yaitu berturut turut
7.9%, 15.73%, 8.9%, dan 7.07%, persentase pucuk tanaman yang menunjukkan
gejala paling tinggi adalah pada lokasi ke-2 sampel jeruk ke-5 sebesar 29.79% dan
yang memiliki persentase terendah adalah pada lokasi ke-4, sampel jeruk ke-6 yaitu
sebesar 5.46%.

3.6 Pengendalian dan pemberantasan penyakit

Untuk memberantas penyakit ini pada tanaman yang menunjukkan gejala


ringan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Melindungi tanaman dengan menggunakan insektisida (Basudin 60 EC)
dengan intensif untuk menahan populasi vektor (Psyllidae, Diaphorina citri).
2. Eradikasi sebagian dengan pemangkasan ranting/batang yang telah
menunjukkan gejala dengan memperhatikan bahwa tempat pemotongan
tersebut agak jauh ke arah bagian ranting/cabang yang tidak memperlihatkan
gejala. Sebaiknya dilakukan pemupukan dengan N agar gejala dengan mudah
dapat terlihat sehingga eradikasi sebagian dapat segera dilakukan
(Departemen Ilmu Hama Dan Penyakit Tumbuhan, 1981) Untuk
memperpanjang umur produktivitasnya, tanaman jeruk yang sakitnya belum
terlalu berat dapat disuntik (infuse) dengan antibiotik Oksitetrasiklin atau
Terramycin 1000 ppm sebanyak 1 liter per pohon. Penyuntikan diulangi tiap
tahun/tiap 2 tahun. Sedangkan untuk membantu regenerasinya tanaman harus
dipupuk dan diairi secukupnya (Hutagalung, 1985; Tirtawidjaya, 1982; 1983).
Akan tetapi pada tanaman jeruk yang sudah parah sakitnya infuse
Oksitetrasiklin ini kurang efisien. Selain tidak menyembuhkan tanaman sakit,
pengobatan yang harus dilakukan berulang-ulang ini dirasa terlalu mahal oleh
petani. Disamping itu pengaruh antibiotik terhadap konsumen buah jeruk
belum diketahui (Semangun, 1991; Rukmana, 1996). Di daerah-daerah
endemik dianjurkan untuk mengadakan eradikasi total, diikuti dengan masa
tanpa jeruk/Rutaceae lainnya selama paling sedikit 1 tahun. Eradikasi harus
dilakukan bersama-sama oleh semua penanam jeruk di daerah tersebut. Juga
perlu dilakukan tindakan penghentian penanaman baru yang cukup lama.
Tanaman yang sudah berproduksi dapat dibiarkan sampai tanaman-tanaman
ini tidak menghasilkan lagi kemudian dibongkar. Sebelum pembongkaran,
penyemprotan dengan insektisida perlu dilakukan untuk mematikan vektor
yang terdapat pada tanaman sakit.
3. Membongkar/membasmi tanaman-tanaman sakit yang dapat merupakan
sumber infeksi/sumber inokulum. Tanaman yang dapat menjadi inang D. Citri
seperti kemuning (Murraya paniculata) dan rumput babadotan (Ageratum
conizoides) perlu juga ditiadakan selama masa tenggang waktu. Mengingat
adanya tanda-tanda bahwa alatalat pertanian dapat menularkan penyakit,
dianjurkan agar gunting pangkas, pisau okulasi kadang-kadang dipanaskan
selama 10-15 menit, misalnya dengan api lilin (Tirtawidjaya, 1982;1983;
Sunaryono, 1987; Sarwono, 1986; Departemen Ilmu Hama Dan Penyakit
Tumbuhan, 1981).
BAB IV

KESIMPULAN

1. CVPD merupakan penyebab utama rendahnya produktivitas


2. CVPD disebabkan oleh jasad yang mirip dengan bakteri dan kerusakan yang
ditimbulkan , tanaman mengalami klorosis
3. Diaphorina citri merupakan 16ector dalam penularan CVPD
4. Persentase tanaman terserang penyakit CVPD berkisar antara 19% sampai
dengan 37%. Hasil rata-rata persentase tanaman jeruk yang menunjukkan
gejala serangan CVPD sebesar 27%.
5. Pengendalian dan pemberantasan penyakit dilakukan dengan menggunakan
insektisida, erdikasi sebagian/total serta membongkar/membasmi sumber
infeksi/inoculum.
DAFTAR PUSTAKA

Poerwanto,Mofit Dan Chimayatus Solichah .2010 . KAJIAN PREFERNSI


OVIPOSISI Diaphorina citri Kuwayama PADA TANAMAN JERUK
YANG TERINFEKSI CVPD DAN JERUK SEHAT. Seminar Nasional
Peringatan 40th PEl 1-2 .

Purnawan P I Kadek, Adiartayasa Wayan, dan Mega A I Made. 2016. Deteksi


Keberadaan Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) dengan
Teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) di Dusun Untalan Desa
Jungutan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem 5 (4) : 374-383.
Universitas Udayana

Wahyuningsih, Endang. 2009. CVPD PADA JERUK (Citrus spp) DAN UPAYA
PENGENDALIANNYA 2 (2) : 65-73. Vis Vitalis

https://id.wikipedia.org/wiki/Jeruk (Diakses pada 8 mei 2017 pukul 8:24 WIB)

https://id.wikipedia.org/wiki/CVPD(Diakses pada 8 mei 2017 pukul 8:33 WIB)

Anda mungkin juga menyukai