Anda di halaman 1dari 39

Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura

“Tanaman Nanas, Strawberry dan Pisang ”

Disusun oleh Kelompok 6:


Ulfa Ni'mati Sa'adah 155040207111002
Syamsul Arifin 155040207111011
Alfiah Putri Utami 155040207111020
Kadek Dwi Primayanti Devi 155040207111075
Ridlo Bagus Permana 155040207111081
Febyla Syntya 155040207111152

Dosen Pengampu:
Ir. Koesriharti, MS.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman yang umum dibudidayakan adalah tanaman semusim hortikultura.
Tanaman semusim adalah tanaman yang dipanen dalam satu kali musim tanam.
Tanaman semusim istilah dalam bahasa Inggris annual plant, yang dimaksud satu
musim adalah satu tahap dalam setahun. Bagi pertanian di daerah beriklim sedang
seringkali yang dimaksud semusim adalah tanaman yang tidak perlu mengalami
musim dingin bagi pembungaannya (vernalisasi). Tanaman semusim dalam
pengertian botani yaitu tumbuhan yang menyelesaikan seluruh siklus hidupnya
dalam rentang setahun.
Kegiatan hortikultura mencakup aspek produksi dan penanganan pasca
panen yaitu: teknologi perbanyakan, penanaman, pemeliharaan, panen serta pasca
panen. Luas lahan pertanian untuk lahan tanaman hortikultura di dunia adalah
sangat kecil bila dibandingkan dengan luas lahan tanaman lain seperti serealia
(biji-bijian) yaitu kurang dari 10%. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor
yang menjadi kendala dalam pengembangan komoditas hortikultura. Faktor
tersebut termasuk lemahnya modal usaha, rendahnya pengetahuan dalam teknik
budidaya, harga produk hortikultura sangat berfluktuasi sehingga resiko besar,
umumnya prasarana transportasi kurang mendukung, belum berkembangnya
agroindustri yang memanfaatkan hasil tanaman hortikultura sebagai bahan baku.
Banyaknya faktor yang menjadi kendala dalam memproduksi tanaman
hortikultura maka perlu dilakukan pengkajian ilmu teknik budidaya yang benar
serta penelitian dalam memecahkan masalah harga dan perkembangan
agroindustri. Maka dar itu, tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana teknik budidaya tanaman semusim yang benar sehingga hasil tanaman
hortikultura sesuai dengan yang diharapkan.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman hortikultura (Nanas,
Strawberry dan Pisang) yang baik dan benar, untuk mengetahui ragam tanaman
hortikultura buah semusim.
2. ISI
2.1 Tanaman Nanas
2.1.1 Sifat Botani
Nanas (Ananas comosus L. Merr) merupakan tanaman buah yang berasal
dari Amerika tropis yaitu Brazil, Argentina dan Peru. Tanaman nenas telah
tersebar ke seluruh penjuru dunia, terutama di sekitar daerah khatulistiwa yaitu
antara 25 ºLU dan 25 ºLS. Di Indonesia tanaman nenas sangat terkenal dan
banyak dibudidayakan di tegalan dari dataran rendah sampai ke dataran tinggi.
Daerah penghasil nenas di Indonesia yang terkenal adalah Subang, Bogor, Riau,
Palembang dan Blitar (Rahmat dan Fitri, 2007).
Taksonomi tanaman nanas menurut Widyastuti (2000), dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)
Ordo : Farinosae (Bromeliales)
Famili : Bromiliaceae
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus [L.] Merr
Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal
empat jenis golongan nanas, yaitu: Cayenne (daun halus, tidak berduri, buah
besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut),
Spanyol/Spanish (daun panjang kerdil, berduri halus sampai kasar, buah bulat
dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau
seperti piramida).
Tanaman nanas berbentuk semak dan hidupnya bersifat tahunan (perennial).
Tanaman nanas terdiri dari akar, batang, daun, batang, bunga, buah dan tunas-
tunas. Akar nanas dapat dibedakan menjadi akar tanah dan akar samping, dengan
sistem perakaran yang terbatas. Akar-akar melekat pada pangkal batang dan
termasuk berakar serabut (monocotyledonae). Kedalaman perakaran pada media
tumbuh yang baik tidak lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah biasa jarang
mencapai kedalaman 30 cm.
Batang tanaman nanas berukuran cukup panjang yaitu 20 - 25 cm atau lebih,
tebal dengan diameter 2,0 - 3,5 cm, dan beruas pendek. Batang sebagai tempat
melekat akar, daun bunga, tunas dan buah, sehingga secara visual batang tersebut
tidak nampak karena disekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau buah
merupakan perpanjangan batang. Daun nanas panjang, liat, dan tidak mempunyai
tulang daun utama. Pada daun, umumnya ditumbuhi duri tajam dan ada yang tidak
berduri. Tetapi ada pula yang durinya hanya ada di ujung daun. Duri nanas
tersusun rapi menuju ke satu arah menghadap ujung daun. Daun nanas tumbuh
memanjang sekitar 130 - 150 cm, lebar antara 3 - 5 cm atau lebih, permukaan atas
daun atas halus mengkilap berwarna hijau tua atau merah tua bergaris atau coklat
kemerah-merahan.
Sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna keputihputihan atau
keperak-perakan. Jumlah daun tiap batang tanaman sangat bervariasi antara 70 -
80 helai yang tata letaknya seperti spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari
bawah sampai ke atas arah kanan dan kiri. Nanas mempunyai rangkaian bunga
majemuk pada ujung batangnya. Bunga bersifat hemaprodit dan berjumlah antara
100 – 200 bunga, masing-masing berkedudukan di ketiak daun pelindung. Jumlah
bunga membuka setiap hari, berjumlah sekitar 5 – 10 kuntum. Pertumbuhan
bunga dimulai dari bagian dasar menuju bagian atas memakan waktu 10 - 20 hari.
Waktu dari menanam sampai terbentuk bunga sekitar 6 - 16 bulan. Pada
umumnya pada sebuah tanaman atau sebuah tangkai buah hanya tumbuh satu
buah saja. Akan tetapi, karena pengaruh lingkungan dapat pula membentuk lebih
dari satu buah pada satu tangkai yang disebut multiple fruit (buah ganda). Pada
ujung buah biasanya tumbuh tunas mahkota tunggal, tetapi ada pula tunas yang
tumbuh lebih dari satu yang biasa disebut multiple crown (mahkota ganda)
(Rocky, 2009).
Berikut ini merupakan kandungan gizi dalam 100 gram buah nanas adalah
sebagai berikut :
Tabel 1. Kandungan Gizi Buah Nanas
No Unsur gizi dan jumlah
1 Kalori (kal) 50,00
2 Protein ( g ) 0,40
3 Lemak ( g ) 0,20
4 Niacin (g) 0,20
5 Vitamin C (mg) 20,00
6 Vitamin B2 (mg) 0,04
7 Vitamin B1 (mg) 0,08
8 Vitamin A (IU) 20,00
9 Besi (g) 0,20
10 Serat (g) 0,40
11 Fosfor (mg) 9,00
12 Kalsium (mg) 19,00
13 Karbohidrat (g) 16,00
(Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI ta 1998)
2.1.2 Syarat Tumbuh
Nenas dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Nenas sering ditemukan di
daerah tropis, terutama di tanah latosol coklat kemerahan atau merah. Tanaman ini
memiliki sistem perakaran yang dangkal, sehingga memerlukan tanah yang
memiliki sistem drainase dan aerase yang baik, seperti tanah berpasir dan banyak
mengandung bahan organik. pH yang optimum untuk pertumbuhan nenas adalah
4.5 sampai 6.5, kisaran curah hujannya antara 1000 – 1.500 mm per tahun Nenas
secara alami merupakan tanaman yang tahan terhadap kekeringan karena nenas
termasuk jenis tanaman CAM, yaitu tanaman yang membuka stomata pada malam
hari untuk menyerap CO2 dan menutup stomata pada siang hari. Hal ini akan
mengurangi lajunya transpirasi (Samson 1980 cit Oktaviani 2009).
Nenas memerlukan sinar matahari yang cukup untuk pertumbuhan. Kondisi
berawan pada musim hujan menyebabkan pertumbuhannya terhambat, buah
menjadi kecil, kualitas buah menurun dan kadar gula menjadi berkurang.
Sebaliknya bila sinar matahari terlalu banyak maka tanaman akan terbakar dan
buah cepat masak. Intensitas rata-rata cahaya matahari pertahunnya yang baik
untuk pertumbuhan nenas berkisar 33 sampai 71%. Suhu yang optimim untuk
pertumbuhan akar yaitu 29ºC. pertumbuhan daun 32 ºC dan untuk pemasakan
buah yaitu 25 ºC (Samson 1980 cit Irfandi 2005).
2.1.3 Perbanyakan Tanaman
Tanaman nanas dapat diperbanyak dengan cara generatif maupun vegetatif.
Akan tetapi, perbanyakan generatif tidak pernah dilakukan karena biji yang dapat
dihasilkan oleh tanaman sedikit sekali. Selain itu, daya tumbuh bijinya sangat
rendah dan apabila berhasil tumbuh maka keturunan yang diperoleh akan
mengalami segregasi sehingga sifat yang diperoleh tidak sesuai dengan induknya.
Hal tersebut menjadi salah satu kendala dalam menghasilkan benih nanas yang
memiliki kemurnian serta daya tumbuh yang tinggi (Sunarjono, 2000).
2.1.4 Teknik Budidaya
1. Pembibitan
Tanaman Nanas dikembangbiakan dengan cara vegetatif, yakni
menggunakan tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek
batang, dan cara generatif, dengan biji yang ditumbuhkan dengan persemaian,
akan tetapi ini jarang digunakan bahkan tidak pernah dilakukan pada budidaya.
Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal
sehat serta bebas dari gangguan hama dan penyakit. Penyiapan benih (bibit)
tanaman nanas menggunakan daun mahkota dengan memilih buah nanas segar
dan memiliki ciri buah yang keras, dengan daun berwarna hijau yang belum
berubah warna menjadi kuning atau coklat, daun mahkota yang melekat pada
buah nanas dilepas untuk kemudian disimpan dan diletakan pada posisi terbalik.
Tujuannya yaitu agar bibit tersebut kering dan tidak mengalami pertumbuhan akar
sebelum pindah tanam.
2. Penyiapan Lahan
Penanaman nanas dapat dilakukan pada lahan tegalan atau ladang. Waktu
persiapan lahan yang paling baik adalah waktu musim kemarau, dengan
membuang pepohonan yang tidak diperlukan. Pada masa awal tanam
pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah
untuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang dipakai. Sistem
petakan yaitu dengan cara meratakan tanah, kemudian di sekelilingnya dibuat
saluran pemasukan dan pembuangan air. Pembuatan bedengan dilakukan dengan
cara membuat bedengan-bedengan selebar 80 - 120 cm, jarak antar bedengan 90 -
150 cm atau variasi lain sesuai dengan teknik budidaya yang digunakan. Tinggi
petakan atau bedengan adalah antara 30 - 40 cm.
3. Penanaman dan Sistem Tanam
Budidaya nanas sebagian menggunakan sistem monokultur dengan jarak
yang telah ditetapkan, dalam teknik penanaman nanas pertama kali menggunakan
jarak tanam yang digunakan yaitu 50 x 50 cm dengan ukuran lubang tanam
kurang lebih 30 x 30 cm. Untuk membuat lubang tanam digunakan cangkul, tugal
atau alat lain.
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan. Langkah langkah yang
dilakukan: (1) membuat lubang tanam sesuai dengan jarak yang ditentukan; (2)
mengambil bibit nanas yang sehat dan baik kemudian ditanami pada masing-
masing lubang, satu bibit per lubang tanam; (3) bibit yang telah ditanam
kemudian ditimbun dengan cara ditekan pada sekita pangkal batang bibit nanas
agar tidak mudah roboh dan akar tanaman dapat kontak langsung dengan air
tanah; (4) dilakukan penyiraman hingga tanah lembab dan basah; (5) penanaman
bibit nanas jangan terlalu dalam, sekitar 3-5 cm bagian pangkal batang tertimbun
tanah agar bibit tidak mudah busuk.
4. Pengairan dan Penyiangan
Karena tanaman nanas tahan terhadap iklim kering, sehingga tidak
diperlukan pengairan atau penyiraman. Selain itu juga lokasi budidaya yang
terletak pada dataran tinggi di daerah Subang tepatnya di Kecamatan Jalancagak.
Penyiangan dilakukan pada budidya tanaman nanas yaitu dua kali dalam tujuh
bulan.
5. Pemupukan
Dalam penanaman nanas dilakukan pemberian pupuk kandang dengan dosis
20 ton per hektar. Cara pemberian dicampurkan merata dengan lapisan tanah atas
atau dimasukkan per lubang tanam. Juga digunakan pupuk anorganik NPK dan
urea. Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, fosfor
diperlukan selama beberapa bulan pada awal pertumbuhan sedangkan kalium
diperlukan untuk perkembangan buah, khususnya nanas. Pupuk urea
penggunaannya dikombinasikan dengan perangsang pembungaan. Pemupukan
dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk organik. Pemupukan
susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai tanaman berbunga dan
berbuah. Jenis pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang sebanyak 5 ton/ ha,
pupuk NPK dan urea 62,5 kg. Dilakukan pula pengaplikasian ZPT (zat
perangsang tumbuh) dengan cara disiramkan pada tanaman tersebut. Berdasarkan
penuturan narasumber bahwa ZPT yang digunakan yaitu bermerk dagang Cepha
dengan dosis 2 tutup botol yang dilarutkan pada satu ember besar. Cara pemberian
pupuk adalah dengan dibenamkan ke dalam parit sedalam 10-15 cm diantara
barisan tanaman nanas, kemudian tutup dengan tanah. Cara lain dengan
disemprotkan pada daun terutama pupuk nitrogen dengan dosis 40 gram urea per
liter atau ± 900 liter larutan urea per hektar.
2.1.5 Cara Merangsang Terbentuknya Bunga
Bunga nanas bersifat inflorescente, tumbuh dari titik tumbuh batang
tanaman. Bunga tersebut muncul sekitar 450 hari sesudah tanam.Tangkai buah
pendek, 7-15 cm, jumlah bunga 100-200. Bungabungatersebut tumbuh spiral
mengelilingi tangkai buah membentuk buah majemuk bersatu kokoh. Bunganya
bermaprodit. Kelopaknya 3, pendekdan berdaging, mahkotanya 3. Tangkai putik
lebih panjang dari pada tangkai sari. Bunga mekar pada pagi hari. Metode yang
dapat dilakukan untuk merangsang terbentuknya bunga yaitu :
1. Pengasapan
Asap dapat menrangsang pembnggan nanas karena asap mengandung gas
etilen. Pengasapan dilakukan pada kebun yang telah berumur 6 bulan atau
tanaman nanas sudah berdaun 20-30 helai. Daun-daun kering atau seresah
dikumpukan, kemudian di bakar di sekitar kebun nanas. Asap yang keluar dari
pembakaran seresah kemudian diarahkan ke tanaman-tanaman nanas agar
tanaman nanas terangsang pembungaannya. Untuk menjaga agar asap tetap di
lahan, biasanya diguakan terpal untuk menutupi kebun nanas.
2. Pemberian Kalsium Karbid
Kalsium karbid yang bereaksi dengan air dapat menghasilkan gas etilen
yang dapat merangsang pembunggan nanas. Pemberian kalsium karbid juga
dilakukan pada nanas yang sudah berumur 6 bulan atau berdaun 20-30 helai.
Kalsium karbid sebanyak 200 mg dimasukkan ke selah pucuk setiap tanaman
nanas. Kalsium karbid kemudian diseiram dengan menggunakan air sebanyak
seperempat liter per tanaman.
3. Pemberian Ethrel 40 PGR
Ethrel 40 PGR adalah hormon pembungaan yang di dalam sel tanaman
dapat terurai menjadi etilen. Pemberian Ethrel 40 PGR dilakukan pada nanas yang
sudah berumur 6 bulan atau berdaun 20-30 helai. Ethrel 40 PGR diaplikasikan
dengan cara menyemprot bagian pucuk tanaman dengan konsentrasi 70-200 ppm.
2.1.6 Hama dan Penyakit
Penyakit nanas disebabkan oleh serangan patogen. Beberapa penyakit
penting pada tanaman nanas di antaranya bercak daun, busuk pangkal (base rot)
atau busuk lunak (soft rot), busuk buah, penyakit layu atau Mealybug Wilt of
Pineapple (MWP), busuk hati, dan busuk akar.
1. Bercak daun
Penyakit ini disebabkan oleh Curvularia lunata. Curvularia lunata
merupakan patogen bagi berbagai tanaman di daerah tropik dan subtropik.
Curvularia lunata mempunyai kisaran inang yang sangat luas, Curvularia lunata
dapat menyebabkan penyakit bercak daun pada nanas dan pisang dengan
intensitas penyakit sampai 1–32% (Soesanto, 2006). Jamur ini menyerang mulai
pada fase pembibitan, bibit tanaman yang terserang Curvularia lunata dapat
menyebabkan kematian bibit apabila penyakit ini tidak dikendalikan. Gejala
serangan ditunjukkan oleh adanya bercak yang berbentuk oval dan agak cekung
pada daun, warna bercak agak coklat dan berwarna kuning. Bercak daun
Curvularia lunata umumnya terjadi pada lingkungan yang kelembabannya tinggi
(Escalante et al., 2010).
2. Busuk pangkal (base rot) atau busuk lunak (soft rot)
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Thielaviopsis paradoxa atau
Ceratocystis paradoxa yang terjadi pada batang, pangkal daun, buah dan bibit.
Bibit nanas yang terkena penyakit pangkal batang berwarna coklat kemudian
meluas ke atas (daun-daun) sebelum atau sesudah bibit dipindah ke lapangan.
Serangan di daun ditandai dengan timbulnya bercak-bercak putih kekuningan atau
coreng - coreng (streak) yang melebar dan pendek. Buah matang yang terinfeksi
membusuk, berwarna kuning yang akhirnya berubah menjadi hitam, biasanya
mulai dari bidang potongan tangkai dan mengeluarkan bau yang khas. Kerugian
terbesar yang diakibatkan yaitu saat buah setelah dipetik. Patogen penyakit ini
menginfeksi nanas melalui luka, luka terjadi karena pemotongan atau penanganan
yang kasar. Bibit-bibit yang mempunyai bidang potongan yang cukup besar pada
pangkalnya, sangat rentan terhadap penyakit, terutama jika musim hujan
(Semangun, 2007).
3. Busuk buah
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium moniliforme yang
mempunyai keragaman spesies sangat besar dan kisaran inang sangat luas.
Beberapa Fusarium moniliforme ditemukan menginfeksi komoditas pascapanen
pada fase penyimpanan jamur ini termasuk jenis jamur yang penting untuk
diwaspadai pada komoditas prapanen dan pascapanen karena kemampuannya
untuk menghasilkan mikotoksin. Menurut Martoredjo (2009) gejala busuk buah
yang ditimbulkan oleh jamur Fusarium moniliforme berupa infeksi laten yang
umumnya nekrotis pada ujung tangkai buah. Busuk Fusarium berkembang lambat
pada buah yang disimpan lama karena patogen baru aktif bila buah sudah matang.
Buah yang sakit akan berwarna cokelat muda sampai tua, dan melekuk atau
mengendap. Pada saat kondisi lembab, miselium jamur putih tumbuh pada
permukaan buah. Pusat infeksi berwarna putih atau pink tergantung dari jenis
jamur yang menyerang.
4. Busuk hati (titik tumbuh) dan busuk akar
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytophthora sp. Gejala busuk hati
pada tanaman muda yang terserang penyakit ini yaitu daun yang klorotis dengan
ujung nekrotik, daun-daun muda mudah dicabut dan pangkalnya busuk. Bagian
daun yang membusuk mempunyai batas yang berwarna coklat. Pembusukan dapat
meluas ke bagian batang tanaman, bagian yang busuk berbau tidak sedap. Pada
tanaman tua jarang terjadi infeksi, jika hal ini terjadi, umumnya hanya sebatas
pada jaringan sukulen pada bagian atas batang dan terbatas pada petak kecil di
lapang. Tanaman yang terserang penyakit ini tidak selalu mati, hanya rebah dan
membentuk tunas-tunas baru dan secara perlahan melanjutkan pertumbuhannya.
Sedangkan pada busuk akar menyebabkan pembusukan pada sebagian perakaran.
Jika tanaman terserang jamur ini maka pertumbuhannya terhambat, sehingga
pematangan buahnya juga tertunda. Penyakit ini berkembang dengan baik pada
kondisi pertanaman nanas yang drainasenya tidak baik atau tergenang air
(Semangun, 2007).
5. Penyakit layu/Mealybug Wilt of Pineapple (MWP).
Penyakit ini disebabkan oleh PMWaV (Pineapple Mealybug Wilt-associated
Virus). Gejala yang terjadi yaitu daun berwarna kuning hingga kemerahan,
melengkung kebawah dan layu mulai dari ujungnya. Ujung daun mengalami
nekrotik. Kutu putih sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit ini,
dikarenakan kutu putih sebagai vektor (Juarsa, 2005). Gejala MWP mulai terlihat
pada beberapa tanaman 2-3 bulan sesudah diinokulasi PMWaV dan diinfestasi
kutu putih tetapi beberapa tanaman lainnya baru memperlihatkan gejala sekitar 15
bulan sesudah diinokulasi virus (Sether (2002) dalam Ferdianto (2008), juga
menemukan bahwa sebagian besar tanaman yang memperlihatkan gejala MWP
dapat mengalami penyembuhan 2-5 bulan sesudah gejala terlihat, walaupun
infestasi kutu masih dilakukan.
6. Busuk teras hitam
Busuk teras pada nanas disebabkan oleh jamur Penicillium sp. yang
merupakan salah satu jamur tanah. Jamur ini menginfeksi tanaman melalui
lubang alami yang terjadi dari bekas potongan tangkai buah. Patogen ini awalnya
berada dalam keadaan istirahat selama buah masih dalam pertumbuhan dan baru
aktif kembali setelah buah memasuki proses pemasakan. Jamur ini menyebabkan
busuknya dinding saluran madu dan teras (hati) dari buah dan dari luar gejala
berupa pembusukan yang berwarna coklat dengan bentuk tidak teratur dan sangat
lunak. Ketika buah dibelah, pembusukan terjadi dari dekat permukaan dan meluas
ke aras teras (Martoredjo,1984).
2.1.7 Panen dan Pasca Panen
Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat
busuk. Oleh karena itu, setelah panen diperlukan penanganan pascapanen yang
memadai.
a. Pengumpulan Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat
penampungan hasil atau gudang sortasi.
b. Penyortiran dan Penggolongan Kegiatan sortasi dimulai dengan
memisahkan buah yang rusak, memar, busuk, atau mentah, setelah itu dibagi
dalam tiga kelas.
 Kelas I, dengan kriteria memiliki bentuk yang sempurna, ukurannya lebih
besar dan warna buahnya yang seragam. Biasanya buah yang berkualitas tinggi
hanya dijual pada pedagang-pedagang yang berada dipinggir jalan (gantungan).
 Kelas II, dengan kriteria ukuran sedang serta warnannya tidak seragam
yang kemudaian nantinya akan di distribusikan ke pasar-pasar.
 Kelas III, dengan kriteria memiliki ukuran buah lebih kecil. Biasanya
hanya digunakan untuk produk olahan seperti sirup, selai, koktail, keripik, dodol
dan masih banyak lainnya.
c. Penyimpanan Penyimpanan dilakukan jika harga turun, untuk menunggu
harga naik kembali. Buah nanas ini biasanya disimpan dalam peti kemas bersuhu
dingin sekitar 5oC.
d. Pengemasan dan Pengangkutan Kegiatan pengemasan dimulai dengan
mengeluarkan buah nanas dari lemari pemeraman, lalu dipilih (sortasi)
berdasarkan tingkat kerusakannya untuk menjadi seragam. Kemudian buah nanas
dibungkus dengan kertas pembungkus lalu dikemas dalam keranjang bambu atau
perti kayu atau dus karton bergelombang. Ukuran wadah pengemasan adalah 60 x
30 x 30 cm yang diberi lubang ventilasi. Proses pengangkutan dimulai dengan
memasukkan peti kemas secara teratur pada alat pengangkutan, lalu buah nanas
diangkut dan akhirnya dipasarkan di tempat pemasaran.
2.2 Tanaman Strawberry

2.2.1 Sifat Botani


Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama
kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria
chiloensis menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya
spesies lain,yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya.
Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.
Klasifikasi botani tanaman stroberi menurut Lawrence (1960) adalah
sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Rosaceae
Genus : Fragaria
Spesies : Fragaria spp.
Struktur akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar (collum), batang
akar (corpus), ujung akar (apeks), bulu akar (pilus radicalis), dan tudung akar
(calyptras). Tanaman stroberi berakar tunggang (radix primaria), akarnya terus
tumbuh memanjang dan berukuran besar. Panjangakarnya mencapai 100 cm,
namun akar tersebut hanya menembus tanah sedalam 15-45 cm, tergantung jenis
dan kesuburan tanahnya (Ashari, 2006).

Tanaman stroberi memiliki batang yang pendek seolah-olah tidak berbatang


dan bersifat merayap yang dapat hidup sampai bertahun-tahun. Namun, kadang-
kadang hanya ditumbuhkan sebagai tanaman semusim. Beberapa jenis ada yang
selalu berdaun, namun ada juga yang meranggas, tergantung tempat
dibudidayakan (Ashari, 2006). Stroberi memiliki batang utama yang tersusun
dengan daun-daun yang melingkari batang dengan jarak yang sangat rapat. Batang
stroberi sangat pendek, bertekstur lunak dan tidak berkayu. Batangnya pun
bersembunyi diantara tangkai-tangkai daun stroberi (Kurnia, 2005). Daun pada
tanaman stroberi berfungsi sebagai tempat fotosintesis, transpirasi, dan sebagai
alat pernapasan. Daun stroberi dengan tepi bergigi merupakan daun trifoliate.
Bagian-bagian daun terdiri epidermis, jaringan palisade, jaringan spons dan
berkas pembuluh angkut daun. Masa pertumbuhan vegetatif membentuk daun-
daun baru 8-12 hari dan bertahan 1-3 bulan kemudian kering.

Bunga tanaman stroberi memiliki lima sepal (kelopak bunga), lima petal
(daun mahkota), 20 -35 stamen dan ratusan putik yang menempel pada dasar
receptacle (dasar bunga) (Gunawan, 1992). Bunga yang pertama kali mekar
adalah bunga primer, kemudian disusul oleh bunga sekunder, tersier dan
kuartener. Buah stroberi berwarna merah dimana pigmen warna merah tersebut
berasal dari anthosianin (Ashari, 2006). Buah sejati yang berasal dari ovul telah
terserbuki berkembang menjadi buah kering dengan biji keras. Struktur buah
keras ini disebut achene (Gunawan, 1992). Buah ini berukuran kecil dan
menempel pada receptacle yang membesar. Bentuk buah stroberi sangat
bervariasi. Bentuk-bentuk ini ditentukan oleh sifat genetik. Terdapat delapan
bentuk buah yang umum pada stroberi, yaitu oblate, globose, globose conic,
conic, long conic, necked, long wedge dan short wedge (Budiman dan Saraswati ,
2008).

2.2.2 Syarat Tumbuh


Stroberi merupakan tanaman subtropics yang dapat tumbuh dengan baik
pada kondisi tertentu. Sunarjono (2006) menjelaskan syarat tumbuh tanaman
stroberi sebagai berikut:

1. Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-
700 m/tahun.

2. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan


adalah 8-10 jam setiap harinya.

3. Stroberi adalah tanaman subtropics yang dapat beradaptasi dengan baik di


dataran tinggi tropis yang memiliki temperature 17-20 derajat C.

4. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-
90%. Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-1.500
meter dpl.

5. Stroberi tumbuh dengan baik pada tanah dengan drainase yang baik. Biasanya
di pilih tanah lempung berpasir dengan pH 5,8-6,5. Pemilihan lokasi untuk
penanaman stroberi sedapat mungkin dihindari dari tanah yang pernah di tanami
kentang, terung, tomat dan cabai dalam tiga tahun terakhir. Tanah yang pernah
yang ditanami tanaman tersebut kemungkinan besar telah tercemar oleh cendawan
verticilium yang menyebabkan kelayuan pada tanaman.

2.2.3 Perbanyakan Tanaman


Perbanyakan tanaman dapat berlangsung dengan dua cara yaitu generatif
dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif yaitu sebagai hasil dari perkawinan
antara 2 individu atau bagian dari individu yang terpisah, sehingga sifat-sifat dari
induknya bercampur, misalnya dengan spora atau dengan biji. Perbanyakan secara
vegetatif yaitu perbanyakan dengan memakai bagian dari tanaman (Sianipar dan
Philippus, 1986).
Keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif antara lain
keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya,
tidak memerlukan peralataan khusus, alat dan teknik yang tinggi kecuali untuk
produksi bibit dalam skala besar, produksi bibit tidak tergantung pada
ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara kontinyu dengan mudah
sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak, meskipun akar
yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relatif dangkal, kurang
beraturan danmelebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan baik
seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi
dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji (Pudjiono, 1996). Menurut
Khan (1994), pembibitan secara vegetatif sangat berguna untuk program
pemuliaan tanaman yaitu untuk pengembangan bank klon (konservasi genetik),
kebun benih klon, perbanyakan tanaman yang penting hasil persilangan
terkendali, misalnya hybrid atau steryl hybrid yang tidak dapat bereproduksi
secara seksual, perbanyakan masal tanaman terseleksi. Jenis-jenis perbanyakan
vegetatif meliputi : teknik mencangkok, teknik sambungan, teknik stek pucuk dan
kultur jaringan. Untuk perbanyakan vegetatif secara kultur jaringan mendapatkan
hasil perbanyakan yang baik selain perlu memperhatikan media tumbuh,
diperlukan zat pengatur tumbuh (zpt) untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangannya.
2.2.4 Teknik Budidaya
Dalam membudidayakan stroberi perlu adanya langkah-langkah yang benar
dalam usaha budidaya di lahan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Penyiapan Lahan
a. Pemilihan lingkungan
Tanaman dapat dibudidayakan di lahan maupun dengan sistem hidroponik
asalkan sesuai dengan kebutuhan tanaman
 Suhu dan kelembapan
Sebagai tanaman yang berasal dari daerah beriklim subtropik, stroberi juga
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah pegunungan Indonesia yang
udaranya sejuk. Lokasi yang baik untuk stroberi adalah ketinggian 1.00 – 1.500 m
dpl., suhu udara 14 – 24o), dan kelembaban yang relatif tinggi (85-95%), dan
tidak mengalami suhu dan kelembaban yang ekstrim.
 Tanah dan media tanam
Stroberi menghendaki tanah gembur dengan porositas dan drainase baik.
Karena itu sangat cocok pada tanah yang kaya bahan organik dan mengandung
pasir. Derajad kemasaman tanah atau pH tanah yang ideal adalah 5,6-6,5.
 Sinar matahari dan panjang hari
Stroberi menyukai sinar matahari penuh dengan lama penyinaran antara 8
– 10 jam/hari.
b. Pengolahan tanah
 Pembersihan gulma dan penggemburan tanah
Sebelum ditanami, gulma atau tumbuhan liar harus dibersihkan dengan
dicangkul, dicabut hingga akarnya, kemudian dikumpulkan di satu tempat.
Hindari penggunaan herbisida agar organisme dalam tanah lestari dan kesuburan
tanah terjaga. Pencangkulan tanah dilakukan sedalam 30-40 cm, selain untuk
membersihkan gulma juga untuk menggemburkan tanah lapisan atas.
 Aplikasi kapur dan pupuk kandang
Setelah tanah gembur dan diratakan, sebarkan 20 – 40 ton/ha pupuk
kandang sekitar 20 ton/ha dengan 2 ton/ha kapur pertanian (dolomit), kemudian
dicampur dengan tanah lapisan atas hinga rata.
 Pembuatan bedengan dan pemasangan mulsa
Buatlah bedengan dengan lebar 1 00 cm, tinggi 40 cm, dan jarak antar
bedengan = 50 cm, dengan panjang bergantung pada ukuran lahan. Pasanglah
mulsa plastik hitam perak, dan buatlah lubang pada mulsa sebagai lubang tanam
dengan jarak 40 x 30 atau 50 x 50 atau 50 x 40 cm. Biarkan bedengan tertutup
mulsa sekitar 1 bulan sebelum tanam agar terjadi reaksi sempurna antar tanah,
pupuk kandang dan kapur
c. Penyiapan benih
Benih stroberi bisa diperoleh dengan cara membeli di Balitjestro (hasil
kultur jaringan), penangkar di daerah sentra produksi stroberi atau membuat
sendiri. Petani stroberi bisa membuat benih sendiri dengan stolon maupun anakan.
Induk yang digunakan untuk perbanyakan benih sebaiknya disiapkan tersendiri,
bukan diambil dari tanaman untuk produksi. Induk tanaman harus sehat, unggul,
produksi dan mutu buah baik, beruumur 6-10 bulan.
 Benih dari anakan : rumpun tanaman induk dipisahkan menjadi beberapa
bagian (1 benih, 1 anakan), lalu ditanam dalam polibag (18 x 15 cm) yang diisi
media campuran tanah lapisan atas : sekam (pasir) : pupuk kandang/kompos
halis = 1 : 1 : 1. Satu bulan berikutnya, benih siap ditanam.
 Benih dari stolon : Stolon yang telah memiliki 2 daun dan akar (calon akar)
dipotong, akar/calon akar dibungkus mos (akar tanaman hutan), lalu ditanam
dalam polibag atau nampan tempat perbenihan. Media tanam yang digunakan
adalah campuran tanah lapisan atas : sekam (pasir) : pupuk kandang/kompos
halis = 1 : 1 : 1. Agar tanaman cepat tumbuh, tempat perbenihan perlu diberi
kerudung plastik dan dijaga agar tanah selalu lembab dengan menyiram yang
teratur.
d. Penanaman
Gali tanah yang berada di lubang mulsa sedalam 10-15 cm atau
disesuaikan dengan perakaran benih stroberi. Selanjutnya keluarkan benih
bersama tanahnya dari polibag secara hati-hati. Masukkan satu tanaman/lubang,
timbun dengan tanah dan jangan sampai titik tumbuhnya tertimbun. Lakukan
penyiraman secukupnya.
2. Pemeliharaan Tanaman
a. Pemasangan pelindung hujan
Tanaman stroberi sangat tidak tahan dengan curah hujan yang berlebihan.
Karena itu, setelah tanam segera pasang atap pelindung tanaman menggunakan
plastik putih yang tembus cahaya. Pelindung plastik dipasang pada kerangka yang
berbentuk setengah lingkaran, dibuat dari bambu yang dilengkung antara sisi
bedengan. Pada pagi hari apabila cuaca baik, plastik pelindung perlu dibuka,
kemudian sore hari ditutup kembali untuk melindungi tanaman dari hujan pada
malam hari.
b. Pengairan
Stroberi termasuk kurang tahan terhadap perubahan kadar air tanah yang
ekstrim. Karena itu, lakukan pengairan secara teratur, 2 – 3 kali dalam seminggu
kecuali pada musim hujan. Volume siraman untuk setiap tanaman kurang lebih
150 –250 cc bergantung pada fisik tanah, kelembaban udara dan temperatur. Pada
masa pembungaan dan awal pembentukan buah, sebaiknya pemberian air
dikurangi untuk mendorong pertumbuhan generatif sehingga buah yang terbentuk
dapat berhasil dengan baik.
c. Pemupukan
Pemupukan tanaman stroberi dalam bentuk larutan, hasilnya lebih baik
dan penggunaan pupuk lebih efisien dibandingkan dalam bentuk padatan. Adapun
caranya sebagai berikut.
 Fase pertumbuhan vegetatif (2 minggu sesudah tanam – menjelang umur 2
bulan, buatlah larutan pupuk sebanyak 2 g NPK yang kandungan N lebih tinggi
(32-10-10)/1 liter. Siramkan sebanyak 100-150 ml larutan/tanaman di sekitar
akar tanaman setiap 2-4 minggu sekali (bergantung pada kesuburan tanaman).
 Fase pembungaan, buatlah larutan pupuk sebanyak 4 kg NPK yang kandungan
unsurnya seimbang (16-16-16)/200 liter air. Siramkan sebanyak 150-200 ml
larutan/tanaman di sekitar akar tanaman setiap 2-4 minggu sekali (bergantung
pada kesuburan tanaman).
 Fase pembesaran dan pematangan buah, lakukan penyemprotan dengan pupuk
yang kandungan kaliumya tinggi (KNO3) untuk memperbesar ukuran buah,
dan untuk meningkatkan rasa manis semprotlah dengan pupuk yang
mengandung magnesium (kiserit).
 Untuk mencegah defisiensi unsur mikro, semprot tanaman dengan pupuk mikro
lengkap (multi mikro, mikrota, dll) terutama saat pertumbuhan vegetatif, dosis
seuaikan dengan anjran di kemasan pupuk.
d. Pemangkasan daun
Pangkas daun yang terserang penyakit, daun tua, dan daun yang terlalu
rimbun agar tanaman efisien melakukan fotosintesis dan penyakit tidak menular
sehingga produksi dan mutu uahnya prima. Pemangkasan daun tua juga akan
mendorong tumbuhnya daun baru.
e. Pemangkasan stolon
Pangkas atau kurangi jumlah stolon yang terlalu banyak agar hasil fotosintesis
lebih difokuskan untuk menghasilkan buah, bukan untuk pertumbuhan stolon.
f. Penjarangan Bunga/buah
Buanglah bunga pertama dan buah stadium pentil yang jumlahnya terlalu
banyak. Waktu penjarangan buah adalah saat buah berukuran sebesar kelerang
(umur 3–4 hari sejak berbunga).
g. Penyiangan Gulma
Perakaran stroberi relatif dangkal sehingga adanya gulma menyebabkan
persaingan nutrisi dalam tanah. Karena itu, gulma harus selalu dibersihkan secara
mekanis dengan dicabut (Sutopo, 2016).
2.2.5 Cara Merangsang Terbentuknya Bunga
Untuk stroberi merupkan tanaman yang dgemari oleh banyak orang. Untuk
mengningkatkan produktivitas tanaman tersebut terdapat salah satu cara yang
yaitu dengan pemberian zat pengatur tumbuh. Giberelline (GA) dan Naphtalene
Acetic Acid (NAA) merupakan zat pengatur tumbuh tanaman yang mampu
mempercepat pembungaan dan memperbesar ukuran bunga beberapa tanaman.
GA dan NAA merupakan zat pengatur tumbuh yang secara fisiologis mampu
mendorong dan memperbesar bunga. Hormon pembungaan sering disebut
florigen. Komplek florigen menurut Kusumo (1990), ada dua golongan yaitu GA
untuk pembentangan dan pertumbuhan batang serta antesin untuk pembentukan
bunga. Pengikatan zat pengatur tumbuh oleh protein dapat menyebabkan
perubahan sifat fisik protein, sehingga protein dapat mengembang atau
mengkerut, atau mempengaruhi aktifitas enzim. Hasil pengikatan dan pengaktifan
enzim tersebut dan mengubah substrat menjadi satu atau beberapa produk baru.
Pemberian GA akan memacu pembelahan dan pembentangan sel, sehingga
batang jadi panjang dan ini akan mendorong terbentuknya bunga. GA akan
mengaktifkan gen tertentu sehingga terbentuk molekul RNA khusus yang akan
memacu pembentukan satu atau lebih enzim (Heddy, 1989). Pada GA, panjang
dan lebar sel setelah perlakuan lebih besar, sedangkan pada NAA sebelum
perlakuan justru lebih besar. Hal ini mungkin terjadi karena konsentrasi terlalu
tinggi, mengingat ujung tunas menjadi hitam selama penyemprotan, tetapi setelah
perlakuan dihentikan, tunas normal kembali dan pembungaan terjadi. Jadi pada
konsentrasi yang sama, GA lebih efektif dibanding NAA, dimana NAA dapat
memacu pembungaan pada konsentrasi yang lebih rendah.
2.2.6 Hama dan Penyakit
Pada tanaman stroberi juga ditemukan banyak hama dan penyakit pada saat
pembudidayaan. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman stroberi adalah
sebagai berikut :
1. Hama
 Ulat grayak (Spodoptera litura)
Ulat grayak (Spodoptera litura) adalah serangga yang paling banyak
ditemukan dan merusak pada tanaman stroberi. Ulat ini memakan daun secara
berkelompok (gregarious) dan bersifat polyfag, dimana ulat tidak hanya
ditemukan memakan daun stroberi tetapi juga tanaman lainnya seperti tanaman
pangan, sayuran maupun buah-buahan.
 Slug (bekicot tanpa cangkang)
Slug atau bekicot tanpa cangkang merupakan pemakan buah yang paling
banyak ditemukan di kebun stroberi milik KP Tlekung Balitjestro. Slug sering
menyerang pada malam dan pagi hari, lalu bersembunyi pada siang hari. Slug
memakan buah dengan cara menggigit dan melubangi buah serta meninggalkan
lendir yang membuat buah menjadi busuk. Serangan meningkat pada saat lembab
terutama saat musim hujan, dan pada serangan berat buah di kebun habis
dimakan.
 White Weevil
Kumbang ini sering ditemukan memakan daun tanaman stroberi dan
menyebabkan daun menjadi berlubang. Kumbang berwarna putih dengan ukuran
5-7cm, dan memiliki sepasang antenna yang panjangnya melebihi ukuran
tubuhnya. Kumbang ini mudah ditemukan saat pagi hari dan akan bersembunyi
pada siang hari.
 Bekicot
Siput merupakan hewan inveterbrata yang tergolong ke dalam kelas
Gastropoda dan memiliki cangkang yang keras dan besar. Siput memiliki dua
pasang antenna/tentakel yang fungsinya berbeda-beda yaitu sebagai indra
penciuman dan indra yang peka terhadap rangsangan cahaya. Siput bergerak
perlahan menggunakan perutnya dan dengan bantuan lendir yang dihasilkan.
 Aphid
Kutu hitam merupakan salah satu hama yang menyerang daun muda dan
pucuk tanaman, terutama pada tanaman musim kemarau. Serangga ini bersifat
polifag, menyerang dengan cara menusuk dan mengisap cairan sel-sel epidermis
dan mesofil daun dengan menggunakan stiletnya. Kelompok Aphids biasanya
berkoloni di bawah permukaan daun atau sela-sela daun, hama ini
mengekskresikan embun madu.
 Penggerek buah
Serangga ini ditemukan pada beberapa buah stroberi yang sudah membusuk.
Beberapa kumbang dewasa ditemukan di dalam buah. Berukuran 1-3 mm dan
berwarna orange dengan bercak hitam pada punggungnya. Kumbang tergolong ke
dalam Coleoptera karena terlihat memiliki elutra meskipun berukuran kecil.
Meningkatnya populasi dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang kotor
dan banyak sisa-sisa tanaman.
 Uret
Berdasarkan keterangan yang diberikan pihak Balitjestro, uret adalah salah
satu hama yang mengganggu di pertanaman stroberi. Hama ini ditemukan pada
musim penghujan, sehingga pada saat pengamatan bulan Juli-Agustus uret tidak
di temukan. Serangan uret terhadap tanaman stroberi mengakibatkan sistem
perakaran rusak karena termakan uret. Sehingga pertumbuhan tanaman terhambat
bahkan pada serangan yang parah tanaman stroberi dapat mengalami kematian
ditandai dengan layunya tanaman.
2. Penyakit
 Bercak merah
Penyakit ini ditandai dengan terdapatnya bercak-bercak kecil-bulat
berwarna merah keunguan pada daun tanaman stroberi. Penyakit ini jarang
ditemukan pada pertanaman stroberi dengan tingkat kerusakan sangat rendah.
Dari daun yang bergejala diisolasi dan dibiakkan di dalam Petridis, lalu diamati di
bawah mikroskop. Dari pengamatan tersebut diamati konidia menyerupai
Pestalotia sp.
 Tip burn
Gejala Tip Burn terlihat pada ujung daun tanaman stroberi yang nampak
tebakar. Daun yang menunjukkan gejala menjadi tidak segar dan pertumbuhan
menjadi terhambat. Gejala nampak pada daun baru, menyebar dari pusat tumbuh.
Sebanyak ±10% tanaman menunjukkan gejala tip burn. Tip burn adalah indikasi
kekurangan kalsium yang mengakibatkan sel-sel daun mudah pecah dan
mengakibatkan nekrosis. Kalsium dibawa akar ke seluruh tanaman melalui proses
evapotransprasi, sehingga proses ini jg mempengaruhi sebaran kalsium. Pada
cuaca cerah, proses evapotranspirasi dapat berlangsung dengan baik, tetapi pada
saat cuaca lembab, proses ini akan terhambat sehingga sebaran kalsium tidak
merata pada tanaman. Sehingga kondisi tanah yang lembab akan sangat
mempengaruhi kecukupan kalsium pada tanaman, meskipun pemberian kalsium
pada tanah sudah cukup.
 Hawar Daun
Gejala hawar dimulai dari tepi daun menuju ke tengah dan daun akan
menjadi hijau kusam. gejala semakin berat ditunjukkan dengan daun yang
menjadi layu dan mengering. Serangan yang parah menyebabkan seluruh tanaman
tumbuh meranggas dan mati. Pada cuaca panas, tanaman akan menjadi cepat layu
dan mati. Gejala ini banyak terlihat pada bibit yang baru dipindah semai. Diduga
penyebab penyakit adalah patogen tanah.
 Leaf blight
Gejala berupa bintik-bintik berwarna ungu yang berkembang menjadi coklat
lalu disekitar bintik meluas daerah yang berwarna kekuningan hingga keunguan.
Daun yang tua menjadi suram dan tumbuh merana kemudian mati (gugur).
Penyakit in cukup banyak ditemukan pada pertanaman stroberi yang tidak terawat
dengan kondisi yang lembab.
 Virus
Beberapa tanaman stroberi menunjukkan gejala yang menyerupai gejala
serangan virus, yaitu daun menjadi kriting dan warnanya tidak merata seperti
mengalami mozaik. Pertumbuhan tanaman kemudian akan sangat berbeda dari
tanaman sehat, tanaman terserang virus tumbuh kerdil dan tidak membentuk buah
 Antraknosa
Antraknose dapat menyerang daun, batang, stolon dan paling sering terlihat
menyerang buah. Buah dapat terserang sejak di lapangan yang kemudian
berkembang setelah panen di tempat penyimpanan, mengakibatkan masa panen
buah menjadi singkat dan dapat menginfeksi buah lainnya di tempat
penyimpanan. Gejala pada batang maupun stolon berupa busuk oval, yang pada
tengahnya terdapat bintik-bintik kehitaman. Akibatnya daun menjadi kekuningan
dan tanaman layu. Pada buah akan terlihat busuk lunak melingkar yang memusat
ditengah terdapat bintik-bintik putih.
 Gray mold
Gray mold disebabkan oleh jamur Botrytis cinerea. Buah muda rentan
terhadap infeksi tetapi gejala akan terlihat saat sudah tua, buah yang berada di
dalam bunga akan menjadi coklat kering. Buah muda yang terinfeksi menjadi
busuk coklat, warna coklat menyebar lalu buah menjadi kering dan permukaannya
ditutupi bubuk keabu-abuan seperti berdebu. Penyakit ini berkembang sangat
pesat pada tempat penyimpanan, setelah buah dipanen, dan menyebar ke buah lain
yang sehat. Pada kondisi yang mendukung pertumbuhan jamur, buah dapat
membusuk dalam waktung 48 jam setelah dipanen (Tim Plasmanutfah Stroberi,
2014).
2.2.7 Panen dan Pasca Panen
Pemanenan adalah tahap terakhir dari pertumbuhan buah. Stroberi
memerlukan waktu lima bulan untuk dapat dipanen. Ciri–ciri buah yang siap
panen adalah kulit buah didominasi warna merah, hijau kemerahan, hingga kuning
kemerahan. Stroberi merupakan buah non klimaterik dan dipanen ketika sudah tua
(berwarna merah). Budiman dan Saraswati (2008) buah stroberi yang dipanen
ketika masih berwarna hijau keputih-putihan rasan menjadi merah. Menurut
Schwab dan Raab (2004) kurva pertumbuhan stroberi berbentuk kurva sigmoid.
Pertumbuhan tanaman stroberi sangat cepat dan mencapai maksimal kira-kira 30
hari setelah anthesis, bergantung kondisi lingkungan. Waktu yang diperlukan
untuk matang penuh bervariasi antara 20-60 hari mulai dari berbunga.
Stroberi merupakan buah yang mudah rusak (perishable). Stroberi harus
segera dipanen ketika matang penuh untuk memperoleh kualitas yang baik yang
meliputi: penampilan visual ( kesegaran, warna dan kerusakan karena busuk atau
kerusakan fisik), tekstur (kekerasan dan kandungan air), flavour dan nilai gizi (
vitamin, mineral, serat) (Hernandez, et al., 2008). Stroberi memiliki periode panen
yang pendek sehingga harus segera ditangani agar kualitasnya terjaga. Proses
penanganan pasca panen pada stroberi meliputi penyortiran, grading, pengemasan,
penyimpanan, dan pengolahan. Stroberi yang telah dipetik disortir berdasarkan
bobot buah dikelompokkan berdasarkan kelasnya. Menurut Gunawan (1996)
terdapat tiga kelas kualitas buah stroberi yaitu :

Stroberi biasanya dikemas menggunakan wadah plastik transparan atau


putih. Menurut Paulis (1990) pengemasan menggunakan plastik PVC dapat
mengurangi indeks serangan Botrytis dan menjaga kualitas buah tetap baik.
Pembungkusan ini berfungsi untuk menaikkan kadar CO2 sebesar 10.5 % untuk
mengontrol kerusakan akibat jamur. Buah stroberi dapat disimpan sampai enam
hari pada suhu antara 0 – 4 0C. Setelah enam hari, buah akan kehilangan
komponen aroma, rasa dan karakteristik penting lainnya (De Souza et al., 1999).
Penyimpanan pada suhu rendah serta modifikasi atmosfer dengan meningkatkan
kadar CO2 dapat menekan pertumbuhan jamur, senescence, serta memperpanjang
masa simpan buah. Kadar CO2 yang tinggi dapat menyebabkan off-flavour (Ke,
1994).
2.3 Tanaman Pisang
2.3.1 Sifat Botani
Tanaman pisang merupakan salah satu jenis tanaman buah yang berbentuk
semak dan memiliki batang semu (pseudostem). Tanaman ini memiliki tinggi
bervariasi, yaitu antara satu hingga empat meter, tergantung varietasnya. Tanaman
ini bersifat merumpun (tumbuh anakan). Berdasarkan taksonominya, tanaman
pisang diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Subdivisi :
Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Suku (famili) : Musaceae Marga
(genus) : Musa Jenis (spesies) : Musa paradisiaca (Suyanti dan Supriyadi, 2008).
 Daun dan Batang
Tanaman pisang memiliki daun yang lebar dan panjang dengan tulang daun
besar. Tepi daun tidak memiliki ikatan yang kompak sehingga mudah robek jika
terkena angin kencang. Batang terletak di dalam tanah yaitu berbentuk bonggol
(corm) 10 yang berukuran besar dan memiliki banyak mata tunas yang dapat
tumbuh menjadi tunas anakan (sucker) (Suyanti, 2008). Corm pada tanaman
pisang yang telah dewasa memiliki diameter sampai dengan 300 mm dan berat
yang bervariasi tergantung pada kondisi tanaman. Batang semu tanaman pisang
terbentuk dari pelepah daun yang saling menutupi dengan kuat dan kompak
sehingga dapat berdiri tegak (Sunarjo, 2008).
 Bunga
Bunga pada tanaman pisang termasuk bunga tunggal yang keluar pada
ujung batang dan hanya berbunga sekali selama hidupnya atau bersifat
monokarpik. Bunga pisang biasa disebut jantung, berwarna merah tua, kuning
atau ungu dan setiap jantung terdiri dari banyak bakal buah (Gambar 1). Setiap
sisir dilindungi oleh sebuah daun kelopak. Bunga pada pisang tersusun dalam dua
baris melintang, yaitu bunga betina berada di bawah bunga jantan (jika ada). Lima
daun tenda bunga melekat sampai tinggi dengan panjang 6-7 cm. Benang sari
yang berjumlah lima buah pada bunga betina terbentuk tidak sempurna. Pada
bunga betina terdapat bakal buah yang berbentuk persegi, sedangkan pada bunga
jantan tidak terdapat bakal buah (Suyanti, 2008).
 Buah
Bunga pisang menyerbuk silang melalui serangga penyerbuk, tetapi
umumnya tepung sari tidak fertil, oleh karena itu banyak buah pisang yang tidak
berbiji (partenokarpi). Jenis pisang untuk konsumsi segar (buah meja) tidak
berbiji karena kromosomnya berlipat tiga (3n atau triploid). Pisang meja yang
berbiji (diploid) misalnya adalah pisang batu (Sunarjo, 2008). Pada umumnya
setelah bunga keluar akan terbentuk satu kesatuan bakal buah yang disebut
sebagai sisir. Sisir pertama yang terbentuk akan terus memanjang membentuk
sisir kedua, ketiga, dan seterusnya. Pada kondisi ini, sebaiknya jantung pisang
dipotong karena sudah tidak bisa menghasilkan sisir lagi (Suyanti, 2008).
 Akar
Tanaman pisang berakar rimpang, tidak memiliki akar tunggang. Akar
terbanyak berada di bagian bawah tanah. Akar ini tumbuh menuju ke bawah
sampai kedalaman 75-150 cm. Akar yang berada di bagian samping umbi batang
tumbuh ke samping atau mendatar dengan ukuran dapat mencapai 4-5 cm
(Suyanti, 2008). Akar utama memiliki ketebalan 5-8 mm dan berwarna putih jika
tanaman tersebut sehat. Selanjutnya akar tersebut akan berwarna abu-abu atau
coklat dengan cepat sebelum tanaman mati. Distribusi akar tanaman pisang dapat
secara horizontal atau vertikal, hal ini dipengaruhi oleh tipe tanah dan drainase
tanah.

2.3.2 Bagian Buah


Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus
oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ke tanah
jika bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedang
bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup
oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Tiap kelompok bunga disebut
sisir, yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15 buah.
Buah pisang tersusun dalam tandan. Tiap tandan terdiri atas beberapa sisir,
dan tiap sisir terdiri dari 6-22 buah pisang atau tergantung pada varietasnya. Buah
pisang pada umumnya tidak berbiji atau disebut 3n (triploid), kecuali pada pisang
batu (klutuk) bersifat diploid (2n). Proses pembuahan tanpa menghasilkan biji
disebut partenokarpi.
Ukuran buah pisang bervariasi, panjangnya berkisar antara 10-18 cm
dengan diameter sekitar 2,5-4,5 cm. Buah berlingir 3-5 alur, bengkok dengan
ujung meruncing atau membentuk leher botol. Daging buah (mesokarpa) tebal dan
lunak. Kulit buah (epikarpa) yang masih muda berwarna hijau, namun setelah tua
(matang) berubah menjadi kuning dan strukturnya tebal sampai tipis (Cahyono,
2002 : 16).
Buah pisang termasuk buah buni, bulat memanjang, membengkok, tersusun
seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau coklat. Tiap
kelompok buah atau sisir terdiri dari beberapa buah pisang. Berbiji atau tanpa biji.
Bijinya kecil, bulat, dan warna hitam. Buahnya dapat dipanen setelah 80-90 hari
sejak keluarnya jantung pisang.

2.3.3 Perkembangan Buah Asal


Tanaman pisang dapat tumbuh di daerah yang mempunyai jangka waktu
musim kemarau antara 0 – 4,5 bulan dan bercurah hujan antara 650 -5.000 mm
per tahun. Sedangkan suhu yang cocok untuk tanaman pisang adalah berkisar
antara 21 -29,5 derajat C. Ketinggian daerah yang cocok untuk tanaman pisang
adalal 0 s/d 1.000 m dpl. Namun untuk beberapa jenis pisang dapat tumbuh pada
ketinggian 2.000 m dpl. Berkaitan dengan jenis tanah, pada tanh kurang subur pun
pisang dapat tumbuh. Tempat tumbuh yang baik bagi pisang adalah tanah yang
mengandung lempung dan diolah dengan baik, sedikit mengandung kerikil dan
tanpa genangan air (Wijayant, 2009).

2.3.4 Syarat Tumbuh


Tanaman pisang dapat tumbuh di daerah yang mempunyai jangka waktu
musim kemarau antara 0 – 4,5 bulan dan bercurah hujan antara 650 -5.000 mm
per tahun. Sedangkan suhu yang cocok untuk tanaman pisang adalah berkisar
antara 21 -29,5 derajat C. Ketinggian daerah yang cocok untuk tanaman pisang
adalal 0 s/d 1.000 m dpl. Namun untuk beberapa jenis pisang dapat tumbuh pada
ketinggian 2.000 m dpl. Berkaitan dengan jenis tanah, pada tanh kurang subur pun
pisang dapat tumbuh. Tempat tumbuh yang baik bagi pisang adalah tanah yang
mengandung lempung dan diolah dengan baik, sedikit mengandung kerikil dan
tanpa genangan air. Tanaman pisang bisa juga ditanan pada dataran rendah yang
beriklim lembab dengan suhu udara antara 15 -35 derajat Celcius dan pH tanah
adalah 4,5 -7,5 (Wijayant, 2009).

2.3.5 Perbanyakan Tanaman


Tanaman pisang dapat diperbanyak dengan dua cara diantaranya yitu:
 Pemisahan anakan
Perbanyakan tanaman pisang biasanya dilakukan secara vegetatif yaitu
dengan pemisahan anakan (sucker) yang tumbuh dari bonggolnya, dan dengan
bonggol tanaman pisang. Bibit anakan yang digunakan adalah bibit anakan
dewasa karena paling cepat menghasilkan buah diikuti bibit anakan sedang,
anakan muda, dan tunas anakan. Bibit pisang dipilih yang sehat dan baik (Satuhu,
2000).
 Pembelahan Bonggol
Pembelahan bonggol dapat menghasilkan bibit yang seragam dalam jumlah
yang relatif banyak, namun masih kurang seragam dan kurang banyak
dibandingkan dengan perbanyakan bibit pisang dengan kultur jaringan. Kelebihan
dari perbanyakan bibit pisang dengan menggunakan belahan bonggol yaitu biaya
yang digunakan tidak terlalu besar dan tidak membutuhkan keahlian khusus dalam
kegiatan budidaya, sehingga metode tersebut lebih mudah diterapkan oleh petani.

2.3.6 Teknik Budidaya


Untuk memperoleh hasil tanaman pisang yang bagus, perlu mengetahui
bagaiamana teknik budidaya pisang yang baik. Menurut Balai Besar Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian (2008), teknik budidaya pisang adalah
sebagai berikut :
1. Pembibitan
Untuk memperoleh pertumbuhan pisang yang baik, maka asal benih harus
diperhatikan salah satunya memilih benih yang bersertifikat. Bibit yang
berkualitas terlihat dari pertumbuhannya yang sehat, tidak terdapat hama
penyakit, dan memiliki struktur tanaman lengkap seperti akar, batang dan daun.
Pembibitan dapat dilakukan dengan cara perbanyakan tunas, anakan, bonggol, dan
bit baik secara tradisional maupun kultur jaringan. Perbanyakan secara kultur
jaringan umumnya sudah dilakukan oleh perusahaan besar seperti yang dilakukan
oleh PT Nusantara Tropical Farm (PT NTF), sister company PT Sewu Segar
Nusantara yang mendistribusikan Pisang Cavendish berlabel Sunpride. Budidaya
pisang dengan menggunakan bibit asal kultur in vitro secara umum sama dengan
bibit asal anakan yang memerlukan pemeliharaan dan pemupukan intensif. Akan
tetapi keunggulan bibit pisang yang berasal dari laboratorium ini biasanya
menghasilkan pertumbuhan yang seragam dan bebas penyakit dipembibitan
awalnya. Bibit pisang yang diperbanyak secara kultur jaringan dikembangkan
selama kurang lebih satu tahun dalam botol kultur jaringan. Setelah itu dilakukan
proses seleksi untuk ditransplantasikan ke pembibitan hingga berumur 3 bulan.
2. Persiapan Lahan
Dilakukan pembersihan lahan bertujuan untuk menghindari adanya hama
dan penyakit. Pada dua minggu hingga satu bulan sebelum tanam membuat
lubang tanam. Ukuran lubang tanam 50 cm x 50 cm x 50 cm dengan jarak tanam
sekitar 2 m x 2 m hingga 3 m x 3 m. Namun, jarak tanam biasanya disesuaikan
dengan jenis/varietas pisang yang akan ditanam. Varietas pisang Barangan,
Cavendish, Raja Sereh, Raja Bulu ditanam pada jarak tanam 2,5 m x 2,5 m
dengan populasi sebanyak 1600 per hektar. Pisang Kepok dan Tanduk yang
memiliki perawakan yang lebih besar dapat ditanam pada jarak tanam 3 m x 3 m
dengan populasi sebanyak 1100 pohon per hektar. Untuk varietas Mas Kirana
dapat ditanam dengan jarak tanam yang lebih rapat seperti 2 m x 2,5 m dengan
populasi per hektar sebanyak 2000 pohon.Lalu tutup kembali lubang tersebut
dengan memasukkan tanah lapisan bawah terlebih dahulu dari hasil pembuatan
lubang.
4. Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat hujan sudah turun atau menjelang musim
hujan. Lakukan penanaman pada sore hari agar bibit tidak strees terhadap
lingkungan baru. Masukkan bibit ke dalam lubang yang sudah dibuat sebelumnya,
tutup secara perlahan, dan lakukan penyiraman.
5. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk memberikan unsur hara pada tanaman yang
akan digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Rekomendasi
pemupukan yang diberikan oleh BP2TP yaitu: pemberian pupuk organik (pupuk
kandang) sebanyak 10 kg/lubang sebelum penanaman dan dibiarkan selama 1-2
minggu. Kemudian untuk pupuk organik yang dapat diberikan adalah 0,233 kg
Urea, 0,10 kg SP-36, dan 0,10 kg KCl per tanaman. Untuk tanaman yang baru
ditanam diberi 3 kali yaitu ¼ saat tanam dan sisanya dibagi dua umur 3 bulan dan
umur 6 bulan. Sedangkan untuk tanaman umur 1 tahun atau lebih, pupuk
diberikan 2 kali pada awal musim hujan dan akhir musim hujan.
2.3.6 Cara Merangsang Terbentuknya Bunga
Salah satu yang dapat merangsang pembungaan adalah hormon. Hormon
adalah sekumpulan senyawa organik yang terbentuk secara alami maupun buatan
manusia yang dalam kadar sangat kecil dapat mendorong, menghambat,
merangsang pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tanaman. Hormon yang
dapat merangsang pembungaan adalah hormon giberelin. Gibberellin adalah zat
kimia yang dikelompokan kedalam terpinoid. Semua kelompok terpinoid
terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5 atom karbon.
Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis
giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang
dirangsang oleh giberelin antara lain adalah seperti di bawah ini (Davies, 1995;
Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury dan Ross, 1992).
 Merangsang batang dengan merangsang pembelahan sel dan perpanjangan.
 Merangsang lari / berbunga dalam menanggapi hari panjang.
 Breaks dormansi benih di beberapa tanaman yang memerlukan stratifikasi atau
cahaya untuk menginduksi perkecambahan.
 Merangsang produksi enzim (a-amilase) di germinating butir serealia untuk
mobilisasi cadangan benih.
 Menginduksi maleness di bunga dioecious (ekspresi seksual).
 Dapat menyebabkan parthenocarpic (tanpa biji) pengembangan buah.
 Dapatkah penundaan penuaan dalam daun dan buah jeruk.
 Genetik Dwarsfism
Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian.
Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada
tanaman Spathiphyllum mauna. Ternyata pemberian GA3 meningkatkan
pembungaan setelah beberapa minggu perlakuan.
2.3.7 Hama dan Penyakit
1. Ulat penggulung (Erionata thrax L.)
Di antara jenis hama pada tanaman pisang, ulat penggulung daun, Erionota
thrax (L.) merupakan hama yang serangan dan kepadatannya cukup tinggi
(Hasyim et al , 2003). Hama ini juga termasuk hama utama pisang. Ulat yang baru
menetas segera menyobek pinggiran daun, menggulungnya, hidup dalam
gulungan, dan makan jaringan daun dari dalam gulungan. Serangan paling parah
terjadi pada musim hujan.(Trubus, 2008). Bila populasi hama ini tinggi dapat
menyebabkan semua daun dimakan habis dan yang tertinggal hanya tulang daun.
Hama ini dapat menyebabkan kerusakan secara ekonomi, karena daun tanaman
dimakan habis maka fotosintesis akan berkurang. Kehilangan hasil yang
disebabkan oleh hama penggulung daun pisang bervariasi antara 10-30% (Hasyim
et al, 2003).
2. Penggerek bonggol (Cosmopoliest sordidus germar)
Proses yang dilakukan penggerek bonggol untuk menyerang tanaman pisang
yaitu, Larva menggerek bonggol masuk dengan cara membuat terowongan-
terowongan pada bonggol pisang. Terowongan yang dibuat oleh larva merupakan
tempat unuk masuknya patogen lain seperti Fusarium, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan dan busuknya jaringan bonggol pisang. Pada serangan
berat, bonggol pisang dipenuhi lubang gerekan yang kemudian menghitam dan
membusuk (Deptan.go.id, 2014). Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini
menyebabkan tanaman muda mati, lemahnya sistem perakaran, transportasi zat
makanan terhambat, daun menguning dan ukuran tandan berkurang sehingga
produksi menurun (Deptan.go.id, 2014).
3. Penggerek batang (Odoiporus longicolis (Oliv)
Gejala hama ini mudah dikenal karena moncongnya yang panjang (snot),
bentuk prothoraxnya agak pipih berukuran 16 mm.Telur diletakkan pada pelepah
pisang, kemudian bila telur telah menetas, larva akan menggerak batang pisang
bagian atas pupa akan membentuk cocon pada batang tanaman. Menurut
(Susniahti et al,2005) gejala serangan tanaman pisang layu apabila batangnya
dibelah maka terlihat adanya lubang gerek yang memanjang. Larva dan imagonya
merusak batang pisang. Tanaman inangnya pisang, Manila henep.
4. Thrips (Chaetanaphotrips signipennis)
Hama ini menyerang bunga dan buah muda, akibatnya terdapat bintik-bintik
dan goresan pada kulit buah yang telah tua. Cara pengendaliannya yaitu dengan
membungkus tandan buah saat bunga akan mekar dan penyaputan tangkai tandan
dengan insektisida berbahan aktif monocrotophos.
5. Burik pada buah (Nacolea octasema)
Serangan hama yang menyebabkan burik buah menyebabkan perkembangan
buah menjadi terhambat, menimbulkan kudis pada buah sehingga menurunkan
kualitas buah. Hama ini meletakkan telurnya diantara pelepah bunga dan segera
setelah bunga muncul dari tanaman pisang. Hama langsung menggerek pelepah
bunga dan bakal buah, terutama saat buah masih dilindungi oleh pelepah buah.
Cara pengendaliannya yaitu dengan membungkus tandan buah saat bunga akan
mekar. (PPSDM Pertanian, 2014).
6. Penyakit Panama ( Fusarium)
Saat ini, fusarium yang sering disebut penyakit panama disebabkan oleh
Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc) sudah menjadi masalah yang utama di
berbagai pertanaman pisang dunia. Penyakit tersebut telah meluas baik pada
pertanaman pisang perkarangan maupun perkebunan. Kerugian yang diakibatkan
oleh patogen tersebut cukup tinggi (Susanna, 2006). Penyakit ini menyerang
hampir semua varietas pisang komersil. Serangan penyakit ini pada pisang
menunjukkan gejala menguningnya daun pisang mulai dari yang tua. Penguningan
ini mulai dari pinggir daun, diikuti oleh pecah batang dan perubahan warna pada
saluran pembuluh, ruas daun pendek serta perubahan warna pada bonggol pisang.
Batang yang terserang patogen ini biasanya mengeluarkan bau busuk. Patogen
masuk melalui akar dan masuk ke dalam bonggol dan merusak pembuluh
sehingga tanaman layu dan akhirnya mati. Penyakit dapat menyebar melalui air ke
tanaman yang sehat dengan cepat (Nurhayati, 2012).
7. Penyakit bercak daun yellow sigatoka
Gejala pertama penyakit bercak daun Mycosphaerella, yang dikenal sebagai
"penyakit Sigatoka", adalah pada daun ke-3 dan ke-4 dari puncak, yang ditandai
dengan bintik memanjang, berwarna kuning pucat atau hijau kecoklatan,
panjangnya 1-2 mm atau lebih, arahnya sejajar dengan tulang daun, dan berbentuk
tidak teratur. sebagian bintik tersebut berkembang menjadi bercak berwarna
coklat tua sampai hitam, berbentuk jorong atau bulat panjang, yang panjangnya 1
cm atau lebih, lebarnya kurang sepertiga dari panjangnya (Soesanto,2012).
Penyakit ini tidak mematikan tanaman, tetapi menyebabkan daun lebih cepat
kering yang memungkinkan terganggunya proses fotosintesis, sehingga dapat
mengganggu proses pengisian buah dan pembentukan anakan (Sulyanti et al,
2011).
8. Penyakit layu bakteri
Penyakit layu bakteri pisang atau penyakit moko disebabkan oleh bakteri
Pseudamonas solanacearum. Serangan terjadi terutama ketika pisang menjelang
berbunga. Tanaman tiba-tiba layu tanpa didahului mengguningnya daun. Pada
bonggol terdapat lendir (Trubus,2009). Gejala khas penyakit layu bakteri juga
banyak ditemukan pada semua stadia tanaman pisang, Gejala ditandai dengan
perubahan warna pada ibu tulang daun dimana terlihat garis-garis coklat
kekuning-kuningan ke arah tepi daun dimulai dari pucuk daun sampai ke semua
daun tua. Kondisi ini berlangsung lama hingga buah menjelang masak.
9. Penyakit Darah
Penyakit darah merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman pisang
di Indonesia. Bakteri endofit berpotensi sebagai kandidat agensia pengendalian
hayati penyakit darah, sebab bakteri endofit melakukan kolonisasi pada relung
ekologi yang sama dengan patogen tanaman (Marwan et al, 2011).
10. Penyakit akibat brunchy top virus ( penyakit kerdil)
Pisang yang terserang brunchy top virus (BTV) berkerut-kerut daunnya,
pucuk daun bergulung seperti cambuk dan membentuk setrip-setrip hijau tua pada
urat daunnya. Tanaman tumbuh kerdil. Penularannya lewat kutu daun (Pentalonia
nigronervosa) (Trubus, 2009).
2.3.8 Panen dan Pasca Panen
1. Panen
Untuk memastikan ketuaan panen yang tepat juga perlu didukung analisis
komponen penting sebagai penentu seperti kadar padatan terlarut total, kadar pati,
dan kadar asamnya. Namun, analisis kimiawi harus mengambil buah dan
menghancurkannya, oleh kerena itu analisis dilakukan sebagai pengendali mutu
buah dan diambil pada beberapa contoh saja. Cara lainnya adalah melalui umur
buah yang umumnya pada buah pisang ditentukan sejak bunga mekar tingkat
ketuaan buah merupakan faktor penting pada mutu buah pisang. Buah yang
dipanen kurang tua, meskipun dapat matang, namun kualitasnya kurang baik
karena rasa dan aromanya tidak berkembang baik. Sebaliknya bila buah dipanen
terlalu tua, rasa manis dan aroma buah kuat, tetapi memiliki masa segar yang
pendek. Oleh karena itu tingkat ketuaan panen sangat erat kaitannya dengan
jangkauan pemasaran dan tujuan penggunaan buah (Sulusi dkk, 2008).
2. Pasca Panen
Buah setelah panen dikumpulkan di tempat yang teduh, terlindung dari
panas. Tandan buah pisang diletakkan berjajar, tidak bertumpuk, dan harus
dihindari penetesan getah dari tangkai yang menodai buah pisang, karena
penampilan buah menjadi kotor. Buah pisang di Indonesia diperdagangkan dalam
bentuk tandan, sisir atau satu gandeng terdiri dua buah. Umumnya, buah pisang
dari sentra produksi diangkut masih dalam bentuk tandan dan keadaannya masih
mentah (Sulusi dkk, 2008). Pisang yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi
mendapat perlakuan yang lebih baik, dengan membungkus tandan pisang
menggunakan daun pisang kering yang dililitkan dari sisir terbawah ke sisir paling
atas sehingga menutup sempurna seluruh bagian. Cara tersebut umumnya
diterapkan untuk buah pisang dalam tandan yang sudah matang atau mengalami
pemeraman terlebih dahulu. Untuk buah pisang yang mengalami
pembrongsongan, tandan diangkut bersama dengan plastik pembungkusnya, yang
kemudian dilepaskan. Ternyata pembrongsongan dengan kantong plastik warna
biru bermanfaat mengurangi scab akibat serangan serangga dan memberikan
penampilan buah yang baik dan mulus serta tidak memengaruhi rasa buah pisang
(Muhajir dan Sanuki, 1998).
Menurut Sulusi dkk (2008), untuk menjaga kualitas buah pisang, cara
terbaik dalam pengiriman buah adalah dalam bentuk sisir yang dikemas dalam
peti karton atau peti plastik yang bisa digunakan ulang. Pekerjaan pemotongan
sisir dilakukan oleh pekerja di bangsal pengemasan menggunakan pisau khusus
(dehander). Biasanya pada saat dipotong, tiap sisir akan mengeluarkan getah.
Untuk membekukan getah dan sekaligus membersihkan debu dan kotoran yang
melekat pada permukaan buah, sisir-sisir pisang segera dimasukkan dalam bak
berisi air. Jika satu sisir pisang berukuran besar dan berisi banyak, maka perlu
dipotong lagi atau dalam bentuk klaster, agar lebih mudah penanganannya saat
pengemasan.
Air dalam bak harus sering diganti. Jika tidak, dapat merupakan sumber
inokulum yang kemudian menginfeksi bagian crown dan menyebabkan busuk
yang dikenal dengan crown rot yang dapat menjalar ke buah pisang. Untuk
mencegahnya, dalam air pencucian dapat ditambahkan chlorin, berupa natrium
hipochlorit 75-125 ppm untuk membunuh spora Fusarium, Cholletotrichum, dan
Botryodiplodia serta fungi lain yang sering menyerang crown pisang. Buah
kemudian ditiriskan. Perlakuan pengendalian penyakit pascapanen menggunakan
fungisida dapat dilakukan setelah pencucian, baik melalui perendaman atau
penyemprotan.
3. KESIMPULAN
Tanaman hortikultura dalam hal ini jenis buah-buahan yaitu: Nanas,
Strawberry dan Pisang memiliki perbedaan pada ciri botani, syarat tumbuh, cara
perbanyakan tanaman, proses pemacu pembungaan, teknik budidaya, hama dan
penyakit yang menyerang, serta perlakuan panen dan pasca panen. Seluruh
perbedaan itulah yang harus diperhatikan dengan baik dan benar oleh seorang
pemulia tanaman agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dan
berkembang optimal serta menghasilkan produksi maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Kurnia. 2005. Petunjuk Praktis Budi Daya Stroberi. Jakarta : Agro. Medika
Ashari, S., 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008. Teknologi
Budidaya Pisang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 29
hal.
Budiman, S., dan Saraswati, D., 2008. Berkebun Stroberi Secara Komersial.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Cahyono, Bambang. 2012. Sukses Berkebun Pisang. Penerbit Mina: Jakarta.
De Souza, A.L., S.D. Scallon, M.I. Fernandez, and A.B. Chittara. 1999. Post
harvest application of CaCl2 in Strawberry fruits (Fragaria anannassa
Dutch): evaluation of fruit quality and post harvest life. Ciênc. Agrotec.
23(04):841-848.
Escalante, M., D. Damas, D. Marque, W. Gelvez, H. Chacon, A. Diaz, B. Moreno.
2010. Diagnosis and Evaluation of Pestalotiopsis and Insect Vectors in an
Oil Palm Plantations at the South of Maracaibo Lake. Vanujuela. J. bioagro.
22 (3) : 211 - 216.
Ferdianto, A. 2008. Peranan Pratylenchus spp. dalam Menginduksi Penyakit Layu
MWP (Mealybug Wilt of Pineapple) Pada Tanaman Nanas (Ananas
comosus L.) Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 41 hlm.
Gunawan, 1992. Perbanyakan Tanaman. Bioteknologi Tanaman Laboratorium
Kultur Jaringan. Departemen. Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar
Universitas Bioteknologi. Institut. Pertanian Bogor.
Gunawan, Livy Winata. 1996. Stroberi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hasyim, A., Kamisar, Nakamura. R. 2013. Mortalitas Sta dia Pradewasa Hama
Penggulung Daun Pisang Erionota thrax (L) yang Disebabkan oleh
Parasitoid. J.Hort 13(2):114-119.
Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. Jakarta: C.V. Rajawali.
Henny, R.J. 1981. Promotion of flowering in Spafhiphyllum 'Mauna Loa' with
gibberelic acid. HortScience 16:554-555.
Hernandez, M., Almenar, E., Ocio, M. J., and Gavara, R. 2006, Effect of Calcium
Dips and Chitosan Coatings on Post Harvest Life of Strawberries (Fragaria
x ananassa). Journal of Postharvest Biology and Technology., (39): 247-
253.
Imam Muhajir dan Sanuki Pratikno, 1998. Pengaruh pembrongsongan dan
pestisida terhadap hama penyakit pascapanen dan mutu buah pisang Ambon
Kuning selama pematangan. J.Hort. 8(3):1217-1232.
Irfandi. 2005. Karakterisasi Morfologi Lima Populasi Nanas ( Ananas comosus.
L.) Merr.). Skripsi Bidang Studi Holtikultura Fakultas Pertanian Institut.
Pertanian Bogor.
Juarsa, A.K. 2005. Pola Penyebaran Penyakit Layu dan Kutu Putih pada
Perkebunan Nanas (Ananas comosus (Linn.) Merr) PT. Great Giant
Pineapple Coy Lampung. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. 43 hlm.
Ke, D., L. Zou, and A. Kader. 1994. Mode of oxygen and carbondioxide action on
strawberry ester biosynthesis. HortScience 1199:71–975.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. C.V. Bogor: Yasaguna.
Martoredjo, T. 1984. Ilmu Penyakit Lepas Panen. Jakarta Timur. Ghalia
Indonesia.
Martoredjo, T. 2009. Ilmu Penyakit Pascapanen. Bumi Aksara. Jakarta.
Marwan, H., Sinaga, S.M.,Giyanto, & Nawangsih, A.A. 2011. Isolasi dan seleksi
bakteri endofit untuk pengendalian penyakit darah pada tanaman pisang. J.
HPT Tropika. 11(2): 113 – 121
Nurhayati, Umayah, A., & Juharto. 2012. Antagonism of Pseudomonas
fluorescens Migule asal tanah Rhizospheres pisang, cabe dan jagung
terhadap Fusarium oxysporum f.sp. cubense ( E.F.Sm) sdny penyebab
penyakit layu pada pisang. Majalah Ilmiah Sriwijaya 12 (15): 35-46.
Paulis, A.O. 1990. Fungal diseases of strawberry. HortScience 25(08):885-888.
PPSDM Pertanian. (n.d). Penyuluhan hama utama tanaman pisang dan cara
pengendaliannyanya. Diakses 22 November 2014, dari cybex.deptan.go.id/
Pudjiono, S. 1996. Dasar-dasar Umum Pembuatan Stek Pohon Hutan. Informasi.
Teknis No. 1/1996. Balai Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan.
Pemuliaan Tanaman Hutan.Yogyakarta.
Rakhmat. F dan H. Fitri. 2007. Budidaya dan Pasca Panen nanas. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Timur. 21 hal.
Satuhu S., dan Supriadi A. 2000. Pisang Budidaya, Pengoahan dan Prospek Pasar.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Schwab, W., Raab. 2004. Developmental changes during strawberry fruit ripening
ang phsico-chemical changes during postharvest storage. In R. Dris and S.M
Jain (Eds.). Practices and Quality Assessment of Food Crops. Kluwer
Academic Publishers. Netherland.
Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura. Gadjah Mada
University. Yogyakarta. Hal: 511 – 522.
Sianipar, G.A. Philipus. 1986. Bercocok Tanam. Jakarta: CV. Yasaguna. 44 hal.
Soesanto, L. 2006. Penyakit Pasca Panen. kanisius. Yogyakarta. 257 hlm.
Soesanto, L.,Mugiastuti, E.,Ahmad, F., & Wtjaksono. 2012. Diagnosis lima
penyakit utama karena jamur pada 100 kultivar bibit pisang. J.HPT Tropika
12(1): 36-45.
Sulusi, dkk. 2008. Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengelolaan Buah Pisang.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Sulyanti, E., Liswarni, Y. & Indri. 2011.Inventarisasi penyakit tanaman
pisang(Musa paradisiaca Linn.) berdasarkan gejala di kabupaten Tanah
datar .Manggara 12 (2):49-54.
Sunarjo. 2008. Sains 5 : untuk SD / MI kelas 5, Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Sunarjono, 2000. Prospek Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sunarjono, H. 2006. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya.
Susanna .2006. Pemanfaatan Bakteri antagonis sebagai agen biokontrol penyakit
layu (Fusarium oxysporum f.sp. Cubense) pada tanaman pisang . J. Floratek
2 :114 – 121.
Sutopo. 2016. Teknologi Budidaya Stroberi di Lahan. (Online) :
http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 28 Februari
2018.
Suyanti, dan Ahmad Supriadi. 2008. Pisang Budi Daya Pengoahan dan Prospek
Pasar. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tim Plasmanutfah Stroberi. 2014. Identifikasi Hama dan Penyakit Stroberi
(Fragaria × ananassa). (Online): http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id.
Diakses pada tanggal 28 Februari 2018.
Trubus, Redaksi. 2008.Berkebun Pisang Secara Intensif. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Wijayanto, Nurheni. 2009. Budidaya Pisang. Institut Pertanian Bogor. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai