Anda di halaman 1dari 11

Tugas Problematika Rekayasa Pemeliharaan Tanaman

PEMELIHARAAN TANAMAN APEL MANALAGI

Kelompok 7:

Radhwaa Rizq Hanifa (20210210052)

Gibran Nazaruddin (20210210061)

Ananda Galang Saputra (20210210070)

Akhilla Syafitri (20210210078)

Ela Kurnia Sari (20210210086)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2022
I. PENDAHULUAN
A. Kasus

Pak Pendi adalah seorang petani apel di Kota Batu Jawa Timur Ia memiliki lahan seluas 1000
m yang semuanya ditanam apel jenis Manalagi. Lahan tersebut dipelihara tersendiri tanpa
dibantu oleh pekerja bibit yang ditanam adalah teks yang diperoleh dari Balitjestro Tlekung.
Meskipun tanaman sudah dipelihara sedemikian rupa oleh Pak Pendi, hasil yang diperoleh
tidak sebagus apel yang ditanam di kebun Pak Doni, seorang petani apel Manalagi yang
memiliki lahan seluas 1 hektar di desa tersebut. Tanaman yang dimiliki Pak Doni juga apel
cabang utama dan buah merata hampir di seluruh ranting. tinggi tanaman masih memungkinkan
petani untuk memetik buah tanpa memanjat. Buah yang dipanen berkulit bersih, mengkilat
serta warnanya hijau merata. sebaliknya, tanaman apel Pak Pendi memiliki tinggi yang tidak
seragam, cabang dan ranting nampak tidak beraturan dan beberapa tanaman tampak lebih tinggi
dari yang lain sehingga pemetikan buah di ujung ranting hanya dapat dilakukan dengan bantuan
tangga. Buah yang dipanen nampak kusam dan warna buah tidak hijau merata, sedikit
kemerahan di beberapa permukaan.

Memperhatikan permasalahan yang dihadapi oleh Pak Pendi, coba berikan saran dan masukan
agar buah apel yang diperoleh Pak Pendi memiliki kualitas sebagus yang dimiliki Pak Doni.
Kendala apa yang dihadapi oleh Pak Doni sehingga penampilan tanaman maupun hasil buah
apel Manalagi yang dimilikinya tidak sebagus milik Pak Doni?

B. Identifikasi Masalah

1. Tanaman apel memiliki tinggi yang tidak seragam


2. Buah yang dipanen nampak kusam dan warna buah tidak hijau merata, sedikit
kemerahan di beberapa permukaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Apel Manalagi
Apel Manalagi dalam ilmu botani disebut Malus sylvestris Mill. Apel merupakan
tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim subtropis (Andi
Asrafil Ardan Paliwang M. R., 2020). Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam,

Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
klas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Malus
Spesies : Malus sylvestris Mill

Dalam spesies malus sylvestris mill ini, ada bermacam-macam varietas yang
mempunyai ciri-ciri atau karakteristik khas tersendiri. beberapa varietas Apel yang termasuk
unggulan antara lain: Rome beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.
Apel memiliki kandungan banyak vitamin C serta vitamin B. selain itu para pelaku diet menjadi
pilihan untuk melakukan diet sebagai ganti makanan pilihan untuk melakukan diet sebagai
ganti makanan substitusi (Ernawati, 2018). Gangguan pada tanaman apel biasanya disebabkan
oleh hama maupun penyakit. Apel Manalagi adalah salah satu varietas apel unggulan yang
banyak dibudidayakan karena rasa buahnya yang manis dan aromanya yang harum. Menurut
(Zawawi, 2018) Apel Manalagi memiliki habitus berupa pohon dengan kepadatan daun yang
sedang dan tinggi tanaman 310-500 cm. Batang berwarna hijau kekuningan dengan permukaan
yang kasar, arah pertumbuhan batang tegak dan arah pertumbuhan batang condong. Daun
memiliki warna permukaan atas hijau tua dan warna permukaan bawah hijau muda transparan.
Permukaan daun berkerut, bangun daunnya berbentuk bulat telur, tepi daunnya bergerigi,
memiliki ujung daun meruncing, pangkal daunnya runcing, tipe venasi atau pertulangan
daunnya menyirip, tulang daunnya menonjol dan daging daunnya tipis kertas. Bentuk bunga
aktinomorf, bentuk kaliks berupa bintang, warna kaliks hijau muda, jumlah kaliks ada lima,
bentuk korola berbentuk bintang, susunan korola lepas, warna korola putih dan ungu dalam
satu korola, warna ungu pada korola lebih sedikit dan jumlah korola ada lima. Berat buah
berkisar antara 75-160 gram per buah. Pangkal buah berlekuk tidak terlalu dalam dan kulit
buah saat matang berwarna hijau kekuningan. Warna daging buah putih kekuningan dan bentuk
biji bulat telur dengan diameter ± 0,5 cm. Tanaman apel manalagi pada umumnya mampu
memproduksi sekitar 15 kg per pohon
B. Syarat Tumbuh
Dalam pertumbuhan buah apel ini terdapat berbagai syarat untuk dipenuhi agar tanaman
apel dapat berbuah secara maksimal yaitu:
1. Iklim
Dalam pertumbuhan buah apel ini diperlukan curah hujan yang ideal sekitar (1.000 -
2.600 mm/ Tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun). Dalam setahun bulan yang
memiliki curah hujan yang tinggi yaitu pada bulan ke 6-7. Tetapi curah hujan yang
terlalu tinggi dapat menggugurkan bunga yang akan menjadi buah tersebut.
2. Sinar Matahari
Tanaman apel ini membutuhkan cahaya matahari yang cukup sekitar 50- 65%.
3. Suhu
Suhu yang cocok untuk tanaman apel berbuah ini sekitar 16- 27 derajat C
4. Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman apel ini sekitar 75-85 %
5. Jenis tanah
Jenis tanah yang cocok pada tanaman apel ini yaitu, latosol, andosol, dan regosol yang
memiliki struktur tanah yang gembur dan remah, dan memiliki aerasi. Memiliki
kelembaban tanah sekitar 75- 85%, dan memiliki pH sebesar 5,5-6,5.

C. Budidaya Tanaman
a. Pemupukan
Pupuk yang digunakan pada usahatani apel adalah dengan menggunakan bahan-bahan
alami. Pupuk yang digunakan seperti; Guano, Kascing, Kompos dan Kandang diproduksi
sendiri. pemupukan tanaman apel dalam rangka pemeliharaan sangat penting. pertumbuhan
apel ditentukan oleh sejauh mana penggunaan pupuk dan dosis yang tepat. cara pemupukan
disebar di sekeliling tanaman sedalam ±20 cm sejauh lebar daun, lalu ditutup tanah dan diairi.
untuk pupuk kandang diberikan sekali setahun (2 x panen) 1-2 pikul setiap pohon pada musim
kemarau setelah panen (Ariadi, 2006).
b. Pemangkasan
Kegiatan pemangkasan pada tanaman apel terdiri dari pemangkasan bentuk dan
pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan bentuk dilakukan pada tanaman yang belum
menghasilkan (TBM). Pemangkasan bentuk dilakukan secara bertahan, dengan tinggi ± 80 cm
dari tanah yakni memotong cabang cabang yang tumbuh di bawah ketinggian 60 cm dari
permukaan tanah. Tujuan dari pemangkasan bentuk adalah untuk memperoleh bentuk pohon
yang rendah atau perdu hingga umur 4-5 tahun. Pemangkasan pemeliharaan merupakan
kelanjutan dari pemangkasan bentuk yang dilakukan secara tetap dan teratur. Tujuan dari
pemangkasan ialah untuk mempermudah pemeliharaan karena tanaman berbentuk perdu,
mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak dan merata, mempercepat berbuah karena
adanya penekanan pertumbuhan vegetatif, membentuk cabang yang efisien karena buah
berasal dari tunas-tunas lateral, menjaga keseimbangan antara akar dan bagian atas serta
menjamin stabilitas hasil dari musim ke musim. Waktu pemangkasan tergantung pada tujuan
pemangkasan.
c. Pengairan
Pengairan Untuk pertumbuhannya, tanaman apel memerlukan pengairan yang memadai
sepanjang musim. Pada musim penghujan masalah kekurangan air tidak ditemui tetapi harus
diperhatikan jangan sampai tanaman terendam air. Karena itu perlu drainase yang baik.
Sedangkan pada musim kemarau masalah kekurangan air harus diatasi dengan cara menyirami
tanaman sekurang-kurangnya 2 minggu sekali dengan cara dikocor.
d. Penyiangan
Pada tanaman apel yang jarak tanamnya pendek (3 x 3 m) tidak dilakukan penyiangan
karena tajuk daunnya menutupi permukaan tanah sehingga rumput-rumput tidak tumbuh.
e. Penjarangan
Penjarangan buah (yang terlalu lebat) dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas buah
yaitu besar seragam, kulit baik, dan sehat, dilakukan dengan membuang buah yang tidak
normal (terserang hama penyakit atau kecil-kecil). Dengan penjarangan buah, maka jumlah
buah dapat disesuaikan dengan kemampuan pohon sehingga terjamin kontinuitas dan stabilitas
produksi dari musim ke musim. Untuk mendapatkan buah yang baik satu tunas hendaknya
berisi 3-5 buah. Besar cabang yang berbuah pun perlu dipertimbangkan untuk menentukan
jumlah buah per tunas.
f. Pengendalian (OPT)
Tanaman apel sangat rentan terserang hama dan penyakit khususnya pada musim hujan
dengan kondisi lingkungan yang lembab. Oleh sebab itu, pengendalian hama dan penyakit
perlu dilakukan sebelum atau sesudah ditemukan gejala serangan pada tanaman. Teknik
pengendalian diterapkan agar tanaman tetap sehat dan mampu menghasilkan produksi yang
tinggi dan berkualitas. Hama yang sering menyerang tanaman apel ialah kutu hijau (Aphis
pomi), tungau atau cabuk merah (Panonychus ulmi), Thrips, ulat daun (Spodoptera litura),
kepik penghisap buah (Helopelthis sp.), lalat buah (Rhagoletis pomonella) burung dan
kelelawar. Sedangkan penyakit yang sering ditemukan di lahan budidaya antara lain embun
tepung (Powdery mildew), bercak daun (Marssonina coronaria), kanker (Botryosphaeria Sp.),
busuk buah (Gloeosporium sp.) dan busuk akar (Armillaria melea). Pengendalian hama dan
penyakit tersebut dapat dilakukan dengan pengaturan jarak tanam, sanitasi kebun,
pembungkusan buah dan membuang bagian tanaman yang terserang. Penyemprotan pestisida
atau insektisida dapat dilakukan 7-10 hari setelah perompesan yang diaplikasikan bersama
dengan ZPT.
III. ANALISIS MASALAH

Dari identifikasi permasalahan yang telah didapatkan, perlu adanya analisis


permasalahannya yaitu:
A. Tanaman apel memiliki tinggi yang tidak seragam.
Hal ini terjadi diakibatkan oleh pemeliharaan yang tidak dilakukan secara rutin,
sehingga terjadi tinggi yang tidak seragam yang biasanya terjadi dikarenakan tidak
dilakukannya tahap pemeliharaan yaitu pemupukan dan pemangkasan. Dapat kita ketahui
bahwa pemupukan berpengaruh penting dalam pemeliharaan tanaman dikarenakan dapat
menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga tanaman bisa tumbuh dengan subur.
pupuk yang digunakan dalam pemeliharaan tanaman apel ini yaitu menggunakan pupuk
organik seperti produk pupuk GDM, dan Pupuk kandang. Selain itu juga dilakukan pemupukan
anorganik atau kimia yang digunakan petani, sebagian besar menggunakan pupuk makro
seperti Za. Menurut hasil penelitian prasetya (2014), kelebihan pupuk kandang dan pupuk
organik lainnya mampu merubah struktur tanah menjadi lebih baik, memperbaiki organisme
dalam tanah dan menambah unsur hara dalam tanah, dengan begitu perkembangan tumbuhan
pada tanaman apel menjadi baik. jika tidak dilakukan pemupukan pada tanaman apel maka
akan terjadi pertumbuhan yang lambat hal ini juga memicu terjadinya pertumbuhan yang tidak
seragam pada tanaman apel. Hal itu terjadi karena kandungan nutrisi yang didalam tanah
tidak mencukupi untuk masa pertumbuhan tanaman apel, karena dilakukannya prosses
pemupukan tersebut untuk membantu tanah untuk memperoleh unsur nutrisi yang ada di
dalam pupuk tersebut.
Pemangkasan Pemeliharaan dapat dilakukan secara bertahap. jika tidak dilakukan
pemangkasan pada batang maka proses pengangkutan zat hara tidak berjalan dengan baik dan
proses fotosintesis tidak berjalan dengan sempurna sehingga ranting tidak dapat bercabang
dengan baik selain itu juga pada tanaman tersebut menghambat tumbuhnya bunga. dengan
tinggi ± 80 cm dari tanah yakni memotong cabang cabang yang tumbuh di bawah ketinggian
60 cm dari permukaan tanah cara rutin agar sangat penting. Dilakukannya pemangkasan untuk
mempermudah pemeliharaan karena tanaman berbentuk perdu, mendapatkan sinar matahari
yang lebih banyak dan merata, mempercepat berbuah karena adanya penekanan pertumbuhan
vegetatif, membentuk cabang yang efisien karena buah berasal dari tunas-tunas lateral,
menjaga keseimbangan antara akar dan bagian atas serta menjamin stabilitas hasil dari musim
kemusim
Buah yang dipanen nampak kusam dan warna buah tidak hijau merata, sedikit kemerahan
di beberapa permukaan.

warna kusam pada buah apel disebabkan karena adanya oksidasi senyawa fenolik pada
buah yang dikatalisis oleh enzim polifenol oksidase ketika buah mengalami kerusakan struktur
sel dan kemudian menghasilkan senyawa kuinon, senyawa inilah yang menyebabkan warna
menjadi kusam (Gomes et al., 2014). kusam pada buah apel merupakan masalah yang cukup
serius hal ini dikarenakan dapat mengurangi kualitas produk secara visual dan menurunkan
minat konsumen (purwanto dan effendi,2016). kurangnya pemeliharaan seperti pemangkasan
yang menyebabkan intensitas cahaya matahari tidak bisa masuk atau bekerja pada tanaman
apel, hal ini menyebabkan proses klorofil tidak berjalan dengan baik sehingga berpengaruh
pada penambilan fisik buah yaitu warna kusam pada buah.
Warna buah tidak merata dan sedikit kemerahan di beberapa permukaan buah apel

warna tidak merata pada buah apel disebabkan karena kurangnya pemberian pupuk atau
unsur hara seperti kalsium, unsur hara kalium sangat penting diberikan dalam proses
pemeliharan karena pada unsur hara kalium berperan penting dalam proses fisiologi tanaman
seperti fotosintesis, membuka dan menutupnya stomata. jika pada proses fotosintesis dan
stomata tidak berjalan dengan baik maka proses pembuatan dan pembentukan makanan oleh
tumbuhan tidak berjalan dengan maksimal dikarenakan energi cahaya matahari tidak bisa
diserap oleh protein klorofil, hal inilah yang menyebabkan warna buah tidak merata.
IV. PENYELESAIAN MASALAH

A. Tanaman apel yang memiliki tinggi yang tidak seragam dapat diatasi dengan tahap
pemeliharaan, khususnya pada pemangkasan. Pemangkasan dapat dilakukan dengan gunting
pangkas yang tajam. Bagian yang dipangkas berupa mata tunas yang kecil, mata tunas yang
mati, tunas daun dan bunga yang sudah tumbuh sebelum waktu pemangkasan, dan tangkai-
tangkai bekas petikan buah. Selain itu dilakukan juga pemangkasan pada cabang yang tidak
produktif dan terserang penyakit, cabang yang saling bergeser menyulitkan pelengkungan serta
ranting-ranting kecil atau daun-daun yang menutupi buah sehingga kurang mendapatkan sinar
matahari.
Pemupukan pada tanaman apel bisa dilakukan dengan menggunakan pupuk GDM yaitu
dengan pemberian pupuk 5-7 hari sekali sampai menjelang panen (2,5 bulan). pemberian pupuk
cair GDM bisa dilakukan dengan menyemprotkan cairan GDM pada tanaman apel.

B. Buah apel yang dipanen nampak kusam dan warna buah tidak hijau merata, sedikit
kemerahan di beberapa permukaan dapat diatasi dengan pemangkasan dan pemberian unsur
hara. pemangkasan dapat dilakukan dengan memotong mata tunas yang kecil atau mato,
tangkai-tangkai bekas petikan buah, serta cabang yang kurus, tidak produktif, atau terserang
penyakit. pemangkasan tidak boleh terlalu dekat dengan mata tunas dan mengundang penyakit.
Arah pangkas miring ke atas dan keluar dari mata tunas. Alat pangkas yang digunakan harus
tajam dan licin sehingga pemangkasan dapat dilakukan sekali potong untuk memperkecil luka
yang menghasilkan dan menghindari luka memar pada kulit.
Pemberian unsur hara K dapat dilakukan pada produk pupuk kimia misalnya, nitrabor,
calcinit, dolomit fitomic dan lain-lain. pemberian pupuk kalsium dapat dilakukan pada saat
pemberian pupuk dasar, pemupukan susulan, maupun dilakukan dengan penyemprotan. cara
pemberian pupuk kalsium pada tanaman yaitu dengan melakukan pengecekan PH tanah.
apabila PH rendah (dibawah angka 7.0), taburkan kapur pertanian atau pupuk dolomit sesuai
kebutuhan.
KESIMPULAN

Dari kasus yang dialami oleh pak pendi dapat disimpulkan bahwa tanaman apel ini
mengalami tinggi yang tidak seragam yang disebabkan tidak diberlakukannya pemangkasan
secara rutin dan pemupukan. Dengan adanya proses pemangkasan ini dapat membuat proses
pengangkutan zat hara tidak berjalan dengan baik. Hasil buah dari tanaman ini terlihat kusam
disebabkan adanya oksidasi dari senyawa fenolik yang terjadi pada buah. Dan warna yang tidak
merata pada buah disebabkan karena kurangnya pemberian unsur hara kalium padahal unsur
kalium ini memiliki peran penting dalam proses pemeliharan.
DAFTAR PUSTAKA

Ariadi, B. Y. (2006). Analisis kelembagaan pemasaran apel organik di malang raya.


Jurnal Humanity, 2(1).

Badungkab. (2017). Cara budidaya tanaman apel. Dinas Pertanian dan Pangan
Kabupaten Badung.

Ernawati. (2018). Karakteristik Uji Organoleptik Pembuatan Cup Cake Menggunakan


Tepung Beras

Paliwang, A. A. A., Septian, M. R. D., Cahyanti, M., & Swedia, E. R. (2020).


Klasifikasi Penyakit Tanaman Apel Dari Citra Daun Dengan Convolutional Neural
Network. Sebatik, 24(2), 207-212.

Zawawi, A. F. (2018). Kajian hubungan unsur iklim terhadap produktivitas tanaman


apel (Malus sylvestris Mill.) di beberapa sentra produksi (Doctoral dissertation,
Universitas Brawijaya).

Gomes, M. H., T. Vieira, J. F. Fundo, and D. P. F. Almeida. 2014. Polyphenoloxidase


activity and browning in fresh-cut ‘Rocha’ pear as affected by pH, phenolic substrates,
and antibrowning additives. Postharvest Biology and Technology. 91: 32 - 38. DOI:
10.1016/j.postharvbio.2013.12.013

Purwanto, Y. A. dan R. N. Effendi. 2016. Penggunaan asam askorbat dan lidah buaya
untuk menghambat pencoklatan pada buah potong apel malang. Jurnal Keteknikan
Pertanian. 4 (2): 203-210. DOI: 10.19028/jtep.04.2.203-210

Prasetya, Maria Eka. 2014. Pengaruh Pupuk NPK Mutiara dan Pupuk Kandang Sapi
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah Keriting Varietas Arimbi
(Capsicum annuum L.). Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus
1945 Samarinda. Jurnal AGRIFOR 13(2) : 191-198.

Anda mungkin juga menyukai