Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN

Acara 8. Analisis Pertumbuhan Tanaman

Disusun Oleh :

Farah Nurma Faedah (20180210055)

Fajar Dwi Prasojo (20180210060)

Asri Tri Wulandari (20180210063)

Lathifah Azhar (20180210071)

Ghozi Hafish Inas A (20180210078)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
BAB I
A. Pendahuluan
Beberapa tumbuhan terus mengalami pertumbuhan selama tumbuhan tersebut
masih hidup. Kondisi tersebut biasa dikenal sebagai pertumbuhan tidak terbatas
atau interminate growth. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang
tidak dapat kembali lagi dalam ukuran pada sistem biologi atau irreversible. Secara
garis besar, pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena adanya pertambahan
volume, bobot, jumlah sel, banyak protoplasma dan tingkat kerumitan pada
organisme multisel. Pertambahan multisel merupakan hasil sintesa dan akumulasi
protein, sedangkan pertambahan jumlah sel yaitu pembelahan sel (Kaufman et al.,
1975).

Besarnya pertumbuhan per satuan waktu disebut dengan laju tumbuh. Laju
tumbuh suatu tumbuhan atau bagian dari tumbuhan berubah menurut waktunya.
Apabila laju pertumbuhan tersebut digambarkan dalam suatu grafik, maka grafik
tersebut akan membentuk suatu grafik yang memiliki bentuk seperti huruf “S” atau
biasa disebut kurva sigmoid. Kurva ini berlaku bagi tumbuhan lengkap bagiannya
maupun selnya (Latunra, 2014).

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan di Indonesia yang
terpenting setelah padi. Selain itu, jagung juga merupaka bahan baku industri dan
pakan ternak. Menurut data statistik pertanian Kementrian Pertanian- Republik
Indonesi (2017), konsumsi jagung per kapita di Indonesi meningkat 22,45% dari
rentang tahun 2015-2016. Sedangkan produktivitas komoditas jagung ini pada
rentang tahun 2016-2017 mengalami penurunan sebesar 1,98%. Sejak tahun 2001,
pemerintah telah menggalangkan program Gema Palagung (Gerakan Mandiri Padi,
Kedelai dan Jagung), namun program tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan
di Indonesia sehingga masih dilakukan impor jagung (Purwono dan Hartono, 2008).

Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman berbentuk


semak yang tumbuh tegak. Tanaman kacang hijau merupakan salah satu tanaman
pangan sumber protein nabati. Kandungan protein pada kacang hijau menempati
posisi ketiga setelah kedelai dan kacang tanah sebesar 22% (Purwono dan Hartono,
2005). Menurut data statistik pertanian Kementrian Pertanian- Republik Indonesi
(2017), produktivitas kacang hijau di Indonesia menunjukkan angka 11,30 ka/ha
pada tahun 2016, angka tersebut mengalami penurunan dari tahun 2015 yaitu 11,83
ka/ha. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab turunnya produktivitas kacang hijau
seperti adanya pengalihan fungsi lahan, kesuburan tanah sampai dengan iklim
(Hastuti dkk., 2018)

B. Tujuan
1. Membukttikan bahwa tanaman dan bagian-bagiannya mempunyai
pertumbuhan yang berbentuk kurva sigmoid.
2. Mengetahui pengaruh keadaan lingkungan terhadap terjadinya kurva
sigmoid pertumbuhan pada tanaman.
3. Mengetahui analisis pertumbuhan pada tanaman jagung dan kacang hijau.
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
1. Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk jenis
tanaman rumput (graminae) yang memiliki batang tunggal. Daun jagung
tumbuh pada setiap buku yang saling berhadapan. Bunga jantan terletak pada
bagian terpisah tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung
merupakan tanaman hari pendek yang jumlah daunnya ditentukan saat inisiasi
bunga jantan dan dikendalikan oleh genotip, lama penyinaran dan suhu
(Subekti, 2009).

Menurut Tjitrosoepomo (1983), tanaman jaung diklasifikasikan sebagai


berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledone

Ordo : Graminae

Family : Graminaceae

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

Dalam satu siklus hidup jagung, tanaman ini memiliki siklus hidup 80-150
hari. Paruh pertama merupakan fase vegetatif dan paruh kedua merupakan fase
generatif. Tanaman jagung adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian (serealia)
dari keluarga rumputan (Arianingrum, 2004). Sistem perakaran tanaman jagung
terdiri atas akar-akar seminal, koronal dan akar udara. Akar seminal meupakan
akar radikal atau akar primer ditambah dengan sejumlah akar lateral yang
muncul senagai akar adventif pada dasar dari buku pertama di atas pangkal
batang. Akar seminal tumbuh pada saat biji berkecambah. Pertumbuhan akar
seminal pada umumnya menuju arah bawah dengan jumlah 3-5 akar atau
bervariasi antara 1-13 akar (Rukmana, 1997)

Biomassa adalah bagian terbesar dari materi tanaman yanng disebut


biomassa lignoselulosa yang terdiri dari sisa bahan pertanian (misalnya jerami
gandum), sisa hasil hutan (serbuk gergaji), limbah padat (limbah kertas), kayu
keras (kayu aspen) dan pohon herbal (tanaman belukar). Beberapa bentuk
biomassa juga mengandung protein yang bisa diolah menjadi makanan dan
pakan, namun hanya sebagian kecil yang sudah dapat diolah (Wyman, 1987
dalam White and Lawrence, 2003). Limbah dari lignoselulosa ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan organik yang memiliki potensi besar dalam bahan
baku industri. Di samping itu, faksinasi limbah ini menjadi komponen penyusun
yang dapat meningkatkan daya guna dalam berbagai industri (Rihana dan
Suarni, 2007)

2. Kacang Hijau
Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman berbentuk
semak yang tumbuh tegak. Tanaman kacang hijau merupakan salah satu
tanaman pangan sumber protein nabati. Kandungan protein pada kacang hijau
menempati posisi ketiga setelah kedelai dan kacang tanah sebesar 22%
(Purwono dan Hartono, 2005).

Klasifikasi dari tanaman ini menurut Purwono dan Hartono (2005) sebagai
berikut:

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Leguminales

Familia : Leguminosae
Genus : Vigna

Species : Vigna radiata L.

Kacang hijau memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan


merupakan sumber mineral penting, antara lain kalsium, fosfor. Sedangkan
kandungan lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh. Kacang hijau juga
mengandung vitamin B1, dan multi protein yang berfungsi mengganti sel yang
rusak dan membantu pertumbuhan sel tubuh. Kacang hijau memiliki kandungan
gizi yang lumayan tinggi dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya
(Purwanti, 2008).

3. Pertumbuhan Tanaman
Dalam proses fotosintesis, karbondioksida dari udara direduksi menjadi
karbon organik. Zat hara mineral diambil dari akar, sebagian besar dalam
bentuk anorganik dan digabungkan ke dalam tanaman dan hasilnya. Hanya
sejumlah kecil air yang diserap oleh tanaman. pertumbuhan merupakan
kenaikan dalam bahan tanaman, adalah proses total yang mengubah bahan
mentah secara kimia dan menambahkan pada tanaman (Goldworthy dan Fisher,
1992).

Kurva menunjukkan ukuran kumulatidf sebagai fungsi dari waktu. Fase


utama ada tiga yang mudah dikenali yaitu fase logaritmik, linier dan penuaan.
Pada fase logaritmik ini, laju pertumbuhan lambat pada awalnya namun
mengalami peningkatan yang konstan. Pada fase linier, pertambahan ukuran
berlangsung secara signifikan. Pada fase penuaan, dicirikan oleh laju
pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan mencapai kematangan dan mulai
menua (Srigandono, 1991).
BAB III
A. Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan di Green House dan Laboratorium Pasca Panen
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Percobaan dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2019 sampai dengan 10 Mei 2019.

B. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung (Zea
mays L.) dan kacang hijau (Vigna radiata) sebagai sampel tanaman yang akan
diamati pertumbuhannya, tanah, pasir, kompos dan pupuk NPK. Alat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah cetok, polibag, mistar atau penggaris,
kertas koran, alat tulis, timbangan dan oven untuk pengeringan pada akhir
pengamatan.

C. Cara Kerja
1. Menyiapkan polibag dengan jumlah 6 polibag setiap komoditas dengan 3
perlkuan dan setiap perlakuan berjumlah 2 polibag
2. Memasukkan media tanam berupa tanah dan tambahan sesuai perlakuan
(tanpa pupuk 2 polibag setiap komoditas, NPK 2 polibag setiap komoditas,
kompos 2 polibag setiap komoditas)
3. Membuat lubang tanam sebanyak 3 lubang
4. Memasukkan benih tanaman ke dalam lubang
5. Menutup lubang tanam dengan media tanam
6. Menempatkan objek percobaan di tempat pengamatan
7. Mengamati objek percobaan 3 kali sehari dengan parameter tinggi dan
jumlah daun selama 60 hari
8. Memberikan pupuk NPK pada media perlakuan pada 14 HST, 28 HST dan
42 HST
9. Melakukan korban tanaman dengan mengambil salah satu objek percobaan
dari setiap perlakuan pada 40 HST dan 60 HST
10. Melakukan pengeringan
D. Cara Pengamatan
Pengamatan dilakukan rutin setiap 3 hari sekali dengan melakukan
pengukuran tinggi tanaman jagung yaitu pada ujung daun dan pada tanaman
kacang hijau pada titik tumbuh tertinggi. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan penggaris mistar dengan satuan cm. Pemberian pupu NPK pada
setiap komoditas berbeda yaitu pada jagung pupuk N sebanyak 3,27 gr; P
sebanyak 3,13 gr ; dan K sebanyak 1,88. Pada tanaman kacang hijau N sebanyak
0,99 gr ; P sebanyak 1,88 gr ; dan K sebanyak 0,75 gr. Pupuk N diberikan pada
14 HST, 28 HST dan 42 HST, sedangkan P dan K diberikan hanya pada 14 HST.

Pada saat dilakukan pengeringan, variabel pengamatan berupa luas daun


dan bobot kering yang meliputi berat kering daun, berat kering tajuk, berat
kering batang dan berat kering akar. Berat kering tanaman ditimbang dengan
timbangan satuan gram dengan angka desimal dua angka di belakang koma.
Hasil dari penimbangan berat kering ini akan digunakan dalam analisis
pertumbuhan tanaman. Analisi pertumbuhan ini terutama untuk mengukur
kemampuan tanaman dalam melakukan fotosintesis (Fisher, 1993).
BAB IV
A. Hasil Pengamatan

1. Jagung
a. Tinggi Tanaman
Tabel 1.4. Tinggi Tanaman Jagung
Waktu (hari ke-)
perlakuan ulangan
7 13 19 25 31 37 43 49 55
1 19,9 40,2 64,0 85,0 106,7 110,5 120,5 122,5 127,8
Tanpa 2 22,5 34,0 58,2 73,8 99,7 105,9 116,8 123,4 126,8
Pupuk 3 4,7 22,5 37,5 59,0 90,5 104,7 125,5 126,0 137,0
4 31,5 44,8 82,5 104,0 111,0 114,0 119,4 125,0 131,8
1 18,2 40,4 51,2 68,5 91,0 105,2 119,7 130,1 133,1
2 20,5 41,2 62,0 81,0 94,0 101,2 108,0 110,8 112,0
NPK
3 12,1 30,0 50,4 78,5 95,5 105,0 117,7 131,0 137,0
4 31,6 45,2 81,8 105,0 108,5 110,2 115,7 118,0 131,0
1 19,6 62,0 77,0 99,5 113,5 119,0 128,4 130,5 134,2
2 26,8 52,7 70,8 93,5 103,5 111,2 121,0 125,7 126,5
Kompos
3 14,5 50,0 71,5 90,5 115,0 120,4 133,5 137,0 140,5
4 27,0 45,2 71,9 100,0 107,0 118,5 125,7 127,0 146,0

Tabel 2. 4. Rerata Tinggi Tanaman Jagung


Waktu (hari ke-)
Perlakuan
7 13 19 25 31 37 43 49 55
Tanpa
19,65 35,38 60,55 80,45 101,98 108,78 120,55 124,23 130,85
Pupuk
NPK 20,60 39,20 61,35 83,25 97,25 105,40 115,28 122,48 128,28
Kompos 21,98 52,48 72,80 95,88 109,75 117,28 127,15 130,05 136,80
b. Jumlah Daun
Tabel 3. 4. Jumlah Daun Tanaman Jagung
Waktu (hari ke-)
perlakuan ulangan
7 13 19 25 31 37 43 49 55
1 3 4 6 8 7 7 8 8 9
Tanpa 2 3 4 6 8 9 9 9 10 11
Pupuk 3 2 4 5 7 9 9 10 11 13
4 3 5 7 8 8 8 9 11 13
1 3 4 7 7 9 9 9 9 10
2 3 4 7 9 9 9 9 11 12
NPK
3 3 4 5 7 8 9 10 11 12
4 3 5 7 9 9 9 9 9 13
1 3 5 8 8 8 8 8 8 9
2 3 5 7 9 9 9 9 9 10
Kompos
3 3 5 7 8 9 9 10 12 14
4 3 5 7 9 9 10 10 11 13

Tabel 4. 4. Rerata Jumlah Daun Tanaman Jagung

Waktu (hari ke-)


Perlakuan
7 13 19 25 31 37 43 49 55
Tanpa
2,75 4,25 6,00 7,75 8,25 8,25 9,00 10,00 11,50
Pupuk
NPK 3,00 4,25 6,50 8,00 8,75 9,00 9,25 10,00 11,75
Kompos 3,00 5,00 7,25 8,50 8,75 9,00 9,25 10,00 11,50

c. Berat Kering
Tabel 5. 4. Berat Kering Tanaman Jagung
La Lw W W sh W rt
Perlakuan Ulangan
40 55 40 55 40 55 40 55 40 55
1 2048 2691 6,77 11,62 14,27 19,82 11,35 16,66 2,92 3,16
Tanpa 2 2146 3159 5,13 9,12 9,07 18,02 6,21 15,47 2,86 2,55
Pupuk 3 2259 3495 2,86 9,71 11,62 18,10 9,44 15,19 2,18 2,91
4 1693 4114 7,07 10,92 10,91 21,06 9,24 17,87 1,67 3,19
1 2150 3004 8,27 10,73 16,80 20,61 13,26 16,93 3,54 3,68
2 2044 2300 4,88 10,65 14,93 20,39 11,99 15,29 2,94 5,10
NPK
3 1136 3485 3,19 10,13 8,09 22,68 5,83 15,88 2,26 6,80
4 1527 2327 6,26 11,51 11,67 21,38 9,68 17,90 2,08 3,48
1 1829 2646 7,04 9,13 15,08 20,08 11,46 16,18 3,62 3,90
2 1789 3031 6,57 10,69 13,54 20,42 10,60 16,32 2,94 10,69
Kompos
3 1800 3591 5,19 12,06 10,79 26,36 8,56 21,03 2,23 5,33
4 1680 2848 6,03 14,86 11,74 36,46 9,20 31,47 2,54 4,99
*) Ket :
La : Luas Daun
Lw : Bobot Daun
W : Bobot Kering Total
Wsh : Bobot Kering Tajuk
W rt : Bobot Kering Akar
Tabel 6. 4. Hasil Analisis Pertumbuhan Tanaman Jagung
LAR SLW SLA NS-R
Perlakuan RGR NAR
40 55 40 55 40 55 40 55
Tanpa
0,035 0,00020 178 175 0,003 0,003 373,156 325,332 3,763 5,520
Pupuk
NPK 0,033 0,00025 133 131 0,003 0,004 303,407 258,391 3,767 3,463
Kompos 0,047 0,00037 139 117 0,003 0,004 285,864 259,221 3,515 3,412

2. Tanaman Kacang Hijau


a. Tinggi Tanaman
Tabel 7. 4. Tinggi Tanaman Kacang Hijau
Waktu (hari ke-)
perlakuan ulangan
7 13 19 25 31 37 43 49 55
1 10,00 20,00 31,00 41,00 51,00 58,00 65,00 71,00 75,00
Tanpa 2 7,00 14,00 18,00 24,00 27,00 38,00 43,00 48,00 54,00
Pupuk 3 8,00 13,80 18,00 25,00 29,00 37,00 53,00 57,00 60,00
4 7,00 14,00 22,00 27,00 36,00 45,00 53,00 60,00 64,50
1 10,00 22,00 32,00 42,00 52,00 58,00 66,00 73,00 78,00
NPK 2 8,00 16,00 23,00 30,00 59,00 64,00 68,00 72,00 78,00
4 10,00 16,00 24,00 32,00 45,00 54,00 62,00 68,00 72,00
1 10,00 26,00 36,00 51,00 59,00 63,00 71,00 78,00 83,00
2 7,00 14,00 19,00 25,00 48,00 67,00 71,00 77,00 85,00
Kompos
3 8,00 15,00 23,00 25,00 29,00 40,00 60,00 65,00 71,00
4 14,00 17,10 21,80 29,30 45,90 56,90 64,50 73,10 75,10

Tabel 8. 4. Rerata Tinggi Tanaman Kacang Hijau


Waktu (hari ke-)
Perlakuan
7 13 19 25 31 37 43 49 55
Tanpa
8,00 15,45 22,25 29,25 35,75 44,50 53,50 59,00 63,38
Pupuk
NPK 9,33 18,00 26,33 34,67 52,00 58,67 65,33 71,00 76,00
Kompos 9,75 18,03 24,95 32,58 45,48 56,73 66,63 73,28 78,53
b. Jumlah Daun
Tabel 9. 4. Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau
Waktu (hari ke-)
perlakuan ulangan
7 13 19 25 31 37 43 49 55
1 2 5 12 17 23 25 26 27 28
Tanpa 2 2 5 9 11 13 15 17 20 23
Pupuk 3 2 2 8 12 13 18 20 21 22
4 2 5 5 6 12 15 17 21 22
1 2 4 10 13 19 22 25 26 26
NPK 2 2 5 10 12 14 17 20 23 26
3 2 5 12 14 16 17 24 26 28
1 2 5 11 17 20 23 25 26 27
2 2 5 10 11 13 16 19 23 26
Kompos
3 2 5 11 11 16 21 23 20 21
4 2 3 6 8 14 16 18 20 22

Tabel 10. 4. Rerata Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau


Waktu (hari ke-)
Perlakuan
7 13 19 25 31 37 43 49 55
Tanpa
2,00 4,25 8,50 11,50 15,25 18,25 20,00 22,25 23,75
Pupuk
NPK 2,00 4,67 10,67 13,00 16,33 18,67 23,00 25,00 26,67
Kompos 2,00 4,50 9,50 11,75 15,75 19,00 21,25 22,25 24,00

c. Berat Kering
Tabel 11. 4. Berat Kering Tanaman Kacang Hijau

La Lw W W sh W rt
Perlakuan Ulangan
40 55 40 55 40 55 40 55 40 55
1 663,82 1476,59 12,62 31,02 5,60 12,02 3,41 10,82 2,19 1,27
Tanpa 2 712,76 736,12 2,30 1,91 5,10 6,10 4,60 4,19 0,50 0,46
Pupuk 3 440,43 791,48 1,72 2,55 3,89 6,54 3,44 5,68 0,45 0,86
4 236,00 1031,91 0,33 2,86 0,88 7,08 0,81 6,45 0,07 0,63
1 527,65 765,95 10,01 16,31 4,29 8,43 3,86 7,43 0,43 0,99
NPK 2 685,10 1108,51 1,90 3,57 4,40 8,04 3,90 7,51 0,50 0,53
4 536,00 636,17 1,47 1,91 4,28 4,81 3,92 4,51 0,36 0,30
1 825,53 1436,17 13,23 29,31 7,15 11,18 6,70 9,92 0,45 1,29
2 451,00 1393,62 1,60 3,70 4,60 9,51 4,10 8,64 0,50 0,50
Kompos
3 787,23 1002,30 2,61 3,05 6,96 9,11 6,09 7,55 0,87 1,56
4 551,00 1000,00 1,81 3,14 5,01 8,10 4,33 7,25 0,68 0,85
*) Ket :
La : Luas Daun
Lw : Bobot Daun
W : Bobot Kering Total
Wsh : Bobot Kering Tajuk
W rt : Bobot Kering Akar
Tabel 12. 4. Hasil Analisis Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau
LAR SLW SLA NS-R
Perlakuan RGR NAR
40 55 40 55 40 55 40 55
Tanpa
0,048 0,00037 133 127 0,008 0,009 120,979 105,271 3,819 8,429
Pupuk
NPK 0,033 0,00026 135 118 0,008 0,009 130,699 115,219 9,054 10,687
Kompos 0,031 0,00026 110 127 0,007 0,008 135,832 123,268 8,488 7,943

B. Pembahasan
1. Jagung
a. Tinggi Tanaman
Dari pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan data angka tinggi
tanaman dan rata-rata tinggi tanaman pada Tabel 1. 4. Dari tabel rata-rata
tersebut, dapat disajikan dalam grafik seperti berikut :

Tinggi Tanaman
160.00
140.00
120.00
100.00 Tanpa Pupuk
cm

80.00
NPK
60.00
40.00 Kompos

20.00
0.00
7 13 19 25 31 37 43 49 55
Hari ke-
Gambar 1. 4. Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Jagung

Pada gambar 1. 4. Tinggi Tanaman, dapat dilihat bahwa tanaman dengan


perlakuan pupuk kompos memiliki tinggi yang relatif lebih tinggi dibandingkan
tanaman dengan perlakuan pemberian NPK dan tanpa pupuk. Hal ini dapat
disebabkan karena pupuk kompos tersebut memiliki unsur hara yang kompleks.
Memang pupuk kompos akan lama bereaksi, namun karena tanah yang digunakan
dalam percobaan ini dulunya pernah digunakan, kemungkinan mikroorganisme dan
unsur yang dibutuhkan oleh tanaman sudah tersedia. Hasil akhir dari rerata,
tertinggi pada tanaman tanpa pupuk dengan tinggi 130,85 cm.
b. Jumlah Daun
Dari pengamatan yang dilakukan, didapatkan data jumlah daun tanaman dan
didapatkan angka seperti yang ada pada tabel 3. 4. Dari tabel rata-rata
tersebut, dapat disajikan grafik seperti berikut :

Jumlah Daun
14.00

12.00

10.00

8.00
Helai

Tanpa Pupuk
6.00
NPK
4.00 Kompos
2.00

0.00
7 13 19 25 31 37 43 49 55
Hari ke-

Gambar 2. 4. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Jagung

Pada gambar 2. 4., terlihat grafik jumlah daun tanaman jagung mengalam
fase logaritmik dan linier. Pada ketiga perlakuan, menunjukka fase logaritmik pada
7HST sampai dengan 19HST. Mulai pada 19HST, jumlah daun mengalami fase
linier sampai dengan 37HST. Pertumbuhan jumlah daun kembali naik pada 37HST
sampai dengan korban 55HST. Dari gambar grafik yanng disajikan, terlihat grafik
berbentuk seperti huruf “S”. Pertumbuhan menunjukkan fase fase yang seharusnya
terjadi pada tanaman. Rata-rata jumlah daun terbanyak pada tanaman perlakuan
NPK yaitu 11,75.
c. Analisi Pertumbuhan Tanaman Jagung
Berdasarkan data yang terjadi dalam tabel 5.4., yaitu berat kering tanaman,
dapat diperoleh analisi pertumbuhan tanaman. Analisis pertumbuhan ini berupa
RGR, NAR, Nisbah root, Spesific area dan weight, dan LAR.

Relative Growth Rate


0.050
0.045
0.040
0.035
0.030 Tanpa Pupuk
g/g/hari

0.025 NPK
0.020 Kompos
0.015
0.010
0.005
0.000
Gambar 3. 4. Histogram Relative Growth Rate Tanaman Jagung

Dari data berat kering tabel 5. 4., dapat tersaji histogram RGR tertinggi pada
tanaman dengan perlakuan kompos dengan angka 0,047 g/g/hari. Hal itu
dapat diakibatkan karena tanah dengan perlakuan kompos memiliki
kandungan unsur yang kompleks, meskipun tumbuh dengan jangka waktu
lama, namun perlakuan dengan kompos tumbuh konsisten.

Net Assimlasi Rate


0.00040

0.00035

0.00030

0.00025
g/cm2/hari

Tanpa Pupuk
0.00020 NPK
0.00015 Kompos

0.00010

0.00005

0.00000

Gambar 4. 4. Histogram Net Asimilasi Rate Tanaman Jagung


Dari histogram NAR gambar 4.4., tingkat NAR tertinggi pada perlakuan
tanpa pupuk dengan skor 0,00037. Pada NPK mendapat angka 0,00025 dan
tanpa pupuk 0,00020. Perbedaan ini bergantung pada laus daun tanaman.

Leaf Area Ratio


200
180
160
140
120
cm2/g

100 Tanpa Pupuk


80 NPK
60
40 Kompos
20
0
40 55
Hari Setelah Tanam

Gambar 5. 4. Histogram Leaf Area Ratio

Pada histogram LAR tanaman jagung, hasil dapat dilihat bahwa ada perbedaan
antara 40HST dan 55HST dengan pemberian perlakuan yang berbeda, perlakuan
yang diberikan antara lain yaitu tanah tanpa pupuk, tanah kompos dan tanah NPK.

Dapat dilihat histrogram diatas bahwa pada 40HST terjadi perlakuan terbaik pada
tanah tanpa pupuk diangka 178 cm2/g, sedangkan peringkat kedua terjadi pada
perlakuan tanah kompos yaitu diangka 139cm2/g dan perlakuan dengan hasil
terendah terjadi pada perlakuan tanah NPK mendapatkan angka 133 cm2/g.

Pada 50HST dapat dilihat ada penurunan dan penaikan histogram, perlakuan terbaik
tetap pada tanah tanpa pupuk yaitu diangkat 175 cm2/g, peringkat kedua berbeda
dengan 40HST, pada 50HST justru NPK lah yang berada pada peringkat kedua
yaitu diangka 131 cm2/g dan perlakuan terendah terjadi pada tanah tanpa pupuk
yaitu diangka 117 cm2/g.
Nisbah Shoot-Root
6.000

5.000

4.000

3.000 Tanpa Pupuk

2.000 NPK
Kompos
1.000

0.000
40 55
Hari Setelah Tanam

Gambar 6. 4. Histogram Nisbah Shoot-Root Tanaman Jagung

Pada histogram NSR, terdapat perbedaan pada NSR tertinggi antara 40HST dan 55
HST. Pada 40HST, NSR tertinggi pada perlakuan NPK dengan angka 3,767. Pada
55HST tertinggi pada perlakuan tanpa pupuk dengan angka 5,520. Perbedaan
tersebut dapat dilihat pada media tanam. Media tanam tanpa pupuk sudah pernah
terpakai, adanya unsur organik pada perlakuan sebelumnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Unsur organik bereaksi dengan waktu yang cukup lama,
sehingga tanaman tanpa pupuk mengalami penambahan pada 55HST.

Spesific Leaf Area


400.000
350.000
300.000
250.000
cm2/g

200.000 Tanpa Pupuk


150.000 NPK
100.000 Kompos
50.000
0.000
40 55
Hari Setelah Tanam

Gambar 7. 4. Histogram Spesific Leaf Area Tanaman Jagung

Pada histogram SLA tanaman jagung dapat dilihat data yang berbeda pada setiap
perlakuan dan hari setelah tanamnya. Pada 40HST perlakuan terbaik terjadi pada
tanah tanpa pupuk yaitu sebesar 373,156 cm2/g disusul dengan perlakuan tanah
NPK sebesar 303,407 cm2/g dan terendah pada perlakuan tanah kompos yaitu
sebesar 285,864 cm2/g. Sedangkan pada 55HST perlakuan terbaik terjadi pada
tanah tanpa pupuk yaitu sebesar 325,332 cm2/g selanjutnya kedua ada perlakuan
tanah kompos yaitu sebesar 259,221 cm2/g dan yang terendah ada perlakuan tanah
NPK yaitu sebesar 258,391 cm2/g.

Spesific Leaf Weight


0.0045
0.0040
0.0035
0.0030
g/cm2

0.0025
Tanpa Pupuk
0.0020
0.0015 NPK
0.0010 Kompos
0.0005
0.0000
40 55
Hari Setelah Tanam

Gambar 8. 4. Histogram Spesific Leaf Weight Tanaman Jagung

Pada histogram SLW tanaman jagung terdapat perbedaan data antara tiga
perlakuan yang berbeda pada setiap 40HST dan 55HST. Pada 40HST perlakuan
terbaik berada pada tanah kompos yaitu sebesar 0,0035 g/cm2 disusul dengan
perlakuan tanah NPK yaitu sebesar 0,0033 g/cm2 dan yang terendah ada perlakuaan
tanah tanpa pupuk yaitu sebesar 0,0027 g/cm2. Sedangkan pada 50HST perlakuan
terbaik terjadi pada tanah kompos dan NPK yaitu sama-sama diangka 0,0039 g/cm2
dan terendah 0,0031 g/cm2.s
2. Kacang Tanah
a. Tinggi tanaman
Dari pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan data angka tinggi
tanaman dan rata-rata tinggi tanaman pada Tabel 8. 4. Dari tabel rata-rata
tersebut, dapat disajikan dalam grafik seperti berikut :

Tinggi Tanaman
1

0.8

0.6
cm

#REF!
0.4
#REF!
0.2 #REF!

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hari ke-

Gambar 9. 4. Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Hijau

Pada gambar 8.4 . Tinggi Tanaman, dapat dilihat bahwa tanaman dengan
perlakuan pupuk kompos memiliki tinggi yang relatif lebih tinggi dibandingkan
tanaman dengan perlakuan pemberian NPK dan tanpa pupuk. Hal ini dapat
disebabkan karena pupuk kompos tersebut memiliki unsur hara yang kompleks.
Memang pupuk kompos akan lama bereaksi, namun karena tanah yang
digunakan dalam percobaan ini dulunya pernah digunakan, kemungkinan
mikroorganisme dan unsur yang dibutuhkan oleh tanaman sudah tersedia. Hasil
akhir dari rerata, tertinggi pada tanaman tanpa pupuk dengan tinggi ..........cm.
b. Julmah Daun
Dari pengamatan yang dilakukan, didapatkan data jumlah daun tanaman dan
didapatkan angka seperti yang ada pada tabel 10. 4. Dari tabel rata-rata tersebut,
dapat disajikan grafik seperti berikut :

Jumlah Daun
1

0.8

0.6
Helai

#REF!
0.4
#REF!
0.2 #REF!
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hari ke-

Gambar 10. 4. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau

Pada gambar 10.4. , terlihat grafik jumlah daun tanaman kacang hijau
mengalam fase logaritmik dan linier. Rata-rata jumlah daun terbanyak pada
tanaman perlakuan NPK yaitu 26,67.

c. Analisi Pertumbuhan Tanaman Jagung


Berdasarkan data yang terjadi dalam tabel 12. 4. , yaitu berat kering
tanaman, dapat diperoleh analisi pertumbuhan tanaman. Analisis pertumbuhan ini
berupa RGR, NAR, Nisbah root, Spesific area dan weight, dan LAR.
Relative Growth Rate
0.040

0.035

0.030

0.025 Tanpa Pupuk


g/g/hari

0.020 NPK

0.015 Kompos

0.010

0.005

0.000
Gambar 11. 4. Histogram RGR Tanaman Kacang Hijau

Pada histogram RGR perlakuan terbaik pada tanah tanpa pupuk yaitu
diangka 0,048 g/hari dilanjutkan dengan perlakuan tanah NPK yaitu sebesar 0,033
g/hari dan yang terendah terjadi pada perlakuan tanah kompos 0,031 g/hari.

Net Assimlasi Rate


0.00030

0.00025

0.00020
g/cm2/hari

Tanpa Pupuk
0.00015 NPK
Kompos
0.00010

0.00005

0.00000
Gambar 12. 4. Histogram NAR Tanaman Kacang Hijau

Pada histogram NAR perlakuan terbaik terjadi tanah tanpa pupuk yaitu
sebesar 0,00037 g/cm2/hari dan terendah yaitu perlakuan tanah NPK dan kompos
yaitu sama-sama sebesar 0,00026 g/cm2/hari.
Leaf Area Ratio
160
140
120
100
cm2/g

80 Tanpa Pupuk
60 NPK
40 Kompos
20
0
40 55
Hari Setelah Tanam (HST)

Gambar 13. 4. Histogram LAR Tanaman Kacang Hijau

Pada histogram LAR terjadi perbedaan data pada 40HST dan 55HST. Pada
40HST perlakuan terbaik terjadi pada tanah NPK 135 cm2/g disusul dengan
perlakuan tanah tanpa pupuk 133 cm2/g dan terendah yaitu perlakuan tanah kompos
sebesar 110 cm2/g. Sedangkan pada 55HST perlakuan terbaik terjadi pada tanah
kompos dan tanah tanpa pupuk yaitu keduanya sebesar 127 cm2/g.

Spesific Leaf Weight


0.010

0.008

0.006
g/cm2

Tanpa Pupuk
0.004
NPK
0.002 Kompos

0.000
40 55
Hari Setelah Tanam

Gambar 14. 4. Histogram SLW Tanaman Kacang Hijau

Pada histogram SLW dapat dilihat perlakuan terbaik 40HST terjadi pada
tanah tanpa pupuk yaitu sebesar 0,0083 g/cm2 dilanjut dengan tanah NPK yaitu
sebesar 0,0077 g/cm2 dan yang terendah perlakuan tanah kompos yaitu sebesar
0,0074 g/cm2. Sedangkan pada 55HST perlakuan terbaik terjadi pada tanah tanpa
pupuk yaitu diangka 0,0095 g/cm2 dilanjut dengan perlakuan tanah NPK yaitu
sebesar 0,0087 g/cm2 dan terendah terjadi pada perlakuan tanah kompos yaitu
sebesar 0,0081 g/cm2.

Spesific Leaf Area


160.000
140.000
120.000
100.000
cm2/g

80.000 Tanpa Pupuk


60.000 NPK
40.000 Kompos
20.000
0.000
40 55
Hari Setelah Tanam

Gambar 15. 4. Histogram SLA Tanaman Kacang Hijau

Pada histogram SLA perlakuan terbaik pada 40HST terjadi pada tanah
kompos yaitu sebesar 135,832 cm2/g disusul dengan perlakuan tanah NPK sebesar
130,699 cm2/g dan perlakuan terendah terjadi pada tanah tanpa pupuk yaitu sebesar
120,979 cm2/g. Sedangkan pada 55HST perlakuan terbaik terjadi pada tanah
kompos yaitu sebesar 123,268 cm2/g dilanjut dengan perlakuan tanah NPK yaitu
sebesar 115,219 cm2/g dan terendah terjadi pada perlakuan tanah tanpa pupuk yaitu
sebesar 105,271 cm2/g.

Nisbah Shoot-Root
12.000

10.000

8.000

6.000 Tanpa Pupuk

4.000 NPK
Kompos
2.000

0.000
40 55
Hari Setelah Tanam

Gambar 16. 4. Histogram NSR Tanaman Kacang Hijau

Pada histogram NS R dapat dilihat pada 40HST perlakuan terbaik terjadi


pada tanah NPK yaitu sebesar 9,054 dilanjut dengan perlakuan tanah kompos
sebesar 8,488 dan perlakuan terendah terjadi pada tanah tanpa pupuk yaitu sebesar
3,819. Sedangkan pada 55HST perlakuan terbaik terajdi pada tanah NPK yaitu
sebesar 10,687 dilanjut dengan perlakuan tanah tanpa pupuk yaitu sebesar 8,429
dan perlakuan terendah terjadi pada tanah kompos yaitu sebesar 7,943.
BAB V
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa tanaman
jagung dan kacang hijau memiliki laju pertumbuhan yang menyerupai bentuk kurva
sigmoid, media tanam mempengaruhi pertumbuhan tanaman
Daftar Pustaka

White J dan Lawrence A. 2003. CORN: Chemistry and Technology. 2nd ed.
American Assosiation of Cereal Chemists, Inc. St. Paul, Minesota, USA.

Hastuti D.S, Supriyono dan Hartati s. 2018. Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau
(Vigna Radiata L.) pada Beberapa Dosis Pupuk Organik dan Kerapatan
Tanam. Journal of Sustainable Agricultur. Vol. 33(2) : 89-95.

Kementrian Pertanian – Republik Indonesia . 2017. Statistik Pertanian


AGRICULTURE STATISTICS 2017. Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian Kementrian Pertanian. Indonesia. 362 hal.

Purwono dan R. Hartono. 2008. Bertanam Jagung Unggul. Swadaya. Jakarta,


hal.10-11.

Purwono, & Hartono, R. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta

Latunra A. I, Tambaru. E, dan Hasyim Z. 2014. Uji Penambahan Berbagai Dosis


Vermikompos Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Cabai Merah Besar
(Capsiscum annum L.). Jurnal Alam dan Lingkungan. Vol. 5(10).

Kaufman. P. B, J. Labavitch, A. A. Prouty, and N. S. Ghoshch. 1975. Laboratory


Experiment in Plant Physiology. Macmilan Publishing Corporation. Inc.
New York.

Subekti, N.A. 2009. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung dalam
Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Balai Penelitian Tanaman
Serealia. Maros.

Arianingrum R. (2004). Kandungan Kimia Jagung dan Manfaatnya Bagi


Kesehatan. Buletin Harian Kesehatan.

Rukmana, H. R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta. Hal 21-22

Richana N. dan Suarni. 2007. Teknologi Pengolahan Jagung. In Sumarno et al.


Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. P: 386-409.

Purwanti, 2008. Kandungan dan Khasiat Kacang Hijau. UGM-Press. Yogyakarta.

Goldworthy dan N. M. Fisher. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik eds.


(terjemahan oleh Tohari dan Soedarudjian) Gadjah Mada University
Press. Hal:156-212.
Srigandono B. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Lampiran

PENIMBANGAN AKAR, DAUN, DAUN+TAJUK, POLA DAUN 55HST

(TANPA PUPUK)
PENIMBANGAN AKAR, DAUN, DAUN+TAJUK, POLA DAUN 55HST

(KOMPOS)
PENIMBANGAN AKAR, DAUN, DAUN+TAJUK, POLA DAUN 55HST

(NPK)

Anda mungkin juga menyukai