Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN SURVEY PASAR

BUAH PEPAYA (Carica papaya) dan SAYURAN WORTEL (Daucus carota)

Disusun Oleh:

1. Hesti Mela Marsellinda (20180210098)


2. Ahmad Arya Mudawy (20180210099)
3. Achwa Nabila Saptina (20180210100)
4. Cindy Novita Sari (20180210101)
5. Dea Paramitha (20180210102)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingkat kesegaran sayuran dan buah-buahan memegang peranan penting
agar bahan pangan tersebut dipilih untuk dibeli oleh konsumen bahan pangan
yang sudah layu dan tidak segar lagi dan mempunyai nilai gizi yang lebih rendah
dibanding dengan bahan pangan yang masih segar sehingga asupan bahan pangan
segar memberi jaminan yang lebih baik dalam pemenuhan gizi konsumen

Produsen sebagai penyedia produk pasca panen harus melakukan


penanganan dengan baik dan benar pada hasil pertanian yang dipanen agar bahan
tidak mengalami kerusakan saat panen, pasca panen dan pada saat pendistribusian
ke pedagang atau pembeli langsung agar bahan masih dalam kondisi baik dan
segar. Begitu juga pedagang hasil pertanian yang menerima bahan baku dari
petani juga diharuskan untuk meperhatikan penanganannya agar kualitas hasil
pertanian yang mau dijual dalam keadaan baik.

Produk buah-buahan dan sayuran mudah mengalami berbagai kerusakan.


Kerusakan yang terjadi bisa berbentuk kerusakan mekanis bila buah dan sayur
mengalami keretakan, luka, tergores, memar atau perubahan bentuk karena
tergencet atau tertindih; kerusakan kimia yaitu terjadi perubahan kimia pada buah
dan sayur seperti terjadi perombakan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan hasil

Banyak cara yang dilakukan oleh petani atau pedagang dalam upaya
mempertahankan kesegaran sayur dan buah seperti mencuci wortel atau kentang
yang baru dipanen untuk menghilangkan sisa tanah yang terikut atau memisahkan
produk yang segar dengan yang rusak atau yang sudah busuk agar kontaminasi
pembusukan tidak terjadi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penanganan pasca panen buah papaya dan wortel ?
2. Apa yang perlu diperhatikan saat panen buah papaya dan wortel ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui keadaan buah papaya dan wortel.

2. Untuk mengetahui penanganan pasca panen yang tepat bagi buah papaya
dan wortel.
II. TINJAUAN PUSTAKA

TANAMAN WORTEL

A. Tanaman Wortel
Wortel (Daucus carota L.) adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang
biasanya berwarna kuning kemerahan atau jingga kekuningan dengan tekstur
serupa kayu. Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau
akarnya. Cadangan makanan tanaman ini disimpan di dalam umbi. Kulit umbi
wortel tipis dan jika dimakan mentah terasa renyah dan agak manis (Makmun
2007).

B. Panen dan Pasca Panen Tanaman Wortel


1. Panen
a. Umur Panen Ciri-ciri tanaman wortel sudah saatnya dipanen adalah
sebagai berikut:
1). Tanaman wortel dapat dipenen setelah berumur ± 3 bulan sejak sebar
benih atau tergantung varietasnya. Varietas ideal pemanenan pada
umur 100-120 hari setelah tanam.
2). Ukuran umbi telah maksimal dan tidak terlalu tua. Panen yang terlalu
tua dapat menyebabkan umbi menjadi keras dan berkatu, sehingga
kualitasnya rendah atau tidak laku dipasarkan.
Berikut ini adalah kriteria wortel yang dipanen umur muda atau “Baby
Carrot” dapat dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
1). Umur panen sekitar 50-60 hari setelah tanam.
2). Ukuran umbi sebesar ibu jari tangan, panjangnya antara 6-10 cm dan
diameternya sekitar 1-2 cm.
b. Waktu Pemanenan Menurut (Cahyono, 2006), waktu panen wortel dalam
hari (pagi, siang, atau sore) berpengaruh terhadap kualitas umbi yang
dipanen. Waktu yang baik untuk melakukan pemanenan adalah pada pagi
hari antara pukul 07.00–10.00 atau pada 10 sore hari antara pukul 15.00–
18.00, pada saat cuaca cerah atau tidak hujan. Air hujan yang membasahi
umbi wortel akan menyebabkan wortel cepat rusak.

c Teknik Pemanenan Menurut (Hanum, Chairani, 2008), cara pemanenan


wortel dilakukan dengan mencabut umbi beserta akarnya. Tanah
sebaiknya digemburkan terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk
memudahkan pencabutan wortel. Tanaman yang baik dan dipelihara
secara intensif dapat menghasilkan umbi antara 20-30 ton/hektar.
Pemanenan dengan menggunakan peralatan mekanis akan lebih
menguntungkan, baik dari segi waktu, tingkat kerusakan umbi, maupun
tingkat kehilangan hasil.

1. Penanganan Pasca Panen Wortel


Penanganan pascapanen adalah tahapan kegiatan sejak pemanenan
hingga siap dipasarkan dilanjutkan. Periode setelah panen memiliki batasan
waktu yang singkat, yaitu selama cadangan makanan masih cukup mampu
mendukung proses metabolisme seperti respirasi. Proses penanganan pasca
panen meliputi proses grading dan sortasi, pembersihan, trimming dan
pengemasan. Berikut ini adalah manfaat dari penanganan pascapanen
antara lain :
1) Mempertahankan kualitas, seperti mencegah kehilangan air.
2) Memperpanjang ketahanan simpan produk.
3) Mempermudah pengangkutan.
4) Mengurangi kerusakan pada saat distibusi.
5) Mempermudah pemasaran, mempercantik penampilan produk, dan
praktis bagi konsumen.
Dalam penanganan panen dan pascapanen produk hortikultura
memerlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan konsumen, sehingga
dalam waktu penanganan ini dapat terjadi kerusakan yang disebabkan oleh
berbagai faktor. Berikut ini faktor yang menyebabkan kerusakan pada saat
pasca panen :
1) Kerusakan Fisik Kerusakan fisik adalah kerusakan yang terjadi karena
perlakuan-perlakuan fisik. Buah mempunyai kandungan air antara 80-
95% sehingga sangat rentan terhadap kerusakan fisik. Kerusakan fisik
dapat terjadi pada seluruh tahapan, mulai dari kegiatan sebelum panen,
pemanenan, penanganan, grading, pengemasan, transportasi,
penyimpanan, dan pemasaran. Kerusakan yang umum terjadi adalah
memar, terpotong, adanya tusukan tusukan, bagian yang pecah, lecet dan
abrasi. Kerusakan fisik juga memacu kerusakan baik fisiologis maupun
patologis (serangan mikroorganisme pembusuk).
2) Gangguan Patologis Gangguan patologis adalah gangguan yang
disebabkan oleh mikroorganisme seperti jamur dan bakteri. Sayuran dan
buah banyak mengandung air dan nutrisi yang sangat baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Supartha (2001), buah yang baru
dipanen sebenarnya telah dihinggapi oleh berbagai macam
mikroorganisme. Mikroorganisme pembusuk dapat berkembang jika
kondisinya memungkinkan seperti adanya kerusakan fisik pada sayuran
atau buah, kondisi suhu, kelembaban dan faktor-faktor lain yang
mendukung. Adanya mikroorganisme pembusuk pada buah dan sayuran
adalah merupakan faktor pembatas utama di dalam memperpanjang masa
simpan buah dan sayuran. Mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan
susut pasca panen buah dan sayuran secara umum disebabkan oleh jamur
dan bakteri.

3) Pengaruh Buruk Kondisi Lingkungan adalah suhu yang berpengaruh


terhadap peningkatan produksi etilen, penurunan O2 dan peningkatan
CO2 yang berakibat buruk terhadap komoditi. Perkecambahan spora dan
laju pertumbuhan mikroorganisme lainnya sangat dipengaruhi oleh suhu.
Selain itu, kelembaban ruang adalah salah satu penyebab kehilangan air
setelah panen. Kehilangan air tidak dapat dihindarkan namun dapat
ditoleransi. Tanda-tanda kehilangan air bervariasi pada produk yang
berbeda, dan tanda-tanda kerusakan baru tampak saat jumlah kehilangan
air berbeda-beda pula. Umumnya tandatanda kerusakan jelas terlihat bila
kehilangan air antara 3-8% dari beratnya.

BUAH PEPAYA
A. Buah Pepaya
Menurut Setiaji (2009), Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari
Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan. Tanaman ini
menyebar ke Benua Afrika dan Asia serta India. Dari India, tanaman ini
menyebar ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia di abad ke-17.
Menurut Kalie (1996), suku Caricaceae memiliki empat marga, yaitu Carica,
Jarilla, Jacaranta, dan Cylicomorpha. Ketiga marga pertama merupakan
tanaman asli Meksiko bagian selatan serta bagian utara dari Amerika Selatan,
sedangkan marga keempat merupakan tanaman yang berasal dari Afrika.
Marga Carica memiliki 24 jenis, salah satu diantaranya adalah pepaya.

B. Panen dan Pasca Panen Buah Pepaya


1. Panen Buah Pepaya
Tanaman papaya dapat dipanen setelah berumur 9-12 bulan. Buah
papaya dipetik harus pada waktu buah itu memberikan tanda-tanda
kematangan seperti warna kulit buah mulai menguning. Buah papaya
yang dipanen harus memiliki keseragaman produk yang dicirikan tingkat
ketuaannya. Selama ini prosedur analisis warna kulit secara visual mata
manusia dengan segala keterbatasannya adalah metode yang sering
digunakan. Menurut Pantastico (1989), batas antara stadium kematangan
buah sukar ditentukan dengan mata telanjang, sehingga seringkali
penentuan ketuannya bersifat subjektif.
2. Pasca Panen Buah Pepaya
a. Sortasi
Buah diseleksi secara selektif, dengan memperhatikan bentuk,
warna dan ukuran. Tempatkan buah pada kelompoknya masing-
masing : kelompok A adalah buah yang belum masak, kelompok B buah
yang sudah masak dan Kelompok C buah yang cacat dan seterusnya,
sehingga akan mempermudah mengklasifikasikan (Santoso, 2010).

b. Pengemasan
Pengemasan buah pepaya dilakukan untuk mengurangi kontrak
dengan lingkungan luar yang dapat mempercepat kerusakan pada buah.
Beberapa jenis kemasan dapat digunakan untuk mengemas buah
tersebut, diantaranya kemasan plastic. Penggunaan jenis kemasan ini
lebih praktis karena memiliki berbagai macam jenis dan ukuran.
Penggunaan jenis kemasan platik dan cara pengemasan yang sesuai
dapat mengurangi laju penurunan mutu buah pepaya yang disimpan
dalam kondisi dingin sehingga dapat memperpanjang umur simpannya
(Syaefullah, 2010).
Biasanya buah pepaya juga dikemas dengan keranjang dalam
jumlah banyak yang dilapisi kertas atau kantong bekas semen untuk
menghindari luka pada buah atau peti yang juga dilapisi dengan
kantong semen dan sejenisnya (Anan, 2013).

III. HASIL OBSERVASI

Komoditas Buah Pepaya

Hari/Tanggal : Sabtu, 02 November 2019

Waktu Observasi : 16.00 WIB

Tempat Observasi : Pasar Buah dan Sayur Giwangan

Alamat Observasi : Jl. Imogiri Timur, Giwangan, Kec. Umbulharjo,

Yogyakarta
Nama Penjual : Mas Sigit

Dari hasil observasi yang sudah dilakukan disana kami melakukan


observasi terhadap buah papaya bangkok disalah satu penjual yang bernama mas
Sigit. Buah pepaya tersebut didatangkan dari Kebumen. Dikirim ke pasar
Giwangan menggunakan mobil pick up ditembuh dalam waktu 3 sampai 4 jam
dan buah pepaya hanya ditumpuk tanpa adanya pengemasan dan hanya ditutup
dengan menggunakan terpal. Buah pepaya biasanya sampai di pasar sekitar
pukul 03.00 atau 04.00 pagi WIB. Buah yang sampai ditempat grosir akan
disortir secara manual yaitu dipilih sesuai kriterianya. Biasanya terdapat buah
pepaya yang rusak (benyek) tapi hanya 1% dari keseluruhan. Buah yang sedikit
mengalami kerusakan dijual lagi dengan harga yang lebih murah. Satu buah
papaya standar mempunyai berat 3 kg. setiap satu kilo dijual dengan harga Rp.
5.000 / Kg.

Komoditas Sayuran wortel

Hari/Tanggal : Sabtu, 02 November 2019

Waktu Obseravasi : 16.00 WIB

Tempat Observasi : Pasar Buah dan Sayur Giwangan

AlamatObservasi : Jl. Imogiri Timur, Giwangan, Kec. Umbulharjo,

Yogyakarta
Nama Penjual : Ibu Saminah

Hasil observasi di pasar buah dan sayur Giwangan. Disana kami


melakukan observasi dan wawancara di salah satu pedagang wortel yang bernama
Ibu Saminah. Wortel tersebut didatangkan dari petani di daerah Dieng
menggunakan mobil pick up sebanyak 3 sampai 4 kwintal. Dan Ibu Saminah
hanya mengambil sekitar 1 kwintal. Saat diangkut, wortel dimasukan ke dalam
karung). Sampai dipasar biasanya sekitar jam 12.00 malam Satu kilogram wortel
biasanya dijual dengan harga Rp.7.000, dan untuk wortel yang mengalami
kerusakan (jelek) dijual dengan harga Rp.5.000 / Kg.

IV. PENANGANAN PASCA PANEN


A. Solusi
V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Muktiani. 2015. Bertanam Varietas Unggul Pepaya California. Yogyakarta :


Pustaka Baru Press. 132 Hal.

Nandita, P. 2013. Menjadi Juragan Pepaya Tanpa Guru. Jakarta : Tunas Media. 80
Hal.

Djatmiko, H. 1982. Pepaya Budidaya, Guna, dan Hasil Olahanya. Jakarta : CV


yasaguna. 37 Hal.

Abin Syamsuddin Makmum. 2007. Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem


Pengajaran Modal. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Anam, I.S,. 2013. Buah Klimakterik dan Non Klimakterik. IPB Press. Bogor.

Cahyono. 2006. Analisis Ekonomi dan Teknik Bercocok Tanam Sayuran.


Yogyakarta: Kanisius.

Hanum, Chairani. 2008. Teknologi Budidaya Tanaman Jilid I. Departemen


Pendidikan Nasional. Buku Sekolah Elektronik. Jakarta.

Kalie, M. B. 1996. Bertanam Pepaya. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.


Hal. 3; 10-23.

Pantastico. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-


buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. UGM Press.
Yogyakarta.

Santoso, B. 2010. Fisiologi dan Biokimia Pada Komoditi Panenan Hortikultura.


Universitas Mataram Press. Mataram.

Setiaji, A. 2009. Efektifitas Ekstrak Daun Pepaya Carica papaya L. Untuk


Pencegahan dan Pengobatan Ikan Lele Dumbo Clarias sp yang Diinfeksi
Bakteri Aeromonas hydrophila. Penelitian. Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suparta N. 2001. Perilaku Agribisnis dan Kebutuhan Penyuluhan Peternak Ayam


Ras Pedaging. [Disertasi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor, Program
Pascasarjana.

Syaefullah. 2008. Optimasi Keadaan Penyimpanan Buah Pepaya Sebelum


Pemeraman dengan Algoritma Genetika. IPB Press. Bogor.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai