Anda di halaman 1dari 15

PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN

LAPORAN OBSERVASI PENYIAPAN TANAH PADA


KOMODITAS TERUNG

Disusun Oleh:

1. Melina Arzi Hukama (20180210077)


2. Ghozi Hafish Inas A. (20180210078)
3. Adi Susanto (20180210090)
4. Devita Fajri Ananda (20180210095)
5. Ahmad Arya Mudawy (20180210099)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
I. PENDAHULUAN
A. Hasil Observasi
Bapak dan Ibu Tugimin adalah pasangan suami istri yang berprofesi
sebagai petani. Beliau menggarap lahan dengan luas 900m2 di wilayah Godean
yang ditanami tanaman terung. Lahan itu bukan milik bapak Tugimin
melainkan lahan yang di sewa oleh beliau. Lahan tersebut sebelumnya
ditanami tanaman padi pada musim tanam sebelumnya. Pada penyiapan lahan,
beliau membuat bedengan tanpa menggunakan pupuk dasar berupa pupuk
kandang ataupun pupuk kompos, beliau langsung menggunakan pupuk an-
organik dan pada bedengan tidak dipasangi mulsa. Berdasarkan observasi
lapangan, kondisi lahan tersebut kering dan kurang dapat mempertahankan air
dalam waktu yang lama. Selain itu, kondisi tanaman pada lahan pertanaman
terung ini, memiliki batang yang kecil dan daun yang sempit. Pada awal
pertanaman terung, tanaman tumbuh normal namun setelah beberapa minggu
ukuran batang dan daun tanaman terung tidak mengalami perubahan yang
signifikan.

B. Identifikasi Masalah
1. Tanah cepat kering, tidak dapat menampung air dalam waktu yang lama.
2. Tumbuh gulma pada lahan pertanaman.
3. Pertanaman Terung pada Lahan yang Sebelumnya Ditanami Tanaman
Padi.

C. Waktu dan Tempat

Waktu : Selasa, 19 November 2019


Tempat : Area Sawah, Sidokarto, Kec. Godean, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
Komoditas : Tanaman terung
Narasumber : Ibu dan Bapak Tugimin

1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Padi
1. Klasifikasi Tanaman Padi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Ordo : Gramineae
Famili : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
2. Morfologi Tanaman Padi
a. Akar
Akar tanaman padi tergolong akar serabut. Akar yang tumbuh dari
kecambah disebut akar utama (radikula), sedangkan akar yang tumbuh dari
dekat buku-buku disebut akar seminal. Akar padi tidak memiliki
pertumbuhan sekunder sehingga tidak banyak mengalami perubahan. Akar
tanaman padi berfungsi untuk menopang batang, menyerap nutrisi, air, dan
untuk pernapasan (Manurung dan Ismunadji, 1988).
b. Batang
Tanaman padi tergolong dalam Graminae yang ditandai dengan
batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung
kosong. Pada kedua ujung bubung ditutup oleh buku. Panjang ruas tidak
sama ukurannya, semakin ke atas ukuran ruas semakin panjang. Beberapa
jenis padi mempunyai ruas yang bergaris-garis merah dan membentang
dari buku ke buku dan letaknya sejajar (Soemartono, 1980 dalam Hanum,
Tirza. 2000 ).
c. Daun
Daun padi tumbuh di buku-buku tersusun berselingan, pada setiap
buku tumbuh satu daun terdiri dari pelepah daun, helai daun, telinga daun,

2
dan lidah daun. Daun bendera adalah daun yang paling atas dan memiliki
ukuran daun terpendek.Daun keempat dari daun bendera merupakan daun
terpanjang (Siregar, 1981).

3. Syarat Tumbuh Tanaman Padi


a. Iklim

Tanaman padi dapat hidup di daerah yang berhawa panas dan


banyak mengandung air. Curah hujan rata-rata 200 mm per bulan, dengan
distrubusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar
1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 o C.
Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi sekitar 0-1500 m dpl.

b. Tanah

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah


sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam
perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang
cukup.Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan
atasnya antara 18-22 cm dengan PH antara 4-7.

D. Tanaman Terung
1. Klasifikasi Tanaman Terung
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena L. (Tjitrosoepomo, 2004).
4. Morfologi Tanaman Terung
a. Akar
Tanaman terung adalah akar tunggang yang bercabang (ramosus),
artinya akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-
cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Akar tunggang ini berbentuk

3
kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang banyak, yang
lebih besar kepada batang dan juga daerah perakaran menjadi amat luas
hingga dapat menyerap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak
(Tjitrosoepomo, 2004).
b. Batang
Batangnya rendah, berkayu dan bercabang. Batang tanaman terung
dibedakan menjadi dua bagian yaitu batang utama (primer) dan batang
percabangan (skunder). Batang utama merupakan batang untuk penjangga
dan memperkokoh berdirinya tanaman, sedangkan batang percabangan
merupakan batang untuk mengeluarkan bunga (Hadiatna, 2006).
c. Daun
Tanaman terung berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong)
dengan ujung daun meruncing dan pangkal daun menyempit, sedangkan
bagian tengahnya melebar. Ada juga yang berkerut-kerut (bergerigi),
berbulu, berwarna hijau muda, sampai hijau gelap. Tangkai daunnya ada
yang pendek ada yang panjang, ada yang sempit ada yang lebar berwarna
hijau hingga hijau tua, bersifat kuat dan halus. Tulang-tulang daunnya
bercabang-cabang dan menyirip (hadiatna, 2006).

5. Syarat Tumbuh
Syarat tumbuh tanaman terung merupakan kondisi lingkungan baik iklim
maupun tanah yang sangat baik atau cocok untuk pertumbuhan tanaman
terung agar mendapatkan hasil yang maksimal dan menguntungkan secara
ekonomi. Adapun syarat tumbuh tanaman terung yang baik adalah sebagai
berikut :

a. Iklim

Tanaman terung dapat tumbuh dengan baik pada suhu berkisar


antara 22-30 derajat celcius dengan ketinggian tempat berkisar antara 0-
1200 m dpl. Suhu sangat berpengaruh terhadap perkecambahan,
pembunuhan, pembentukan buah dan laju pertumbuhan tanaman
terung.Kurangnya sinar matahari dan banyaknya hujan dapat
menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit serta hama.

4
b. Tanah

Kondisi tanah yang ideal untuk penanaman terung yaitu, tanah


yang remah, lempung berpasir, dan cukup bahan organic. Tanaman
terung umumnya memiliki daya adaptasi yang sangat luas, namun
kondisi tanah yang subur dan gembur dengan sistem drainase dan tingkat
keasaman yang baik, merupakan syarat yang ideal bagi pertumbuhan
tanaman terung. Untuk pertumbuhan optimum, pH tanah harus berkisar
antara 6,0-6.5, namun tanaman terung masih toleran terhadap pH yanah
yang lebih rendah yaitu 5.0. Pada tanah dengan pH yang lebih rendah
dari 5.0 akan menghambat pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan
rendahnya tingkat produksi tanaman.( Pracaya. 2002)

E. Penyiapan Lahan Tanaman Terung


Pengolahan tanah merupakan usaha manipulasi mekanik terhadap
tanah, agar tercipta kedaaan yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan
dari pengolahan tanah adalah memperbaiki kondisi fisik tanah hubungannya
dengan pertumbuhan tanaman adalah menciptakan keseimbangan air dan
udara dalam tanah, menyiapkan kondisi yang baik untuk pertumbuhan benih
dan perkembangan akar melalui terciptanya struktur tanah yang gembur, serta
merubah struktur tanah agar mempunyai kapasitas menahan air dan infiltrasi
yang baik (Sinukaban dan Rachman 1992). Beberapa langkah yang perlu
dilakukan dalam persiapan lahan, yaitu:

1. Membersihkan tanah
Pembersiahan tanah dilakukan dengan membersihkan tanah atau lahan
dari gulma. Gulma diberantas dengan cara disemprot atau dibakar.
pembersihan bertujuan memperlancar arus air dan menekan jumlah biji gulma
yang terbawa masuk ke lahan.

6. Menggemburkan Tanah
Menggemburkan tanah bisa dilakukan dengan cara dicangkul, dibajak,
atau menggunakan traktor tangan. Tanah yang akan ditanami dicangkul 2-3
kali dengan kedalaman 20-30cm. saat mencangkul semua kotoran (sampah,

5
batu maupun sisa makanan) dibuang. Tanah yang dicangkul disisihkan ke
sampingnya. Lapisan bawah yang terbuka dicangkul sampai gembur, begitu
pula lapisan tanah di bawahnya. Pada saat tanah digemburkan sisa-sisa
tanaman sebelumnya dibenamkan (bahan organic) (Suryaman, 2014).

7. Membuat bedengan
Bentuk bedengan dengan lebar 1 meter tinggi 30 cm dan panjang
disesuaikan dengan bentuk lahan. Jarak antar bedengan 40 cm. Di antara
bedengan dibuat parit dengan ukuran disesuaikan dengan panjang bedengan.
Pembuatan parit ini bertujuan untuk saluran drainase dan mempermudah
penanaman.

8. Pemupukan awal atau pemupukan dasar


Pupuk organik dapat digunakan sebagai pupuk dasar, pupuk organik
bisa berupa kompos atau pupuk kandang. Taburkan di atas bedengan dan aduk
hingga merata. Budidaya terung menghendaki tingkat keasaman tanah sekitar
pH 5-6. Apabila pH kurang dari 5 tambahkan kapur pertanian atau dolomit
sebanyak 1-2 ton per hektar satu minggu sebelum tanam.Taburi pupuk
kandang sebanyak 15ton/ha dan kapur secukupnya (1-1,2 ton/ha). Kemudian
aduk rata dengan tanah. Dengan membenamkan pupuk dan kapur ke dalam
tanah. Agregat-agregat tanah berukuran relatif kecil, pengolahan tanah sangat
menunjang perkembangan akar-akar halus terutama pada awal pertumbuhan
tanaman. Akar-akar halus akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur
tanah yang padat.

Disamping pemberian dolomit, pupuk dasar tanman terung pada saat


penyiapan lahan diaplikasikan juga 100-110 kg pupuk urea/h, 250-300 kg SP-
36/h dan 175 kg KCl/h. waktu pengaplikasiannya satu minggu sebelum tanam.

9. Membuat saluran air


Mengatur jaringan saluran drainase, perataan tanah (leveling),
pembersihan tunggul, pembuatan surjan, guludan, dan pembuatan drainase
dangkal intensif. Tujuan dari pembuatan drainase adalah untuk mengeringkan
daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah,
menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal, mengendalikan

6
erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air hujan
yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.

10. Menutup bedengan dengan mulsa


Setelah dilakukan pemupukan tanah dapat ditutup dengan plastik
mulsa hitam perak, Pasang mulsa dengan posisi warna perak berada di atas.
Adapun manfaat dari pemasangan mulsa plastik ini adalah :

 Dapat mengatur dan menjaga kelembaban tanah agar tetap normal.


 Dapat menjaga suhu mikro tanah agar tetap optimal.
 Mencegah erosi dan pencucian hara saat musim hujan.
 Menekan pertumbuhan gulma pengganggu sehingga menghemat biaya
penyiangan.
 Mencegah serangan hama penyakit akibat pantulan sinar UV dari mulsa
plastik hitam perak.

7
III. PEMBAHASAN
A. Analisis Masalah
1. Tanah cepat kering
Dari hasil observasi yang telah dilakukan, lahan pertanaman terung milik
Bapak Tugimin mengalami kering dan tanah keras, tanah tidak mampu
menampung air dalam waktu yang lama. Hal tersebut disebabkan karena tidak
adanya pengaplikasian pupuk dasar organik pada bedengan yang telah dibuat
pada persiapan lahan. Penggunaan pupuk dasar organik berupa pupuk kandang
atau juga bisa pupuk kompos dapat menjaga kualitas tanah. Pemberian pupuk
organik menjaga agroekosistem juga mencegah adanya degradasi lahan dan
memperbaiki kesuburan tanah (Haryadi dkk, 2015). Tanaman terung milik
bapak Tugimin memiliki batang kecil dan daun sempit juga bisa akibat dari
tidak adanya pupuk dasar organik. Pupuk dasar organik berpengaruh jangka
panjang pada nutrisi tanah, sedangkan penggunaan pupuk an-organik hanya
berpengaruh dalam waktu yang singkat.

11. Tumbuh gulma pada lahan


Tumbuhnya gulma pada lahan pertanaman bapak Tugimin bisa
diakibatkan karena dua faktor yaitu kurang maksimalnya dalam pembersihan
lahan saat penyiapan lahan dan karena pada lahan pertanaman tidak dipasangi
plastik mulsa. Pembersihan lahan sangat penting dilakukan untuk lahan
pertanaman kedepannya karena gulma sangat mudah berkembang dari biji atau
dari tanaman yang sebelumnya ada di lahan tersebut.

12. Pertanaman Terung pada Lahan yang Sebelumnya Ditanami Tanaman


Padi
Pada lahan Bapak Tugimin ini, tanaman terung ditanam pada lahan yang
ditanami padi pada musim tanam sebelumnya. Tanaman padi merupakan
tanaman yang lebih banyak membutuhkan unsur N. Berdasarkan Nutani
(2016), perbandingan kebutuhan pupuk pada tanaman padi menunjukkan
pupuk N lebih tinggi yaitu 100-110 kg/ha, sedangkan untuk unsur P dan K
sebesar 40-60 kg/ha dan 30-40 kg/ha. Sedangkan untuk tanaman terung

8
kebutuhan pupuknya adalah N sebanyak 100-110kg/h, P sebanyak 250-300
kg/h, dan K sebanhak 175 kg/h.

F. PENYELESAIAN MASALAH
Untuk mengatasi permasalahan tanah cepat kering dan banyak gulma
yang tumbuh di lahan maka perlu memperhatikana langkah-langkah dalam
penyiapan lahan untuk terung yang awalnya lahan ditanami padi. Beberapa
langkah yang perlu dilakukan dalam persiapan lahan bekas padi untuk
ditanami tanaman terung, yaitu:

a. Mengeringkan lahan

Pengeringan lahan dilakukkan apabila lahan bekas tanaman padi


terlalu basah. Pengeringan lahan bertujuan untuk mempermudah dalam
pembuatan bedengan dan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang baik
bagi pertumbuhan tanaman terung. Lahan sawah yang telah ditanami padi
kemudian dibuat parit untuk mengeluarkan air yang masih menggenang di
lahan, setelah itu lahan dibiarkan selama ±1 minggu disesuaikan juga dengan
kondisi cuaca untuk mengurangi kadar air dalam tanah.

b. Membersihkan tanah
Pembersihan dilakukan dengan membersihkan tanah atau lahan dari
gulma. Gulma diberantas dengan cara disemprot atau dibakar. Pembersihan
lahan bertujuan memperlancar arus air dan juga untuk menekan jumlah biji
gulma yang terbawa masuk ke lahan.

c. Menggemburkan Tanah
Setelah tanah cukup kering dapat dilakukan penggemburan tanah.
Menggemburkan tanah bisa dilakukan dengan cara dicangkul, dibajak, atau
menggunakan traktor tangan. Tanah yang akan ditanami dicangkul 2-3 kali
dengan kedalaman 20-30cm. Saat mencangkul semua kotoran (sampah, batu
maupun sisa makanan) dibuang. Tanah yang dicangkul disisihkan ke
sampingnya. Lapisan bawah yang terbuka dicangkul sampai gembur, begitu
pula lapisan tanah di bawahnya. Pada saat tanah digemburkan sisa-sisa
tanaman sebelumnya dibenamkan (bahan organic) (Suryaman, 2014).

9
d. Membuat bedengan

Bentuk bedengan dengan lebar 1 meter tinggi 30 cm dan panjang


disesuaikan dengan bentuk lahan. Jarak antar bedengan 40 cm. Di antara
bedengan dibuat parit dengan ukuran disesuaikan dengan panjang bedengan.
Pembuatan parit ini bertujuan untuk saluran drainase dan mempermudah
penanaman.

e. Pemupukan awal atau pemupukan dasar

Tanaman padi merupakan tanaman yang lebih banyak membutuhkan


unsur N. Berdasarkan Nutani (2016), perbandingan kebutuhan pupuk pada
tanaman padi menunjukkan pupuk N lebih tinggi yaitu 100-110 kg/ha,
sedangkan untuk unsur P dan K sebesar 40-60 kg/ha dan 30-40 kg/ha. Lahan
yang sebelumnya ditanami padi maka kandungan N dalam tanah akan
berkurang, sehingga untuk memenuhi unsur hara yang hilang perlu adanya
penambahan undur hara baik berasal dari pupuk organik (pupuk kandang,
kompos atau pupuk hijau). Pada masa vegetatife tanaman terung sangat
membutuhkan unsur N Seperti dikemukakan oleh Prihmantoro (1999) bahwa
unsur hara N diperlukan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif tanaman
terutama batang, cabang dan daun, maka perlu penambahn unsur hara N.

Jerami padi dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik karena cukup


efektif sebagai sumber hara makro yaitu Kalium (K), Silikat (Si) dan Carbon
(C), hanya saja tidak efektif apabila diandalkan sebagai sumber Nitrogen (N)
dan Phospor (P). Di Indonesia, rata-rata kadar hara jerami padi berada
dikisaran 0.4% N, 0.02% P, 1.4% K, dan 5.6% Si. Untuk setiap 1 ton gabah
dari pertanaman padi dihasilkan 1,5 ton jerami yang mengandung 9 kg N, 2 kg
P, 25 kg K, 2 kg S, 70 kg Si, 6 kg Ca, dan 2 kg Mg (Jamaluddin, 2019). Cara
penggunaan jerami sebagai unsur hara dapat dilakukan dengan mencacahnya
lalu dibenamkan ke dalam tanah.

Pupuk kandang atau kompos dapat digunakan sebagai pupul awal atau
pupuk dasar, taburkan di atas bedengan sebanyak 15ton/ha dan aduk hingga
merata. Budidaya terung menghendaki tingkat keasaman tanah sekitar pH 5-6.

10
Apabila pH kurang dari 5 tambahkan kapur pertanian atau dolomit sebanyak
1-2 ton per hektar satu minggu sebelum tanam.

Di samping pemberian pupuk kandang dan dolomit, pupuk dasar


tanaman terung pda saat penyiapan lahan diaplikasikan juga 100-110kg
urea/h, 250-300 kg SP-36/h, dan 175 kg KCl/h, waktu pengaplikasiannya satu
minggu sebelum tanam.

f. Membuat saluran air

Mengatur jaringan saluran drainase, perataan tanah (leveling),


pembersihan tunggul, pembuatan surjan, guludan, dan pembuatan drainase
dangkal intensif. Tujuan dari pembuatan drainase adalah untuk mengeringkan
daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah,
menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal, mengendalikan
erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air hujan
yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.

g. Menutup bedengan dengan mulsa

Setelah dilakukan pemupukan, tanah dapat ditutup dengan plastik


mulsa, Mulsa dipasang dengan posisi warna perak berada di atas. Adapun
manfaat dari pemasangan mulsa plastik ini adalah :

 Dapat mengatur dan menjaga kelembaban tanah agar tetap normal.


 Dapat menjaga suhu mikro tanah agar tetap optimal.
 Mencegah erosi dan pencucian hara saat musim hujan.
 Menekan pertumbuhan gulma pengganggu sehingga menghemat biaya
penyiangan.
 Mencegah serangan hama penyakit akibat pantulan sinar UV dari mulsa
plastik hitam perak.

Pada tahapan ini penanggulangan gulma yang banyak tumbuh pada lahan
milik Pak Tugimin dapat dicegah.

11
IV. KESIMPULAN

a. Tanah pada lahan kering dapat diatasi dengan pemberian pupuk dasar yang
berupa pupuk kompos maupun kandang.

b. Pertumbuhan gulma dapat diatasi dengan pembersihan gulma pada saat


persiapan lahan dan menutup bedengan dengan plastik mulsa.

c. Tahapan yang dilakukan dalam penyiapan lahan bekas tanaman padi untuk
ditanami terung yaitu 1) Mengeringkan lahan, 2) Membersihkan tanah, 3)
Menggemburkan tanah, 4) Membuat bedengan, 5) Pemupukan awal atau
pemupukan dasar, 6) Membuat saluran air, 7) Menutup bedengan dengan
mulsa.

12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2019. Lakukan Cara Ini Untuk Panen Terong Melimpah.
https://www.pupukorganik.id/lakukan-cara-ini-untuk-panen-terong-
melimpah/. Diakses tanggal 05 Desember 2019.
Bambang Riyanto. 2004. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta :
BPFC. Edisi ke 4.
Hadiatna, E. 2006. Mari Kita Bercocok Tanam Terung Jepang. PT Sinergi
Pustaka Indonesia. Bandung.
Hanum, Tirza. 2000. Ekstraksi dan Stabilitas Zat Pewarna dari Katul Beras Ketan
Hitam. Buletin Teknologi dan Industri Pangan Vol. XI, No.1, tahun 2000.
(Diakses 25 November 2019)
Haryadi D., Yetti H., Yoseva S. 2015. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk
terhadap Pertumbuhan dan produksi Tanaman Kailan (Brassica
alboglabra L.). Jom. Faperta. Vol 2 (2). Oktober 2015.
Indah C.S..2015. Pengaruh pemberian pupuk kompos terhadap ketersediaan air.
https://www.scribd.com/doc/262552728/3-PENGARUH-TINGKAT-
PEMBERIAN-KOMPOS-TERHADAP-KEBUTUHAN-AIR-pdf. Diakses
tanggal 26 November 2019.
Jamaluddin. 2019. PEMANFAATAN JERAMI PADI.
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/73312/PEMANFAATAN-
JERAMI-PADI/. Diakses tanggal 05 Desember 2019
Manurung, S.O. dan Ismunadji. 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi. Dalam Padi
Buku I. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hal 55 – 102.
Pracaya. 2002. Bertanam Sayuran Organik. PT Penebar Jaya : Jakarta.
Prihmantoro, H. 1999. Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadya,Jakarta
Sarief, E., S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Soemartono. 1980. Bercocok Tanam Padi. Yasaguna. Jakarta)
Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya. Bogor.
318 hal.
Sinukaban, N., dan L.M. Rachman. 1992. Fisika Tanah. Bahan Penataran
Kursus Tata Guna Tanah Pejabat BAPENAS, Bogor.
Setiawan dan Suryantini. 2015. Peningkatan Produktifitas Beberapa Varietas
Lokal Ubi Jalar (Ipomoea Batats L.) dengan Penggunaan Pupuk Organik
Alami dan Pupuk Buatan (N, P,dan K). fakultas Pertanian . universitas
Panca Bhakti.

13
Suryanam Birnadi. 2014. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pupuk Organik
Bokasih terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max
L.) Kultivar Wilis. Jurnal ISTEK, Vol 8 (1): 31-32.
Tjitrosoepomo G. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. 477 p.
Nutani. 2016. Jumlah Kebutuhan Hara Makro pada Tanaman Padi Sawah.
https://www.nutani.com/jumlah-kebutuhan-hara-makro-pada-tanaman-
padi-sawah.html. Diakses pada 03 Desember 2019.

14

Anda mungkin juga menyukai