Asisten
Unun Nur Ainun | 11417014
Jalan Let. Jen. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1/ Jl. Raya Jatinangor Km 20,75
Sumedang, Jawa Barat – Indonesia, 45363
ABSTRAK
Kata kunci: crisping, kangkung, sayuran berdaun.
Penyebab utama layu pada sayuran berdaun setelah panen merupakan
intensitas proses transpirasi yang tinggi. Kemungkinan untuk mendifusi air ke
dalam produk memberikan efek yang kuat untuk mengontrol suhu dan kelembaban
eksternal pada sayuran berdaun. Proses tersebut disebut crisping. Tujuan dari
percobaan ini adalah menentukan efektivitas proses crisping dalam meningkatkan
mutu fisik dan kesegaran kangkung (Ipomoea aquatica), mengetahui apakah proses
crisping mampu menanggulangi kehilangan bobot kangkung (Ipomoea aquatica),
dan menentukan suhu air dan lama perendaman optimal untuk proses crisping yang
dapat meningkatkan mutu kesegaran kangkung (Ipomoea aquatica). Proses
crisping tersebut meliputi perendaman kangkung pada 7 perlakukan yaitu, (A)
tanpa perendaman; (B) perendaman suhu 30o C, selama 2 menit; (C) perendaman
suhu 30oC selama 6 menit; (D) perendaman suhu 30o C, selama 6 menit; (E)
perendaman suhu 40o C, selama 2 menit; (F) perendaman suhu 40o C, selama 4
menit; dan (G) perendaman suhu 40o C, selama 6 menit.
PENDAHULUAN
Produk pascapanen hortikultura berupa sayuran daun segar sangat
diperlukan oleh tubuh manusia sebagai sumber vitamin dan mineral, namun sangat
mudah mengalami kemunduran kualitas yang dicirikan oleh terjadinya proses
pelayuan yang cepat. Terdapat banyak laporan menyebutkan bahwa susut
pascapanen sayuran relatif sangat tinggi yaitu berkisar 40-50% khususnya terjadi di
negara-negara sedang berkembang (Kader, 2012).Pelayuan proses transpirasi atau
penguapan air yang tinggi melalui bukaan-bukaan alami seperti stomata, hidatoda
dan lentisel yang tersedia pada permukaan dari produk sayuran daun. Kadar air (85-
98%) dan rasio yang tinggi antara luas permukaan dengan berat produk
memungkinkan laju penguapan air berlangsung tinggi sehingga proses pelayuan
dapat terjadi dengan cepat. Selain faktor internal produk, faktor eksternal seperti
suhu, kelembaban serta kecepatan aliran udara berpengaruh terhadap kecepatan
pelayuan. Mekanisme membuka dan menutupnya bukaan-bukaan alami pada
permukaan produk seperti stomata dipengaruhi oleh suhu produk. Pada kondisi
dimana suhu produk relatif tinggi maka bukaan-buakaan alami cenderung
membuka dan sebaliknya pada keadaan suhunya relatif rendah maka bukaan alami
mengalami penutupan (Utama et al., 2017).
Proses crisping merupakan metode untuk mempertahankan mutu kesegaran
sayuran dan buah yang mudah dilakukan. Tingginya kandungan air produk
menyebabkan tekanan uap air dalam produk selalu dalam keadaan tinggi dan bila
kelembaban udara atau tekanan uap air di udara rendah maka akan terjadi defisit
tekanan uap air yang menyebabkan perpindahan air dari dalam produk ke udara
sekitarnya. Bila sebaliknya, tekanan uap air di luar lingkungan produk lebih tinggi
maka akan terjadi pergerakan air dari luar ke dalam produk. Sangat memungkinkan
untuk mendifusikan air ke dalam produk semaksimal mungkin untuk menyegarkan
kembali dengan mengatur tekanan air serta mengendalikan mekanisme membuka
dan menutupnya bukaan alami, dimana proses penyegaran ini dikenal dengan
crisping (Utama et al., 2017).
Proses crisping pada produk sayuran dan buah memiliki manfaat dalam
bidang rekayasa pertanian berupa meningkatkan ketahanan produk hasil panen
yang telah layu. Praktikum ini juga bermanfaat sebagai pengetahuan dasar dalam
hal pemeliharaan produk sayuran hijau agar tidak cepat layu. Dengan meningkatnya
ketahan produk tersebut masa penyimpanan dari produk menjadi lebih lama
sehingga tidak mengalami kerugian ekonomis(Ashari & Tiur, 2017).
TUJUAN
1. Menentukan efektivitas proses Crisping dalam meningkatkan mutu fisik dan
kesegaran kangkung (Ipomoea aquatica).
2. Mengetahui apakah proses Crisping mampu menanggulangi kehilangan bobot
kangkung (Ipomoea aquatica) akibat pelayuan.
3. Menentukan suhu air dan lama perendaman optimal untuk proses Crisping
yang dapat meningkatkan mutu kesegaran kangkung (Ipomoea aquatica).
METODE
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kulkas, stopwacth,
termometer, timbangan analitik, dan water bath. Kemudian, bahan-bahan yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah kangkung yang sudah agak layu, dan
plastik PE.
Cara kerja dari praktikum ini adalah pertama-tama disiapkan alat dan bahan
yang digunakan. Dilakukan perendaman pada kangkung dengan tujuh macam
perlakuan yaitu (A) tanpa perendaman; (B) perendaman suhu 30 o C, selama 2
menit; (C) perendaman suhu 30oC selama 6 menit; (D) perendaman suhu 30o C,
selama 6 menit; (E) perendaman suhu 40o C, selama 2 menit; (F) perendaman suhu
40o C, selama 4 menit; dan (G) perendaman suhu 40o C, selama 6 menit. Mula-
mula, kangkung yang sudah agak layu diambil sampelnya sebanyak 2 gram untuk
pengukuran kadar air awal dengan menggunakan metode pengeringan dengan oven
pada suhu 105o C selama 12 jam menggunakan alumunium foil cawan porselen.
Setelahnya, kangkung dibagi menjadi 7 bagian . Kemudian, dilakukan trimming
pada kangkung dan ditimbang dan dicatat bobot dari masing-masing bagiannya.
Kangkung direndam pada waterbath dengan suhu bervariasi, yaitu 30±2o C dan
40±2o C dengan waktu perendaman 2, 4, dan 6 menit, sesuai dengan perlakuan
masing-masing. Setelah direndam, kangkung langsung dimasukkan ke dalam
kantong plastik yang sudah dilubangi dan ditutup rapat dengan sealer, kemudian
dipindahkan ke dalam kulkas dengan suhu 5±2 o C dan disimpan selama 12 – 24
jam. Setelah disimpan pada kulkas, dilakukan penimbangan bobot kangkung
sebagai bobot akhir dari kangkung. Dilakukan pula pengujian secara organoleptik
oleh panelis yang terdiri dari anggota kelompok praktikum. Variabel yang dinilai
meliputi penampakan warna, tekstur, dan mutu visual secara keseluruhan sayuran
yang telah melalui proses crisping. Terakhir, dilakukan perhitungan kadar air akhir
untuk masing-masing perlakukan dengan mengambil sebanyak 2 gram sampel dari
masing-masing perlakuannya dan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105 o C
selaam 12 jam menggunakan alumunium foil.
* Tidak bisa dipasarkan diasumsikan akan mengalami proses pelayuan dan pembusukan.
** Persentase dihitung berdasarkan jumlah daun yang telah mengalami perubahan warna
kuniing.
Tabel 1.3 Kriteria dan skala numerik uji skor mutu visual secara
keseluruhan
Kriteria Skala Numerik
Sangat baik, kenampakan segar 5
Baik 4
Biasa (bisa dipasarkan terbatas) 3
Kurang baik (bisa digunakan tetapi tidak bisa dipasarkan) 2
Tidak bisa digunakan 1
PERHITUNGAN
Perhitungan perubahan bobot dilakukan dengan menggunakan rumus:
𝑩𝒂 − 𝑩𝒃
𝑷𝑩 (%) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝒂
Keterangan :
(37−37) 𝑔
PB A (%) = 𝑥 100% = 0%
37 𝑔
(43−37) 𝑔
PB B (%) = 𝑥 100% = 13.95%
43 𝑔
(43−37.50)𝑔
PB C (%) = 𝑥 100% = 12.79%
43 𝑔
(40.03−37.51)𝑔
PB D (%) = 𝑥 100% = 6.30%
40.03 𝑔
(38.80−37) 𝑔
PB E (%) = 𝑥 100% = 4.64%
38.80 𝑔
(43.9−37.1)𝑔
PB E (%) = 𝑥 100% = 15.490%
43.9 𝑔
(40.75−37.11) 𝑔
PB F (%) = 𝑥 100% = 8.93%
40.75 𝑔
(41.25−37) 𝑔
PB G (%) = 𝑥 100% = 10.30%
41.25 𝑔
(43.9−37.1) 𝑔
PB Kangkung Optimum (%) = 𝑥 100% = 15.490%
37 𝑔
(35.13−27.42) 𝑔
PB Bayam Optimum (%) = 𝑥 100% = 21.947%
35.13 𝑔
(94.5−73.5) 𝑔
PB Sawi Putih Optimum (%) = 𝑥 100% = 22.751%
94.5 𝑔
(63−57.5) 𝑔
PB Caisim Optimum (%) = 𝑥 100% = 8.730%
63 𝑔
(10.725−7) 𝑔
PB Selada Bokor Optimum (%) = 𝑥 100% = 34.732%
10.725 𝑔
(16−12) 𝑔
PB Daun Bawang Optimum (%) 𝑥 100% = 25.000%
16 𝑔
HASIL PENGAMATAN
Tabel 2. Dokumentasi Percobaan Crisping Kangkung (Ipomea aquatica)
Kelompok 1
Perendaman
Kondisi Akhir
Perendaman
Pendinginan
Kondisi Akhir
Perendaman
Pendinginan
Perendaman
Kondisi Akhir
Perendaman
Pendinginan
Kondisi Akhir
Pendinginan
Kondisi Akhir
Perendaman
Pendinginan
Perendaman
Kondisi Akhir
A (Tanpa
perendaman) 37 37 37 38 36 37 0
B (Suhu 30oC,
2 menit) 37 37 37 43 43 43 13.95
38 37 37.50 43 43 43 12.79
C (Suhu 30oC,
4 menit)
D (Suhu 30oC,
6 menit) 37.7 37.31 37.51 39.41 40.64 40.03 6.30
E (Suhu 40oC,
2 menit) 37 37.2 37.10 44.8 43 43.90 15.49
E (Suhu 40oC,
2 menit) 37 37 37 38.3 39.3 38.80 4.64
F (Suhu 40oC,
4 menit) 36.8 37.41 37.11 41.39 40.1 40.75 8.93
G (Suhu 40oC,
6 menit) 37 37 37 41 41.5 41.25 10.30
D Warna 4 Hijau
E Warna 4 hijau
E Warna 4 Hijau
Kenampakan 4 Baik
F Warna 4 Hijau
Kenampakan 4 Baik
G Warna 4 Hijau
Tekstur 4
Tegar dan agak pucat
(kurang segar)
Kenampakan 4 Baik
B Warna 4 Hijau
Kenampakan 4 Baik
E Warna 4 Hijau
Kenampakan 4 Baik
F Warna 4 Hijau
Kenampakan 4 Baik
G Warna 4 Hijau
Kenampakan 4 Baik
E: Perendaman 40
1 Kangkung C, 2 menit 37,1 43,9 15,490
F. Perendaman 40
2 Bayam C, 4 menit 27,42 35,13 21,947
B. Perendaman 30
3 Sawi putih C, 2 Menit 73 94,5 22,751
E: Perendaman 40
4 Caisim C, 2 menit 57,5 63 8,730
Selada C. Perendaman 30
5 bokor C, 4 menit 7 10,725 34,732
Daun C. Perendaman 30
6 bawang C, 4 menit 12 16 25,000
Kenampakan 4 Baik
Kenampakan 4 Baik
Kenampakan 4 Baik
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah berdasarkan data yang diperoleh,
efektifitas crisping untuk menungkatkan mutu fisik dan kesegaran akibat pelayuan
dengan cara merendamkan ke dalam air hangat dengan ragam suhu 30-40oC dan
lama perendaman 2-6 menit adalah spesifik terhadap jenis produk yang erat
kaitannya dengan struktur fisik-morfologisnya dan terbukti efektif dalam proses
penyegaran produk kangkung (Ipomea aquatica). Proses crisping mampu
menanggulangi kehilangan bobot sayuran kangkung (Ipomea aquatica), dibuktikan
dengan peningkatan bobot pada sayur kangkung dengan perendaman ke dalam air
panas pada rentang suhu 30-40oC yang menjadi suhu toleran kangkung. Proses
crisping optimal terhadap sayuran kangkung (Ipomea aquatica) adalah pada
perlakuan E yaitu dengan suhu perendaman 40oC selama 2 menit dengan
peningkatan bobot 15, 49%.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, A., & Tiur N. S. 2017. “Pengaruh Suhu Air dan Lama Proses Crisping
Terhadap Kualitas Sayur Bayam Hijau Menggunakan Metode Eksperimen”.
Thesis. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Negeri Padang. Padang.
Fransisica, A., Istianto M., & Siregar G. A. 2019. “Pengaruh Suhu dan Jumlah
Perforasi pada Kemasan Terhadap Susut Bobot Kankung”. Jurnal Ilmu
Pangan dan Hasil Pertanian, 3(1): 31-41.
Kader, A. A. 2012. Postharvest Technology of Horticultural Crops 5th Edition.
University pf California. Div. of Agriculture and Natural Resources.
California.
Kusumasari, N. P. E., Niklah W. M., Pramana K. S., Dananjaya I. G. P. A. W., &
Putria I. M. S. A. 2017. “Fisiologi dan Teknik Pascapanen Holtikultura”.
Thesis, Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Udayana. Bali.