Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TANAH

Fakultas Pertanian UMY


Semester Genap Tahun 2019/2020

ACARA III
PENGARUH FAKTOR EKOLOGI, OLIGODINAMIK DAN
REKALSITRAN

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
I. IDENTITAS MAHASISWA
Nama :Salma Hana Faizah No. Mhs :20200210161
Golongan :Agroteknologi D Kelompok :
Hari : Kamis Tanggal :15 April 2021

II. TUJUAN
1. mengetahui pengaruh faktorfaktor ekologi, Oligodinamik dan Rkelsitran
terhadap pertumbuhan mikrobia

III. BAHAN & ALAT

Bahan :       Alat
 
 Bakteri E.coli                                  - Petridis
 Pestisida                                          - Pinset 
 Urea                                                 - Pipet mikrometer 
 Detergen                                          - Paper Disk
 Clorin                                               - drigalsky
 Asam nitrat 10%                              - refregerator
 Uang logam

IV. CARA KERJA :


V. HASIL PENGAMATAN

Tanah Mediteran
VI. PEMBAHASAN

Tanah Mediteran adalah tanah yang sifatnya tidak subur yang terbentuk dari
pelapukan batuan kapur. tanah mediteran memiliki perkembangan profil solum sedang
hingga dangkal warna coklat hingga merah jenis tanah ini mempunyai lapisan solum
yang cukup tebal teksturnya agak bervariasi lembung sampai Lia dengan struktur gumpal
bersudut sedang konsistensinya adalah gembur sampai Teguh kandungan bahan organik
umumnya rendah sampai sangat rendah reaksi tanah PH sekitar 6 sampai 7,5 kadar unsur
hara yang terkandung umumnya tinggi tetapi banyak tergantung pada bahan induknya
permeabilitasnya adalah sedang air pada tanah ini kadang-kadang merupakan faktor
pembatas kepekaan terhadap bahaya Erosi adalah sedang sampai besar.

1. Pengaruh Suhu
Suhu mempengaruhi keadaan bakteri, bakteri mampu hidup sesuai kemampuan
pada suhu tertentu. Peran suhu sangat penting dalam mengatur jalannya reaksi
metabolisme bagi makhluk hidup, pertumbuhan bakteri  dipengaruhi oleh factor
lingkungan adapun klasifikasi bakteri berdasarkan suhunya seperti bakteri psikrofil yaitu
bakteri yang hidup dan tumbuh pada sekitar 0-30 ºC  dan pada suhu optimum yaitu 15ºC,
contoh bakteri gallionella, bakteri mesofil yaitu bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 25-
37ºC dan suhu  tumbuh optimumnya adalah 32 ºC seperti bakteri mesophiles dan yang
terakhir bakteri termofil yaitu jenis bakteri yang mampu tumbuh pada suhu yang tinggi
(Arivo, 1961)
Namun, pertumbuhan mikroba ini tidak hanya dipengaruhi faktor lingkungan, tetapi juga
mempengaruhi keadaan lingkungan. Maka ukurannya yang sangat kecil (Pelczar dan
Chan, 2006). Bakteri dapat hidup pada daerah suhu antara 15-55°C. Suhu optimum bagi
bakteri yang pathogen bagi manusia adalah 37°C. Bakteri E. Coli memerlukan suhu
optimum sebesar 37°C untuk pertumbuhan, namun bakteri ini juga dapat tumbuh pada
kisaran suhu 15 – 45°C (ahmad, 2015). 
Menurut Elias et al., (2014), temperatur merupakan faktor fisik yang berpengaruh pada
laju pertumbuhan melalui pengaruhnya diantaranya terhadap reaksi kimia dan stabilitas
struktur molekul protein . Pada suhu 37°C bakteri dapat beradaptasi untuk hidup dan
tumbuh. Reaksi kimia akan meningkat dengan meningkatnya temperatur, karena
peningkatan temperatur menyebabkan peningkatan energi kinetik reaktan Suhu sangat
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan mikroba, Setiap mikroba termasuk bakteri
mempunyai temperatur optimum, maksimum, danminimum untuk pertumbuhannya..
2. Pengaruh Oligodinamik

Fungsi logam berat adalah sebagai antimikroba karena dapat mempresipitasikan


enzim atau protein esensil dalam sel. Tetapi garam dari logam berat ini mudah merusak
kulit, merusak alat yang terbuat dari logam, Oligodinamik adalah daya hambat atau
kemampuan mematikan dari logam terhadap makhluk hidup, sehingga variasi yang
diberikan pada uji ini adalah logam. Logam yang digunakan adalah uang logam
(ADITIA, 2014)
Azotobacter memiliki kemampuan resistensi terhadap PbCl2 karena memiliki gen
resisten terhadap logam timbal. Gen resisten terhadap logam berat ini terdapat pada
plasmid dan kromosom bakteri. Gen yang mengatur resistensi terhadap logam timbal
adalah gen pbr operon yang terdiri dari A,B,C, dan D. Gen-gen ini menyandi protein
struktural dan enzimatis yang berfungsi untuk proses bioakumulasi dan biosorpsi logam
berat (Arinda, et al., 2013). Mekanisme resistensi Azotobacter terhadap logam timbal
secara ekstraselular diperankan oleh Eksopolisakarida. Eksopolisakarida (EPS) memiliki
sifat mengikat polutan logam (Janecka et al., 2002). Polimer ini larut di dalam air, diikat
lemah oleh matriks tanah, dan setelah mengadsorpsi logam tidak mudah dimineralisasi
sehingga berpotensi meremoval logam di dalam tanah. Alginat, merupakan jenis EPS
yang dihasilkan Azotobacter. Alginat dari Azotobacter mampu meremoval logam toksik
seperti Cd2+, Cu2+, Pb2+, Zn2+ (Rasoluv et al., 2013)

3. Rekalsitran
Pada umumnya bahan polutan umumnya adalah senyawa xenobiotik dari
produk industri kimia sintetik dengan komponen-komponen structural tidak alamiah yang
merupakan kimia anthropogenik. Xenobiotik mempunyai ciri heteroatom (yaitu oksigen,
nitrogen, sulfur) dalam kerangka karbon, substituen halogen, bercabang, atau struktur
polimerik. Struktur xenobiotik memiliki ciri kombinasi elemen struktural yang diperoleh
melalui proses anthropogenik. Senyawa-senyawa xenobiotic bersifat rekalsitran atau
resisten terhadap biodegradasi seperti yang ditunjukkan oleh senyawa alamiah seperti
lignin dan asam humat dan beberapa komponen minyak bumi (Yuniarti, Cinta, &
Ginting, 2005)
Jasad renik yang dipindahkan ke dalam suatu medium, mula-mula akan
mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan substrat dan kondisi lingkungan di
sekitarnya. Pertumbuhan bakteri yang mengalami penurunan diduga karena sumber
bahan makanan yang berasal dari komposisi deterjen berkurang, dan sudah dimanfaatkan
oleh bakteri. Bakteri saling berkompetisi untuk memperoleh makanan, sehingga bakteri
yang bisa hidup adalah yang mampu bersaing.
Penurunan persentasi pertumbuhan yang terjadi pada saat penelitian disebabkan
karena aktivitas dari bakteri pengurai, dimana bakteri mampu menguraikan gugus rantai
deterjen menjadi senyawa yang lebih sederhana. Penurunan persentasi pertumbuhan pada
bakteri ini juga diduga ada kaitannya dengan kadar deterjen yang semakin menurun.
Pengaruh perlakuan terhadap populasi Azotobacter Pemberian pupuk kandang
tidak berpengaruh nyata terhadap populasi Azotobacter, sedangkan pemberian pupuk
buatan secara nyata meningkatkan Azotobacter. Azotobacter merupakan bakteri
pemfiksasi nitrogen heterotrof yang hidup bebas dan banyak ditemukan pada tanah yang
asam menuju netral. Pemupukan dengan NPK dapat meningkatkan Azotobacter, tetapi
apabila dilakukan pemupukan dengan pupuk anorganik secara terus-menerus akan
menurunkan tingkat kesuburan tanah, karena unsur K merupakan salah satu unsur hara
yang mudah tercuci, sehingga tanah akan kekurangan unsur K yang dapat menurunkan
kesuburan tanah. Azotobacter mempunyai pengaruh yang menguntungkan dalam tingkat
perkembangan biji, pertumbuhan tanaman, tegakan tanaman dan pertumbuhan vegetatif.
Sehingga dengan peningkatan Azotobacter, dapat meningkatkan hasil tanaman budidaya
(Rao 1994).
Dampak pestisida terhadap kehidupan mikroflora adalah bervariasi yang
disebabkan karena perbedaan tipe tanah dan juga terkait dengan kompleksitas kelompok
mikroflora yang terkandung di dalamnya. Beberapa kelompok mikroba tertentu memiliki
respon positif terhadap kehadiran pestisida karena dapat memanfaatkannya sebagai
sumber karbon, namun sementara kelompok lainnya menjadi tidak dapat berkembang dan
bahkan mungkin dalam kurun waktu yang lama akan tertekan oleh keberadaan pestisida
yang akhirnya menjadi punah dari lingkungannya.
VII. KESIMPULAN

Pada praktikum ini bahwa suhu dan lingkungan sangat mempengaruh


dalam proses pertumbuhan bakteri E.coli dalam suhu ruang maupun dalam refrigerator.
Serta dapat mengetahui bahwa bakteri E.coli lebih rentan terhadap logam karena logam
dapat mempresipitasikan enzim-enzim atau protein esensial dalam sel sehingga
mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Dan pada rekalsitran
dapat diketahui bahwa pestisida sangat kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri
E.coli dan urea sangat lemah untuk menghambat pertumbuhan E.coli.Pada pengamatan
yang dilakukan tanah mediteran tidak terlalu banyak ditemukan bakteri seperti pada tanah
yang ketiga lainnya.

REFERENSI :

Naufalin, R., Jenie, B. S. L., Kusnandar, F., Sudarwanto, M., & Rukmini, H. S.
(2006). Pengaruh pH, NaCl dan pemanasan terhadap stabilitas antibakteri bunga
kecombrang dan aplikasinya pada daging sapi giling. In Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan (Vol. 17, Issue 3, pp. 197–203).

Finata, R. P., Rudyanto, M. D., & Suarjana, I. G. K. (2015). Pengaruh Lama


Penyimpanan Pada Suhu Kamar Telur Itik Segar Dan Telur Yang Mengalami
Pengasinan Ditinjau Dari Jumlah Eschericia coli. Buletin Veteriner Udayana, 7(1),
41–47.

Arivo, D., & Annissatussholeh, N. (2017). Pengaruh Tekanan Osmotik pH, dan
Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan
Kesehatan, 4(3), 153–160.

Mujiyati, & Supriyadi. (2009). Pengaruh pupuk kandang dan NPK terhadap populasi
bakteri Azotobacter dan Azospirillum dalam tanah pada budidaya cabai (Capsicum
annum). Nusantara Bioscience, 1(1), 59–64.

Mulyanto, B. S. (2013). Kajian Rekomendasi Pemupukan Berbagai Jeis Tanah


Pada Tanaman Jagung, Padi dan Ketela Pohon Di Kabupaten Wonogiri.
Yogyakarta, 21 April 2021
Asisten Praktikan

( Diah Dwi Astanti ) ( Salma Hana Faizah )

Anda mungkin juga menyukai