Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TANAH

FakultasPertanian UMY
Semester GenapTahun 2019/2020

ACARA III
PENGARUH FAKTOR EKOLOGI, OLIGODINAMIK DAN
REKALSITRAN

I. IDENTITAS MAHASISWA
Nama : Rinaldi Azhari Komendangi
No. Mhs : 20200210061
Hari : Selasa
Tanggal : 13 April 2021
Asisten : Aulia Rahmah

II. TUJUAN
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor ekologi, Oligodinamik dan
Rekalsitran terhadap pertumbuhan mikrobia

III. PERLENGKAPAN

Alat Bahan
 Mikropipet  Media NA
 TIP 1 ml  Deterjen
 TIP 0,1 ml  Pestisida
 Petridis  Pupuk
 Drigalski  Bakteri Escherichia coli
 Koin
 Kertas saring (ukuran 1,25 cm)
 Pinset
 Label
 Alat tulis

IV. CARA KERJA :


V. HASIL PENGAMATAN
Macam Perlakuan Pertumbuhan Keterangan
E.coli
1. Suhu 4 0C (-) Tidak tumbuh

Ruang (+++) Tumbuh banyak

2. Oligodinamik Koin Diameter Hambatan Sangat lebar


logam 4 cm hambatannya,
Tembaga berarti banyak yang
terbunuh
3. Relaksitran Diameter Hambatan

Pestisida 9 mm Banyak terbunuh

Urea 2 mm Sedikit menghambat

Deterjen 5 mm Cukup terbunuh

Chlorine 4 mm Cukup terbunuh

VI. PEMBAHASAN

Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi


oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Sifat–sifat fisik, kimia dan struktur
makanan yang mempengaruhi populasi dan pertumbuhan mikroorganisme
adalah faktor intrinsik. Faktor–faktor tersebut adalah pH, air, potensi oksidasi –
reduksi, kandungan nutrisi senyawa mikroba dan struktuk biologi (Waluyo,
2007).
Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai
untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan
pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam
persyaratan nutrisinya tetapi menunjukkan respon yang menunjukkan respon
yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba diperlukan
suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai (Pelczar, M.J.,
1988). Praktikum yang dilakukan pada kali ini yaitu untuk mengetahui faktor-
faktor Ekologi, Oligodinamik dan Rekalsitran pada pertumbuhan dan
perkembangan mikrobia.
1. Pengaruh Suhu

Temperatur merupakan faktor yang penting. Beberapa mikroba dapat


hidup pada daerah temperatur luas, sedang, dan jenis lainnya. Namun,
umumnya mikroba dapat hidup dengan batas temperatur biologi kehidupan
mikroba antara 0ºC–90ºC. Pada setiap bakteri memliki temperatur minimum,
temperatur optimum dan temperatur maksimum. Temperatur maksimum
merupakan temperatur terendah bagi mikroba untuk dapat melakukan kegiatan
hidupnya. Temperatur optimum merupakan temperatur terbaik bagi mikroba
untuk melakukan kegiatan hidupnnya. Temperatur maksimum merupakan
temperatur tertinggi bagi mikroba untuk dapat melakukan kegiatan hidupnya
(Radji, 2002)
Pada acara praktikum yang dilakukan, yaitu melakukan pengujian suhu
terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Dengan pemberian media NA
pada petridis, bakteri yang diisolasi kemudian diambil menggunakan mikropipet
dengan TIP berukuran 0,1 ml dan diratakan dengan drigalski yang sudah di
sterilisasi bakar menggunakan lampu bunsen. Setelah itu bakteri disimpan pada
suhu 4ºC dan pada suhu ruang yang optimal 37ºC.
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa pada suhu 4ºC,
bakteri Escherichia coli tidak tumbuh. Akan tetapi, pada suhu ruang yang optimal
bakteri dapat tumbuh banyak. Menurut Knob & Carmona (2008), suhu sangat
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan mikrobia, kecepatan sintesis enzim dan
kecepatan inaktivasi. Setiap mikrobia termasuk bakteri mempunyai suhu
optimum, maksimum dan minimum untuk pertumbuhannya. Jika suhu
lingkungan lebih kecil dari suhu minimum atau lebih besar dari suhu maksimum
pertumbuhannya maka aktivitas enzim akan terhenti, bahkan pada suhu yang
terlalu tinggi akan terjadi denaturasi enzim

2. Pengaruh Oligodinamik
Logam berat berfungsi sebagai antimikroba oleh karena dapat
mempresipitasikan enzim - enzim atau protein esensial dalam sel. Logam-logam
berat yang umum dipakai adalah Hg, Ag, As, Zn dan Cu. Daya antimikroba dari
logam berat, dimana pada konsentrasi yang kecil saja dapat membunuh mikroba
dinamakan daya oligodinamik. Tetapi garam dari logam berat ini mudah merusak
kulit, merusak alat - alat yang terbuat dari logam, dan harganya mahal
(Dwidjoseputro, 1998)
Daya ini timbul karena logam dapat mempresipitasikan enzim-enzim atau
protein esensial dalam sel. Logam berat yang umum dipakai adalah Hg, Ag, As,
Zn, dan Cu. Menurut Suharni, T (2005), Daya oligodinamik disebabkan oleh ion-
ion logam bereaksi dengan bagian-bagian penting dalam sel. Pengujian ini
dilakukan dengan menanamkan media NA dalam petridis dan memberikan koin
logam tembaga (Cu) yang sudah di sterilisasi menggunakan alkohol 70%.
Adapun bakteri yang digunakan yaitu Bacillus thurngiensis yang sudah diisolasi.
Setelah dilakukan pengujian, bakteri kemudian di inkubasi pada suhu ruang yang
optimal selama 48 jam.
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa pada petridis yang
sudah diisi dengan koin, terdapat diameter hambatan berukuran 4 cm. Hal ini
mengindikasikan bahwa tidak terjadi pertumbuhan. Hasil yang diperoleh ini
sesuai dengan teori Talaro (1999). Bakteri Escherichia coli rentan terhadap
logam Cu, karena mekanisme dari ion logam Cu2+ adalah bersifat korosif dan
akan berikatan dengan enzim sulfihidril. Enzim sulfihidril berperan dalam proses
metabolisme mikrobia. Pengikatan gugus sulfhidril oleh Cu2+ akan menyebabkan
enzim yang mengandung gugus sulfhidril inaktif dan proses metabolisme menjadi
terganggu yang dapat menyebabkan kematian pada bakteri (Talaro, 1999)

3. Rekalsitran
Kemajuan industri telah menciptakan sebagian besar senyawa toksik ke
lingkungan dan menyebabkan pencemaran luas pada tanah dan air. Herbisida,
insektisida, dan pupuk kimia sintetik yang digunakan dalam aktivitas pertanian,
serta bahan kimia sintetik lainnya seperti bahan sisa pembuatan plastik,
pewarna, pigmen, pelarut, obat-obatan, senyawa hidraulik, retradan api,
senyawa-senyawa berhalogen yang dihasilkan melalui aktivitas industri, secara
sengaja atau tidak sengaja dilepaskan ke lingkungan dan mengubah proses-
proses dan kondisi (ekosistem) lingkungan sehingga menciptakan situs
pencemaran yang membahayakan flora dan fauna karena dapat terjadi
akumulasi senyawa toksik pada rantai makanan dan menimbulkan berbagai
masalah kesehatan akut dan kronis pada manusia.
Senyawa-senyawa tersebut bersifat rekalsitran, yang artinya sulit
mengalami perombakan di alam, baik di air maupun di darat. Senyawa-senyawa
xenobiotik bersifat rekalsitran atau resisten terhadap biodegradasi seperti yang
ditunjukkan oleh senyawa alamiah seperti lignin dan asam humat. Pada
pengujian rekalsitran, dilakukan menyiapkan biakan dalam petridish, kemudian
dilarutkan 1 ose biakan murni E. coli secara inokulasi permukaan. Setelah padat
dan dingin, letakkan secara aseptik 3 kertas filter yang masing-masing telah
dicelupkan dalam larutan Pestisida, Pupuk Urea, Deterjen dan Chlorine diatas
Medium Agar (jarak kertas filter paling sedikit 10 mm dari tepi petridish).
Dilanjutkan dengan menginkubasi pada temperatur 37ºC selama 48 jam.
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa rekalsitran perlakuan
pestisida menunjukan adanya diameter hambatan yang berukuran 9 mm. Hal ini
menyebabkan banyak bakteri yang terbunuh. Pestida memiliki ikatan kimia yang
sulit didegradasi atau disebut sebagai unsur rekalsitran yang dapat berpotensi
menjadi bahan pencemar. Proses degradasi difasilitasi oleh adanya enzim
fungsional yang dimiliki bakteri. Namun, pestisida sebagai komponen asing di
lingkungan justru dapat menimbulkan instabilitas terhadap pertumbuhan enzim
(Rohyani & Fibrianti, 2014)
Pada perlakuan urea, diperoleh hasil yang menunjukan adanya diameter
hambatan sebesar 2 mm yang hanya sedikit menghambat pertumbuhan bakteri.
Escherichia coli dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan sifat sifik dan
unsur senyawa perlakuan urea.
Selanjutnya pada uji rekalsitran dengan perlakuan deterjen diperoleh data
bahwa terdapat diameter hambatan yang berukuran ukuran 5 mm. Hal ini
mengindikasikan bahwa banyak mikroba yang cukup terbunuh dari perlakuan
tersebut. Ini sesuai dengan teori Okmen, G (2008) yang menyatakan bahwa
senyawa klorin yang paling aktif adalah dalam bentuk asam hipoklorit yang
diperoleh dari sodium hipoklorit dalam pemutih pakaian (deterjen), sehingga
mekanisme kerjanya yaitu dapat menghambat oksidasi glukosa dalam sel
mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam
metabolisme karbohidrat.
Pada pengujian Chlorine diperoleh data bahwa pada perkembangan
mikrobia bakteri terdapat diameter hambatan dengan ukuran 4 mm. Hal ini
mengindikasikan adanya persamaan dengan perlakuan deterjen pada mikrobia,
karena terdapat senyawa Klorin yang sama bereaksi menghambat oksidasi
glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim yang
terlibat dalam metabolisme karbohidrat (Okmen, G., Ceylan, O., Ugur, 2008)
VII. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


faktor abiotik meliputi faktor fisik dan kimia lingkungan. Pengaruh suhu bagi
pertumbuhan mikrobia yaitu suhu sangat berpengauh terhadap pertumbuhan
bakteri karena bakteri mampu hidup pada kondisi suhu tertentu, pengaruh logam
Cu dalam hal ini mampu merusak pertumbuhan bakteri karena bersifat toksis
terhadap mikrobia. Pengaruh rekalsitran pada mikrobia dapat menghambat
pertumbuhan mikrobia bahkan membunuh mikrobia.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. (1998). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan.


Knob, A., & Carmona, E. C. (2008). Xylanase Production by Penicillium
sclerotiorum and Its Characterization. World Applied Sciences Journal, 4(2),
277–283.
Okmen, G., Ceylan, O., Ugur, A. (2008). Isolation of Soil Streptomyces as Source
Antibiotics Active Against Antibiotic-resistant Bacteria. EurAsian Journal of
BioSciences, 2(9), 73–82.
Pelczar, M.J., E. C. S. C. (1988). Dasar-dasar Mikrobiologi. (p. 494). UI Press.
Radji, M. (2002). Mikrobiologi. EGC Jakarta.
Rohyani, D. Z., & Fibrianti, B. L. (2014). Isolasi Bakteri Indigenus yang Potensial
Sebagai Agen Biofertilizer Asal Tanah Gambut di Kawasan Zamrud dan
Taman Nasional Tesso Nilo, Riau. Jurnal Jom FMIPA, 1(2), 417–429.
Suharni, T. T., Nastiti, S. J., Soetarto, A. E. S. (2005). Mikrobiologi Umum.
Talaro, T. K. P. & A. (1999). Eschericia coli dalam Kehidupan Manusia. Jurnal
Biotrends, 4(1), 10–14.
Waluyo, L. (2007). Mikrobiologi Umum. UMM Press.
Yogyakarta, 13 April 2021
Asisten Praktikan

( Aulia Rahmah )
( Rinaldi Azhari Komendangi)

Anda mungkin juga menyukai