Anda di halaman 1dari 13

Makalah Pemuliaan Tanaman

Dosen Pengampuh : Dr. Ir. Syatrianti Andi Syaiful, MS.

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI DENGAN


CARA SELEKSI SILANG BALIK (BACK CROSS)

KELOMPOK 8
1. NURHALIZA AMIR (G011 18 1080)
2. MUH. ASWAD ASHAN (G011 18 1514)
3. AMELIA ICHA BUJANG (G011 18 1431)

KELAS PEMULIAAN TANAMAN G

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan
Makalah Pemuliaan Tanaman dengan Tema “Metode Pemuliaan Tanaman
Menyerbuk Sendiri Dengan Cara Seleksi Silang Balik (Back Cross)” sebagai
tugas kelompok mata kuliah Pemuliaan Tanaman Kelas G.
Akhir kata, kami memahami jika makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
maka kritik dan saran sangat dibutuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di
waktu mendatang. Makalah ini kami susun dari beberapa sumber yang didapatkan
dari internet. Sekian dan terimah kasih.

Makassar, 1 Oktober 2019

Kelompok 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seleksi merupakan bagian penting dari program pemuliaan tanaman untuk
memperbesar peluang mendapatkan genotipe yang unggul. Hal ini juga berlaku
untuk pemuliaan tanaman kedelai. Pengujian perlu dilakukan sebanyak mungkin
pada galur-galur kedelai terpilih sehingga didapatkan galur-galur kedelai yang
berdaya hasil tinggi (Pinaria et al., 1995). Seleksi berperan sangat penting dalam
keberhasilan pada kegiatan pemuliaan tanaman. Seleksi akan efektif jika populasi
tersebut mempunyai keragaman genetik yang luas dan heritabilitas yang tinggi.
Heritabilitas yang tinggi dapat diartikan penampilan fenotipik lebih dipengaruhi
oleh genetik dibandingkan pengaruh lingkungan. Seleksi pada karakter dengan
keragaman luas dan heritabilitas tinggi akan menghasilkan kemajuan seleksi atau
peningkatan nilai tengah setelah dilakukan seleksi. Metode seleksi digunakan
pada cara penyerbukan tanaman yang akan diseleksi yaitu tanaman menyerbuk
sendiri dan menyerbuk silang, namun metode seleksi menyerbuk sendiri
umumnya dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya seleksi massa
(Yunandra, 2017).
Pada program pemuliaan tanaman meyerbuk sendiri, secara konvensional
ada empat prosedur yang sering digunakan. Prosedur ini telah dibuktikan paling
sesuai dan memberi hasil cukup memuaskan. Keempat prosedur tersebut adalah
introduksi, seleksi parental, hibridasi yang dilanjutkan dengan seleksi. Introduksi
adalah perpindahan plasma nutfah berupa benih dan bahan tanaman lainnya sari
suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain. Tujuan introduksi tanaman adalah
memperluas keragaman genetik di suatu daerah (negara) sebagai tahap awal
program pemuliaan tanaman untuk merakit varietas unggul tanaman-tanaman
penting (Utomo, 2015).
Metode silang balik digunak untuk memperbaiki varuetas yang sudah
mempunyai karakter agronomi dan adaptasi yang baik, tetapi kurang baik pada
satu atau beberapa karakter saja. Metode silang balik adalah menyilangkan
kembali turunannnya dengan salah satu tetuanya (tetua recurrent) selama beberapa
generasi untuk memudahkan gen dari tetua donor ke tetua recurrent (penerima)
(Syukur et al., 2018).
Berdasarkan jenis seleksi menyerbuk sendiri pada pemuliaan tanaman, yang
akan dijabarkan dalam makalah ini mengenai ukuran metode seleksi menyerbuk
sendiri secara silang balik (back cross).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka akan dibahas
rumusan masalah sebagai berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan seleksi silang balik?
b. Apa kegunaan seleksi silang balik pada tanaman?
c. Bagaimana tahapan seleksi silang balik pada tanaman?
d. Apakah kekurangan dan kelebihan dari metode seleksi silang balik bagi
tanaman?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini:
a. Memahami definisi seleksi silang balik.
b. Mengetahui kegunaan seleksi silang balik pada tanaman.
c. Mendekskripsikan tahapan seleksi silang balik pada tanaman?
d. Memahami kekurangan dan kelebihan dari metode seleksi silang balik bagi
tanaman?

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah pembaca dapat mempelajari dan
memahami bagaimana metode pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dengan cara
seleksi silang balik (back cross).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN

2.1 Seleksi Silang Balik


Metode silang balik adalah menyilangkan kembali keturunannya dengan
salah satu tetuanya (tetua recurrent) selama beberapa generasi untuk
memindahkan gen dari tetua donor ke tetua recurrent (penerima). Prinsipnya
antara lain: 1) tersedianya tetua recurrent dengan sifat agronomi baik; 2)
tersedianya tetua donor yang membawa gen yang diinginkan; 3) sifat yang
dipindahkan dari donor dapat dipertahankan pada tetua penerima setelah beberapa
kali silang baik; 4) untuk mempertahankan sifat-sifat baik pada tetua penerima,
diperlukan beberapa kali silang balik; 5) untuk memindahkan gen dominan dan
karakter terekspresi sebelum pembungaan, seleksi dapat dilakukan langsung pada
hasil silang balik; 6) untuk memindahkan gen resesif, seleksi dilakukan pada
turunan hasil silang balik (Syukur et al., 2012).
Metode Back Cross adalah metode seleksi yang dilakukan dengan
menyilangkan genotipe F1 dengan salah satu tetuanya. Metode Back Cross
melibatkan tetua persilangan yaitu tetua yang ingin diperbaiki (recurrent parent)
dan tetua yang digunakan sebagai sumber gen yang akan dimasukkan ke dalam
tetua yang ingin diperbaiki (donor parent) (Chahal dan Gosal, 2003).

2.2 Kegunaan Seleksi Silang Balik


Metode silang balik (back cross) merupakan prosedur yang digunakan untuk
memperbaiki galur yang sudah ada tetapi perlu ditambah karakter yang lain, Galur
yang hendak diperbaiki yaitu tetua pengulang (recurrent parent) karakter-
karakternya tetap dipertahankan kecuali karakter yang hendak diintrogressikan
dari tetua donor. Galur A (tetua pengulang) disilangkan dengan galur donor X,
selanjutnya F1 atau F2 disilangkan kembali dengan galur A. Dengan beberapa
silang balik dengan galur A akan diperoleh galur A yang karakternya sama dengan
galur tetapi mengandung gen yang diinginkan yang berasal dari galur X. Dalam
silang balik harus jelas karakter yang diinginkan sehingga dapat diikuti selama
proses seleksi (Wahyu et al, 2014).
Back cross (silang balik berulang) adalah metode pemuliaan yang biasa
digunakan untuk mentransfer alel pada satu atau lebih lokus dari tetua donor ke
tetua pengulang. Diharapkan tetua pengulang atau recurrent parent (RP) terjadi
pemulihan genom dengan tingkat 99,2% setelah silang balik ke enam. Proporsi
genom RP pulih pada tingkat 1- (1/2) t + 1 untuk masing-masing generasi silang
balik. Namun, setiap keturunan silang balik tertentu (BC3 atau BC2), akan ada
yang menyimpang selama penyilangan sehingga mengakibatkan peluang besar
untuk mendapatkan hasil yang diharapkan yang tidak mungkin untuk mendeteksi
fenotip. Misalnya, dalam populasi BC1, secara teoritis persentase rata-rata genom
RP adalah 75% untuk seluruh tanaman, tetapi beberapa tanaman akan memiliki
lebih atau kurang dari genom RP daripada yang lain. Tanaman yang mengandung
RP genom tertinggi yang akan dipilih pada tahap tersebut. Metode silang balik
akan mudah dan berhasil dijalankan dengan baik apabila sifat atau karakter yang
akan ditambahkan mudah diwariskan, bersifat dominan, dan mudah dikenali pada
tanaman hasil persilangan (Hasan, et al., 2015)
2.3 Tahapan Seleksi Silang Balik
Menurut Syukur et al., (2018), pada metode silang balik terdapat dua
tahapan yaitu prosedur metode silang balik untuk gen dominan dan metode silang
balik untuk gen resesif. Tahapan metode silang balik adalah sebagai berikut :
a. Gen Dominan
Contoh : resistensi penyakit pada tanamand. Karakter resisten dikendalikan
oleh gen dominant (R-), karakter peka dikendalikan oleh gen resesif (rr).

1. Langkah pertama dilakukan persilangan antara tetua recurrent peka (tetua A


bergenotipe rr) sebagai betina dan tetua donor resisten (tetua B bergenotipe
RR) sebagai jantan diperoleh tanaman F1 (Rr).
2. Tanaman F1 disilangkan dengan tetua recurrent (tetua A) sehingga diperoleh
BC1F1. Populasi ini mengandung 50% Rr (tahan) : 50% rr (rentan), dengan
frekuensi gen tetua 75% A dan 25% B.
3. Selanjutnya tanaman BC1F1 divaluasi dengan cara membuang tanaman peka
(rr).
4. Tanaman BC1F1 yang tahan (Rr) disilangkan dengan tetua recurrent (rr) untuk
mendapatkan BC2F1. Populasi ini mengandung 50% Rr (tahan) : 50% rr
(rentan), dengan frekuensi gen tetua 87,5% A dan 12,5% B.
5. Silang balik dan seleksi dilanjut sampai BC4. Tanaman BC4F1 diseleksi,
tanaman yang tahan (Rr) di-selfing untuk mendapatkan BC4F2. Tanaman
BC4F1 mempunyai frekuensi gen tetua sebesar 96,875% A dan 3,125% B.
6. Populasi BC4F2 dievaluasi karena merupakan hasil selfing tanaman tahan yang
bergenotipe Rr maka populasi ini mengandung 25% RR, 50% Rr, 25% rr.
Tanaman yang peka (rr) dibuang, sedangkan yang tahan (RR atau Rr) di-selfing
kembali. Tanaman yang turunannya masih mengalami segregasi dibuang,
sedangkan tanaman yang turunannya tidak mengalami segregasi (RR)
dievaluasi lebih lanjut terhadap karakter lainnya.
b. Gen Resesif
Contoh : resistensi penyakit pada tanaman. Karakter resisten dikendalikan
oleh gen resesif (rr), karakter peka dikendalikan oleh gen dominant (R-).
1. Langkah pertama adalah dilakukan persilangan antara tetua recurrent peka
(tetua A bergenotipe RR) sebagai jantan diperoleh tanaman F1 (Rr).
2. Tanaman F1 disilangkan dengan tetua recurrent (tetua A) sehingga diperoleh
BC1F1. Populasi ini mengandung 50% Rr (rentan) : 50% RR (rentan), dengan
frekuensi gen tetua 75% A dan 25% B. Populasi ini tidak dapat dievaluasi
ketahanannya karena tidak ada fenotipe tanaman tahan (tanaman tahan
mempunyai fenotipe rr).
3. Tanaman BC1F1 (yang mempunyai genotipe RR atau Rr) di-selfing. Turunan
hasil selfing (BC1F2) akan mempunyai dua tipe, yang berasal dari individu RR
dan Rr. Individu RR jika di-selfing akan menghasilkan turunan RR, sedangkan
individu Rr menghasilkan turunan 25% RR, 50% Rr, dan 25% rr. BC1F2
dievaluasi ketahanannya, individu tahan (rr) dilanjutkan ke prosedur 5.
4. Tanaman yang tahan (rr) disilangkan dengan tetua recurrent (RR) untuk
mendapatkan BC2F1. Populasi ini mempunyai 100% Rr (rentan), dengan
frekuensi gen tetua 87,5% A dan 12,5% B.
5. Silang balik dan uji progeni dilakukan sampai BC4F1. Tanaman BC4F1 (RR
atau Rr) di-selfing untuk mendapatkan tanaman resisten (rr). Perbedaan metode
ini dengan metode silang balik untuk gen dominan adalah pada metode ini
dilakukan dua kali silang balik dan satu kali selfing.
Terdapat 2 tipe seleksi yang dikenal pada tahapan silang balik yaitu seleksi
foreground dan background (Hospital, 2003). Seleksi foreground untuk
menseleksi individu tanaman yang mengandung alel donor pada lokus target.
Tujuannya menjaga lokus target dalam keadaan heterozigot (gabungan alel dari
donor dan recurrent parent). Sampai dengan tahap akhir backcrossing, tanaman
kemudian diselfing pada kondisi homozigot dari donor. Sedangkan seleksi
background yaitu mendeteksi alel-alel dari recurrent parent di seluruh genom
(Lukman, 2013).
Pada penelitian Aristya, et al (2013) Tanaman melon indukan PI 371795
(tahan terhadap powdery mildew) dengan indukan Action 434 menghasilkan
tanaman melon Tacapa. Buah melon Tacapa yang memiliki karakter fenotip
bentuk buah elliptical, warna kulit buah hijau, warna daging buah kuning,
net/jaring jelas dan kuat, memiliki rasa manis, tahan terhadap penyakit powdery
mildew dan mampu ditanam pada kondisi cuaca yang tidak menentu. Pada tahun
2012 telah dirakit generasi baru Tacapa yaitu TP hasil persilangan backcross untuk
mengetahui pewarisan gen ketahanan penyakit powdery mildew pada keturunan
Tacapa. Dengan menggunakan MAB pewarisan gen ketahanan penyakit powdery
mildew generasi Tacapa diketahui. Gen ketahanan terhadap powdery mildew (Pm-
W) diwariskan dari tetua (PI 371795) kepada generasi keturunannya yaitu Tacapa
dan hasil persilangan backcross yaitu TP. Selain pada melon, tanaman padi juga
berhasil diidentifikasi (gen yang disisipi) setelah persilangan dengan metode
backros.
Hal ini juga didukung oleh penelitian Seno et al., (2011) berdasarkan hasil-
hasil percobaan yang telah Introgresi gen aroma (badh2 termutasi) dari donor
(Pandan Wangi) ke host (Ciherang) dapat teridentifikasi dengan marka (MAB).
Keberhasilan introgresi atau pembentukan progeny persilangan (Fl) dan backcross
(BC1Fl,BC2F1, dan BC3Fl) terlihat dari munculnya pita heterozygot pada sampel
progeni persilangan atau backcross.

2.4 Kelebihan dan Kelemahan Seleksi Silang Balik


Kelebihan metode silang balik yaitu mempunyai tigkat konrol genetic yang
tinggi, sifat yang akan diperbaiki dapat diterangkan sebelum metode diterapkan,
varietas yang sama dapat dibentuk lagi, pengujian berlanjut tidak dilakukan
karena varietas yang dipilih mempunyai potensi tinggi, masalah genetik dan
lingkungan dapat dikurangi, serta intensitas sifat yang dipindahkan tidak berubah.
Sedangkan kelemahannya adalah jumlah sifat terbatas, tidak cocok untuk sifat
kuantitatif yang mempunyai heritabilitas rendah, sulit diterapkan pada tanaman
menyerbuk silang, selain itu jika gen yang diinginkan terpaut dengan gen sifat
yang tidak diinginkan maka sulit membuang gen tersebut (Syukur et al, 2015).
Kelemahan silang balik dengan gen yang diinginkan terpaut dengan gen
sifat yang tidak diinginkan sering terjadi pada metode silang balik secara
konvensional. Hal ini sulit dilakukan karena dapat terjadi linkage (pewarisan alel
donor ), untuk menghindari hal tersebut drag pada seleksi secara konvensional,
dibutuhkan 100 generasi silang balik. Sehingga diperlukan penanda gen agar
mudah mengeliminasi gen yang tidak diinginkan oleh pemulia tanaman seperti
menggunakan marka yaitu Marker-assisted backcrossing (MABC) sebagai alat
bantu seleksi dan memerlukan silang balik hanya pada beberapa generasi.
Penanda molekuler efektif membantu untuk keperluan seleksi silang balik dengan
cara menseleksi alel-alel target yang efeknya sulit untuk pengamatan secara
fenotipik (Young dan Tanskley, 1989 dalam Lukman, 2013).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Metode silang balik adalah menyilangkan kembali keturunannya dengan salah
satu tetuanya (tetua recurrent) selama beberapa generasi untuk memindahkan
gen dari tetua donor ke tetua recurrent (penerima).
2. Kegunaan metode silang balik adalah untuk membuat atau mengembangkan
galur-galur isogenik, contohnya dapat dibuat galur steril jantan dan fertil
(mandul jantan sitoplasmatik, genik) yang mempunyai sifat unggul untuk
keperluan pembentukan hibrida.
3. Pada metode silang balik terdapat dua tahapan yaitu prosedur metode silang
balik untuk gen dominan dan metode silang balik untuk gen resesif.
4. Kelebihan metode silang balik yaitu varietas yang sama dapat dibentuk lagi
untuk yang kedua kali dengan urutan yang sama dan tidak perlu pengujian hasil
Yang ekstensif karena sudah diketahui bahwa varietas yang akan diperbaiki
sudah mempunyai potensi hasil tinggi, sedangkan kelemahannya yaitu jumlah
sifat yang diperbaiki terbatas, tidak bisa memperbaiki beberapa sifat sekaligus.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari penulis makalah ini yaitu
pelajari ilmu pertanian dengan sungguh-sungguh dan amalkan ilmu sebagai salah
satu proses pembelajaran dan bentuk kontribusi pada masyarakat sehingga kelak
dapat menjadi generasi unggul dalam menggalakkan pertanian untuk kemajuan
bangsa dan bentuk syukur atas ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
DAFTAR PUSTAKA

Aristya, G. R., A. Agriansyah., B. S. Daryono. 2013. Deteksi dan skrining


pewarisan sifat ketahanan penyakit powdery Mildew pada generasi
backcross tanaman melon (Cucumis melo L.) VAR.TACAPA. Universitas
Gajah Mada. pp 294-300.
Hasan, M.M., M.Y. Rafii., M.R. Ismail, M. Mahmood, H.A. Rahim, Md.A.
Alam, Sashkani, Md.A. Malek., and M.A. Latif . 2015. Marker-Assisted
Backcrossing: A Useful Method For Rice Improvement. Biotechnol Equip.
29(2): 237–254.
Lukman, R., A. Afifuddin., dan Hoerussalam. 2013. Pemanfaatan teknologi
molecular breeding dalam pemuliaan ketahanan tanaman terhadap hama dan
penyakit. J. AGROTEKNOS. 3 (2):101-108.
Seno, D.S.H., A.E.Z. HasaN., T.J. Santoso., B. Kusbiantoro., Z. Alim Mas'ud.
2011. Identifikasi gen aroma pada progeni-progeni backcross antara varietas
ciherang dengan pandan wangi. J. llmu Pertanian Indonesia, 16(2): 136-141.
Syukur, M., S. Sujiprihati., R. Yunianti. 2015. Teknik pemuliaan tanaman.
Penebar Swadaya. Bogor. 348 hlm.
Syukur, M., S. Sujiprihati., R. Yunianti. 2018. Teknik pemuliaan tanaman.
Penebar Swadaya. Bogor. 348 hlm.
Wahyu, G.A.S., W. Mangoendidjojo, P. Yudono, dan A. Kasno. Analisis nilai
tengah generasi untuk umur panen keturunan persilangan tiga varietas
kedelai. Penelitian pertanian tanaman pangan. 34(1): 37-41.

Anda mungkin juga menyukai