Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sistem pertanian berlanjut merupakan sistem pertanian yang layak secara
ekonomi dan ramah lingkungan. Pertanian berkelanjutan merupakan upaya
pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui dan sumberdaya tidak dapat
diperbaharui untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif
terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi :
penggunaan

sumberdaya,

kualitas

dan

kuantitas

produksi,

serta

kualitas

lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah


pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan sehingga dalam
pelaksanaannya akan mengarah kepada upaya memperoleh hasil produksi atau
produktifitas yang optimal dan tetap memprioritaskan kelestarian lingkungan.
Pada tingkat bentang lahan upaya pengelolaannya diarahkan pada upaya
menjaga kondisi biofisik yang bagus yaitu dengan pemanfaatan biodiversitas tanaman
pertanian untuk mempertahankan keberadaan polinator, pengendalian hama dan
penyakit dan mengupayakan kondisi hidrologi (kuantitas dankualitas air) menjadi
baik. terdapat berbagai macam penggunaan lahan yang tersebar di seluruh bentang
lahan, yang mana komposisi dan sebarannya beragam tergantung pada beberapa
faktor antara lain iklim, topografi, jenis tanah, vegetasi dan kebiasaan serta adat
istiadat masyarakat yang ada disekelilingnya.
Disini kita dapat mempelajari tentang beberapa indikator keberhasilan
Pertanian berlanjut baik dari segi biofisik (ekologi) terutama biodiversitas tanaman
yang ada pada bentang lahan tersebut. untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa
terhadap konsep dasar Pertanian Berlanjut di daerah Tropis dan pelaksanaannya di
tingkat lanskap.

1.2 Tujuan
- Untuk dapat memahami macam-macam tutupan lahan, sebaran dan
-

interaksi antar tutupan lahan pertanian yang ada di suatu bentang lahan.
Untuk dapat memahami pengaruh pengelolaan lanskap Pertanian terhadap

tingkat biodiversitas.
Untuk mengetahui apakah pertanian di wilayah praktikum dapat dikatakan

berlanjut atau tidak dari segi biodiversitas.


Untuk syarat memenuhi tugas praktikum Pertanian Berlanjut.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keanekaragaman Hayati


a. Keanekaragaman hayati adalah variabilitas di antara makhluk hidup dari
semua sumber, termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan dan
ekosistem akuatik lain serta kompleks ekologik tempat hidup makhluk hidup
menjadi bagiannya. Hal ini meliputi keanekaragaman jenis, antar jenis dan
ekosistem (Driesche RG van. & Bellows Jr.TS, 1996).
b. Keanekaragaman hayati adalah ketersediaan keanekaragaman sumber daya
hayati berupa jenis maupun kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik
di dalam jenis), keanekaragaman antarjenis dan keanekaragaman ekosistem
(Sudarsono dkk, 2005).
c. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah semua kehidupan di atas
bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme serta berbagai
materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di
mana mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman
genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik
yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya(Wright, B. E,
2010).
d. Pengertian keanekaragaman hayati yang lebih mudah dari keanekaragaman
hayati adalah kelimpahan berbagai jenis sumberdaya alam hayati (tumbuhan
dan hewan) yang terdapat di muka bumi (Pakpahandan Mardiastuti, 1999).
2.2 Tingkatan Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di muka bumi,
mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang
mampu berpikir seperti manusia (Mochamad Indrawan, 2007).
Tingkatan Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
a. Keanekaragaman spesies

Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi,


termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak
(tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies
dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa
karakteristik penting berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara
morfologi, fisiologi atau biokimia. Definisi spesies secara morfologis ini yang
paling banyak digunakan oleh pada taksonom yang mengkhususkan diri untuk
mengklasifikasikan spesies dan mengidentifikasi spesimen yang belum
diketahui (Mochamad Indrawan, 2007).
b. Keanekaragaman genetik
Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik
di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara
individu-individu dalam satu populasi. Individu dalam satu populasi memiliki
perbedaan genetik antara satu dengan lainnya. Variasi genetik timbul karena
setiap individu mempunyai bentuk-bentuk gen yang khas. Variasi genetik
bertambah ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom
dari induknya melalui rekombinasi gen yang terjadi melalui reproduksi
seksual. Proses inilah yang meningkatkan potensi variasi genetik dengan
mengatur ulang alela secara acak sehingga timbul kombinasi yang berbedabeda (Mochamad Indrawan, 2007).
c. Keanekaragaman ekosistem
Keanekaragaman ekosistem merupakan komunitas biologi yang berbeda serta
asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing (Mochamad
Indrawan, 2007).
2. 3 Fungsi dan Manfaat Biodiversitas dalam Pertanian Berkelanjutan
Biodiversitas memiliki 2 fungsi utama yaitu fungsi produksi dan fungsi
pengendali (ESA 1997). Gaston (2004) membagi dua kelompok besar manfaat
biodiversitas bagi kehidupan manusia yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak
langsung. Hal ini apabila dikaitkan dengan fungsi biodiversitas, manfaat
langsung diperoleh dari kemampuan biodiversitas dalam menghasilkan barang

yang dimanfaatkan manusia sebagaimana fungsi produksi. Sedangkan manfaat


tidak langsung

misalnya diperoleh dalam siklus hara, mikroorganisme

memegang peranan penting dalam proses dekomposisi berbagai jasad makluk


hidup sehingga sehingga selain tidak menimbulkan penumpukan sampah, hal ini
juga mampu memulihkan kadar hara dalam tanah untuk dimanfaatkan tumbuhan.
2.4 Pertanian Berkelanjutan
Thrupp (1996) Pertanian Berkelanjutan sebagai praktek-praktek pertanian
yang secara ekologi layak, secara ekonomi menguntungkan, dan secara sosial
dapat dipertanggung-jawabkan, mampu mempertahankan produktivitas, dan
kemanfaatannya bagi masyarakat dalam waktu yang tidak terbatas. Pertanian
Berkelanjutan mengutamakan pengelolaan ekosistem pertanian yang mempunyai
diversitas atau keanekaragaman hayati tinggi. Menurut FAO Agricultural
Biodiversity meliputi variasi dan variabilitas tanaman, binatang dan jasad renik
yang diperlukan untuk mendukung fungsi-fungsi kunci ekosistem pertanian,
struktur dan prosesnya untuk memperkuat/ dan memberikan sokongan pada
produksi pangan dan keamanan pangan. (Ukabc, 2007) Ekosistem dengan
kenekaragaman tinggi lebih stabil dan tahan gocangan, risiko terjadinya kerugian
finansial lebih kecil, dapat mengurangi dampak bencana kekeringan dan banjir,
melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit dan kendala alam lainnya.
Diversifikasi juga dapat mengurangi cekaman ekonomi akibat peningkatan harga
pupuk, pestisida dan input input produksi lainnya. Ketahanan Pangan merupakan
salah satu tujuan utama Pertanian Berkelanjutan.

BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Tempat

: Desa Selorejo Kec Dau Kabupaten Malang

Waktu

: 15 November 2015

3.2 Alat dan Bahan


a. Alat
-

Gunting
Bambu
Tali Rafia
Kamera
Plastik 1kg
Alat Tulis
Penggaris

: untuk menggunting rafia


: untuk pasak rafia
: untuk membuat petak kuadrat
: untuk dokumentasi
: sebagai tempat gulma
: untuk mencatat hasil
: untuk mengukur d1 dan d2

Meteran

: untuk mengukur rafia

b. Bahan
-

Alkohol 70% : untuk mengawetkan gulma yang belum teridentifikasi

3.3 Langkah Kerja

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan


Membuat petak kuadrat dengan ukuran 1x1 m
Membuat jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis
Menentukan 5 (lima) titik pengambilan sampel pada masing-masing tutupan
lahan dalam hamparan lanskap secara acak (dengan melempar petak kuadrat
1x1m)
Foto petak kuadrat dengan kamera sehingga seluruh gulma didalam petak
kuadrat dapat terlihat jelas
Identifikasi gulma yang ada didalam petak kuadrat;
Hitung jumlah populasi gulma dan d1 (diameter tajuk terlebar) dan d2
(diameter tajuk yang tegak lurus d1)
Mengambil sempel gulma yang tidak diketahui, diberi alcohol 75% dan
dimasukkan ke dalam kantong plastik
Semua kantong plastik berisi sampel gulma diidentifikasi dengan
membandingkan dengan foto dari buku atau internet
Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan

a. Form pengamatan biodiversitas tanaman pangan dan tahunan


Informasi tutupan Lahan &
Jenis Lahan

Biodiversita

Tanaman dalam lanskap

s Tanaman

Luas

Jarak tanam

Populasi

Sebaran

Tegal

Jeruk

0,5 ha

4mx4m

313 tanaman

Sedang

Agroforestri

(Tahunan)

0,8 ha

3x3

889 tanaman

Sedang

Pinus

b. Form identifikasi dan analisis gulma hamparan 1


Gulma
Nama Lokal
Semanggi

Rumput teki

Urang aring

Jumlah Gulma Plot keNama


Ilmiah

rotundus L
Leucaena
sp

D2

Total

47

103

98

127

427

39

41

93

21

197

1,5

Marsilea sp 97
Cyperus

D1

c. Form identifikasi dan analisis gulma hamparan 2


Gulma
Nama Lokal

Nama Ilmiah

Jumlah Gulma Plot ke1

Total

D1

D2

Nama

Dokumentasi

Literatur

Lokal
Semanggi

(Anonymous a, 2015)
Teki

(Anonymous b,2015)
Urang
aring

(Anonymous c, 2015)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kondisi Umum Wilayah


Desa Selorejo merupakan desa yang berada di Kabupaten Malang
tepatnya di kecamatan DAU. Lokasi nya berada pada daerah Kabupaten
Malang bagian utara. Secara astronomis desa Selorejo terletak pada
75619.70 lintang selatan dan 1123246.65 bujur timur. Lokasinya lebih
kurang 17 km dari ibukota kabupaten dan 7 km dengan kota kecamatan
terdekat. Adapun batasbatas desa Selorejo adalah sebagai berikut.
Sebelah Barat

: Hutan

Sebelah Selatan

: Desa Petung Sewu

Sebelah Utara

: Desa Gading Kulon

Sebelah Timur : desa Tegal Weru


Berdasarkan keadaan di di desa Selorejo kini, luas wilayah untuk
pemukiman terdapat 39,5 ha, sedangkan untuk area pertanian terdapat sebesar
410,47 6 ha yang terdiri dari jenis tanah pertanian, ladang, serta tanaman
ternak. Luas area hutan sendiri 2068,1 ha yang tersebar mengelilingi desa
tersebut. Perkembangan selanjutnya yakni jumlah area luas dari bangunan
baik perkantoran maupun sarana rekreasi terdapat sejumlah 26, 6 ha.
Topografi desa Selorejo tergolong daerah dataran tinggi atau perbukitan
dengan luas perbukitan mencapai 333, 76 ha. Diperkirakan ketinggian desa ini
800 1200 dpl (dari permukaan laut) dikarenakan daerah ini merupakan
pegunungan. (Andri Beneditus dkk, 2012)
4.2.2 Biodiversitas Gulma
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa
jumlah populasi gulma cukup besar, namun umur gulma dan ukuran gulma
yang masih kecil tidak menyebabkan lahan tertutupi secara sempurna. Gulma
yang terdapat dalam area yang diamati antara lain teki, semanggi dan urang

aring. Semanggi adalah tanaman yang termasuk kedalam famili Marsiliaceae.


Deskripsi menurut buku flora (Steenis,dkk. 2005) ( terjemahan)) adalah
tumbuhan dengan daun berdiri sendiri atau dalam berkas, menjari berbilang 4,
tangkai daun panjang dan tegak, panjang 2-30 cm, anak daun menyilang,
berhadapan, berbentuk baji bulat telur, gundul atau hampir gundul, dengan
panjang 3-22 cm dan lebar 2-18 cm, urat daun rapat berbentuk kipas,
Rumput teki mempunyai tinggi sekitar 15-95 cm, batang segitiga.
Daun 4-10 helai terdapat pada pangkal batang membentuk roset akar, dengan
pelepah daun tertutup tanah. Helaian daun bangun pita, pertulangan daun
sejajar, tepi daun rata, permukaan atas berwarna hijau mengkilap dengan
panjang 10-60 cm, dan lebar 2-6 mm. Perbungaan majemuk berbentuk bulir
mempunyai 8-25 bunga yang berkumpul berbentuk payung, berwarna kuning
atau cokelat kuning. Umbi menjalar, berbentuk kerucut yang besar pada
pangkalnya, kadang-kadang melekuk, berwarna cokelat, berambut halus
berwarna cokelat atau cokelat kehitaman, keras, wangi dan panjang 1,5-4,5
cm dengan diameter 5-10 mm (Dalimartha, 2009). Tanaman ini biasanya
tumbuh liar di kebun, ladang ataupun tempat lain dengan ketinggian sampai
1000 m dari permukaan laut. Ciri khasnya terletak pada buah-buahnya yang
berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, Umbi-umbi ini biasanya
mengumpul berupa rumpun (Balasoka, 2012).
Semanggi dan teki tumbuh subur pada area perkebunan jeruk pada
area pengamatan. Karena teki mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
beradaptasi pada jenis tanaman yang beragam, dapat berkembang biak
dengan biji dan umbi. Umbi terbentuk setelah tiga minggu dari pertumbuhan
awal, selanjutnya membentuk rimpang dan umbi. Hal tersebut sesuai dengan
sifat dari famili Cyperaceae yang dapat tumbuh dalam kondisi yang ekstrim
karena termasuk gulma ganas. Akibatnya gulma tersebut dapat menguasai
ruang tempat tumbuh dan unggul dalam bersaing dengan tanaman pokok. Hal
ini sesuai dengan pendapat Le Roy G.Holm et al.,(1988), yang menyatakan

bahwa famili Cyperaceae termasuk gulma yang mempunyai kemampuan


adaptasi tinggi dan akar rimpang yang kuat. Menurut (Simanjuntak dalam
Lasmini dan Wahid, 2008) rumput teki (Cyperus rotundus) adalah gulma yang
paling berbahaya di dunia pertanian. Keberadaan rumput teki pada daerah
tersebut selalu menimbulkan dampak negatif yaitu berkurangnya hasil panen
dan produksi (Moenandir, 2010). Karena teki dapat membuat tanaman
keracunan akibat senyawa racunatau alelopati (Rukmana, dalam Muhabbibah,
2009).
Pada agroforestri pinus tidak ditemukian adanya gulma karena kondisi
tanah yang kering. Selain kondisi tanah yang kering, kondisi unsur hara yang
ada disana kemungkinan kecil. Pinus termasuk famili Pinaceae, mempunyai
sifat alami pioner yaitu dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur
seperti padang alang-alang (Khaerudin, 1999). Selain itu Serasah pinus akan
terdekomposisi secara alami dalamwaktu 8-9 tahun.Serasah pinus merupakan
serasah daun jarumyang mempunyai kandungan lignin dan ekstraktif tinggi
serta bersifat asam, sehingga sulit untuk dirombak oleh mikroorganisme
(Mindawati et al., 1998)
4.3.3. Pengaruh Biodiversitas Gulma Terhadap Pertanian Berlanjut
Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan dan tumbuh pada tempat
yang tidak dikehendaki. Karena sifat merugikan tersebut, maka di mana pun
gulma

tumbuh selalu dicabut, disiang, dan bahkan dibakar. Namun bila

dikelola dengan benar dan optimal, gulma akan memberikan manfaat dan
meningkatkan produktivitas

lahan. Beberapa gulma yang bermanfaat

diantaranya adalah jenis rumput seperti akar wangi (Vetivera zizanoides) yang
dapat digunakan untuk konservasi tanah, dan daun yang muda untuk pakan
ternak. Pemanfaatan lain dari gulma diantaranya sisa penyiangan gulma dapat
menjadi media penyimpan unsur hara termasuk sebagai

mulsa atau untuk

membuat kompos dengan status ketersediaan hara sedang sampai

tinggi

disamping pemanfaatan lain sebagai tanaman obat. Berdasarkan kenyataan ini,


pengelolaan gulma perlu diarahkan agar gulma tidak selalu diasumsikan dapat
menurunkan dan merugikan produktivitas lahan, tetap i di sisi lain dapat
memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi beberapa aktivitas makhluk
hidup. Gangguan gulma terhadap pertumbuhan tanaman, berturut-turut
dipengaruhi

oleh spesies gulma, kelebatan dan pertahanannya menghadapi

berbagai upaya

pengendalian/pengelolaan. Gulma beserta spesies yang

mendominasinya sangat dipengaruhi oleh teknik bercocok tanam dan pola


pengelolaan tanah. Untuk dapat dikatakan berkelanjutan, suatu sistem pertanian
harus memenuhi prinsip dasar yang secara umum merupakan adopsi dari
prinsip dasar pembangunan berkelanjutan (Rukmana, 2012). Tiga prinsip dasar
sistem pertanian berkelanjutan meliputi:
1. Keberlanjutan Ekonomi
Keberlanjutan secara ekonomi dimaksudkan sebagai pembangunan
yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk
memelihara

keberlanjutan

pemerintahan

dan

menghindari

ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan


industri (Fauzi, 2004). Pertanian berkelanjutan dapat dilakukan melalui
peningkatan pengelolaan tanah dan rotasi tanaman dengan tetap menjaga
kualitas tanah dan ketersediaan air sehingga peningkatan produksi
pertanian dapat terus dipertahankan hingga jangka panjang.
2. Keberlanjutan Ekologi/Lingkungan
Sistem yang berkelanjutan secara ekologi/lingkungan merupakan
usaha untuk memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam secara
bijaksana dengan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan
dan berlaku adil bagi generasi mendatang (Keraf, 2002). Pertanian
berkelanjutan dapat dicapai dengan melidungi, mendaur ulang, mengganti

dan/atau mempertahankan basis sumberdaya alam seperti tanah, air, dan


keanekaragaman hayati yang memberikan sumbangan bagi perlindungan
modal alami.
3. Keberlanjutan Sosial
Keberlanjutan sosial diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai
keadilan dan kesetaraan akses terhadap sumberdaya alam dan pelayanan
publik baik dalam bidang kesehatan, gender, maupun akuntabilitas politik
(Fauzi, 2004). Dalam pertanian berkelanjutan, keberlanjutan sosial
berkaitan dengan kualitas hidup dan kesejahteraan dari mereka yang
terlibat dalam sektor ini. Pertanian berkelanjutan memberikan solusi bagi
permasalahan pengangguran karena sistem ini mampu menyerap tenaga
kerja lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem pertanian konvensional
yang lebih mengedepankan penggunaan mesin dan alat-alat berat..
Beberapa fungsi gulma yang dapat berperan dalam ekosistem adalah
gulma

dapat

berfungsi

sebagai

tanaman

perangkap

yang

dapat

mengendalikan populasi hama. Serangga dan gulma merupakan komponen


penting pada ekosistem sawah. Serangga herbivora dapat menjadi hama
bagi

tanaman

budidaya

maupun

gulma

(Kalshoven,

1981;

Mangoendihardjo, 1982), sedangkan gulma, sebagai tumbuhan liar yang


tidak dibudidayakan, dapat berkompetisi dengan tanaman budidaya untuk
memperebutkan cahaya matahari, air dan zat hara (Moenandir, 1993). Di
sisi lain, gulma juga dapat berfungsi sebagai tanaman perangkap, yaitu
sebagai inang alternatif bagi serangga hama, dan penyedia makanan bagi
serangga musuh alami dewasa karena gulma tersebut menyediakan polen
bagi parasitoid dewasa (Soegiarto dan Baco, 1993).

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Secara umum, penggunaan lahan agroforestry biasanya memiliki
jumlah biodiversitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan
tegalan. Biodiversitas atau keragaman tumbuhan pada suatu lahan tertentu
dapat berpengaruh pada tingkat keberlanjutan pertanian. Semakin besar
jumlah biodiversitas maka akan semakin besar kemungkinan untuk terjadinya

pertanian yang berkelanjutan. Karena jumlah biodiversitas yang banyak akan


cenderung pada kondisi lahan yang subur sehingga memungkinkan untuk
penggunaan lahan tersebut secara terus menerus. Banyak macam biodiversitas
yang dapat ditemui baik tumbuhan yang menjulang tinggi ataupun tumbuhan
yang merambat di dasar tanah, baik tumbuhan yang sengaja dibudidayakan
maupun tanaman pengganggu yang tumbuh tanpa diharapkan
Biodiversitas gulma dapat menjadi salah satu cara untuk melakukan
konservasi tanah. Gulma juga dapat dikelola menjadi mulsa yang penting
untuk menjaga suhu tanah, penangkar hama secara alami dan lain-lain. Meski
identik dengan tumbuhan penggaggu, namun gulma memiliki banyak
keuntungan jika manajemen pengelolaannya baik. Tidak hanya pada tanah dan
lingkungan, pengelolaan yang baik ini juga akan berdampak pada naiknya
taraf hidup masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Andri Bennydictus, Yulandha R, Hendra Winarta, 2012 Laporan Kajian

Desa

Selorejo Menjadi Desa Wisata Kecamatan Dau Kabupaten Malang : Fakultas


Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya : Malang
Anonymous a, 2015 http://afrinafaiqa.blogspot.co.id/2014/03/ketika-daun-semanggibereaksi.html. diakses pada 21 November 2015

Anonymous b, 2015 http://www.cara-obat.com/2013/10/manfaat-dan-khasiat-rumputteki-bagi-kesehatan.html. diakses pada 21 November 2015


Anonymous c, 2015. https://su.wikipedia.org/wiki/Urang_aring. diakses pada 21
November 2015
Dalimartha Setiawan. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor :Trobus
Agriwidya.
Driesche RG van. & Bellows Jr.TS. 1996. Biological Control. London:Chapman
and Hall.
ESA (Ecological Society of America). 1997. Biodiversity. Publised by Ecological
Society of America, Washington D C, United State (US).
Fauzi.A. 2004, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Gaston K J, Spicer J I. 2004. Biodiversity: An Introduction. United Kingdom (UK):
Blackwell Science Ltd.
Kalshoven, L.G.E.1981. The pests of crops in Indonesia. P.T. Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Jakarta. Indonesia
Keraf, A. Sonny. 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas: Jakarta
Khaerudin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta
Lasmini,Sri Anjar dan Abd. Wahid. 2008. Respon Tiga Gulma Sasaran Terhadap
Beberapa Ekstrak Gulma Jurnal Penelitian Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan,Universitas Tadulako,Palu
Le Roy G. Holm, Ronald L.Plucknett, Juan V. Pancho, James P. Herberger , 1988.
The Worlds Worst Weeds. University Press Of Hawai
Mindawati, N., M. H. L. Tata. Y. Sumarna, dan A. S. Kosasih. 1998. Pengaruh
Beberapa Macam Limbah Organik terhadap Mutu dan Proses Pengomposan
dengan Bantuan Efektif Mikroorganisme 4 (EM4). Buletin Penelitian Hutan
Bogor. 614:29-40

Mochamad Indrawan, Richard B. Primack, Jatna Supriatna. (2007). Biologi


Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Moenandir, Jody. 2010. Ilmu Gulma. Malang:UB Press
Muhabibah, Dian Nur Aini. 2009. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Ekstrak Gulma
Terhadap Perkecambahan Beberapa Biji Gulma. Skripsi:UIN Malang
Pakpahan, A. dan A. Mardiastuti. 1991. Ketidaklestarian sumberdaya alam yang
dapat diperbaharui: sebuah tinjauan ekonomi dan ekologi. Prisma
1(1991):44-53.
Soegiarto and Baco.1993. Strategi dan program penelitian hama-hama tanaman
pangan pada PJP IIinPemantapan penelitian hama tanaman pangan. Risalah
lokakarya. Balai penelitian tanaman pangan. Sukarami,Sumatera Barat,
Indonesia
Sudarsono.2005. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi. Malang: Universitas Negeri
Malang
Thrupp, L.A. (ed),1996. New Partnerships for Sustainable Agriculture. World
Resource Institute New York. 136 pp.
UKabc, 2007. Agricultural Biodeiversity for Food and Livelihood Security and Food
Sovereignity, Didownload dari http://www.ukabc.org/ pada 4/10/2007.
Van, Steenis C.G.G.J.. 2005. Flora. Jakarta: PT Pradnya Paramita
Wright, B. E. 2010. Measuring and Mapping Indices of Biodiversity Conservation
Effectiveness. Icarus Journal 2010
.

Anda mungkin juga menyukai