Anda di halaman 1dari 6

PROBABILITY SAMPLING

1. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana


Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif
dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau
elemen

populasi bukan merupakan

hal yang penting bagi rencana analisisnya.

Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin,
ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama perbedaan
gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaanperbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil
sampel secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus
mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Prosedurnya :
a. Susun sampling frame
b. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
c. Tentukan alat pemilihan sampel
d. Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
2. Sampling acakan secara proporsional dengan stratifikasi (Proportionate stratified
random sampling)
Proportionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel dari anggota
populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan sampling ini apabila
anggota populasinya heterogen (tidak sejenis). Proportionate stratified random
sampling ini dilakukan dengan cara membuat lapisan-lapisan (strata), kemudian dari
setiap lapisan diambil sejumlah subjek secara acak. Jumlah subjek dari setiap lapisan
(strata) adalah sampel penelitian.
Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Dengan rumus Slovin
(lihat contoh di atas) dan tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 95.
Populasi sendiri terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan)
yang masing-masing berjumlah :
Marketing
: 15
Produksi
: 75
Penjualan
: 35
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masinng bagian tersebut
ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x
jumlah sampel yang ditentukan
Marketing
: 15 / 125 x 95

= 11,4 dibulatkan 11

Produksi
: 75 / 125 x 95
= 57
Penjualan
: 35 / 125 x 95
= 26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel.
3. Sampling acakan secara tak proporsional menurut stratifikasi (disproportionate
stratified random sampling)
Disproportionate Stratified Random Sampling, adalah teknik

menentukan jumlah

sampel, jika populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Sampling ini hampir sama
dengan sampling stratifikasi, bedanya proporsi subkategori-kategorinya tidak
didasarkan atas proporsi yang sebenarnya dalam populasi. Hal ini dilakukan karena
subkategori tertentu terlampau sedikit jumlah sampelnya. Misal, kita mengambil
populasi tenaga pengajar yang terdiri atas guru besar, lector kepala, lector, lector
muda, dan asisten. Sampel dapat diambil secara merata yakni untuk masing-masing.
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata
berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya
sangat tidak seimbang yaitu:
SMP : 120 orang
SMA : 660 orang
DIII : 180 orang
S1
: 20 orang
S2
: 20 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu
kecil dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya
ditetapkan sebagai sampel.
4. Sampling area
Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau populasi sangat
luas misalnya penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang
tersebar di seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya,
maka wilayah populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan
jumlah sample yang digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan
menggunakan teknik proporsional stratified random sampling mengingat jumlahnya
yang bisa saja berbeda.
Contoh :
Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar di tingkat SMK.
Populasi penelitian adalah siswa SMK seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat
banyak dan terbagi dalam berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan

dalam tahapan sebagai berikut :


Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara acak
10 Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel. Tahap kedua. Mengambil sampel
SMK di tingkat Provinsi secara acak yang selanjutnya disebut sampel provinsi.
Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMK tingkat
Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten Sampel), dan
seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah
digabungkan, maka keseluruhan SMK yang dijadikan sampel ini diharapkan akan
menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.

Non Probability Sampling


1. Sampling Sistematis
Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik penentuan
sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
Contohnya:
Anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor
urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah 5,
10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.
2. Sampling Kuota
Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah teknik untuk
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
(kuota) yang diinginkan. Menurut Margono (2004: 127) dalam teknik ini jumlah
populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok.
Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok.
Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi,
pengumpulan data dihentikan.
Contoh:
Akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan
secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100, dan jumlah anggota peneliti
berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas
sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.

3. Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data
(Sugiyono, 2001: 60). Menurut Margono (2004: 127) menyatakan bahwa dalam
teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung
mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.
Contohnya:
Penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan mempergunakan setiap
warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling. Peneliti mengumpulkan data
langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan
terpenuhi.
4. Sampling Purposive
Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004: 128), pemilihan
sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah
diketahui sebelumnya. Dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan
dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Contohnya:
Peneliti akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang
dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
5. Sampling Jenuh
Menurut Sugiyono (2001: 61) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang.
Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
Contohnya :
Misalnya jika jumlah populasi 20 orang, maka 20 orang tersebutlah yang dijadikan
sampel.
6. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mulamula jumlahnya
kecil,kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel
(Sugiyono, 2001: 61). Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar. Pada penelitian
kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball.

Contohnya :
Misalnya suatu penelitian menggunakan sampel sebanyak 10 orang, tetapi karena
peneliti merasa dengan 10 orang sampel ini datanya masih kurang lengkap, maka
peneliti mencari orang lain yang dirasa layak dan lebih tahu tentang penelitiannya dan
mampu melengkapi datanya.

TUGAS PRAKTIKUM
MANAJEMEN HAMA PENYAKIT TERPADU
METODE SAMPLING

Oleh :
1. Danny Hary P.
2. Rohmatin Maula

135040201111108
135040201111137

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

Anda mungkin juga menyukai