Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

IMPLEMENTASI KODE ETIK DALAM DUNIA


PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ke PGRI an

Nama :
Melya Saparina

NPM :
304230019

Mata Kuliyah :
Ke PGRI-an

Dosen Pengampu:
Nyayu Masnon M, Pd

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI (UNPARI)
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat ALLAH SAW segala nikmat, rahmatnya sehingga


kelompok saya dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isi nya
yang sederhana dengan judul Implementasi Kode Etik Dalam Dunia Pendidikan.

Harapannya semoga ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan.


Demikianlah makalah ini saya buat dengan baik, apabila ada kekurangan saya
mohon maaf dan atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Lubuklinggau, November 2023


Penyusun

MELYA SAPARINA
NPM : 304230019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesi ..................................................................................... 3

B. Profesional ................................................................................................ 3

C. Kode Etik Guru ......................................................................................... 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 8

B. Saran.......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mendiknas Bambang Sudibyo adalah pencanangan “Guru Sebagai
Profesi”. Sebagai suatu profesi, guru memerlukan kode etik. Draf kode etik
guru tersebut selain diambil dari kode etik yang sudah dimiliki PGRI dan
memperoleh masukan dari para profesor doktor bidang pendidikan, juga
dengan membandingkan kode etik yang dimiliki oleh profesi lain. Artinya,
secara prosedural penyusunan draf kode etik guru itu sudah sesuai mekanisme
kerja yang benar. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa draf itu dapat
dikatakan final dan layak untuk disahkan menjadi kode etik guru. Namun,
hingga saat ini tampaknya penyusunan draft tersebut belum kelar juga. Padahal
pengesahannya sangat ditunggu banyak pihak, khususnya masyarakat
pengguna jasa layanan pendidikan dan, tentunya, para guru itu sendiri.
Bagi masyarakat, dengan adanya kode etik guru, mereka akan
memperoleh pelayanan pendidikan yang lebih professional dari para guru.
Karena, dalam kode etik tersebut akan diatur persyaratan keahlian minimal
yang harus dimiliki profesi tersebut. Selain itu, kode etik merupakan janji dari
sebuah profesi untuk memberi pelayanan yang optimal kepada masyarakat
Dengan demikian mereka tidak perlu merasa khawatir lagi putra-putri mereka
dididik guru-guru yang tidak layak dan asal-asalan.
Selain itu, masyarakat tidak perlu merasa khawatir lagi menjadi bola
permainan beberapa guru seperti sering terjadi selama ini. Meski pemerintah
sudah mengeluarkan larangan bagi guru-guru untuk berjualan buku kepada
murid-muridnya, namun dengan berbagai dalih dan cara, mereka tetap saja
memaksa murid-murid membeli buku yang mereka tunjuk, yang merupakan
hasil kerjasamanya dengan penerbit tertentu. Murid tidak diberi kesempatan
untuk menggunakan buku lain, sehingga seolah ilmu dari buku tersebut saja
yang paling bermutu. Dan untuk mempertahankan pangsa pasarnya pada tahun

1
berikutnya, maka buku-buku tersebut sudah tidak bisa dipakai oleh kelas
berikutnya.
Model „pemerasan lainnya‟ guru membuka les privat bagi murid-
muridnya, meski hal ini juga sudah ada larangannya. Namun, karena para
orang tua takut kalau terjadi apa-apa pada anaknya jika tidak mengikuti les
tersebut, maka dengan terpaksa mengikutkan anaknya les tersebut

B. Rumusan Masalah
• Apa arti kode etik guru yang sebenarnya?
• Bagai mana menerapkan kode etik guru?

C. Tujuan
Pembuatan Makalah ini bertujuan :
1. Dapat mengetahui Penerapan Kode Etik pada Profesi Guru
2. Mengetahui bagaimana profesionalisme seorang guru mentaati kode etik

2
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Pengertian Profesi
Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua
pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian
yang lebih luas menjadi: kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk
memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keah-lian tertentu.
Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan
berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan
norma-norma sosial dengan baik.
Menurut Dedi Supriadi 1999 profesi guru adalah orang suatu pelayanan
atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan.
Abin syamsudin 2000. Mengatakan profesi guru yaitu kemampuan yang tidak
dimiliki rang pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan
keguruan tingkat tinggi Galbreath, J. 1999 profesi guru adalah orang yang
bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian
pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani.
Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat
mencerdakan anak didik.

B. Profesional
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu
pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya.
Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar
pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap,
pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya
memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang
dipersyaratkan.
Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia yang profesional
dipersyaratkan mempunyai; (1) dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan

3
terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21;
(2) penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu
ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep
belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat
ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan
masyarakat Indonesia; (3) pengembangan kemampuan profesional
berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi yang berkembang terus
menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan.
Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program
pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau
manajemen pendidikan yang lemah.
Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya
paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di
abad 21 yaitu; (1) memiliki kepribadian yang matang dan berkembang; (2)
penguasaan ilmu yang kuat; (3) keterampilan untuk membangkitkan peserta
didik kepada sains dan teknologi; dan (4) pengembangan profesi secara
berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh
yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut
mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional.

C. Kode Etik Guru


Pengaturan mengenai hubungan guru- peserta didik (murid) dalam kode
etik guru adalah hal yang seharusnya dominan dan utama, karena sebenarnya
kode etik itu dibuat untuk memperjelas relasi guru-murid, sehingga tidak
sampai terjadi pelanggaran etika profesi guru. Tetapi bila kita mencermati
bunyi Pasal 8 draf kode etik di atas, terasa belum jelas aturan mengenai relasi
guru dengan murid. Ketidakjelasan juga dalam pengaturan hubungan antara
guru dan orangtua/wali murid (Pasal 9), masyarakat (Pasal 10), sekolah dan
rekan sejawat (Pasal 11), profesi (Pasal 12), organisasi profesi (Pasal 13), dan
pemerintah (Pasal 14). Ketidakjelasan relasi guru dengan murid dan
stakeholder lain itu akan menyulitkan pelaksanaan UU Guru.

4
Sebab, beberapa pasal RUU Guru, termasuk dasar pemberian sanksi
administratif, mengacu kode etik guru bila rumusan kode etiknya tidak begitu
jelas, bagaimana Dewan Kehormatan Guru (Pasal 30–32 RUU Guru) dapat
bekerja dengan baik, padahal salah satu tugas Dewan Kehormatan Guru
memberi saran dan pertimbangan dalam rangka pelaksanaan tugas profesional
dan Kode Etik Guru Indonesia.
Berbeda misalnya kode etik yang menyangkut hubungan guru dengan
murid itu berbunyi:
a). Guru tidak boleh memberi les privat kepada muridnya;
b). Guru tidak boleh menjual buku pelajaran atau benda-benda lain kepada
murid;
c). Guru tidak boleh berpacaran dengan murid;
d). Guru tidak boleh merokok di depan kelas/murid;
e). Guru tidak boleh melakukan intimidasi, teror, dan tindak kekerasan kepada
murid,
f). Guru tidak boleh melakukan penistaan terhadap murid;
g). Guru tidak boleh ber-HP ria di dalam kelas, dan sebagainya

Yang menjadi masalah bagi kalangan pendidikan bukanlah belum adanya


kode etik guru, melainkan sudah sejauh mana guru-guru di negeri ini
mempelajari, memahami, dan mengaplikasikan kode etik guru tersebut, baik
dalam mendidik anak bangsa ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga,
guru betul-betul menjadi suri teladan bagi seluruh komponen bangsa di mana
pun berada.
Kaitannya dengan sertifikasi guru, saya secara pribadi sangat setuju
dengan pendapat Profesor Dr. H. Achmad Sanusi, M.P.A. Idelanya, tim asesor
datang langsung menguji dan meneliti kemampuan guru dalam mengajar di
depan kelas dan yang telah lulus sertifikasi pun ikut sertifikasi ulang secara
berkala dan berkesinambungan, misalnya lima tahun sekali. Namun menurut
informasi dari dinas terkait, yang menjadi kendala adalah banyaknya guru yang

5
akan disertifikasi belum sebanding dengan banyaknya tim asesor yang ada
hingga saat ini.
Sebagai solusi menanggulangi masalah ini, terpaksa dengan penilaian
portofolio seperti yang sekarang dilaksanakan. Saya mengetahui informasi
tersebut, sebab kebetulan saya sudah dinyatakan lulus sertifikasi periode 2006.
Kalau ada yang meragukan hasil dari penilaian portofolio, sebaiknya kita
semua harus memberikan masukan, saran, dan solusi yang dianggap paling
baik, efektif, efisien, dan accountable bukan hanya mengkritisi, tanpa
memberikan solusi.
Sebagai seorang guru yang bertugas di daerah perdesaan, ujian sertifikasi
itu hendaknya dilaksanakan sebelum seseorang diangkat menjadi guru. Hal ini
bisa diterapkan mulai pengangkatan guru yang akan datang. Dengan kata lain,
ujian penerimaan CPNS khusus guru bahkan kalau bisa, diberlakukan sejak
ujian penerimaan calon mahasiswa baru fakultas pendidikan di semua
perguruan tinggi negeri maupun swasta di seluruh Indonesia, materinya
mengambil dari standar minimal kelayakan calon guru Indonesia/SMKCGI.
Yang kisi-kisinya atau kalau mungkin soal-soalnya juga ditentukan oleh Badan
Nasional Standar Pendidikan (BNSP) dan bisa dikembangkan oleh Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP). Atau mengacu kepada standar
kompetensi dan kualifikasi berdasar pada PP No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Bab VI Standar Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan.
Dengan membaca PP No. 19 Tahun 2005 akan jelas bahwa untuk
menjadi seorang tenaga pendidik yang profesional tidaklah mudah, mereka
harus benar-benar teruji dan memenuhi persyaratan. Setelah diberlakukannya
uji sertifikasi yang diikuti dengan mendapatkan tunjangan profesi bagi guru,
diharapkan ada peningkatan kesejahteraan yang diikuti dengan peningkatan
kinerja
Berikut adalah isi kode etik guru
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila.

6
2. Guru memiliki dan melaksanakan kewjujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar.
5. guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
6. guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu da martabat profesinya.
7. guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanana. Nasional.
8. guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organiosasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. guru melaksanaakn segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan adanya kode etik guru, maka akan ada majelis kehormatan yang
akan mengawal pelaksanaan kode etik tersebut. Jika ada guru yang melanggar
kode etiknya, maka dewan kehormatan ini yang akan memberi sangsi kepada
guru yang melanggar.
Dari pihak guru sendiri, pengakuan bahwa pekerjaan guru merupakan
sebuah profesi akan memiliki beberapa arti. Pertama, dengan diakui sebagai
sebuah profesi tentu akan meningkatkan salary mereka, sehingga mereka tidak
perlu mencari obyekan lain untuk menutupi kebutuhan hidup keluarganya.
Dengan demikian mereka lebih memiliki waktu dan biaya untuk
pengembangan keahliannya. Kedua, pengakuan tadi juga akan meningkatkan
prestise pekerjaan guru.

B. Saran
Yang perlu diatur dalam kode etik guru adalah apa yang boleh dan tidak
boleh atau pantas dan tidak pantas dilakukan seorang guru. Indikator "boleh-
tidak boleh dan pantas-tidak pantas" suatu tindakan harus jelas agar memberi
arah jelas untuk bertindak atau menilai apakah seorang guru melanggar kode
etik atau tidak. Bila indikator "boleh-tidak boleh atau pantas-tidak pantas" itu
tidak jelas, baik bagi guru maupun orang lain, sulit untuk menilai apakah guru
itu melanggar kode etik atau tidak.

8
DAFTAR PUSTAKA

Supriadi, D. 1998. Manajemen dan Kepemimpinan. Jakarta: Depdikbud.

Surya, H.M. 1998. Organisasi & Profesi. No. 7/1998.

Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam


Perspektif Abad 21. Magelang: Indonesia Tera.

Anda mungkin juga menyukai