Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ETIKA PROFESI KEGURUAN

ANALISIS DAN SOLUSI FENOMENA PELANGGARAN ETIKA OLEH


GURU

DOSEN PENGAMPU: INGGRIA KHARISMA M, Pd

DISUSUN OLEH:

1. 2320053 ATHIKA FRAKUSIA

2. 2320060 RINDU MIFTAHUL HAIRI

3. 2320050 WINDI LORA REZKI

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

IAIN BUKITTINGGI

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurah
selalu kepada nabi Muhammad SAW. Sebagai utusan Yang Maha Kuasa untuk
mengabarkan kebenaran yang hakiki di dunia ini.

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat menempuh mata kuliah
Etika Profesi Keguruan. Dengan makalah ini kami berharap dapat menambah
wawasan pembaca, sehingga dapat bermamfaat menambah pengetahuan dan
pemahaman bagi siapa saja yang membutuhkan, untuk mengetahui tentang Guru
Profesional Sebagai Komunikator dan Fasilitator.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan


dan sangat jauh dari kata sempurna, serta mohon maaf apabila masih ada banyak
kesalahan dalam tulisan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki cara penulisan dan isi
makalah ini.

Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada teman-teman
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikan
dengan baik. Harapan kami semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Bukittinggi, 11 Mei 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB 1 ................................................................................................................................4

A. Latar belakang ....................................................................................................4

B. Rumusan masalah................................................................................................4

BAB II ...............................................................................................................................5

1. Pengertian Pelanggaran Kode Etik Profesi Guru..............................................5

2. Faktor Penyebab Terjadinya Kode Etik Profesi Guru beserta Solusinya......6

3. Pelanggaran Kode etik guru ................................,..............................................6

BAB III penutup ..............................................................................................................12

1. Kesimpulan..........................................................................................................12

2. Saran....................................................................................................................12

3. Daftar pustaka..................................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. dalam
proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar
dan pendidik. Sebagai pengajar, guru bertugas menuangkan sejumlah bahan
pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas
membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap,
aktif, kreatif dan mandiri. Oleh sebab itu, tugas berat dari seorang guru ini pada
dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi
profesional yang tinggi.

Ibarat sebatang lilin, guru rela mengorbankan dirinya untuk orang lain,
akan tetapi di era sekarang ini sepertinya filsafat tersebut tidak lagi berlaku bagi
sebagian masyarakat. Banyak kalangan mulai meragaukan kapabilitas dan
kredibilitas guru. Peran guru sebagai pengajar dan pendidik mulai dipertanyakan.
Misalnya sebagai pencetak generasi penerus bangsa yang terampil dan bermoral
belum sepenuhnya terwujud. Para pelajar saat ini seakan menjauh dari kondisi
ideal seperti yang diharapkan. Isu pendidikan semakin tersorot publik, para pelajar
dinilai mulai kehilangan kepekaan moral, tersihir oleh peri kehidupan yang
memburu selera dan kemanjaan nafsu, terjebak ke dalam sikap hidup instan,
tawuran antar pelajar dan pergaulan bebas.

Bisa dikatakan pendidikan tak lagi dianggap sebagai pionir kemajuan


bangsa melainkan hanya melambangkan kebobrokan bangsa. Berikut adalah
beberapa uraian tentang analisis fenomena pelanggaran kode etik profesi guru
serta solusinya.

B. Rumusan masalah

1. Pengertian pelanggaran kode etik profesi guru


2. Faktor Penyebab Terjadinya Kode Etik Profesi Guru beserta Solusinya
3. Contoh kasus pelanggaran kode etik guru dan solusinya

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelanggaran Kode Etik Profesi Guru

Etika profesi guru adalah seperangkat norma yang harus di indahkan


dalam menjalankan profesi guru kemasyarakatan atau dengan kata lain merupakan
landasan moral dan pedoman tingkah laku warga PGRI dalam melaksanakan
panggilan pengabdianya bekerja sebagai guru. Etika profesi guru lebih dikenal
dengan sebutan “kode etik guru” sebagai hasil kongres seluruh utusan cabang dan
pengurus daerah PGRI seluruh Indonesia di Jakarta tahun 1973. Dengan kata lain
Kode etik profesi guru merupakan sarana kontrol sosial bagi guru yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi guru dapat memberitahukan suatu
pengetahuan kepada masyarakat agar dapat memahami arti pentingnya suatu
profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap guru di lapangan kerja.

Sesuai dalam kode etik guru Indonesia, guru harus tampil secara
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Adapun esai yang penulis dapat dari kode etik guru secara garis besarnya
dapat penulis gambarkan sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional
3. Guru berusaha memperolah informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung
jawab bersama terhadap pendidikan
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru memelihara
hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial
7. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian

5
8. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang
pendidikan
1

Jadi pelanggaran kode etik profesi guru merupakan pelanggaran terhadap


suatu norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan
apa yang benar dan baik bagi suatu profesi dalam masyarakat.

B. Faktor Penyebab Terjadinya Kode Etik Profesi Guru beserta Solusinya

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku yang
menyimpang pada seorang pendidik :

1. Adanya malpraktik yaitu melakukan praktik yang salah, miskonsep. Misalnya


guru salah dalam menerapkan hukuman pada siswa. Adapun alasannya
tindakan kekerasan maupun pencabulan guru terhadap siswa merupakan suatu
pelanggaran.
2. Kurang siapnya guru maupun siswa secara fisik, mental dan emosional. Jika
kedua belah pihak siap secara fisik, mental dan emosional, proses belajar
mengajar akan lancar, interaksi siswa dan guru pun akan terjalin harmonis
layaknya orang tua dengan anaknya.
3. Kurangnya penanaman budi pekerti di sekolah. Pelajaran budi pekerti
sekarang ini sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada sifatnya hanya sebagai
pelengkap, lantaran di integrasikan dengan berbagai mata pelajaran yang ada.
Namun realitas di lapangan pelajaran yang di dapat siswa kebanyakan hanya
diberi berbagai materi tanpa memperdulikan nilai-nilai budi pekerti yang
harus diajarkan pula.

PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI GURU

Identifikasi Kasus Kepribadian Dan Etika Profesi Guru Salah satu kasus
yang berkaitan dengan etika profesi guru adalah kasus kekerasan yang pernah
dialami oleh salah satu murid atau siswa di SMPN 3 Mojokerto yang dilakukan
oleh oknum guru bahasa inggris yang berinisial WS dan kemudian dilaporkan ke
pihak kepolisian oleh orang tua Roby ( korban ). Akibat dari kekerasaan yang
dilakukan WS, tubuh korban menderita memar-memar karena pukulan yang
dialaminya. Menurut seorang teman korban yang juga sebagai saksi pada saat
peristiwa itu. Pagi itu, si Korban lagi berlari-lari di teras sekolah dengan beberapa
rekannya dan menyebabkan suara gaduh dan bising sehingga WS yang lagi
mengajar merasa terganggu dengan hiruk pikuk anak-anak ini, kemudian dia
keluar kelas dan serta merta memanggil si Korban untuk diberi peringatan akan
tetapi si korban tidak menyahut karena takut pada WS entah karena tersinggung

1 Mudjito, Guru yang Efektif (Jakarta : Rajawali , 1986) hal. 33

6
WS memanggil korban dengan nada tinggi dan ketika korban datang menghampiri
terjadilah peristiwa kekerasaan itu, korban ditendang beberapa kali pada bagian
tubuhnya dan mengalami memar oleh karena itu orang tua korban mengadukan
peristiwa ini kepada pihak kepolisian.

Akibat Dari Kasus Kepribadian Dan Etika Profesi Guru Ada akibat yang
muncul dari kasus kepribadian & etika terhadap profesi guru: 1.Mengaburkan
fungsi guru sebagai sosok panutan atau teladan yang baik terhadap anak didik.
2.Adanya sikap sinis dan tidak percaya dari masyarakat terhadap profesi guru
karena dianggap tidak bisa membuat anak didik menjadi lebih baik.
3.Mengaburkan profesi Guru sebagai pembimbing atau orang tua kedua buat anak
didik 4.Dengan adanya kasus etika profesi guru maka profesi seorang guru di
mata masyarakat semakin rendah.

Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kasus Kepribadian Dan Etika


Profesi Guru 1.Menindak tegas dan memberikan sanksi berat pada oknum-oknum
guru yang melakukan kasus etika profesi guru karena sangat merugikan guru
sebagai salah satu profesi yang salah satu tugasnya adalah memberi keteladanan
yang baik terhadap peserta didik. 2.Sebelum menjadi guru, seorang calon guru
seharusnya diberi tes psikologi yang ketat,agar mampu menghadapi setiap
karakter peserta didik.

3.Mewajibkan seorang guru untuk membaca dan menjalankan profesinya


sesuai kode etik keguruan. 4.Mengadakan pelatihan-pelatihan bagaimana seorang
guru menghadapi peserta didik yang berbeda karakter. Sehingga seorang guru,
mampu menangani siswa yang karakternya nakal atau bandel. 5.Guru seharusnya
memahami perkembangan tingkah laku peserta didiknya. Apabila guru memahami
tingkahlaku peserta didik dan perkembangan tingkah laku itu, maka strategi,
metode, media pembelajaran dapat dipergunakan secara lebih efektif. 6.Tugas
yang penting bagi guru dalam melakukan pendekatan kepada peserta didik adalah
menjadikan peserta didik mampu mengembangkan keyakinan dan penghargaan
terhadap dirinya sendiri, serta membangkitkan kecintaan terhadap belajar secara
berangsur-angsur dalam diri peserta didik. 7.Sesuai dengan pendapat Prayitno,
bahwa pembelajaran harus sesuai konsep HMM (Harkat dan Martabat Manusia).

Antara Guru Dan Peserta Didik Terjalin Hubungan Yang Menimbulkan


Situasi Pendidikan Yang Dilandasi Dua Pilar Kewibawaan Dan Kewiyataan.
Pengaruh Guru Terhadap Peserta Didik Didasarkan Pada Konformitas
Internalisasi.

1. Membahas Kasus Pelanggaran Etika Guru Seperti yang telah dibahas


sebelumnya mengenai Etika Profesi seorang Guru, bahwa seorang

7
guru itu harus memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
profesinya. Dari contoh kasus diatas, dapat dikatakan bahwa
profesionalitas seorang guru didaerah Kabupaten Karimun ini perlu
diperhatikan. Sebagaimana kita tahu bahwa seorang guru itu memiliki
imej yang sudah tertanam dengan baik dan tidak sepatutnya
disalahgunakan. Kejadian di Kabupaten Karimun yang melibatkan
profesi guru ini sebetulnya dikarenakan kurangnya rasa tanggung
jawab dari masing-masing pribadi dari seorang profesi guru itu. Kalau
kita lihat dari kaidah-kaidah pokok dari etika profesi seorang guru
yaitu: pertama: harus dipandang sebagai suatu pelayanan karena itu
maka bersifat tanpa pamrih menjadi ciri khas dalam mengembangkan
profesi, kedua: Pelayanan profesi dalam mendahulukan kepentingan
pasien atau klien mengacu kepada kepentingan atau nilai-nilai luhur,
ketiga: Pengemban profesi harus selalu berorientasi pada masyarakat
sebagai keseluruhan, keempat: agar persaingan profesi dalam
pelayanan berlangsung secara sehat sehingga dapat menjamin mutu
dan peningkatan mutu pengembangan profesi.

Sepatutnya seorang profesi guru itu mempunyai rasa tanggung jawab yang
besar dan mempunyai pemikirann yang kuat atas kaidah-kaidah pokok dari etika
profesi seorang guru itu, sehingga tidak ada keinginan ataupun niat untuk
menyalahgunakan profesi dari seorang guru tersebut. Kasus pelanggaran etika
yang terjadi ini tentunya bukan tanpa sebab. Kurangnya perhatian pemerintah
terhadap kehidupan para guru menjadi pemicu utama. Hal ini dapat terlihat dari
fenomena yang terjadi, masih banyaknya guru-guru yang memiliki taraf hidup di
bawah ratarata. Padahal mereka pun memiliki keluarga yang harus dihidupi.
Masalah ekonomi inilah yang mendorong guru-guru, khususnya di luar daerah
ibukota untuk melakukan hal-hal yang melanggar etika profesi keguruan dan
idealisme dari pendidikan. Selain daripada itu, faktor kontrol dan monitoring dari
pemerintah juga berperan dalam kasus pelanggaran ini. Pemerintah belum
memiliki sistem yang terpadu dalam melakukan kontroling antara pusat dan
daerah untuk mengawasi kinerja dan proses kerja para guru dan pihak yang
terlibat dalam institusi pendidikan yang ada. Dengan celah yang ada ini, memberi
kesempatan besar bagi oknum-oknum tertentu untuk melakukan pelanggaran dan
kecurangan, baik itu pelanggaran hukum, maupun etika.

1. Faktor Penyebab Sikap dan Perilaku Guru Menyimpang Pendidikan


merupakan upaya untuk mencerdaskan anak bangsa. Berbagai upaya
pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilaksanakan
walapun belum menunjukkan hasil yang optimal. Pendidikan tidak
bisa lepas dari siswa atau peserta didik. Siswa merupakan subjek didik
yang harus diakui keberadaannya. Berbagai karakter siswa dan potensi

8
dalam dirinya tidak boleh diabaikan begitu saja. Tugas utama guru
mendidik dan mengembangkan berbagai potensi itu. Jika ada pendidik
(guru) yang sikap dan perilakunya menyimpang karena dipengaruhi
beberapa faktor. P2ertama, adanya malpraktik (meminjam istilah Prof
Mungin) yaitu melakukan praktik yang salah, miskonsep. Guru salah
dalam menerapkan hukuman pada siswa. Apapun alasannya tindakan
kekerasan maupun pencabulan guru terhadap siswa merupakan suatu
pelanggaran. Kedua, kurang siapnya guru maupun siswa secara fisik,
mental, maupun emosional. Kesiapan fisik, mental, dan emosional
guru maupun siswa sangat diperlukan. Jika kedua belah pihak siap
secara fisik, mental, dan emosional, proses belajar mengajar akan
lancar, interaksi siswa dan guru pun akan terjalin harmonis layaknya
orang tua dengan anaknya. Ketiga, kurangnya penanaman budi pekerti
di sekolah. Pelajaran budi pekerti sekarang ini sudah tidak ada lagi.
Kalaupun ada sifatnya hanya sebagai pelengkap, lantaran
diintegrasikan dengan berbagai mata pelajaran yang ada. Namun
realitas di lapangan pelajaran yang didapat siswa kabanyakan hanya
dijejali berbagai materi. Sehingga nilai-nilai budi pekerti yang harus
diajarkan justru dilupakan. Selain dari ketiga faktor di atas, juga
dipengaruhi oleh tipe-tipe kejiwaan seperti yang diun gkapkan Plato
dalam “Tipologo Plato”, bahwa fungsi jiwa ada tiga, yaitu: fikiran,
kemauan, dan perasaan. Pikiran berkedudukan di kepala, kemauan
berkedudukan dalam dada, dan perasaan berkedudukan dalam tubuh
bagian bawah. Atas perbedaan

Tersebut Plato juga membedakan bahwa pikiran itu sumber


kebijakasanaan, kemauan sumber keberanian, dan perasaan sumber kekuatan
menahan hawa nafsu. Jika pikiran, kemauan, perasaan tidak sinkron akan
menimbulkan permasalahan. Perasaan tidak dapat mengendalikan hawa nafsu,
akibatnya kemauan tidak terkendali dan pikiran tidak dapat berpikir bijak. Agar
pendidikan di Indonesia berhasil, paling tidak pendidik memahami faktor-faktor
tersebut. Kemudian mampu mengantisipasinya dengan baik. Sehingga kesalahan-
kesalahan guru dalam sikap dan perilaku dapat dihindari. Bagaimanapun juga
kualitas pendidikan di Indonesia harus mampu bersaing di dunia internasional.
Sikap dan perilaku profesional seorang pendidik akan mampu membawa dunia
pendidikan lebih berkualitas. Dengan demikian diharapkan mampu mewujudkan
tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu membentuk manusia Indonesia
seutuhnya.

Masalah Profesi Pendidikan Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran


dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru

2 Saondi, Ondi dkk, Etika Profesi Keguruan (Bandung : PT Refika Aditama, 2010) hal. 51

9
merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur
pendidikan formal, informal maupun nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap
upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat dilepaskan
dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi mereka. Filosofi sosial budaya
dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan fungsi dan peran guru
sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah di posisikan
mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka di tuntut tidak hanya
sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu
pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik. Bahkan
tidak jarang, para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua anak
didik dalam proses pendidikan secara global.
Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi guru di Indonesia, yaitu : pertama, masalah
kualitas/mutu guru, kedua, jumlah guru yang dirasakan masih kurang, ketiga,
masalah distribusi guru dan masalah kesejahteraan guru. 1. Masalah Kualitas
Guru Kualitas guru Indonesia, saat ini disinyalir sangat memprihatinkan.
Berdasarkan data tahun 2002/2003, dari 1,2 juta guru SD saat ini, hanya 8,3%nya
yang berijasah sarjana. Realitas semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi
kualitas anak didik yang dihasilkan. Belum lagi masalah, dimana seorang guru
(khususnya SD), sering mengajar lebih dari satu mata pelajaran (guru kelas) yang
tidak jarang, bukan merupakan inti dari pengetahuan yang dimilikinya, hal seperti
ini tentu saja dapat mengakibatkan proses belajar mengajar menjadi tidak
maksimal. 2. Jumlah Guru yang Masih Kurang Jumlah guru di Indonesia saat ini
masih dirasakan kurang, apabila dikaitkan dengan jumlah anak didik yang ada.
Oleh sebab itu, jumlah murid per kelas dengan jumlah guru yag tersedia saat ini,
dirasakan masih kurang proporsional, sehingga tidak jarang satu raung kelas

Sering di isi lebih dari 30 anak didik. Sebuah angka yang jauh dari ideal
untuk sebuah proses belajar dan mengajar yang di anggap efektif. Idealnya, setiap
kelas diisi tidak lebih dari 15-20 anak didik untuk menjamin kualitas proses
belajar mengajar yang maksimal. 3. Masalah Distribusi Guru Masalah distribusi
guru yang kurang merata, merupakan masalah tersendiri dalam dunia pendidikan
di Indonesia. Di daerah-daerah terpencil, masing sering kita dengar adanya
kekurangan guru dalam suatu wilayah, baik karena alasan keamanan maupun
faktor-faktor lain, seperti masalah fasilitas dan kesejahteraan guru yang dianggap
masih jauh yang diharapkan. 4. Masalah Kesejahteraan Guru Sudah bukan
menjadi rahasia umum, bahwa tingkat kesejahteraan guru-guru kita sangat
memprihatinkan. Penghasilan para guru, dipandang masih jauh dari mencukupi,
apalagi bagi mereka yang masih berstatus sebagai guru bantu atau guru honorer.
Kondisi seperti ini, telah merangsang sebagian para guru untuk mencari
penghasilan tambahan, diluar dari tugas pokok mereka sebagai pengajar, termasuk
berbisnis di lingkungan sekolah dimana mereka mengajar. Peningkatan

10
kesejahteaan guru yang wajar, dapat meningkatkan profesinalisme guru, termasuk
dapat mencegah para guru melakukan praktek bisnis di sekolah. Kedudukan,
Fungsi, Tugas, dan Tujuan Seorang Guru Bab II Pasal 2 Undang-Undang No 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyebutkan bahwa: (1) Guru mempunyai
kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Pengakuan kedudukan
guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud. Maksud dari ayat di atas
menyebutkan bahwa guru adalah orang yang mendalami profesi sebagai pengajar
dan pendidik, mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk memberikan
kontribusi. Umumnya guru merujuk pada pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan
mengevaluasi hasil belajar siswa peserta didiknya. Tugas guru yang diemban
timbul dari rasa percaya masyarakat terdiri dari mentransfer kebudayaan dalam
arti yang luas, ketrampilan menjalani kehidupan (Life skills), terlibat dalam
kegiatan-kegiatan menjelaskan, mendefinisikan, membuktikan dan
mengklasifikasikan, selain harus menunjukkan sebagai orang yang
berpengetahuan luas, trampil dan sikap yang bisa dijadikan panutan. Maka dari
itu, guru harus memiliki kompetensi dalam membimbing siswa untuk siap
menghadapi kehidupan yang sebenarnya (The real life) dan bahkan mampu
memberikan keteladanan yang baik. Undang-Undang No 14 tahun 2005, pasal 4
mengisyaratkan bahwa Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan
peran guru sebagai agen pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Pasal 6 menyebutkan bahwa Kedudukan guru dan dosen
sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan
nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi

Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Di samping itu guru mempunyai
tugas utama sebagai berikut: 1. A) menyusun perencanaan pembelajaran; 2. B)
menyampaikan perencanaan; 3. C) melakukan hubungan baik dengan sesama
teman seprofesi. 4. D) mengelola kelas yang disesuaikan dengan karakterstik
peserta didik; 5. E) melakukan penelitian dan inovasi dalam pendidikan, dan
memanfaatkan hasilnya untuk kemajuan pendidikan; 6. F) mendidik siswa
sehingga mereka menjadi manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika,
bangsa, masyarakat, dan agama; 7. G) melaksanakan program bimbingan
konseling, dan administrasi pendidikan; 8. H) mengembangkan diri dalam
wawasan, sikap, dan ketrampilan profesi; dan memanfaatkan teknologi,
lingkungan, budaya, dan sosial, serta lingkungan alam dalam proses belajar. Yang

11
saya akan bahas yaitu mengenai Masalah Distribusi Guru atau Penyebaran guru
yang tidak merata. Kebanyakan guru lebih memilih mengajar di perkotaan
ketimbang di daerah pelosok. Ini mengakibatkan guru di perkotaan menumpuk
sedangkan di pelosok akan kekurangan guru. Formasi pengangkatan yang telah di
tentukan oleh pemerintah daerah seakan-akan tidak membuat komposisi guru
menjadi merata. Dan memang kalau di perkotaan ataupun daerah padat, hal itu
tidak terjadi. Tapi di pedesaan, pedalaman, daerah pinggiran hutan, pegunungan
kenyataan kekurangan guru itu sangat terasa,”. Hal demikian tentulah berdampak
pada kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan pun kurang merata. Diperkotaan
akan semakin tinggi kualitas pendidikannya karena kebutuhan guru yang
tercukupi serta aksesibilitas yang mudah. Keadaan itu berbanding terbalik dengan
kondisi di pelosok. Kualitas pendidikan dipelosok akan semakin terpuruk karena
kebutuhan tim pengajar yang tidak tercukupi serta akses yang sulit. Dimana foktor
pendukung pendidikan sangat sulit di dapatkan di daerah pelosok yang tidak
terjadi di daerah perkotaan. Saat ini terjadi ketimpangan kompetensi yang cukup
mencolok pada guru di daerah tertinggal. Banyak guru yang mengajar di sekolah-
sekolah terpencil dengan tidak terstruktur dan mengabaikan teori-teori
pembelajaran efektif. Fenomena ini dapat dimengerti karena memang upaya
peningkatan kompetensi guru tidak dijadikan

Sebagai salah satu solusi yang diprioritaskan khususnya dalam


pembangunan pendidikan. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh
pelatihan atau upaya-upaya peningkatan mutu guru itu sendiri, sehingga ini
berkorelasi erat dengan kemampuan mengajarnya di sekolah. Jika hal ini tidak
diberi perlakuan khusus tentu saja akan semakin memperburuk kualitas proses
belajar mengajar di sekolah. Ada juga guru malu mengajar didaerah nya sendiri
dalam artian tempat terpencil pandangan mereka yang ingin mengajar diperkotaan
untuk encari pengalaman yang baru dan mendapat pasangan hidup yang lebih baik
, ada juga karna akses transportasi mereka untuk mengajar itu terkendala karna
jalanan yang menuju ke sekolah itu rusak parah. Itu bisa menbuat susah nya
penyebaran guru yang tidak merata. Solusi Solusi yang kiranya dapat menjadi
sebuah pertimbangan dalam menangani permasalahan diatas yaitu: 1.Konsistensi
pemerintah dalam menangani masalah tersebut harus perlu ditingkatkan.
2.Pemerintah harus bekerja sama dengan PTN dan PTS yang memiliki jurusan
pendidikan agar dapat menciptakan calon-calon pengajar yang benar-benar
memiliki mental seorang pengajar yang profesional. 3.Pemerintah harus benar-
benar memegang konsistensi terhadap pernyataan para calon pengajar yang
berbunyi “siap ditempatkan dimana saja”, sehingga setelah para calon pengajar
terangkat menjadi PNS tidak mudah untuk mengajukan pindah tempat sesuai
keinginan mereka melainkan perlu alasan yang kiranya dapat diterima.
4.Pemerintah harus benar-benar menjalankan amanat undang-undang yaitu 20 %
APBN untuk pendidikan sehingga pembangunan infrastruktur pendidikan yang

12
dapat mendukung akses sebagai penjamin mutu dapat terlaksana dengan baik.
5.Membuat perjanjian dengan calon guru untuk sanggup mengajar dimanapun
ditempat terpencil. 6.Memberikan fasilitas yang sama dengan guru yang mengajar
di prkotaan dengan di pedesaan. 7.Memberikan tunjangan lebih kepada guru yang
mengajar di tempat terpencil. 8.Memperbaiki akses transportasi agar bisa
mengajar dengan lancar dan tidak terkendala waktu.

9.Menindak lanjuti atau member hukuman atau mutasi tugas kepada guru
yang mengajar diperkotaan tapi tidak mengajar dengan baik dan sesuai dengan
kode etik.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kode etik profesi


guru merupakan sarana kontrol sosial bagi guru yang bersangkutan, yang berarti
etika profesi guru dapat memberitahukan suatu pengetahuan kepada masyarakat
agar dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap guru di lapangan kerja. Namun kenyataan yang kita jumpai
di lapangan saat ini bahwasannya apa yang diharapkan dalam undang-undang
profesionalitas guru dan dosen serta kode etik yang tertera diatas masih
mengidentifikasikan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih rendah.

Oleh sebab itu untuk mengatasi pelanggaran terhadap kode etik profesi
guru yakni salah satunya dengan menindak tegas dan memberikan sanksi berat
pada oknum-oknum guru yang melakukan kasus etika profesi guru karena sangat
merugikan guru sebagai salah satu profesi yang salah satu profesi yang salah satu
tugasnya adalah memberi keteladanan yang baik terhadap peserta didik.

B. Saran
Sekiranya setelah membaca makalah ini, mahasiswa mengerti dan
mengetahui tentang apa dan bagaimana materi mengenai etika profesi seorang
guru. Dan setidaknya para guru dan seluruh calon guru dapat bersama-sama
memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia melalui proses pengajaran yang ada,
agar dapat membentuk generasi-generasi penerus bangsa yang berkualitas dan
mampu bersaing secara global. Kemudian seorang guru bisa menjadi tauladan
yang baik bagi muridnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mudjito, Guru yang Efektif (Jakarta : Rajawali , 1986) hal. 33


Saondi, Ondi dkk, Etika Profesi Keguruan (Bandung : PT Refika Aditama, 2010)
hal. 51
http://menujuhijau.blogspot.com/2012/02/hanya-di-indonesia-guru-bolos-
tujuh.html
https://etikaprofesi85.wordpress.com/2017/01/12/kasus-pelanggaran-kode-
etikprofesi-guru/

14

Anda mungkin juga menyukai