(Makalah)
Disusun Oleh :
Nama NPM
TULANG BAWANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapan kehadirat allah SWT karena atas rahmat dan
karunianya. penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan
lancar tanpa halangan suatu apapun. Sholawat seiring salam semoga tetap
tercurahkan kepada baginda Nabiyullah Muhammad SAW, Sahabat, Tabi`in dan
generasi selanjutnya sampai hari kiamat.
Makalah yang berjudul “ETIKA PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK” ini
disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Hadist Tarbawi.
Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini. Penulis
memohon maaf sebesar-besarnya. Sebab, makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan.
Penulis juga berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk
menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan menjadi acuan untuk menulis
makalah lainnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ........................................................................................ 2
A. Kesimpulan ............................................................................. 12
Format Penilaian.........................................................................................14
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Etika merupakan salah satu unsur paling penting yang harus ada dalam
dunia pendidikan. Etika itu sendiri mengajarkan kita untuk saling menghargai
dan menghormati satu dengan lainnya. Dalam dunia pendidikan khususnya,
etika tersebut harus dimiliki oleh pendidik maupun peserta didik karena
berguna untuk menciptakan hubungan harmonis antara pendidik dan peserta
didik, sekaligus dapat membuat kegiatan belajar mengajar tersebut
berlangsung dengan aman dan nyaman, sehingga kegiatan transfer ilmu yang
dilakukan dapat berjalan dengan baik.
Untuk menumbuhkan etika baik, sangat dibutuhkan kepribadian yang
positif. Kepribadian positif tersebut harus dimulai dari seorang pendidik.
Karena seorang pendidik menjadi contoh dan panutan dalam berperilaku.
Seorang pendidik juga harus menumbuhkan kepribadian positif dalam diri
peserta didik dan harus bisa mengubah kepribadian negatif yang ada dalam
diri peserta didik menjadi kepribadian yang positif.
Akan tetapi, sekarang ini banyak orang yang tidak mengetahui bagaimana
cara beretika yang baik terhadap orang lain. Khususnya dalam dunia
pendidikan, bisa kita lihat sekarang ini, etika peserta didik terhadap pendidik
sangatlah tidak menunjukkan jati diri peserta didik yang sebenarnya. Banyak
peserta didik berani berkata kasar kepada pendidik dan tidak sopan dalam
berbicara yang seharusnya tidak diucapkan kepada orang yang telah
mendidiknya dan seolah-olah menganggap seorang pendidik sebagai teman.
Sebenarnya boleh saja menganggap pendidik sebagai teman agar kita lebih
nyaman dalam belajar, akan tetapi peserta didik juga harus memahami
batasan antara pendidik dan peserta didik tanpa menghilangkan rasa hormat
didalamnya.
Sejauh ini banyak kasus yang sering kita dengar seorang pendidik bersikap
kasar terhadap peserta didik tanpa alasan yang jelas dan kasus tindakan
negatif pendidik terhadap peserta didik yang seharusnya tidak dilakukan.
1
Untuk itu, dalam makalah ini akan dimuat apa etika itu sendiri dan bagaimana
cara beretika yang baik dalam dunia pendidikan. Baik itu bagaimana cara
beretika seorang pendidik kepada peserta didik, bagaimana cara beretika
seorang peserta didik kepada pendidik, serta bagaimana beretika antar sesama
peserta didik di lingkungan sekolah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Depinisi Etika
2. Depinisi Pendidik dan peserta didik
3. Etika Pendiidik
4. Etika Peserta Didik
5. Hadits Pendidik dan peserta Didik.
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini dibuat Untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadist Tarbawi,
dan sebagai Referensi keilmuan bagi Mahasiswa pada Umumnya dan mahasiswa
STIT Darul Ishlah Khususnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Etika
Secara bahasa, etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yakni „ethikos‟,
yang artinya kewajiban moral. Sedangkan menurut istilah, etika adalah salah
satu cabang dari filsafat yang pada khususnya berkaitan dengan pilihan-
pilihan yang akan diambil dan disertai dengan tindakan yang dilakukan oleh
seseorang yang akan berdampak kepada masyarakat luas.1 Etika juga dapat
diartikan sebagai suatu ilmu yang membahas tentang baik dan buruk suatu
perbuatan pribadi seseorang ditengah-tengah masyarakat. Dalam kehidupan
sosial kita akan selalu dihadapkan masalah etika, sekaligus menjadi dasar
penilaian kepribadian kita. Banyak permasalahan-permasalahan yang ada
dikehidupan kita yang terkait dengan pelanggaran terhadap nilai dan norma
dalam beretika.
Permasalahan dalam beretika sebenarnya dapat kita atasi apabila kita
mengetahui bagaimana cara beretika yang baik dan selalu berusaha untuk
menghindari beretika yang buruk, karena etika itu sendiri pada dasarnya
dinilai dari suatu perbuatan yang kita lakukan dan etika tersebut dapat berlaku
dimana saja dan kapan saja.
1
Rukiyati, dkk. Etika Pendidikan, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2018), hal. 1.
2
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hal. 49.
3
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2000), hal. 34-36.
3
Dalam UU NO 20 Tahun 2003, pendidik adalah tenaga pendidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaswara, tutor instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah (UU Guru dan Dosen No.14 tahun 2005).
2. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.4 Peserta didik itu sendiri
merupakan pribadi yang diakui haknya sebagai individu yang mempunyai
tanggung jawab sosial, selain itu peserta didik juga dianggap sebagai
seseorang yang tengah berkembang dengan bantuan seorang pendidik.
Dalam ketidaktahuan seorang peserta didik, maka terkadang ia akan
selalu mencari tahu dan menanyakan apa yang tidak diketahuinya. Dalam
perjalanan keingintahuannya, seorang pendidik harus mengarahkannya,
serta membagikan ilmu yang dimilikinya kepada peserta didik tersebut.
C. Etika Pendidik
1. Etika Pendidik Ditinjau dari Kepribadian
a. Dalam mengajar, seorang pendidik harus memiliki niat yang tulus
5
semata-mata hanya karena Allah SWT.
b. Seorang pendidik harus menghindari diri dari penyakit-penyakit hati,
seperti sifat dengki, riya, ujub, dan meremehkan orang lain.
c. Seorang pendidik tidak boleh merendahkan ilmu. Maksudnya ialah
seorang pendidik tidak pergi untuk mengajarkan ilmu ke suatu tempat
agar orang-orang memuliakannya.6
4
Pasal 1 ayat 4. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003), hal. 23.
5
Al-Nawawi, al-Majmu’ Syarah al Muhassab, (Beirut: Dar al-Fikr, 1980), hal. 54.
4
d. Seorang pendidik harus menanamkan dalam dirinya pribadi yang dapat
menjadi orang tua bagi peserta didiknya.
2. Etika Pendidik dalam Kegiatan Ilmiah
Sifat seorang pendidik dalam kegiatan ilmiahnya menurut Imam an-
Nawawi adalah sebagai berikut:
a. Menjelaskan tentang sifat tawaduk dan menjelaskan bahwa seseorang
itu lebih mulia apabila ia lebih banyak membaca daripada yang tidak
suka membaca.7
b. Keharusan seorang pendidik untuk terus menuntut ilmu meskipun harus
mengeluarkan banyak biaya.8
c. Dalam menjelaskan sesuatu harus dalam bahasa yang lugas dan mudah
dipahami agar peserta didik dapat menerima ilmunya dengan baik.9
d. Keharusan bagi pendidik untuk mengajak ataupun menanamkan dalam
diri peserta didik agar membaca doa disaat ingin memulai dan
mengakhiri pembelajaran.
6
Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat, (Surabaya: Risalah Gusti
1996), hal. 123.
7
Muri Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 78.
8
Al-Nawawi, op. cit., hal. 56.
9
Al-Nawawi, op. cit., hal. 57.
5
e. Seorang pendidik harus bersikap terbuka dalam menyampaikan
ilmunya, sederhana dan mudah dipahami.
f. Seorang pendidik harus bersikaqp lemah lembut kepada peserta didiknya
terlebih pada saat kegiatan belajar mengajar.
10
Hasan Asari, Etika Akademis dalam Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hal. 73.
6
bahwa hadist menjadi salah satu pedoman dalam bertingkah atau berbuat
sesuatu.
Sebagai sumber hukum Islam yang kedua hadis juga tidak dengan
mudahnya digunakan begitu saja sebelum mengadakan kritik hadist terlebih
dahulu atau yang biasa di istilahkan dengan Takhrijul Hadist, urgensi
penelitian hadis adalah seorang peneliti mengetahui asal usul riwayat hadis
yang akan diteliti, berbagai riwayat yang telah meriwayatkan hadis itu, dan
ada atau tidaknya korroborasi (syahid dan mutabi) dalam sanad bagi hadis
yang ditelitinya. Pendapat ini juga diperkuat oleh Sholahudin dan Agus, yang
menyatakan bahwa dengan meneliti hadis, kita akan mengetahui hadis-hadis
yang pengutipannya memperhatikan kaidah-kaidah ulumul hadis yang
berlaku sehingga hadis tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun
kualitasnya.11
Adapun hadis-hadis yang berkaitan dengan etika pendidik dan peserta didik
yaitu:
1. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dari gurunya Ya'kub bin Sufyan al
Fasawi al-Hafizh dari al-Hasan bin Ali Radhiallahu Anhuma. Husein bin
Ali bertanya lagi kepada ayahnya bagaimana sikap Rasulullah dalam
majelis?. Ayahnya menjawab:
ٍَْ طٍُ ْاْلَ َيب ِكٍَ َٔ ٌَ َُْٓى ع َّللاُ َعهَ ٍْ ِّ َٔ َسها َى ََل ٌَجْ هِسُ َٔ ََل ٌَقُٕ ُو إِ اَل َعهَى ِذ ْك ِس ا
ِّ َٕ ٌُ ََّللاِ ََٔل صهاى ا َكبٌَ َزسُٕ ُل ا
َ َِّللا
ِ ُِك ٌَُٔ ْع ِطً ُك ام ُجهَ َسبئِ ِّ ث
َصٍجِ ِّ ََل َ ِْج ٌَ ُْتَ ًِٓ ثِ ِّ ْان ًَجْ هِسُ ٌََٔأْ ُي ُس ثِ َرن
ُ ٍس َد
َ َإٌِطَبََِٓب َٔإِ َذا ا َْتََٓى إِنَى قَْٕ ٍو َجه
ُُّْ ٌَذْ ِستُ َجهٍِ ُسُّ أَ اٌ أَ َددًا أَ ْك َس ُو َعهَ ٍْ ِّ ِي
7
Dimana hadits ini mengajarkan kepada pendidik dan peserta didik untuk
membaca doa sebelum memulai dan mengakhiri pembelajaran. Didalam
kelas, peserta didik hendaknya tidak mengganggu temannya sebagaimana
yang Rasulullah contohkan.
2. Hadits Imam Ibnu Majah Kitab ke-2 Bab Istinja` dengan batu dan larangan
untuk menggunakan kotoran hewan dan tulang hadits No. 309:
خ
ٍ ِ صب نَ ًِبع ث ٍِْ َد ِك ٍٍى ع ٍَْ أَث ِ َابح أَ َْجَأَََب ُس ْفٍَبٌُ ثٍُْ ُعٍَ ٍَُْخَ ع ٍَْ اث ٍِْ َعجْ ََلٌَ ع ٍَْ ْانقَ ْعق
ِ صجَد ادحََُب ُي َذ اً ُد ثٍُْ ان ا
َّللاُ َعهَ ٍْ ِّ َٔ َسها َى إَِا ًَب أَََب نَ ُك ْى ِي ْخ ُم ْان َٕانِ ِد نِ َٕنَ ِد ِِ أُ َعهِّ ًُ ُك ْى إِ َذا
صهاى ا قَب َل َزسُٕ ُل ا: ع ٍَْ أَثًِ ُْ َس ٌْ َسحَ قَب َل
َ َِّللا
ٍ أَتَ ٍْتُ ْى ْانغَبئِطَ فَ ََل تَ ْستَ ْقجِهُٕا ْانقِ ْجهَخَ َٔ ََل تَ ْستَ ْدثِسَُْٔب َٔأَ َي َس ثِخَ ََلحَ ِخ أَدْ َج
ِ ْٔبز ََََٔٓى ع ٍَْ انسا
ث َٔانسِّ اي ِخ ََََٔٓى
ِّ ًٍُِِ ٍٍَِت ان اس ُج ُم ث َ أَ ٌْ ٌَ ْستَ ِط
3. Hadits Imam Bukhari Kitab ke-59 Bab Bagaimana menjawab salam ahlu
dzimmah hadits No. 5786:
8
ت ض ًَ ا
ْ ََّللاُ َع َُْٓب قَبن ِ انص ْْ ِسيِّ قَب َل أَ ْخجَ َسًَِ عُسْ َٔحُ أَ اٌ عَبئِ َشخَ َز
ُّ ٍَْ َد ادحََُب أَثُٕ ْانٍَ ًَب ٌِ أَ ْخجَ َسََب ُش َعٍْتٌ ع
ُ ك فَفَ ِٓ ًْتَُٓب فَقُ ْه
ت َعهَ ٍْ ُك ْى َ ٍْ ََّللاُ َعهَ ٍْ ِّ َٔ َسها َى فَقَبنُٕا انساب ُو َعه
صهاى ا َدخَ َم َز ْْطٌ ِي ٍْ ْانٍَُٕٓ ِد َعهَى َزسُٕ ِل ا
َ َِّللا
ِّ َِّ فًِ ْاْلَ ْي ِس ُكه َ َّللاَ ٌُ ِذتُّ ان ِّس ْف َّللاُ َعهَ ٍْ ِّ َٔ َسها َى َيٓ ًَْل ٌَب عَبئِ َشخُ فَإ ِ اٌ ا
صهاى ا انساب ُو َٔانها ْعَُخُ فَقَب َل َزسُٕ ُل ا
َ َِّللا
ت َٔ َعهَ ٍْ ُكى ُ َّللاُ َعهَ ٍْ ِّ َٔ َسها َى فَقَ ْد قُ ْه
صهاى ا
َ َِّللا َّللاِ أَ َٔنَ ْى تَ ْس ًَ ْع َيب قَبنُٕا قَب َل َزسُٕ ُل ا
ُٕل ا
َ ت ٌَب َزس ُ فَقُ ْه
4. Imam Muslim Kitab ke-33 Bab Perintah untuk memberi kemudahan dan
tidak membuat orang menjadi lari hadits No. 3264:
9
Telah menceritakan kepada kami [Ubaidulalh bin Mu'adz al-'Anbari] telah
menceritakan kepada kami [ayahku] telah menceritakan kepada kami
[Syu'bah] dari [Abu at-Tayah] dari [Anas]. (dalam riwayat lain disebutkan)
Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah
menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Sa'id]. (dalam riwayat lain
disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin al-Walid]
telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] keduanya dari
[Syu'bah] dari [Abu at-Tayah] dia berkata; aku mendengar [Anas bin
Malik] berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Permudahlah oleh kalian dan jangan mempersulit, buatlah hati mereka
tenang dan jangan menakut-nakuti."
ًِّ ِبزحَ ْث ٍِ َشا َذاٌَ ع ٍَْ َعه ش ْانٍَب ِي ًُّ ْان ُكٕفِ ًُّ َد ادحََُب َع ْج ُد ا
َ ًَ َّللاِ ثٍُْ َُ ًٍَ ٍْس ع ٍَْ ُع ٍ ٌْ َد ادحََُب أَدْ ًَ ُد ثٍُْ ثُ َد ٌْ ِم ْث ٍِ قُ َس
َّللاُ َعهَ ٍْ ِّ َٔ َسها َى َي ٍْ ُسئِ َم ع ٍَْ ِعهْ ٍى
صهاى ا قَب َل َزسُٕ ُل ا:ث ٍِْ ْان َذ َك ِى ع ٍَْ َعطَب ٍء ع ٍَْ أَثًِ ُْ َسٌ َْسحَ قَب َل
َ َِّللا
َّللاِ ْث ٍِ َع ًْ ٍسٔ قَب َل أَثُٕ ِعٍ َسى
َبز َٔفًِ ْانجَبة ع ٍَْ َجبثِ ٍس َٔ َع ْج ِد ا ُ
ٍ َ ٍْ َعهِ ًَُّ حُ اى َكتَ ًَُّ أ ْن ِج َى ٌَْٕ َو ْانقٍَِب َي ِخ ثِهِ َج ٍبو ِي
ٌ ٌج أَثًِ ُْ َسٌ َْسحَ َد ِد
ٌٍ ٌج َد َس ُ َد ِد
Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Budail bin Quraisy
al Yamiyyu al Kufi] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin
Numair] dari [Umarah bin Zadzan] dari [Ali bin al-Hakam] dari ['Atha']
dari [Abu Hurairah] dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia ketahui
kemudian dia menyembunyikannya, maka dia akan dicambuk pada hari
kiamat dengan cambuk dari neraka." Dan pada bab tersebut juga
10
diriwayatkan dari Jabir dan Abdullah bin 'Amru, Abu Isa berkata; 'Hadits
Abu Hurairah adalah hadits hasan.'
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etika mengajarkan kita untuk saling menghargai dan menghormati satu
dengan lainnya. Dalam dunia pendidikan khususnya, etika harus dimiliki oleh
pendidik maupun peserta didik karena berguna untuk menciptakan hubungan
harmonis antara pendidik dan peserta didik, sekaligus dapat membuat
kegiatan belajar mengajar tersebut berlangsung dengan aman dan nyaman.
Dalam Islam, pendidik dan peserta didik dapat mengambil suri tauladan
dari Rasulullah mengenai etika yang baik bagi pendidik dan peserta didik.
Ketika pendidik dan peserta didik memiliki etika yang baik, maka ilmu yang
telah diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik menjadi ilmu yang berkah.
Hubungan antara keduanya pun semakin erat karena didalam diri masing-
masing telah tertanam bagaimana cara beretika yang baik sesuai dengan
ajaran Islam.
12
DAFTAR PUSTAKA
Asari, Hasan. 2008. Etika Akademis dalam Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
13
ASPEK PENILAIAN
14
cukup menguasai
(61-70,9)
kurang menguasai
(0 - 60,9)
sangat menguasai
(81- 100)
Rata-rata Nilai
15