Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN PENDIDIKAN
Program Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan penddikan
Dosen Pengampu : Bapak. Dr. Zaenal Abidin, M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 2

 Ahmad Fauzil Ihsan (2021.04.002)


 Fakih Mukodam (2021.04.025)
 Hilda Melania (2021.06.009)
 Siti Nurasiyah (2021.04.013)
 Titin Rustini (2021.04.016)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

INSTITUT AGAMA ISLAM SAHID (INAIS)

1442 H/2021 M

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penyusun dapat berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yaitu makalah yang berjudul “PROGRAM
PENDIDIKAN BERWAWASAN KEWIRAUSAHAAN”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
kami yaitu Bapak Dr. Zaenal Abidin, M.Si pada mata kuliah Kewirausahaan Pendidikan.
Makalah ini berisikan informasi tentang Program Pendidikan Berwawasan
Kewirausahaaan dan tujuan Pembelajaran Anak Usia Dini. Di harapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada seluruh pembaca. Ketika penyusunan makalah
pembelajaran ini, banyak pihak yang turut membantu serta memberikan dorongan
pemikiran dan materi. Oleh karena itu, penyusun menyampaikan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah memberi sumbangan dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah tahap berikutnya.
Akhir kata penyusun mengucapkan selamat membaca, semoga makalah ini memberikan
manfaat khususnya para pembaca, dan semoga makalah ini memberikan tambahan
wawasan tentang pendidikan kewirausahaan.

Bogor, 5 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1

1.3 Tujuan...................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2

2.1 Program Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan...............................................2

A. Pengertian.........................................................................................................2

B. Kebijakan yang terkait dengan program pendidikan kewirausahaan ..............2

C. Ruang Lingkup Program Pendidikan Kewirausahaan......................................3

D. Tujuan Program Pendidikan Kewirausahaan....................................................3

E. Hasil yang diharapkan dari program penddidikan berwawasankewirausahaaan


.......................................................................................................................................3

F. Nilai-Nilai pokok dalam pendidikaan kewirausahaan......................................3

G. Kriteria keberhasilan program pendidikan kewirausahaan................................4

2.2. Tujuan Pembelajaran Anak Usia Dini...................................................................5

A. Content Objective.............................................................................................5

B. Methodologi Objective.....................................................................................5

C. Life Skill Objective...........................................................................................5


D. Tujuan Dan Perlunya Pengenalan Pendidikan Kewirausahaan Sejak Dini……5

E. Contoh Program Kegiatan Kewirausahaan Pada Anak Usia Dini…………...…7

BAB III PENUTUP..............................................................................................................13

ii
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................13

3.2. Saran....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kewirausahaan dalam pendidikan merupakan kerja keras yang terus-menerus yang
dilakukan pihak sekolah terutama kepala sekolah dalam menjadikan sekolahnya lebih
bermutu. Pada suatu negara yang sedang berkembang, peranan para wirausahawan tidak
dapat diabaikan terutama dalam melaksanakan pembangunan. Suatu bangsa akan
berkembang lebih cepat apabila memiliki para wirausahawan yang dapat berkreasi serta
melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasan-gagasan baru menjadi kegiatan
yang nyata dalam setiap usahanya. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang
berkembang berusaha dengan giat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Salah satu
peran penting dalam meningkatkan taraf hidup rakyatnya adalah melalui pendidikan. Hal ini
karena pendidikan merupakan salah satu prasyarat untuk mempertahankan martabat manusia
serta memiliki kesempatan dalam mengembangkan kemampuan dan membina kehidupannya
dalam masyarakat antara lain melalui pendidikan.
Pendidikan entrepreneurship sejak usia dini sebagaimana dikemukakan Ciputra Dari
pendapat yang dikemukakan itu patut disimak bahwa usia memulai bisnis tidaklah ada
patokan yang tepat. Berdasarkan hal tersebutlah sangat penting adanya Program pendidikan
berwawasan kewirausahaan didalam dunia sekolah, untuk membekali para siswa-siswi dalam
mengarungi dunia usaha yang akan dijalankan mereka setelah mereka keluar dari sekolah,
makalah ini kami tim penyusu akan membahas mengenai bagaiman program pendidikan
berwawasan kewirausahaan dalam lingkungan sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu program pendidikan berwawasan kewirausahaan?
2. Bagaiamanaa Tujuan Pembelajaraan pada anak usia dini ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui program pendidikan berwawasan kewirausahaan
2. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran pada anak usia dini

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Program Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan
A. Pengertian
Program pendidikan berwawasan kewirausahaan adalah program pendidikan yang
berorientasi pada kecakapan hidup. Program pendidikan ini disusun dalam kurikulum
khsusus atau terintegrasi pada tiap mata pelajaran. Seorang wirausaha yang memiliki potensi
sukses adalah mereka yang mengerti kegunaan pendidikan untuk menunjang kegiatan serta
mau belajar untuk menambah pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan sebagai
sarana untuk mencapai suatu tujuan
Program pendidikan yang berwawasan kewirausaan adalah program pendidikan yang
menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi kearah pembentukan kecakapan hidup (life skill)
pada peserta didik melalui kurikulum yang terinterasi pada setiap mata pelajaran yang
dikembangkan oleh sekolah. Pengembangan kerangka kewirausahaan pada tenaga pengajar
sangatlah penting, Karena pendidik adalah agent of change yang diharapkan mampu
menanamkan ciri-ciri, sifat, dan watak, serta jiwa kewirausahaan pada peserta didik.
Pentingnya para pendidk memiliki jiwa entrepreneur karena melalui inilah para pendidik
akan memilikim orientasi kerja yang lebih efektif, efisien, kreatif, inovatif, produktif, serta
mandiri
B. Kebijakan yang terkait dengan program pendidikan kewirausahaan
1. RPJMN 2010-2014
RPJMN adalah kepanjangan dari rencana pembangunan jangka Menengah Nasional
yaitu dokumen perencanaan untuk periode lima tahun. RPJMN terdiri dari RPJMN I
(2005-2009), RPJMN II (2010-2014), RPJMN III (2015-2019), RPJMN IV (2020-
2024)
2. Visi Departemen / Kementrian Pendidikan Nasional
Visi Departemen/Kementrian Pendidikan Nasioanal tahun 2020-2025 adalah
menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif (Insan Kaml/Insan Paripurna).
3. Misi Departemen pendidikan Nasioanl tahun 2014
Misi Departemen Pendidikan Nasional tertuang dalam 5K yaitu : M1-meningkatkan
ketersediaan layanan pendidikan, M2- memperluas jangkauan layanan pendidikan, M3-
meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan, M4-Meujudkan
kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, M5-menjamin kapasitas memperoleh
layanan pendidikan

2
4. Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional tahun 2010-2014
Arah kebijakan pambangunan pendidikan nasioanal dimaksudkan untuk penerapan
metodologi pendidkan akhlak mulia dan karakter bangsa termasuk karakter
berwirausaha.
C. Ruang Lingkup Program Pendidikan Kewirausahaan
Sasaran program pendidikan kewirausahaan adalah satuan pendidikan mulai dari
pendidikan usia dini hingga pendidikan menengah atas serta pendidikan non formal
(PAUD/TK, SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK,
hingga PNF). Melalui program ini diharapkan lulusan peserta didik pada semua jenis
dan jenjang pendidikan, dan warga sekolah yang lain memiliki jiwa dan spirit
wirausaha.
D. Tujuan Program Pendidikan Kewirausahaan
Program Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk :
1. Memeperkuat pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang berlaku
disaat ini disetiap satuan pendidikan mulai dari pendidikan usia dini sampai dengan
sekolah menengah atas dan pendidikan nin formal dengan cara memperkuat metode
pembelajaran dan mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan.
2. Mengkaji standar isi dan standar kompetensi lulusan dan kurikulum mulai dari
pendidikan usia dini hingga sekolah menengah atas serta pendidikan non formal
dalam rangka pemetaan ruang lingkup kompetensi lulusan yang terkait dengan
pendidikan kewirausahaan.
3. Merumuskan rancangan pendidikan kewirausahaan disetiap satuan pendidikan mulai
dari pendidikan usia dini hingga pendidikan menengah atas serta pendidkan
nonformal
E. Hasil yang Diharapkan dari Program Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan
1. Terwujudnya seperangkat pemetaan yang memuat nila-nilai kewirausahaan dan
indikator keberhasilan kewirausahaan peserta didik pada setiap satuan pendidkan
mulai dari pendidikan anak usia dini hingga pendidikan menengah atas dan nonformal
2. Terwujudnya rancangan dan contoh pengintegrasian pendidikan kewirausahaan pada
setiap satuan pendidikan
F. Nilai-Nilai Pokok dalam Pendidikan Kewirausahaan
1. Mandiri 10. Tanggung jawab
2. Kreatif 11. Kerja sama
3. Berani mengambil resiko 12. Pantang Menyerah

3
4. Berorientasi pada tindakan 13. Komitmen
5. Kepemimpinan 14. Realistis
6. Kerja keras 15. Rasa ingin tahu
7. Jujur 16. Komunikatif
8. Disiplin 17. Motivasi kuat untuk sukses
9. Inovatif
G. Kriteria Keberhasilan Program Pendidikan Kewirausahaan
1. Peserta Didik
a. Memiliki kemandirian yang tinggi
b. Memiliki Kretifitas yang tinggi
c. Berani mengambil resiko
d. Berorientasi pada tindakan
e. Memiliki karakter kependidikan yang tinggi
f. Memiliki karakter pekerja keras
g. memahami konsep kewirausahaan
h. Memiliki keterampilan/skill berwirausaha disekolah
2. Kelas
a. Lingkungan kelas yang dihiasi denga hasil kreatifitas peserta didik.
b. Pembelajaran dikelas yang diwarnai dengan keaktifan peserta didik
c. Lingkungan kelas yang mampu menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik
yang sesuai dengan nuila-nilai kewirausahaan yang di implementasikan.
3. Sekolah
a. Guru mampu memberikan keteladanan terhadap penanaman nilai-nilai
kewirausahaan kepada peserta didik.
b. Guru mampu merancang pembelajaran yang terintegrasi nila-nilai kewirausahaan.
c. Guru mampu memahami konsep-konsep kewirausahaan.
d. Guru memiliki keterampilan/skill berwirausaha
e. Kepala sekolah mampu menciptakan kreatifitas dan inovasi yang bermanfaat
bagi pengembangan sekolah.
f. Kepala sekolah bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai
orientasi pembelajaran yang efektif
g. Kepala sekolah memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai kesuksesan dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah
h. kepala sekolah pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam

4
menghadapi kendala sekolah.
i. Kepala sekolah memiliki naluri kewirausahaan sebagai sumber belajar peserta
didik.
j. Kepala sekolah menjadi teladan bagi guru dan peserta didik.
k. Lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang bernuansa nila-
nilai kewirausahaan yang di implementasikan.
2.1 Tujuan Pembelajaran Anak usia Dini
A. Content Objective
Yaitu Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Tidak semua materi pelajaran
harus dikuasai siswa melalui pembelajaran intra kurikuler disekolah. Materi pembelajaran
yang memiliki konsep kunci serta tema-tema esensial yang mendorong tercapainya
kemampuan generic yang wajib dimiliki siswa, selebihnya dapat ditugaskan di rumah atau
kegiatan lain.
B. Methodologi Objective
Yaitu Penguasaan siswa terhadap proses penemuan konsep kunci keilmuan, sehingga
memungkinkan siswa untuk memiliki dan menguasai proses penemuan konsep kunci
(Keterampilan proses)
C. Life Skill Objective
Yaitu penguasaan siswa dalam mengaplikasikan konsep kunci serta keterampilan
prosesnya dalam kehidupan sehari-sehari. Keterampilan ini disebut kecakapan hidup karena
meliputi konten objective dan methodology objective dan merupakan kecakapan yang dapat
ditransfer dalam berbagai bidang keilmuan dan tekhnologi. Dalam hal ini siswa TK dan SD
berlatih basic intelektual skill dan basic manual skill yang seluruhnya bersifat generik
D. Tujuan Dan Perlunya Pengenalan Pendidikan Kewirausahaan Sejak Dini
Karakter seorang anak dibangun melalui apa yang didengarkan, apa yang dilihat dan
apa yang dirasakan. Pendengaran dan penglihatan adalah pintu masuk pelajaran sebelum
masuk menempa hati nuraninya. Melalui seluruh indera yang manusia miliki inilah, akan
muncul pembelajaran yang kuat terkait dengan apa-apa yang diterima oleh indera. Bila anak
terbiasa dengan dunia wirausaha sejak kecil, maka karakter inilah yang akan muncul kelak
ketika anak dewasa.
Pembelajaran kewirausahaan (entrepreneurship) lebih mengarah pada perubahan
mental.  Mien Uno berpendapat bahwa untuk menjadi wirausahawan handal dibutuhkan
karakter unggul yang meliputi ; pengenalan terhadap diri  sendiri, kreatif, mampu berpikir
kritis, mampu memecahkan permasalahan, dapat berkomunikasi, mampu  membawa diri di

5
berbagai lingkungan, menghargai waktu, mampu berbagi dengan orang lain, mampu
mengatasi stres, bisa mengendalikan emosi dan mampu membuat keputusan.
Berwirausaha bukan hanya dunianya orang dewasa, tetapi juga bisa menjadi bagian dari
dunianya anak-anak. Bedanya, berwirausaha pada anak-anak tidak bisa dijalankan sendirian,
namun membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orang  dewasa, orangtua maupun guru.
Anak-anak yang mengenal dunia wirausaha sejak dini, akan mendapatkan manfaat yang besar
untuk bekal masa depan kelak. Pada tahapan usia dini, anak-anak yang belajar menumbuhkan
pembelajaran wirausaha akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif. Kreativitas yang terlatih
sejak dini, termasuk melalui berbagai kegiatan kewirausahaan menjadi modal utama
produktivitas dan kemandirian anak ketika dewasa nanti. Jiwa
wirausaha (entrepreneurship) harus ditanamkan oleh para orang tua dan sekolah ketika anak-
anak mereka dalam usia dini. Mengingat bahwa kewirausahaan ternyata lebih kepada
menggerakkan perubahan mental. Jadi tak perlu dipertentangkan apakah kemampuan
wirausaha itu berkat adanya bakat atau hasil dari proses pendidikan.
Pembelajaran kewirausahaan pada diri anak tidak serta merta ada, akan tetapi
memerlukan latihan secara bertahap. Bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam aktivitas
keseharian anak. Misalnya, membereskan  mainan selesai bermain, rajin sikat gigi sebelum
tidur dan membereskan tempat tidur. Ini merupakan latihan berdisiplin, bertanggung jawab
dan awal pengajaran tentang kepemilikan.  Latihan selanjutnya, mengajarkan anak untuk
mampu mengelola uang dengan baik. Latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara
membelanjakan, tapi juga menabung, sedekah dan mencari uang.
Hal lain yang juga penting adalah dukungan dari orang tua kepada anak. Dukungan
tidak hanya dapat berupa finansial tapi juga motivasi agar anak mau berpikir kritis untuk
mengeluarkan ide. Bentuk motivasi  itu antara lain bisa berwujud ucapan selamat ketika
tanaman yang dipelihara anak dapat tumbuh dan anak dapat memetik hasilnya atau dorongan
semangat untuk pantang menyerah.  Pengakuan dan dukungan dari orang tua akan
menentukan perkembangan minat dan percaya diri anak. Sekolah sebagai wadah bagi anak
mendapatkan ilmu dan menerapkan ilmunya untuk mengembangkan pembelajaran
kewirausahaan  anak, sedangkan orang tua sebagai motivator bagi anak dalam mewujudkan
segala hal tersebut. Sekolah dan orang tua merupakan kunci sukses dari program
kewirausahaan pada anak usia dini.
Penumbuhan pembelajaran kewirausahaan perlu ditumbuhkan sejak dini, bukan hanya
dalam dataran pembentukan kognitif dengan memberitahu anak tentang definisi
kewirausahaan, manfaatnya dan caranya. Tetapi kewirausahaan dapat diintegrasikan dalam

6
tema pembelajaran
melalui kurikulum yang telah ada. Hal ini dapat dilakukan oleh guru secara kreatif pada
saat pemberian materi pembelajaran yang dilakukan seraya bermain.
Jika anak sejak usia dini sudah diajarkan tentang kewirausahaan, anak akan memiliki
keterampilan-keterampilan tersebut. Sehingga hal ini akan membuat anak menjadi pribadi
yang tangguh dalam menghadapi kehidupannya di masa depan.
E. Contoh Program Kegiatan Berwawasan Kewirausahaan Pada Anak Usia Dini
Pembelajaran  kewirausahaan di lingkungan anak usia dini dapat dilakukan dengan
berbagai kegiatan belajar melalui bermain sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah, sehingga dapat
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengekspresikan dirinya secara
bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
Menumbuhan sifat wirausaha pada diri anak memerlukan latihan bertahap. Latihan
wirausaha ini bukanlah sesuatu yang rumit. Kegiatan anak di PAUD bersama guru dan teman
sebayanya dapat dimaksimalkan dalam menanamkan pola pikir untuk menjadi  seorang
wirausaha (entrepreneur), serta memberikan pembiasaan-pembiasaan yang positif terhadap
anak terkait dengan nilai-nilai positif yang terdapat dalam jiwa seorang wirausaha. Hal-hal
yang dapat guru lakukan antara lain ; memberikan fasilitas, metode mengajar yang kreatif,
mengaitkan apa yang diajarkan dengan berpikir layaknya seorang wirausaha. Agar kelak
ketika dewasa nanti anak akan terbiasa dengan kegiatan kewirausahaan dan yang terpenting
lagi anak tidak akan takut dalam mengambil resiko. Kegiatan sekolah yang berkaitan dengan
kewirausahaan merupakan penyeimbang bagi anak untuk menerapkan  apa  yang  anak 
peroleh  dari pelajaran yang telah diajarkan oleh guru, misalnya ketika ada tema tumbuhan,
guru bisa mengajarkan cara menanam tumbuhan, merawatnya sampai dengan bagaimana
memanfaatkan tumbuhan.
1. Penanaman jiwa wirausaha melalui metode bercerita
Menurut psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi, cara yang mudah untuk dilakukan orangtua
adalah dengan cara bercerita. Misalnya saja, orangtua bisa menceritakan kisah tentang teman
yang dulu sejak kecil sudah bisa mencari uang dengan berbisnis kecil-kecilan. Selain itu,
orang tua juga bisa bercerita soal kisah sukses dan masa kecil para pengusaha ternama.
Setelah bercerita, yakinkan pula pada sang anak, bahwa dirinya juga bisa sukses seperti itu.
Sehingga, anak akan menjadi tertantang untuk mengikuti kisah sukses itu.
2. Pendidikan kewirausahaan diintegrasikan dalam mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan

7
ekstrakurikuler, pengembangan diri, kultur sekolah atau aturan-aturan yang dibuat oleh
sekolah
Kegiatan berwirausaha dapat dijadikan sebuah event kompetisi bagi peserta didik,
misalkan lomba karya seni, lomba memasak dan mengemas produk sehingga memiliki
nilai jual, lomba kerajinan tangan, dan sebagainya. Kemudian hasil karya siswa tersebut
dipasarkan dan di jual. Selanjutnya masing-masing individu atau kelompok peserta lomba
diberi nilai sesuai indikator penilaian yang telah ditentukan dan diberi penghargaan atas
keberhasilan yang peserta didik peroleh.
3. Mengajak siswa melakukan kegiatan dasar kewirausahaan, misalnya kegiatan ekonomi
di kelas, kebiasaan usaha, yaitu warung kelas
Warung kelas dapat dijadikan sebagai dasar penanaman jiwa kewirausahaan. Sebab
pada kegiatan ini, semua hal dari anak didik, untuk anak didik dan oleh anak didik.
Warung kelas ini adalazh milik siswa sehingga setiap anak mempunyai tanggung jawab
dan kewajiban yang sama dalam upaya peningkatan dan kelancaran penjualan jajanan
yang ada. Setelah jajanan habis, maka beberapa orang secara bergantian bertugas untuk
belanja makanan dan jajanan untuk periode jualan ke depan. Pada saat inilah, anak dapat
mengetahui apakah warung kelasnya mendapatkan untung ataukah tidak. Dan, nilai
keuntungan tersebut dapat ditambahkan untuk belanja sekaligus memperbanyak barang
dagangan.
Dengan cara ini, maka tumbuh kesadaran dalam jiwa anak didik bahwa mereka dapat
melakukan kegiatan usaha. Kesadaran ini diyakini dapat memicu semangat
kewirausahaan pada anak-anak. Dalam konteks ini yang paling dibutuhkan adalah
bimbingan guru agar kegiatan ini tidak mengganggu proses pendidikan anak. Artinya,
warung kelas hanya dibuka pada saat sebelum masuk waktu pembelajaran dan pada saat
jam istirahat saja. Di luar kedua jam tersebut, maka secara tegas guru melarang adanya
transaksi jual beli.
4. Membuat kue dan minuman ringan dan menjualnya dalam acara-acara tertentu
Untuk dapat menanamkan jiwa berwirausaha kepada anak, guru dapat memberikan
suatu kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan orangtua dan anak. Seperti misalnya
acara Cooking Classes And Food Bazaar, dimana acara ini merupakan acara memasak
bersama antara anak dan orangtua, dengan dibimbing oleh guru atau pendidik yang menu
makanannya dapat disesuaikan dengan kesukaan anak-anak. Setelah itu, makanan-
makanan yang dibuat tersebut dijual ke dalam acara Food Bazaar pada hari itu juga,
dengan penjual adalah anak-anak itu sendiri dan orangtua siswa sebagai pembelinya atau

8
dapat juga melibatkan masyarakat luar di sekitar lingkungan sekolah anak.
5. Membuat produk dan menjualnya dalam acara “Market Day”
Salah satu contoh aplikasi pendidikan terintegrasi mengenai kewirausahaan adalah
kegiatan “Market Day” dengan melibatkan semua siswa dalam proses produksi,
distribusi, dan konsumsi. Kegiatan produksi adalah dengan memberikan tanggung jawab
kepada siswa berdasakan kelas secara bergantian untuk membuat produk yang memiliki
nilai jual dan bermanfaat bagi selurus civitas academica sekolah. Kemudian siswa
diminta untuk menjual produknya (distribusi), sedangkan siswa yang lainnya termasuk
para guru bertanggung jawab sebagai konsumen (pembeli). Kegiatan “Market Day” bisa
dilakukan secara mandiri (memproduksi barang secara individu) atau secara klasikal
(memproduksi barang dengan berkelompok) sesuai minat siswa dan produk yang akan
diproduksikan.
Untuk satuan pendidikan TK dan SD kegiatan di atas tidak sepenuhnya dibebankan
kepada siswa. Peran orang tua dan guru juga diperlukan dan harus disertakan. Para siswa
dalam “Market Day” hanya sebatas distributor. Sedangkan kegiatan produksinya bisa
melibatkan orang tua maupun guru. Satu lagi yang perlu ditambahkan adalah fungsi
kontrol ketika kegiatan distribusi berlangsung, disini dibutuhkan peran guru, karena
“Market Day” biasanya dilaksanakan di area sekolah. Fungsi kontrol bertujuan untuk
mengajarkan kepada siswa berjual beli yang benar, mengajarkan siswa yang belum bisa
bertransaksi dalam bentuk uang dan barang. Sedangkan yang menjadi konsumennya
adalah semua siswa dan guru.
Kegiatan “Market Day” bukan hanya mengajarkan tata cara bertransaksi bagi siswa.
Tetapi banyak nilai moril yang bisa ditanamkan kepada para siswa, seperti kemandirian,
kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, komunikasi interpersonal, membantu siswa
dalam memahami pelajaran yang berkaitan dengan kegiatan “Market Day”, serta
menanamkan nilai-nilai syari’at Islam yang benar dalam kegiatan jual-beli kepada siswa
yang berhubungan erat dengan Pendidikan Agama Islam.
6. Kegiatan “Family Day”
Dalam membuat program “Family Day”, dimana ayah dan bunda terlibat dalam
kegiatan sekolah diantaranya menampilkan pentas, hasil karya yang di buat anak serta
berbagai makanan yang telah anak coba pada program masak-memasak. Dalam program
ini, diharapkan orang tua bertanya tentang proses pembuatannya sehingga titik berat
kegiatan ini adalah bagaimana anak bisa menjelaskan pada orang dewasa karya yang telah
mereka buat, dan juga mengajarkan pembelajaran kewirausahaan bahwa apa yang telah

9
mereka buat dapat mengahasilkan karya dan uang. Dalam program “Family Day” ini
juga, orang tua diminta untuk dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan kewirausahaan
yang anak lakukan, yaitu dengan membeli hasil karya anak, dan seluruh hasil
penjualannya ditabung sebagai kas kelas.
Pada saat “Family Day” yang mengundang adalah anak, bukan pihak sekolah, anak-
anak membuat surat undangan dan ditandatangani kesanggupan orang tua untuk hadir.
Pada saat acara ini juga orang tua turut serta membantu melancarkan program sekolah
dalam kemampuan berkomunikasi dengan anak dan memaparkan kepada orang dewasa
mengenai proses pembuatan suatu karya. Pada saat orang tua  membeli beberapa
makanan yang di jual oleh anak-anak, terjadilah transaksi secara ekonomi. Setelah semua
dagangan habis terjual, setiap kelompok menghitung hasil usahanya, uang hasil tersebut
disimpan dalam kas kelas dan dapat digunakan dalam kegiatan bersama nantinya.
7. Anak-anak bisa diajak berkarya wisata atau mengunjungi tempat perbelanjaan
Terlebih dahulu anak-anak dibekali oleh orangtua, antara lain uang secukupnya dan
catatan apa yang akan dibeli oleh anak. Peran orangtua dalam kegiatan ini tidak lebih
sebagai pengawas dan motivator, urusan membeli kita serahkan pada anak-anak. Sebab
dengan belanja sendiri anak-anak nantinya mengerti arti dari belanja dan membelanjakan.
Mereka akan belajar menghitung, membayar, dan menerima kembaliannya. Selain itu,
dalam kegiatan ini anak dapat juga dilatih tentang kebutuhan-kebutuhan apa saja yang
harus diutamakan untuk dibeli dan kebutuhan apa saja yang dapat ditunda pembeliannya.
Sehingga secara tidak langsung, anak akan dapat mengerti tentang makna akan kebutuhan
primer dan sekunder.
8. Mengajak anak berkunjung ke produsen pembuatan kue pada saat libur sekolah
Saat ini mulai banyak produsen kue bermunculan membuat progam trip di dapur
produksi mereka yang dikhususkan untuk anak-anak, seperti yang sering dilakukan Pizza
Hut. Anak-anak diajak ke dapur produksi, sehingga anak-anak akan mengetahui proses
pembuatan kue, mulai dari pengolahan kue sampai pengemasan kue. Mereka akan
mengetahui langsung proses pembuatan kue tersebut. Hal ini merupakan pengalaman
baru bagi mereka, sehingga anak akan tertarik dan terkesan. Rasa tertarik dan terkesan ini
akan terbawa ke alam bawah sadar anak, sehingga kelak anak akan merasa tidak asing
lagi dengan proses produksi, dan bahkan dapat menumbuhkan minat dan motivasi anak
dalam membuka suatu lapangan kerja atau bentuk usaha baru pada saat anak dewasa
nanti. Kunjungan seperti ini diharapkan akan menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan
kepada anak-anak.

10
9. Memancing (stimulasi) anak untuk berfikir kreatif dan berani mengambil resiko
Misalnya, orangtua mengajak anak berjalan-jalan, ke toko atau pedagang stiker.
Orang tua bisa menanyakan kepada anak, apakah anak tertarik untuk membeli stiker,
kemudian dijual lagi di sekolahnya, dengan harga yang lebih tinggi. Beri pengertian juga
kepada anak, jika dapat menjualnya, maka keuntungannya bisa ditabung sebagai
simpanan dana bagi kebutuhan pribadi anak nantinya. Sampaikan tawaran itu dengan
penuh keakraban. Namun, satu hal yang perlu dicatat, dalam kegiatan ini orangtua tidak
boleh membebani anak.
10. Berwirausaha dengan bermodalkan jasa pada orang lain yang membutuhkan
Menawarkan suatu jasa pun bisa menghasilkan uang. Misalnya ; jasa menyapu
halaman rumah, mencuci sepeda, menjaga adik, merawat binatang kesayangan milik
tetangga, membungkus kado dan lain sebagainya. Dalam hal ini, anak tidak hanya belajar
tentang bagaimana berwirausaha yang dapat menghasilkan uang hanya dengan
bermodalkan jasa saja, akan tetapi anak juga dapat belajar mengenai kejujuran, tanggung
jawab, saling menghargai, dan tolong-menolong. Sehingga anak akan mendapatkan nilai
lebih dari apa yang telah dilakukannya.
11. Membantu usaha orangtua saat liburan atau akhir pekan
Menanamkan jiwa kewirausahaan pada diri anak tidak hanya dilakukan di lingkungan
sekolah saja, akan tetapi dapat pula dilakukan di rumah dengan bantuan dan dukungan
dari orangtua. Terutama jika orangtua memiliki usaha sendiri. Dalam hal ini misalnya,
orangtua dapat meminta anak untuk dapat melayani pembeli dengan baik dan ramah,
memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat membantu dalam mengurusi
administrasi usaha tersebut, atau dapat pula memberikan kesempatan kepada anak untuk
dapat mengurusi bagian pengemasan atau penataan setting usaha. Sehingga melalui
kegiatan ini, anak dapat belajar tentang bagaimana cara berwirausaha yang baik, agar
usaha yang diciptakannya dapat berkembang dengan pesat tentunya dengan penataan
administrasi dan setting usaha yang menarik bagi konsumen. Kegiatan ini juga dapat
melatih dan mengembangkan kejujuran, ketekunan, dan kedisplinan pada diri anak dalam
menjalankan suatu usaha maupun dalam kehidupan bermasyarakatanantinya.
12. Membuat buku cerita bergambar atau buku catatan kecil dan menjualnya kepada
teman-teman bermain atau teman-teman sekolah
Menanamkan jiwa berwirausaha pada anak dapat pula dilakukan dari hal yang paling
kecil dan sedrhana yang dekat dengan kehidupan anak. Dengan mengandalkan hobi,
kreativitas, imajinasi dan ketekunan anak, anak dapat membuat suatu buku bergambar

11
atau buku catatan kecil dengan bahan-bahan yang sederhana, yang kemudian dijual
kepada teman-teman bermainnya. Kegiatan ini tentunya memerlukan dukungan dan
bimbingan dari orangtua, agar anak dapat lebih terarah dalam menciptakan suatu hal yang
dapat bermanfaat bagi oranglain dan menguntungkan bagi dirinya sendiri. Uang hasil
berjualan buku cergam atau buku catatan kecil ini kemudian ditabung untuk membeli
kebutuhan pribadi anak sendiri nantinya.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Program pendidikan berwawasan kewiraushaan adalah program pendidikan yang
menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi kearah pembentukan kecakapan hidup.
Pendidikan berwawasan kewirausahaan di sekolah di mulai sejak usia paud, yang mana pada
usia paud adalah pendidikan untuk menerapkan nilai-nilai kewirausahaan pada jiwa anak.
Proses pembentukan jiwa kewirausaan pada anak usia dini dilakukan oleh guru sekolah dan
orang tua. Dengan proses penerapan nilai kewirausaan tersebut dengan harapan anak
memiliki jiwa-jiwa kewirausaan yang bisa bermanfaat untuk dewasanya nanti, dan terbiasa
melakukan nilai-nilai karakteristik kewirausahaan dalam kehidupannya. Karena sejatinya
pembentukan karakteristik wirausaha dibentuk melalui proses pendidikan.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi “Program Pendidikan Berwawasan
Kewirausahaan” yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya karena terbatas dan kurangnya rujukan atau referensi yang
ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah-makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://zulfahsmile.blog.com, 3 April 2021.


https://paud.fkip.unej.ac.id, 3 April 2021.
https://www.stieperdaganganpdggo.ac.id, 4 April 2021.
https://staffnew.uny.ac.id, 4 April 2021.

14

Anda mungkin juga menyukai