Anda di halaman 1dari 31

PELAKSANAAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING


PADA LEMBAGA FORMAL
(MAKALAH)

Disusun: untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling

Dosen pengampu :Nur Kholifah,M.Pd

Nama NPM
Putri Kumala Sari 21300021
Riyan Susanti 21300001
Umi Noviana 21300005

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) DARUL ISHLAH

TULANG BAWANG

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................. ii


KATA PENGANTAR .............................................................. iii
BAB I ........................................................................................ 1
PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................ 2
C. Tujuan Penulisan Makalah ........................................... 2
BAB II ....................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................ 3
A. Pengertian Pendidikan ..................................................... 3
B. Pentingnya Bimbingan Konseling di lembaga formal ....... 4
C. Karakteristik Perkembangan Peserta didik ....................... 6
D. Tujuan Bimbingan dan Konseling ................................... 12
E. Fungsi Bimbingan dan Konseling ................................... 13
F. Kedudukan Bimbingan dan Konseling ........................... 15
G. Urgensi Bimbingan dan Konseling ................................. 21
BAB III ............................................................................. 24
PENUTUP ................................................................................ 24
A. Kesimpulan ................................................................... 24
B. Saran ............................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................
BAB IV ......................................................................................
FORMAT PENILAIAN ..............................................................

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmatnya kepada kita semua senhingga makalah ini dapat
terselesaikan.penyusunan makalah ini didasari pada tinjauan pustaka
mengenai Pelaksanaan pelayanan Bimbingan Konseling dan kedudukan
Bimbingan Konseling di lembaga Formal. Makalah ini disusun dalam
rangka untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Bimbingan Konseling Pada
kesempatan ini saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuanya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Saya sangat menyadari bahwa makalah ini masih membutuhkan


penyempurnaan.Oleh karena itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca dan khususnya bagi pembaca sebagai sarana pembelajaran

Tulang Bawang Oktober 2022

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan bimbingan dan konseling diletakkan sebagai bagian


dari kurikulum yang isinya dipilah menjadi kelompok mata pelajaran,
muatan lokal, materi pengembangan diri, yang harus “disiapkan” oleh
konselor kepada peserta didik. pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam
pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar,
serta perencanaan dan pengembangan karir.
Lembaga pendidikan adalah lembaga yang memberikan
berbagai layanan kepada siswanya agar mereka dapat mencapai potensi
penuh mereka. Salah satunya adalah Layanan Konseling dan
Bimbingan (Konseling). Ini adalah bagian integral dari upaya kami
untuk mengembangkan bakat, minat, dan keterampilan siswa kami.
Salah satu layanan yang harus diberikan oleh guru BC adalah layanan
advokasi atau konseling yang melibatkan penggunaan alat musik.
Namun, tidak semua guru BK memahami penggunaan aplikasi
berinstrumen dari perspektif penyebaran dan distribusi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan aplikasi
instrumentasi dalam pelayanan dan distribusi sekolah.
Bimbingan dan konseling adalah proses dukungan psikologis
dan kemanusiaan secara ilmiah dan profesional yang diberikan oleh
supervisor kepada pemimpin agar mereka dapat berkembang secara
optimal. Dengan kata lain mempersiapkan tingkat pertumbuhan,
karakteristik, potensi yang ada, serta latar belakang dan lingkungan
hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup. Sekolah adalah lembaga
formal yang khusus diciptakan untuk memberikan pendidikan kepada
warga negara. Sekolah memiliki banyak bidang kegiatan yang
menempati posisi dan peran tertentu. Ini adalah bidang kurikulum dan
pengajaran, bidang administrasi atau kepemimpinan, dan bidang

1
kemahasiswaan. Area Mahasiswa dikenal sebagai Area Layanan
Bimbingan dan Konseling. Orientasi dan pendampingan di sekolah
merupakan alat bantu untuk memfasilitasi perkembangan siswa
sebagaimana yang dialami dan dipelajari di sekolah. Oleh karena itu,
usaha pemberian layanan bimbingan dan konseling harus dijalankan
secara optimal agar pertumbuhan siswa dapat memenuhi tuntutan
tujuan pendidikan. Bimbingan dan konseling di sekolah ditujukan
kepada peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, yang memiliki sikap positif dan dinamis terhadap tingkat
perkembangan fisik dan psikisnya, serta memiliki sikap mandiri secara
emosional dan sosial ekonomi. kamu menjadi Hubungan sosial yang
memungkinkan seseorang berfungsi dengan baik, belajar dengan baik,
dan merencanakan serta mengembangkan karir seseorang baik di
keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Dari definisi di atas, bimbingan dan konseling sangat penting di
sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk memperlancar proses
pembelajaran. Dikhawatirkan hal ini dapat berdampak buruk pada
perkembangan intelektual dan psikologis anak, karena tidak ada tempat
untuk mengeluh tentang semua hambatan yang dihadapi siswa dalam
proses pembelajaran jika bimbingan dan konseling tidak diterapkan
dengan benar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendidikan Formal?
2. Apa Pentingnya Bimbingan dan Konseling dalam Satuan Pendidikan
Formal?
3. Apa Karakteristik Perkembangan Peserta Didik pada Satuan
Pendidikan?
4. Apa Tujuan Bimbingan dan Konseling pada Satuan Pendidikan
Formal?
5. Apa Fungsi Bimbingan dan Konseling pada Satuan Pendidikan
Formal?
6. Bagaimana kedudukan bimbingan dan konseling dalam
pembelajaran?

2
7. Apa urgensi bimbingan dan konseling di sekolah?
C. Tujuan Penulisan Makala
1. Mengetahui Pengertian Pendidikan Formal
2. Mengetahui Pentingnya Bimbingan dan Konseling dalam Satuan
Pendidikan Formal
3. Mengetahui Karakteristik Perkembangan Peserta Didik pada Satuan
Pendidikan
4. Mengetahui Tujuan Bimbingan dan Konseling pada Satuan
Pendidikan Formal
5. Mengetahui Fungsi Bimbingan dan Konseling pada Satuan
Pendidikan Formal
6. mengetahui kedudukan bimbingan dan konseling dalam
pembelajaran.
7. mengetahui urgensi bimbingan dan konseling di sekolah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Formal

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem


pendidikan nasional menyebutkan Jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.(anwar,
2017)
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.
B. Pentingnya Bimbingan dan Konseling dalam Satuan Pendidikan Formal
Menurut Syamsu Dalam ( (Fiah, 2015) Bimbingan dan konseling
merupakan terjemahan dari istilah “guidance” dan “counseling” dalam
bahasa Inggris. Secara harfiah istilah “guidance” berasal dari akar kata
“guide” yang berarti : Mengarahkan (to direct), Memandu (to pilot),
Mengelola (to manage) dan Menyetir (to steer). sedangkan
”counseling” menurut Shertzer dan Stone (1980) disimpulkan
“Counseling is an interaction process which facilitates meaningful
understanding of self and environment and result in the establishment
and/or clarification of goals and values of future behavior” yang berarti
‘’ Konseling adalah proses interaksi yang memfasilitasi pemahaman
yang bermakna tentang diri dan lingkungan dan menghasilkan
penetapan dan/atau klarifikasi tujuan dan nilai perilaku masa depan.
Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa bimbingan dan
konseling pada sekolah merupakan pelayanan donasi buat siswa, baik
secara perorangan ataupun kelompok , supaya mandiri dan berkembang
secara optimal, pada bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
belajar, ataupun bimbingan karir, yang melalui banyak sekali jenis
layanan dan aktivitas pendukung. Menurut kebiasaan-kebiasaan yang

4
berlaku. Definisi tadi dipertegas pada Panduan Pengembangan Diri
(2006) yangg menjelaskan pelayanan bimbingan dan konseling pada
sekolah adalah bisnis membantu siswa pada pengembangan kehidupan
pribadi, kehidupan sosial, aktivitas belajar, dan perencanaan dan
pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi
pengembangan siswa, secara individual, gerombolan dan klasikal, yang
di sesuaikan dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan,
kondisi, dan peluang-peluang yg dimiliki. Pelayanan bimbingan dan
konseling ini pula membantu mengatasi kelemahan dan kendala dan
kasus yang dihadapi siswa. Dasar pemikiran penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan formal bukan
semata-mata terletak adanya hukum (perundang-undangan) yang
berlaku, namun tetapi menyangkut upaya memfasilitasi siswa supaya
sanggup mengembangan potensi dirinya atau mencapai tugas-
tugas.(Masdudi, 2015)
Peserta didik adalah orang yang sedang dalam proses
pertumbuhan, orang yang sedang menuju kedewasaan atau kemandirian.
Bimbingan dan nasihat diperlukan untuk mencapai tingkat kedewasaan
ini. Hal ini dikarenakan masyarakat masih kurang memiliki pemahaman
dan wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, serta pengalaman-
pengalaman yang menentukan arah hidupnya. Selain itu, ada kebutuhan
agar proses pembangunan tidak selalu berjalan mulus dan tanpa
masalah. Bimbingan dan bimbingan pada satuan pendidikan formal
menjadi penting karena perkembangan peserta didik pada setiap jenjang
pendidikan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Misalnya
perkembangan di TK mempengaruhi perkembangan SD, SMP, SMA
atau SMK dan PT nantinya. Bagaimana kesuksesan seorang anak
melampaui kelas taman kanak-kanak. Perkembangan di sekolah dasar
dipengaruhi oleh perkembangan di taman kanak-kanak, yang pada
gilirannya mempengaruhi perkembangan di sekolah menengah, sekolah
menengah atas/sekolah kejuruan, dan universitas.

5
C. Karakteristik Perkembangan Peserta Didik pada Satuan Pendidikan
Kematangan psiko-fisik, sosio-kultural dan educational yang
menjadi tuntutan untuk dipenuhi pada setiap tahap perkembangan
individu. Pencapaian optimalnya memberikan dasar yang kuat untuk
pengembangan individu yang sukses di tingkat berikutnya.(Purnomo,
2020)
Setiap kegagalan atau kekurangan dalam memenuhi tujuan
Bimbingan dan Konseling ini akan menyebabkan kegagalan pada tahap
selanjutnya. Kegiatan bimbingan dan konseling ditargetkan pada isu-isu
kunci yang mempengaruhi perkembangan pribadi dan kehidupan sehari-
hari, termasuk masalah yang mungkin Di hadapi Peserta didik. Fokus
konsultasi adalah kinerja tugas pengembangan siswa. (Nisa, 2018)
1. Pendidikan di Taman Kanak-kanak
Pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) pada
hakekatnya merupakan wadah bagi perkembangan seluruh
aspek kepribadian anak usia 4-6 tahun. Tujuan pendidikan
Taman Kanak-kanak adalah membantu meletakkan dasar ke
arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya
cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri
di lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya. Agar hal tersebut dapat tercapai secara optimal
diperlukan upaya pelayanan bimbingan dan konseling yang
memadai.
Usia anak TK adalah usia individu yang sedang
menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sangat
pesat dan sangat fundamental bagi proses selanjutnya. Usia pra
sekolah merupakan fase kehidupan manusia yang mempunyai
keunikan dan dunia sendiri. Anak usia ini berbeda dari orang
dewasa tidak secara fisik saja, melainkan secara menyeluruh.
Bermain adalah dunianya, bermain merupakan gejala yang
melekat langsung pada kodratnya anak. Apabila anak enggan

6
bermain, kemungkinan anak mengalami hambatan, seperti sakit,
kelainan atau hambatan lainnya.
Bermain merupakan gejala alami pada anak dan dapat
kita amati di lingkungan dan budaya manapun anak berada.
Peserta didik usia TK menunjukkan kepekaan-kepekaan
tertentu, yang bila dirangsang dan dibina pada saatnya niscaya
akan berdampak positif terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan anak usia TK
adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan Anak Usia 4 – 5 tahun
Anak usia 4-5 tahun sangat aktif dan energik.
Kebanyakan waktunya dihabiskan untuk bermain,
misalnya berlari, melompat dan memanjat. Anak juga
suka bermain peran, misalnya menjadi dokter-dokteran,
ibu sedang memasak, berjualan dan sebagainya. Pada
usia ini ide-ide anak juga mulai berkembang, mulai bisa
berteman, dapat memahami pendapat teman dan ada
keinginan bergabung dengan kelompok lain.
b. Perkembangan Anak Usia 5 – 6 tahun
Anak usia 5-6 tahun adalah anak yang periang
dan imajinatif. Mereka tiada hentinya bergerak dan
berbuat sesuatu menggunakan gerakan tubuhnya secara
kreatif, terutama dalam menggunakan kedua belah
tangannya.
Dengan layanan bimbingan dan konseling di
TK/RA tersebut diharapkan dapat :

1) Membantu anak lebih mengenal dirinya,


kemampuannya, sifatnya, kebiasaannya dan
kesenangannya.
2) Membantu anak agar dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya.

7
3) Membantu anak untuk mampu mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dihadapinya.
4) Membantu menyiapkan perkembangan mental dan
sosial anak untuk masuk kelembaga pendidikan
selanjutnya
5) Membantu oarng tua agar mengerti, memahami dan
menerima anak sebagai individu.
6) Membantu orang tua dalam mengatasi gangguan
emosi anak yang ada hubungannya dengan situasi
keluarga di rumah.
7) Membantu orang tua mengambil keputusan
memilih sekolah bagi anaknya yang sesuai dengan
taraf kemampuan kecerdasan, fisik dan inderanya.
8) Memberikan informasi pada orang tua untuk
memecahkan masalah kesehatan anak.
2. Pendidikan di Sekolah Dasar (SD)
Pendidikan di SD bertujuan untuk menyiapkan
peserta didik memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Peserta didik usia SD berada dalam rentang 6 – 12 tahun. Pada
usia 6 tahun peserta didik memasuki jenjang pendidikan SD
dengan atau tanpa melalui pendidikan TK. Perencanaan
bimbingan dan konseling pada tingkat pendidikan SD
ditujukan pada penyiapan peserta didik untuk melanjutkan
pendidikan SMP. Pelayanan bimbingan dan konseling ini
mencakup juga bimbingan dan konseling bagi peserta didik
yang memiliki kemauan dan kecerdasan luar biasa. Bentuk
konkret pelayanan bimbingan dan konseling bidang belajar
termasuk bantuan yang diberikan oleh guru kelas dan/atau guru
BK atau konselor kepada peserta didik yang membutuhkan
pengajaran remedial atau pendampingan khusus karena
kemampuan intelektualnya yang luar biasa.

8
Terdapat tiga pandangan dasar mengenai bimbingan
dan konseling di SD, yaitu bimbingan dan konseling terbatas
pada pengajaran yang baik (instructional guidance); bimbingan
dan konseling hanya diberikan pada siswa yang menunjukkan
gejala penyimpangan dari laju perkembangan yang normal;
dan pelayanan bimbingan dan konseling tersedia untuk semua
murid, agar proses perkembangannya berjalan lebih lancar.
Pandangan yang ke tiga dewasa ini diakui sebagai pandangan
dasar yang paling tepat, meskipun suatu unsur pelayanan
bimbingan dan konseling yang mengacu pada pandangan
pertama dan kedua tidak bisa diabaikan.
Berkaitan dengan perkembangan, tugas
perkembangan yang ingin dicapai pada tahap perkembangan
usia SD ini adalah :
1) Memiliki kebiasaan dan sikap dalam beriman dan
bertaqwa kepada TuhannYang Maha Esa.
2) Mengembangkan ketrampilan dasar dalam membaca,
menulis, dan berhitung.
3) Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
5) Belajar menjadi pribadi yang mandiri
6) Mempelajari ketrampilan fisik sederhana yang diperlukan
baik untuk permainan maupun kehidupan.
7) Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai
pedoman perilaku.
8) Membina hidup sehat, untuk diri sendiri, dan lingkungan
serta keindahan.
9) Belajar memahami diri sendiri dan orang lain sesuai
dengan jenis kelaminnya dan menjalankan peran tanpa
membedakan jenis kelamin.

9
10) Mengembangkan sikap terhadap kelompok, lembaga
sosial, serta tanah air bangsa dan Negara.
Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk
perencanaan masa depan.

3. Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)


Perkembangan anak usia SMP ada pada rentang usia 12
– 15 tahun. Usia ini ada pada masa remaja awal. Perpindahan
dari SD ke SMP ini merupakan langkah yang cukup berarti
dalam kehidupan peserta didik, baik karena tambahan tuntutan
belajar bagi peserta didik lebih berat, maupun karena peserta
didik akan mengalami banyak perubahan dalam diri sendiri.
Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling di SMP
harus bercorak lain pula. Program bimbingan dan konseling
pada SMP kiranya tidak hanya sekedar sebagai lanjutan dari
program bimbingan dan konseling untuk SD tanpa perubahan
dan penyesuaian seperlunya. Pada tingkat pendidikan SMP ini
semakin tegas dibedakan antara administrasi sekolah, bidang
pengajaran, dan bidang pembinaan siswa. Bidang pembinaan
siswa sendiri semakin menunjukkan keanekaragaman, termasuk
pelayanan bimbingan sebagai subbidang dalam bidang
pembinaan siswa.
Berkaitan dengan perkembangan, tugas perkembangan
yang ingin dicapai pada tahap perkembangan usia SMP, yaitu:
1) Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta
dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi
pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
3) Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya
dalam peranannya sebagai pria atau wanita.

10
4) Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat
diterima dalam kehidupan yang lebih luas.
5) Mengenal kemampuan, bakat, dan minat serta arah
kecenderungan karir dan apresiasi seni.
6) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk
mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau
mempersiapkan karir serta berperan dalam kehidupan di
masyarakat.
7) Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang
kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan
ekonomi.
8) Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman
hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga
negara.

4. Pendidikan di Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah


Kejuruan (SMA/SMK)
Perkembangan anak usia SMA/SMK ada pada rentang
usia 16 – 18 tahun. Usia ini ada pada masa remaja akhir.
Memasuki jenjang SMA/SMK pelayanan bimbingan dan
konseling harus lebih intensif dan lebih lengkap dibandingkan
dengan pelayanan bimbingan dan konseling disatuan
pendidikan dibawahnya. Pada jenjang pendidikan
SMA/MA/SMK ini secara tegas dibedakan antara bidang
administrasi sekolah, bidang pengajaran dan bidang pembinaan
siswa.
Berkaitan dengan perkembangan, tugas perkembangan
yang ingin dicapai pada tahap perkembangan usia SMA/SMK,
yaitu:
1) Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa
Kepada Tuhan Yang Maha Esa.

11
2) Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya,
serta kematangan dalam peranannya sebagai pria atau
wanita.
3) Mencapai kematangan pertumbuhan fisik yang sehat.
4) Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni
sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karir
atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan
dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.
5) Mencapai kematangan dalam pilihan karir.
6) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang
kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual
dan ekonomi.
7) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
8) Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan
intelektual, serta apresiasi seni.
9) Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.
Tugas perkembangan peserta didik usia SMA/SMK
adalah sama, hanya karena orientasi pendidikannya adalah
berbeda, maka SMK yang merupakan sekolah berbasis
kejuruan pelayanan bimbingan dan konseling untuk bidang
karir mendapatkan prioritas lebih dibandingkan yang lainnya.
D. Tujuan Bimbingan dan Konseling pada Satuan Pendidikan Formal
Tujuan merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil yang
diharapkan, atau sesuatu yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan
yang diprogramkan. Tujuan bimbingan dan konseling merupakan
pernyataan yang menggambarkan kualitas perilaku atau pribadi peserta
didik yang diharapkan berkembang melalui berbagai strategi layanan
kegiatan yang diberikan. Tujuan bimbingan dan konseling membantu
peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya
secara positif dan dinamis sesuai dengan peranan yang di inginkannya
di masa depan.

12
Tujuan bimbingan dan konseling adalah agar peserta didik
dapat:
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir
serta kehidupannya dimasa yang akan datang
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat serta lingkungan kerjanya
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun
lingkungan kerja
Disamping itu, bimbingan dan konseling juga bertujuan untuk
membantu peserta didik agar memiliki kemampuan menginternalisasi
nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang
harus dikuasainya.
Untuk masing-masing jenjang pendidikan secara umum adalah
sama, hanya karena tahap dan tugas perkembangannya berbeda, maka
tujuan spesifik tujuan bimbingan dan konseling berdasarkan
perkembangan peserta didik dimungkinkan berbeda. Misal tujuan
bimbingan dan konseling di TK/RA adalah membantu anak didik agar
dapat mengenal dirinya dan lingkungan terdekatnya sehingga dapat
menyesuaikan diri melalui tahap peralihan dari kehidupan di rumah ke
kehidupan di sekolah dan di masyarakat sekitar anak.
E. Fungsi Bimbingan dan Konseling pada Satuan Pendidikan Formal
Fungsi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan
formal adalah:
1. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
memahami diri dan lingkungannya.
2. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu
mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalah
dan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.

13
3. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
mengatasi masalah yang dialaminya.
4. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu
peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai
potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
5. Advokasi, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membela hak dan kepentingan pendidikan peserta didik yang
mengalami pencederaan.

Secara spesifik untuk semua jenjang pendidikan fungsi


pelayanan bimbingan dan konseling adalah sama, hanya saja karena
karakteristik dari masing-masing jenjang pendidikan adalah
berbeda, maka materi/objek setiap fungsi dimungkinkan berbeda.
Fungsi pelayanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling


yang menghasilkan pemahaman tentang diri peserta didik,
masalah peserta didik, dan lingkungan yang lebih luas.
Pemahaman dilakukan oleh peserta didik (klien ) sendiri, oleh
Guru BK atau konselor maupun pihak-pihak lain (seperti
guru, orang tua) yang amat berkepentingan dengan
meningkatnya kualitas perkembangan dan kehidupan peserta
didik atau klien.
2. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbigan dan konseling yang
menghasilkan kondisi bagi tercegahnya atau terhindarnya
peserta didik yang mendapat pelayanan dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat
mengganggu, menghambat atau menimbulkan kesulitan dan
kerugian-kerugian tertentu dalam kehidupan dan proses
pengembangannya.
3. Fungsi pengentasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling
yang mengahasilkan kondisi bagi terentaskannya atau
teratasinya berbagai permasalahan dalam kehidupan dan/atau

14
perkembangannya yang dialami oleh peserta didik yang
mendapat pelayanan.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi
bimbingan dan konseling yang menghasilkan terpeliharanya
dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif
peserta didik yang mendapat pelayanan dalam rangka
perkembangan diri secara mantap dan berkelanjutan.
5. Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
menghasilkan terbantunya atau diperolehnya pembelaan atas
hak dan atau kepentingan peserta didik yang kurang mendapat
perhatian.

Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui terselenggaranya


berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung di dalam
masing-masing fungsi. Setiap layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung
mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut di atas agar
hasil-hasil yang hendak dicapainya secara jelas dapat diidentifikasi
dan dievaluasi.

F. Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran


Bila diperhatikan faktor-faktor yang melatar belakangi perlunya
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau lembaga
pendidikan, maka pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya
merupakan keharusan, tetapi juga menurut suatu lembaga dan tenaga
profesional dalam pengelolaannya. Pembahasan berikut ini akan
mengemukakan uraian tentang kedudukan bimbingan dan konseling
dalam pendidikan dan bagaimana pula peranannya dalam mencapai
tujuan pendidikan serta beberapa alternatif pengelolaannya.

Dalam dunia pendidikan terdapat tiga wilayah pelayanan


bimbingan dan konseling yang tidak dapat dipisahkan, yaitu wilayah

15
manajemen dan kepemimpinan, wilayah pembelajaran yang mendidik,
wilayah bimbingan dan konseling yang memandirikan.

1. Wilayah manajemen dan kepemiminan


Wilayah ini meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan
tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan serta bentuk-bentuk
kegiatan pengelolaan dan manajemen sekolah seperti perencanaan,
pengadaan, dan pengembangan staff, prasarana dan sarana fisik dan
pengawasan. Pada umumnya bidang ini merupakan tanggung jawab
pimpinan dan para petugas administrasi lainnya.

2. Wilayah pembelajaran yang mendidik


Wilayah ini meliputi semua bentuk pengembangan dan
kurikulum dan pelaksanaan pengajaran yaitu penyempaian dan
pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan
berkominunikasi peserta didik. Para guru merupakan petugas dan
bertanggung jawab atas pelaksanaan bidang ini. Pada umumnya
wilayah ini merupakan pusat kegiatan pendidikan dan merupakan
tanggung jawab utama staff pengajaran (staff edukatif). Pelayanan
bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti
terhadap pengajaran. Misalnya, siswa dapat mencapai prestasi
belajar yang optimal apabila terbebas dari masalah-masalah yang
dapat mengganggu proses belajarnya. Pembebasan masalah tersebut
dapat dilakukan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Materi
layanan bimbingan dan konseling dapat dimanfaatkan oleh guru
untuk penyesuaian pengajaran dengan individualitas siswa.

3. Wilayah bimbingan dan konseling yang memendirikan


Wilayah ini meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang
mengacu pada kegiatan kesiswaan secara individual agar masing-
masing peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat, minat,
potensi, dan tahap-tahap perkembangannya. Wilayah ini
bertanggung jawab memberikan pelayanan peserta didik untuk
memperoleh kesejahteraan lahir dan batin dalam proses pendidikan.

16
Peserta didik sangat memerlukan bantuan untuk mencapai hasil
pendidikan yang optimal.

Dalam permendiknas No. 23/2007 dirumudkan Standar


Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dicapai peserta didik melalui
proses pembelajaran bidang studi, maka kompetensi peserta didik
yang harus dikembangkan melalui bimbingan konseling adalah
kompetensi kemandirian untuk mewujudkan diri (self actualization)
dan pengembangan kapasitasnya (capacity development) yang dapat
mendukung pencapaian kompetensi lulusan.

Perkembangan optimum siswa

Standar kompetensi Misi bersama guru dan SKL mata


kemandirian untuk konselor dalam memfasilitasi pelajaran
mewujudkan diri perkembangan peserta didik
(pembelajaran
(akademik, karir, sosial, seutuhnya dan pencapaian tujuan
bidang studi)
pribadi) pendidikan nasional

(bimbingan dan konseling)

Wilayah konselor Wilayah penghormatan Wilayah guru


bersama

Kesamaan dan keunikan wilayah kerja guru dan konselor

Telaah di atas menunjukkan bahwa pengembangan diri dalam


permendiknas No. 22/2006 lebih merupakan penghormatan bersama
yang harus dilaksanakan oleh guru, konselor dan tenaga pendidik
lainnya sebagai mitra kerja. Sementara itu bimbingan dan konseling
tetap memiliki wilayah layanan khusus dalam mendukung realisasi
diri dan pencapaian kompetensi peserta didik.

Posisi wilayah penghormatan bersama mengandung ati


bahwa masalah-masalah perkembangan siswa yang dihadapi guru
pada saat pembelajaran dirujuk pada konselor untuk penanganannya,

17
demikian pula masalah yang ditangani konselor dirujuk kepada guru
untuk menindak lanjutinya apabila itu terkait dengan proses
pembelajaran bidang studi.

Dengan demikian tiap komponen mempunyai tugas dan


fungsi masing-masing, tetapi dilaksanakan bersama-sama. Apabila
salah satu komponen tidak melaksanakan, maka proses pendidikan
tidka berhasil dengan baik. Misalnya di sekolah hanya diberikan
sejumlah mata pelajaran saja, tanpa administrasi dan supervisi yang
baik maka tujuan pendidikan tidaka akan tercapai. Demikian juga
dengan masalah-masalah itu hanya bisa dipecahkan melalui bidang
kegiatan pemberian bantuan, melalui program layanan bimbingan
dan konseling di sekolah.

Untuk dapat melaksanakan kegiatan pembinaan pribadi


peserta didik dengan baik diperlukan petugas-petugas khusus yang
mempunyai keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling.
Dikatakan demikian karena beberapa alasan sebagai berikut:

1. Ada beberapa masalah dalam pendidikan dan pengajaran yang


tidak mungkin diselesaikan hanya oleh guru / dosen sebagai staf
pengajar, karena pada umumnya guru atau dosen lebih banyak
menggunakan waktunya untuk melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dalam kegiatan pengajaran. Masalah tersebut misalnya,
pengumpulan data tentang peserta didik. Penyelesaian masalah
pribadi atau social dan lain sebagianya.
2. Pekerjaan menyelesaikan masalah pribadi dan social kadang-
kadang memerlukan keahlian tersendiri. Penangan masalah ini
akan sangat sulit dilaksanakan oleh staf pengajar yang telah
dibebani tugas dalam bidang intruksioanl.
3. Dalam situasi tertentu kadang-kadang terjadi konflik antara
peserta didik dengan guru/dosen, sehingga dalam situasi tersebut
sangat sulit bagi guru / dosen untuk menyelesaikannya sendiri.

18
Untuk itu perlu adanya pihak ketiga yang dapat membantu
penyelesaian konflik tersebut.
4. Dalam situasi tertentu juga dirasakan perlunya suatu wadah atau
lembaga untuk menampung dan menyelesaikan masalah-masalah
peserta didik yang tidak dapat tertampung dan terselesaikan oleh
peserta didik. Misalnya, bila ada seorang siswa yang menghadapi
masalah pribadi yang cukup serius. Para peserta didik kadang-
kadang merasa bukan wewenangnya untuk membantu peserta
didik tersebut. Sehingga bilamana bidang pembinaan pribadi
bimbingan dan konseling tidak ada atau tidak berfungsi, peserta
didik tersebut akan tetap dalam keadaan bermasalah, karena tidak
adanya wadah dan tenaga yang dapat membantunya dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Dari uraian terdahulu jelaslah bahwa dalam keseluruhan
proses pendidikan, program bimbingan dan konseling merupakan
keharusan yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan
pada umumnya. Apalagi dalam situasi sekarang ini, dimana fungsi
sekolah atau lembaga pendidikan formal tidak hanya membekali
para siswa dengan setumpuk ilmu pengetahuan saja, tetapi juga
mempersiapkan para peserta didik untuk memenuhi tuntutan
peerubahan serta kemajuan yang terjadi dilingkungan masyarakat.
Sebagaimana dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa perubahan
dan kemajuan ini akan menimbulkan masalah, khususnya bagi para
peserta didik itu sendiri dan umumnya bagi pihak-pihak yang terlibat
di dalam dunia pendidikan. Para peserta didik akan menghadapi
masalah pemilihan spesialisasi, pemilihan jurusan, pemilihan
program, msalah belajar, masalah penyesuaian diri, masalah pribadi
dan social dan lain sebagainya yang membutuhkan penanganan dan
bantuan dari bidang pembinaan pribadi yang m erupakan bagian
integral dari keselurhan system pendidikan nasional. Dari
pembahasan di atas, dapatlah ditemukan kedudukan pelayanan
bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program pendidikan di

19
sekolah, yaitu sebagai salahsatu upaya pembinaan pribadi peserta
didik.

a. Kedudukan Bimbingan dan Konseling Menurut Kurikulum KTSP


1) Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas
No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar
Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun
2006
2) Lebih menekankan pada aspek pengetahuan
3) Jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III
4) Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran
lebih banyak dibanding Kurikulum 2013
5) Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi,
Elaborasi, dan Konfirmasi
6) TIK sebagai mata pelajaran
7) Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan
8) Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9) Penjurusan mulai kelas XI
10) BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa
b. Kedudukan Bimbingan dan Konseling Menurut Kurikulum 2013
1) SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih
dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu
baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar
Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68,
69, dan 70 Tahun 2013
2) Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan
hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan
3) Jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI
4) Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah
mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP
5) Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua
mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan

20
pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses
dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya,
Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
6) TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai
mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran
7) Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu
mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
8) Pramuka menjadi ekstrakuler wajib
9) Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA
10) BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa
G. Urgensi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Berbagai fenomena perilaku peserta didik dewasa ini seperti
tawuran, penyalahgunaan obat-obatan dan lain sebagainya,
menunjukkan bahwa tujuan pendidikan yang salah satu upaya
pencapaiannya melalui proses pembelajaran, belum sepenuhnya mampu
memecahkan berbagai persoalan tersebut. Oleh karena itu upaya yang
harus dilakukan adalah melalui pendekatan bimbingan dan konseling
yang dilakukan di luar situasi proses pembelajaran.

Selain alasan di atas, ada beberapa alasan mengapa pelayanan


bimbingan dan konseling diperlukan dalam dunia pendidikan terutama
dalam lingkup sekolah, alasan tersebut adalah :

Pertama, perkembangan IPTEK. Perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi yang demikian cepat menimbulkan
perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan seperti sosial,
budaya, politik, ekonomi, industri, dan lain sebagainya. Berbagai
problem yang sangat kompleks sebagai akibat perkembangan IPTEK
juga berpengaruh dalam dunia pendidikan khususnya dalam lingkup
sekolah. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggung
jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu
menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan

21
masalah secara mandiri. Dalam kondisi seperti itu layanan bimbingan
dan konseling sangat diperlukan.

Kedua, makna dan fungsi pendidikan. Kebutuhan akan layanan


bimbingan dan konseling dalam pendidikan berkaitan erat dengan
hakikat makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek
kehidupan. Selain itu kebutuhan layanan pendidikan juga berkaitan erat
dengan pandangan akan hakikat dan karakteristik peserta didik.
Hadirnya layanan bimbigan dan konseling dalam pendidikan adalah
apabila kita memandang bahwa pendidikan merupakan upaya untuk
mencapai perwujudan manusia secara keseluruhan dan pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya.

Ketiga, guru. Tugas dan tanggung jawab utama guru sebagai


pendidik adalah mendidik sekaligus mengajar, yaitu membantu peserta
didik untuk mencapai kedewasaan. Dalam proses pembelajaran tugas
utama guru selain sebagai pengajar juga sebagai pembimbing. Fungsi
sebagai pengajar sekaligus pembimbing terintegrasi dalam peran guru
dalam proses pembelajaran. Untuk menjalankan tugas ini secara efektif,
guru hendaknya memahami semua aspek pribadi peserta didik baik fisik
maupun spikis.

Keempat, faktor psikologis. Dalam proses pendidikan di


sekolah, peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan
segala karakteristiknya. Sebagai individu yang dinamis dan berada
dalam proses perkembangan, peserta didik memiliki kebutuhan dan
dinamika dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Terdapat
perbedaan individual antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
Beberapa masalah psikologis yang menjadi latar belakang perlunya
layanan bimbingan konseling di sekolah maupun dimadrasah, yaitu:

1. Masalah perkembangan individu.


2. Masalah perbedaan individu
3. Masalah kebutuhan individu

22
4. Masalah penyesuaian diri.
5. Masalah belajar.

23
BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan
Dari makalah tersebut penulis dapat menjelaskan bahwa
Terdapat tiga pandangan dasar mengenai bimbingan dan konseling
di lembaga Formal, yaitu bimbingan dan konseling terbatas pada
pengajaran yang baik (instructional guidance); bimbingan dan
konseling hanya diberikan pada siswa yang menunjukkan gejala
penyimpangan dari laju perkembangan yang normal; dan pelayanan
bimbingan dan konseling tersedia untuk semua murid, agar proses
perkembangannya berjalan lebih lancar.
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi
bimbingan dan konseling yang menghasilkan terpeliharanya dan
berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik
yang mendapat pelayanan dalam rangka perkembangan diri secara
mantap dan berkelanjutan.
Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam
Pembelajaran Bila diperhatikan faktor-faktor yang melatar belakangi
perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau
lembaga pendidikan, maka pelayanan bimbingan dan konseling tidak
hanya merupakan keharusan, tetapi juga menurut suatu lembaga dan
tenaga profesional dalam pengelolaannya.
Dalam dunia pendidikan terdapat tiga wilayah pelayanan
bimbingan dan konseling yang tidak dapat dipisahkan, yaitu wilayah
manajemen dan kepemimpinan, wilayah pembelajaran yang
mendidik, wilayah bimbingan dan konseling yang memandirikan.
Wilayah manajemen dan kepemiminan Wilayah ini
meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan
pengambilan kebijaksanaan serta bentuk-bentuk kegiatan
pengelolaan dan manajemen sekolah seperti perencanaan,

24
pengadaan, dan pengembangan staff, prasarana dan sarana fisik dan
pengawasan.
Perkembangan optimum siswa Standar kompetensi
kemandirian untuk mewujudkan diri (akademik, karir, sosial,
pribadi) (bimbingan dan konseling) Misi bersama guru dan
konselor dalam memfasilitasi perkembangan peserta didik
seutuhnya dan pencapaian tujuan pendidikan nasional mata pelajaran
(pembelajaran bidang studi)
B. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis menyadari
banyak kekurangan dalam penulisan.Oleh karena itu kritik dan saran
dari berbagai pihak sangat di harapkan agar kedepannya menjadi
lebih baik lagi dalam menyususn makalah.

25
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M. (2013). Evaluasi pembelajaran Sekolah Dasar. Semarang:


UNISSULA Press.

anwar, m. (2017). filsafat pendidikan. jakarta: Kencana.

Asrul, R. a. (2015). Evaluasi PEmbelajaran. Bandung: Citapusaka Media.

Fiah, R. E. (2015). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandar Lampung:


LP2M.

Masdudi. (2015). Bimbingan dan Konseling Perspektif di Sekolah. Cirebon:


Nurjati Press.

Nisa, A. (2018). analisis kenakalan siswa dan implikasi terhadap layanan


bimbingan konseling. jurnal edukasi .

Purnomo, H. (2020). Psikologi Peserta Didik. Yogyakarta: K-Media.

Amti, Erman.,1991.Bimbingan dan Konseling.Jakarta:Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.
BAB IV

PENILAIAN MAKALAH

Nama Kelompok dan Anggota ( NIM ) :

Nama NPM
Putri Kumala Sari 21300021
Riyan Susanti 21300001
Umi Noviana 21300005
Judul Makalah :……………………………

…………………………….

Tempat, Hari/Tanggal :…………………………...

No. Aspek Rublik Nilai


1. Penulisan sesuai dengan Sangat sesuai ( 81 – 100 )
pedoman penulisan Sesuai ( 71 – 80,9 )
makalah Cukup sesuai ( 61 – 70,9 )
Kurang sesuai ( 0 – 60,9 )
2. Bahasa yang digunakan, Sangat tepat ( 81 – 100 )
konstruksi kalimat, dan Tepat ( 71 – 80,9 )
koherensi antar paragraf Cukup tepat ( 61 – 70,9 )
Kurang tepat ( 0 – 60,9 )
3. Kesesuain topik/materi Sangat sesuai ( 81 – 100 )
makalah dengan judul, Sesuai ( 71 – 80,9 )
rumusan masalah, dan Cukup sesuai ( 61 – 70,9 )
tujuan penulisan.
Kurang sesuai ( 0 – 60,9 )

4. Kejelasan pembahasan Sangat menguasai ( 81 – 100 )


yang dijabarkan serta Menguasai ( 71 – 80,9 )
dikaitkan dengan teori yang Cukup menguasai ( 61 – 70,9 )
digunakan Kurang menguasai ( 0 – 60,9 )
5. Kecermatan dalam Sangat menguasai ( 81 – 100 )
menyimpulkan hasil
pembahasan Menguasai ( 71 – 80,9 )
Cukup menguasai ( 61 – 70,9 )
Kurang menguasai ( 0 – 60,9 )
6. Kemampuan menguasai Sangat menguasai ( 81 – 100 )
topik/materi makalah, Menguasai ( 71 – 80,9 )
menjelaskan, dan Cukup menguasai ( 61 – 70,9 )
memberikan argumen. Kurang menguasai ( 0 – 60,9 )

Rata – rata Nilai

Anda mungkin juga menyukai