Disusun oleh :
Kelompok 2
Nafa Rezqiyah Syariefatul Jannah (T20182102)
Ihda Nur Fitria (T20182095)
M. Fatih Budiman Putra (T20182116)
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kami
sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita.
Kami juga menyadari bahwa didalam penyelesaian makalah ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Beribu terimakasih penulis ucapkan kepada dosen
yang telah membimbing dan memberikan arahan tentang bagaimana pengerjaan
makalah dengan baik dan benar serta kami ucapkan terimakasih juga kepada pihak
lainnya yang ikut membantu.
Demikianlah makalah ini kami susun, dan kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami butuhkan untuk memperbaiki makalah kami semoga bisa menjadi
lebih baik.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dan pengajaran merupakan esensi dari tugas utama guru.
Peserta didik menjadi suatu sasaran dari kegiatan kegiatan pendidikan dan
pengajaran tersebut dengan tujuan untuk menjadikan mereka sebagai manusia
yang seutuhnya, tugas utama guru ini memiliki tuntutan dan konsekuensi yang
tidak mudah untuk dilakukan. Tidak mudah dilakukan untuk dilakukan
maksudnya ialah tidak dilakukan dengan cara-cara yang terkesan asal-asalan
tetapi harus dilakukan dengan penuh asas keprofesionalitasan.
Tugas dan kewajiban tersebut harus dijalankan oleh pihak yang telah
dididik dan dilatih untuk melaksanakan tugas tersebut, dalam hal ini bisa
disebut sebagai seorang guru. Namun itu saja sebenarnya tidak cukup,
mengingat sasaran tugas utama tersebut adalah manusia yang harus dididik
dan diajar secara humanis, maka diperlukan asas profesionalitas dalam
menajankannya yakni guru profesional yang benar-benar memahami dan
mengerti arti suatu pendidikan.
Adanya guru profesional tersebut, agar menjaga sisi profesionalitasnya
dalam menjalankan tugasnya, maka perlunya suatu kode etik keprofesian yang
menaunginya dalam persoalan tata aturan ataupun pedoman. Ini semua
dilakukan demi menjaga konsistensi profesionalitas seoarang guru ketika
melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam mendidik dan mengajar
muridnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian profesi?
2. Apa itu kode etik guru?
3. Bagaimana kode etik guru Indonesia?
4. Bagaimana perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian profesi.
2. Untuk mengetahui dan memahami kode etik guru.
1
3. Untuk mengetahui kode etik guru Indonesia.
4. Untuk mengetahui perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi
Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua pengertian
yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih
luas menjadi: kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang
dilakukan dengan suatu keah-lian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi
berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus
dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
Menurut Dedi Supriadi 1999 profesi guru adalah orang suatu pelayanan atau
jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Abin syamsudin
2000. Mengatakan profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki orang pada
umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan tingkat tinggi
Galbreath, J. 1999 profesi guru adalah orang yang Bekerja atas panggilan hati
nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya
didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa
senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdakan anak didik.
B. Kode Etik
Kode etik dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, atau pedoman
etis dalam melakukan suatu kegiatan, pekerjaan, bahkan berperilaku. Kode etik
adalah suatu profesi yang di dalamnya ada norma-norma yang harus diindahkan
oleh setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
mengarungi kehidupannya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-
petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan
profesinya. Dalam kode etik profesi juga terdapat larangan-larangan, yaitu
ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan
oleh mereka yang merupakan anggota profesi. Tidak hanya itu, kode etik profesi
pun berisi tentang tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan
3
sehari-hari di dalam masyarakat. Dengan demikian kode etik profesi berperan
sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
Jadi rumusan kode etik guru ialah landasan moral dan pedoman tingkah laku
setiap guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik di sekolah dan dalam
kehidupan bermasyarakat. Ini artinya kode etik semacam rambu-rambu atau
pengagangan bagi seorang pendidik agar tidak berperilaku menyimpang.2
1
Mohammad Ahyan. Profesi Keguruan. (Gresik : Caremedia Communication, 2018), hal 172.
2
Ibid., hal. 173
4
Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan
norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu
sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam
menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat. Dengan demikian, maka
Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan
sikap profesional para anggota profesi keguruan.
5
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengambangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
6
negeri maupun swasta di seluruh Indonesia, materinya mengambil dari standar
minimal kelayakan calon guru Indonesia/SMKCGI. Yang kisi-kisinya atau kalau
mungkin soal-soalnya juga ditentukan oleh Badan Nasional Standar Pendidikan
(BNSP) dan bisa dikembangkan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP).
E. Perencanaan Pembelajaran
3
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, h. 141
4
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 115
7
Dalam persiapan pembelajaran harus jelas kompetensi dasar yang akan
dimiliki oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari,
bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta
didik telah menguasai kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan
unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap persiapan pembelajaran
sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membentuk
kompetensi peserta didik..
F. Pelaksanaan Pembelajaran
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses sudah tentu harus dapat
mengembangkan dan menjawab beberapa persoalan yang mendasar. Keempat
persoalan (tujuan, bahan, metodedanalat, serta penilaian) menjadikomponenutama
yang harusdipenuhidalam proses belajar-mengajar.
5
Nana Sudjana, Media Pengajaran, hal.136
8
a) Tujuan
Tujuan dalam proses belajar-mengajar merupakan komponen
pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang berfungsi
sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya
adalah rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan
dimiliki siswa seteleh mereka menyelesaikan pengalaman dan kegiatan
belajar dalam proses pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada intinya adalah
hasil belajar yang diharapkan.
b) Bahan
Tujuan yang jelas dan oprasional dapat ditetapkan bahan pelajaran
yang harus menjadi isi kegiatan belajar-mengajar. Bahan pelajaran inilah
yang diharapkan dapat mewarnai tujuan, mendukung tercapai tujuan atau
tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki siswa.
c) Metode
Metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran dipilih atas
dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan alat
berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi pelajaran terhadap
tujuan yang ingin dicapai. Metode dan alat yang digunakan harus betul-
betul efektif dan efisien.
d) Alat
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting untuk
membantu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang efektif. Sebab
dengan adanya alat peraga, bahan yang akan disapaikan kepada siswa akan
lebih mudah diterima dan dipahami siswa.
e) Penilaian
Untuk menetapkan apakah tujuan belajar telah tercapai atau tidak
maka penilaianlah yang harus memainkan peran dan fungsinya. Dengan
perkataan lain bahwa penilaian berperan sebagai barometer untuk
mengukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Itulah sebabnya fungsi
penilaian pada dasarnya untuk mengukur tujuan.
9
Melihat pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa
profesionalisme seorang guru atau pendidik sangat dibutuhkan dalam
proses belajar-mengajar. Pendidik sebagai penyandang jabatan profesional
harus disiapkan melalui program pendidikan yang relatif panjang dan
dirancang berdasarkan standar kompetensi pendidik. Oleh karena itu,
diperlukan waktu dan keahlian untuk membekali para lulusannya dengan
kompetensi yaitu penguasaan bidang studi, landasan keilmuan dari
kegiatan mendidik maupun strategi menerapkannya secara profesional di
lapangan.
Sebagai pendidik profesional penguasaan bidang studi tidak
bersifat terisolasi. Dalam melaksanakan tugasnya penguasaan bidang studi
terintegrasi dengan kemampuan memahami peserta didik, merancang
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang mendidik, dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Dunia selalu berubah
menyebabkan tuntutan yang dinamis pula terhadap kecakapan pendidik.
Karenanya pendidik harus pandai memilih strategi yang efektif untuk
pengembangan secara terus-menerus. Setiap pendidik professional juga
harus melaksanakan kode etik pendidik, yang merupakan salah satu bagian
dari profesi pendidik. Artinya, setiap pendidik yang profesional akan
melaksanakan etika jabatannya sebagai pendidik.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kode etik guru sangatlah penting, agar seorang guru tidak
melakukan sesuatu dengan asal-asalan melainkan seorang guru haruslah
profesional. Agar dalam mendidik peserta dididik dengan etika maka akan
menciptakan generasi yang memiliki etika yang baik.
Seorang guru sangat penting untuk merapkan etiksa profesi dalam
melaksanakan tugasnya. Etika profesi guru tidak boleh dihilangkan pada
pengajaran. Pola pengajaran dar generasi ke generasi haruslah
berlandaskan kode etik guru sehingga jati diri kita sebagai bangsa
Indonesia yang berkarakter dapat tetap melekat pada generasi masa kini.
B. Saran
Dari uraian materi makalah diatas dapat dijadikan acuan sebagai
referensi dalam memahami konsep dasar etika profesi keguruan sesuai
dengan keprofesiannya sebagai calon guru. Demikianlah makalah yang
telah kami susun, dan pastilah dalam makalah yang kami susun ini
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan karena kami sadar ini
merupakan kesalahan kami. Dan kami berharap kritik dan saran dari
pembaca yang dapat membangun kesempurnaan makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Soetjipto... Prof, Rafli Kosani Drs, M, sc. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta:
Rineka Cipta.
12