Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR ETIKA PROFESI KEGURUAN SESUAI

KEPROFESIANNYA SEBAGAI CALON GURU


Makalah ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi
Keguruan
Dosen Pengampu : Dr. H. Abd. Muis Thabrani, MM,

Disusun oleh :

Kelompok 2
 Nafa Rezqiyah Syariefatul Jannah (T20182102)
 Ihda Nur Fitria (T20182095)
 M. Fatih Budiman Putra (T20182116)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kami
sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita.
Kami juga menyadari bahwa didalam penyelesaian makalah ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Beribu terimakasih penulis ucapkan kepada dosen
yang telah membimbing dan memberikan arahan tentang bagaimana pengerjaan
makalah dengan baik dan benar serta kami ucapkan terimakasih juga kepada pihak
lainnya yang ikut membantu.
Demikianlah makalah ini kami susun, dan kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami butuhkan untuk memperbaiki makalah kami semoga bisa menjadi
lebih baik.

Jember, 16 September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Tujuan............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2
A. Pengertian Profesi ......................................................................... 2
B. Pengertian Kode Etik.................................................................... 4
C. Pengertian Kode Etik Guru .......................................................... 8
D. Kode Etik Guru Indonesia............................................................ 8
E. Perencanaan Pembelajaran ........................................................... 8
F. Pelaksanaan Pembelajaran ........................................................... 8
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 11
A. Kesimpulan ................................................................................... 11
B. Saran .............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dan pengajaran merupakan esensi dari tugas utama guru.
Peserta didik menjadi suatu sasaran dari kegiatan kegiatan pendidikan dan
pengajaran tersebut dengan tujuan untuk menjadikan mereka sebagai manusia
yang seutuhnya, tugas utama guru ini memiliki tuntutan dan konsekuensi yang
tidak mudah untuk dilakukan. Tidak mudah dilakukan untuk dilakukan
maksudnya ialah tidak dilakukan dengan cara-cara yang terkesan asal-asalan
tetapi harus dilakukan dengan penuh asas keprofesionalitasan.
Tugas dan kewajiban tersebut harus dijalankan oleh pihak yang telah
dididik dan dilatih untuk melaksanakan tugas tersebut, dalam hal ini bisa
disebut sebagai seorang guru. Namun itu saja sebenarnya tidak cukup,
mengingat sasaran tugas utama tersebut adalah manusia yang harus dididik
dan diajar secara humanis, maka diperlukan asas profesionalitas dalam
menajankannya yakni guru profesional yang benar-benar memahami dan
mengerti arti suatu pendidikan.
Adanya guru profesional tersebut, agar menjaga sisi profesionalitasnya
dalam menjalankan tugasnya, maka perlunya suatu kode etik keprofesian yang
menaunginya dalam persoalan tata aturan ataupun pedoman. Ini semua
dilakukan demi menjaga konsistensi profesionalitas seoarang guru ketika
melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam mendidik dan mengajar
muridnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian profesi?
2. Apa itu kode etik guru?
3. Bagaimana kode etik guru Indonesia?
4. Bagaimana perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian profesi.
2. Untuk mengetahui dan memahami kode etik guru.

1
3. Untuk mengetahui kode etik guru Indonesia.
4. Untuk mengetahui perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi

Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua pengertian
yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih
luas menjadi: kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang
dilakukan dengan suatu keah-lian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi
berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus
dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.

Menurut Dedi Supriadi 1999 profesi guru adalah orang suatu pelayanan atau
jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Abin syamsudin
2000. Mengatakan profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki orang pada
umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan tingkat tinggi

Galbreath, J. 1999 profesi guru adalah orang yang Bekerja atas panggilan hati
nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya
didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa
senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdakan anak didik.

B. Kode Etik

Kode etik dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, atau pedoman
etis dalam melakukan suatu kegiatan, pekerjaan, bahkan berperilaku. Kode etik
adalah suatu profesi yang di dalamnya ada norma-norma yang harus diindahkan
oleh setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
mengarungi kehidupannya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-
petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan
profesinya. Dalam kode etik profesi juga terdapat larangan-larangan, yaitu
ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan
oleh mereka yang merupakan anggota profesi. Tidak hanya itu, kode etik profesi
pun berisi tentang tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan

3
sehari-hari di dalam masyarakat. Dengan demikian kode etik profesi berperan
sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.

C. Kode Etik Guru

Kode etik jika didasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang


Pokok-Pokok Kepegawaian pasal 28 dinyatakan Pegawai Negeri Sipil mempunyai
kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam dan di
luar kedinasan. Jadi jika ditarik dalam dunia keguruan maka kode etik guru juga
merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan seorang guru di dalam
lingkup sekolah ataupun di luar sekolah. 1

Apabila mengutip pidato pembukaan kongres PGRI XIII, dinyatakan bahwa


kode etik guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku
guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdian bekerja sebagai
guru. Kode etik guru berarti berisi dua hal utama yaitu landasan moral dan
pedoman tingkah laku guru dalam melaksanakan tugas mendidik dan mengajar
yang tidak terbatas hanya pada lingkungan sekolah tetapi di luar sekolah pun
guru juga harus menjujung tinggi kode etik keprofesiannya.

Asnawir mengemukakan kode etik guru berarti sekumpulan peraturan atau


perundang-undangan mengenai etika seorang guru sebagai tenaga pendidik yang
mengandung unsur moral, etika , adat istiadat dan kebiasaan. Substansi dari kode
etik guru ini berkaitan dengan moral dan etika sebagai guru. Jika seorang guru
tidak mengindahkan hal-hal yang bersifat keluhuran moralitas maka guru tersebut
telah menyalahi kode etik keprofesiannya.

Jadi rumusan kode etik guru ialah landasan moral dan pedoman tingkah laku
setiap guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik di sekolah dan dalam
kehidupan bermasyarakat. Ini artinya kode etik semacam rambu-rambu atau
pengagangan bagi seorang pendidik agar tidak berperilaku menyimpang.2

D. Kode Etik Guru indonesia

1
Mohammad Ahyan. Profesi Keguruan. (Gresik : Caremedia Communication, 2018), hal 172.
2
Ibid., hal. 173

4
Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan
norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu
sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam
menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat. Dengan demikian, maka
Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan
sikap profesional para anggota profesi keguruan.

Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia


ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan
Pengurus Daerah PGRI dari seluruh tanah air, pertama dalam Kongres PGRI XIII
tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989
juga di Jakarta. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan
tersebut adalah sebagai berikut.

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian


terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara, serta kemanusiaan pada
umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang
Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan
memedomani dasar-dasar sebagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia


Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung
jawab bersama terhadap pendidikan.

5
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengambangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

Pengaturan mengenai hubungan guru- peserta didik (murid) dalam kode


etik guru adalah hal yang seharusnya dominan dan utama, karena sebenarnya kode
etik itu dibuat untuk memperjelas relasi guru-murid, sehingga tidak sampai terjadi
pelanggaran etika profesi guru. Ketidakjelasan relasi guru dengan murid dan
stakeholder lain itu akan menyulitkan pelaksanaan UU Guru.

Yang menjadi masalah bagi kalangan pendidikan bukanlah belum adanya


kode etik guru, melainkan sudah sejauh mana guru-guru di negeri ini
mempelajari, memahami, dan mengaplikasikan kode etik guru tersebut, baik
dalam mendidik anak bangsa ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga,
guru betul-betul menjadi suri teladan bagi seluruh komponen bangsa di mana pun
berada. kaitannya dengan sertifikasi guru, penyusun sangat setuju dengan
pendapat Profesor Dr. H. Achmad Sanusi, M.P.A. Idelanya, tim asesor datang
langsung menguji dan meneliti kemampuan guru dalam mengajar di depan kelas
dan yang telah lulus sertifikasi pun ikut sertifikasi ulang secara berkala dan
berkesinambungan, misalnya lima tahun sekali. Namun menurut informasi dari
dinas terkait, yang menjadi kendala adalah banyaknya guru yang akan disertifikasi
belum sebanding dengan banyaknya tim asesor yang ada hingga saat ini.

Sebagai seorang guru yang bertugas di daerah perdesaan, ujian sertifikasi


itu hendaknya dilaksanakan sebelum seseorang diangkat menjadi guru. Hal ini
bisa diterapkan mulai pengangkatan guru yang akan datang. Dengan kata lain,
ujian penerimaan CPNS khusus guru bahkan kalau bisa, diberlakukan sejak ujian
penerimaan calon mahasiswa baru fakultas pendidikan di semua perguruan tinggi

6
negeri maupun swasta di seluruh Indonesia, materinya mengambil dari standar
minimal kelayakan calon guru Indonesia/SMKCGI. Yang kisi-kisinya atau kalau
mungkin soal-soalnya juga ditentukan oleh Badan Nasional Standar Pendidikan
(BNSP) dan bisa dikembangkan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP).

E. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaanadalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara


terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya
yang dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam hal
ini, Gaffar menegaskan bahwa perencanaan dapat diartikan sebagai proses
penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan
datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan. 3

Selanjutnya Syaiful Sagala menyebutkan bahwa pembelajaran mempunyai


dua karakteristik, yaitu: Pertama, proses pembelajaran melibatkan proses mental
siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar,
mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Kedua, dalam
proses pembelajaran dibangun suasana dialogis dan proses
tanyajawabterusmenerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat
membantunya untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Dalam mengembangkan persiapan pembelajaran, terlebih dahulu harus


diketahui arti dan tujuannya, serta menguasai teoritis dan praktis unsur-unsur yang
terdapat dalam persiapan pembelajaran. Kemampuan membuat persiapan
pembelajaran merupakan langkah awal yang harus dimiliki oleh guru, dan sebagai
muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar dan pemahaman yang
mendalam tentang obyek belajar dan situasi pembelajaran. 4

3
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, h. 141
4
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 115

7
Dalam persiapan pembelajaran harus jelas kompetensi dasar yang akan
dimiliki oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari,
bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta
didik telah menguasai kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan
unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap persiapan pembelajaran
sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membentuk
kompetensi peserta didik..

Dari deskripsi di atas disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran


merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran, dan tentunya
sangat menentukan tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri. Perlunya
menyiapkan rencana pembelajaran atau lesson plan sebenarnya sudah disadari
oleh para guru, namun persoalannya adalah tingkat kepedulian para guru untuk
menyajikan pembelajaran yang baik dan sistematis, serta tingkat keahlian mereka
pada disiplin keilmuan masing-masing yang belum memadai untuk dapat
merancang suatu konsep pembelajaran.

F. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa


menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil yang
diharapkan.5 Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain pelaksanaan pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif mewarnai interaksi
yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai.

Belajar dan mengajar sebagai suatu proses sudah tentu harus dapat
mengembangkan dan menjawab beberapa persoalan yang mendasar. Keempat
persoalan (tujuan, bahan, metodedanalat, serta penilaian) menjadikomponenutama
yang harusdipenuhidalam proses belajar-mengajar.

5
Nana Sudjana, Media Pengajaran, hal.136

8
a) Tujuan
Tujuan dalam proses belajar-mengajar merupakan komponen
pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang berfungsi
sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya
adalah rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan
dimiliki siswa seteleh mereka menyelesaikan pengalaman dan kegiatan
belajar dalam proses pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada intinya adalah
hasil belajar yang diharapkan.
b) Bahan
Tujuan yang jelas dan oprasional dapat ditetapkan bahan pelajaran
yang harus menjadi isi kegiatan belajar-mengajar. Bahan pelajaran inilah
yang diharapkan dapat mewarnai tujuan, mendukung tercapai tujuan atau
tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki siswa.
c) Metode
Metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran dipilih atas
dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan alat
berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi pelajaran terhadap
tujuan yang ingin dicapai. Metode dan alat yang digunakan harus betul-
betul efektif dan efisien.
d) Alat
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting untuk
membantu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang efektif. Sebab
dengan adanya alat peraga, bahan yang akan disapaikan kepada siswa akan
lebih mudah diterima dan dipahami siswa.
e) Penilaian
Untuk menetapkan apakah tujuan belajar telah tercapai atau tidak
maka penilaianlah yang harus memainkan peran dan fungsinya. Dengan
perkataan lain bahwa penilaian berperan sebagai barometer untuk
mengukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Itulah sebabnya fungsi
penilaian pada dasarnya untuk mengukur tujuan.

9
Melihat pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa
profesionalisme seorang guru atau pendidik sangat dibutuhkan dalam
proses belajar-mengajar. Pendidik sebagai penyandang jabatan profesional
harus disiapkan melalui program pendidikan yang relatif panjang dan
dirancang berdasarkan standar kompetensi pendidik. Oleh karena itu,
diperlukan waktu dan keahlian untuk membekali para lulusannya dengan
kompetensi yaitu penguasaan bidang studi, landasan keilmuan dari
kegiatan mendidik maupun strategi menerapkannya secara profesional di
lapangan.
Sebagai pendidik profesional penguasaan bidang studi tidak
bersifat terisolasi. Dalam melaksanakan tugasnya penguasaan bidang studi
terintegrasi dengan kemampuan memahami peserta didik, merancang
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang mendidik, dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Dunia selalu berubah
menyebabkan tuntutan yang dinamis pula terhadap kecakapan pendidik.
Karenanya pendidik harus pandai memilih strategi yang efektif untuk
pengembangan secara terus-menerus. Setiap pendidik professional juga
harus melaksanakan kode etik pendidik, yang merupakan salah satu bagian
dari profesi pendidik. Artinya, setiap pendidik yang profesional akan
melaksanakan etika jabatannya sebagai pendidik.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kode etik guru sangatlah penting, agar seorang guru tidak
melakukan sesuatu dengan asal-asalan melainkan seorang guru haruslah
profesional. Agar dalam mendidik peserta dididik dengan etika maka akan
menciptakan generasi yang memiliki etika yang baik.
Seorang guru sangat penting untuk merapkan etiksa profesi dalam
melaksanakan tugasnya. Etika profesi guru tidak boleh dihilangkan pada
pengajaran. Pola pengajaran dar generasi ke generasi haruslah
berlandaskan kode etik guru sehingga jati diri kita sebagai bangsa
Indonesia yang berkarakter dapat tetap melekat pada generasi masa kini.
B. Saran
Dari uraian materi makalah diatas dapat dijadikan acuan sebagai
referensi dalam memahami konsep dasar etika profesi keguruan sesuai
dengan keprofesiannya sebagai calon guru. Demikianlah makalah yang
telah kami susun, dan pastilah dalam makalah yang kami susun ini
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan karena kami sadar ini
merupakan kesalahan kami. Dan kami berharap kritik dan saran dari
pembaca yang dapat membangun kesempurnaan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahyan, Muhammad. 2018. Profesi Keguruan. Gresik: Caremedia


Communication.

Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Hamid Darmadi. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar Cet. I; Bandung: Alfabeta.

Nana Sudjana. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Soetjipto... Prof, Rafli Kosani Drs, M, sc. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta:
Rineka Cipta.

12

Anda mungkin juga menyukai