Anda di halaman 1dari 8

WAHABISME DAN GERAKAN EKSTREMIS MILITAN MUSLIM

Dosen Penganmpu:

Dr. Fawaizul Umam, M.Ag.

Fatimatus Zahro

233206080016

Studi Islam

A. PENDAHULUAN

Pada pertengahan abad 19 gerakan keagamaan wahabisme mulai muncul, wahabi


merupakan salah satu kelompok Gerakan dalam Islam. Gerakan ini mulai berkembang dan
tumbuh subur di dataran Arabian dan seiring berjalannya waktu mulai menyebar ke beberapa
negara Islam lainnya, seperti daerah Asia Tenggara atau ke benua Afrika. Sebagian para ahli
mengatakan bahwa Gerakan wahabisme merupakan lanjutan dari pemikiran Ibn Taimiyah.

Pada awalnya kelompok ini tidak bernama Wahabi, namun kemudian kelompok ini
dinamai Wahabi karena di nisbatkan pada pendirirnya yaitu Muhammad Ibn Abd Wahhab.
Abd Wahhab merupakan seorang pembaharu dan teolog konservatif yang memberikn
perhatian penuh terhadap doktrin Islam, terlebih dalam hal tauhid.

Wahabi terkenal dengan kegiatan pemurnian tauhid dan ajaran Islam dari praktek
takhayul, bid’ah dan khurafat. Tujuan dari Gerakan ini adalah untuk memurnikan ajaran
Islam, seperti yang dilakukan oleh generasi Islam pertama. Gerakan ini juga disebut salafi
dan sangat identik dengan Islam garis keras.

B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Wahabisme
Ajaran wahabi ini pertama kali diperkenalkan oleh Muhammad ibn Abdul Wahab atau
Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Rasyid al-Tamimi. Seorang keturunan Bani
Tamimi yang bermazhab Hambali, Abdul Wahab lahir di Unaiyah, Nejd. Muhammad ibn
Abdul Wahab hidup dari tahun 1115 sampai 1206 H atau 1703-1792 M, Muhammad ibn
Abdul Wahab tutup usia pada usia 91 tahun dan meninggal di tempat di mana
Muhammad ibn Abdul Wahab dilahirkan.

1
Muhammad ibn Abdul Wahab hidup di lingkungan yang agamis, Abd Wahab ayahnya
merupakan seorang qadi selama 14 tahun sejak tahun 1125 H di Uyainah, kemudian pada
tahun 1139 H ia pindah ke Huraimala dan menjadi seorang qadi juga sampai pada tahun
1153 H. paman Muhammad ibn Abdul Wahab, Ibrahim bin Sulaiman merupakan seorang
khatib yang terkenal, sedangkan pamannya yang lain, Ahmad bin Sulaiman merupakan
salah satu seorang tokoh ilmu yang terkenal. Dan kakek Muhammad ibn Abdul Wahab
merupakan kepala tokoh ulama di Nejd, dan menjadi salah satu ulama yang menjadi
rujukan para ulama pada masa itu, yaitu Syeikh Sulaiman bin Ali.1
Pendidikan Muhammad ibn Abdul Wahab, sudah dimulai sejak ia masih belia,
Pendidikan pertamanya didapatkan dari sang ayah, dari ayahnya Muhammad ibn Abdul
Wahab belajar ilmu-ilmu keislaman klasik, seperti tafsir, hadits, tauhid dan fiqih, fiqih
yang diajarkan merupakan fiqih mazhab Hambali, maka tidak heran jika Muhammad ibn
Abdul Wahab bermazhab Hambali.2 Setelah itu, Muhammad ibn Abdul Wahab mulai
mengembara guna mencari ilmu, mulai dari Hijaz, kemudian ke Basrah, kemudian ke
Baghdad. Ketika di Baghdad Muhammad ibn Abdul Wahab menikah dengan seorang
Perempuan kaya raya, yang sayangnya hanya bertahan selama 5 tahun, dikarenakan
istrinya menginggal dunia. Setelah itu, Muhammad ibn Abdul Wahab pergi
meninggalkan Baghdad menuju ke Kurdistan guna kembali melanjutkan mencari
ilmunya, setalah itu ke Hamdan dan Isfahan dan terakhir kembali menuju ke kampung
halamannya. Dari semua gurunya ada dua orang guru yang paling berpengaruh dalam
intelektual Muhammad ibn Abdul Wahab adalah Abdullah bin Ibrahim bin sayf dan
Muhammad Hayat Al-Sindi. Dari Ibn Sayf inilah Muhammad Ibn Abdul Wahab
mengetahui tentang karya dan pemikiran Ibn Taimiyyah dan ia bermazhab Hambali,
pengaruh kuat dari Ibn Sayf ini adalah sangat menolak terhadap rokok dan masalah fikih
lainnya. Sedangkan, Muhammad Hayat Al-Sindi merupakan seorang yang ahli hadits,
fikih dan sufi dan orang yang mempunyai kemampuan untuk berijtihad, dan dari
Muhammad Hayat Al-Sindi inilah Muhammad ibn Abdul Wahab mencoba untuk
menirunya, yaitu mencoba untuk berijtihad padahal Muhammad ibn Abdul Wahab ini
tidak mampu atau tidak punya kapasitas dalam berijtihad. Sehingga hal inilah yang
kemudian dikritik oleh salah satu gurunya yaitu Ibn Abdul Latief Al-Ihsa’i.3

1
Miatul Qudsia, Muhammad Faishal Haq, “Pengaruh Wahabisme dalam Tafsir Ayat-Ayat Tajsim, Tashbih dan
Tawassul pada Karya Al-‘Uthaimin, QOF: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir Vol 4, No. 2 (2020), 204
2
Imam Hendriyadi Syarqawi, “Wahabisme: Gerakan Revivalist Islam,” Tafhim Al-‘Ilmi (Februari, 2020) 325
3
Unggul Purnomo Aji, Kerwanto, “Teologi Wahabi: Sejarah, Pemikiran dan Perkembangannya,” El-Adabi:
Jurnal Studi Islam Vol 2, No. 1 (2023), 48

2
Setelah mengembara panjang, Muhammad ibn Abdul Wahab kembali ke daerah
asalnya, untuk memikirkan ilmu yang sudah didapatkannya, setelah melalui perenungan
panjang, Muhammad ibn Abdul Wahab kemudian menyebarkan ajarannya. Ajaran yang
dibawa oleh Muhammad ibn mendapatkan pertentangan dari keluarga dan para gurunya.
Ayahnya merasa bahwa anaknya ini akan membawa kesesatan dan kerusakan kepada
umat, hal ini terlihat ketika Muhammad ibn Abdul Wahab mengatakan kepada ayahnya
bahwa perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat dianggap syirk, menyimpang dan
bid’ah, dan hal inilah yang memicu pertengkaran dengan sang ayah. Pada mulanya
Muhammad ibn Abdul Wahab tidak menyebarkan ajarannya secara terang-terangan,
karena sang ayah masih hidup, namun pada tahun 1153 ayah Muhammad ibn Abdul
Wahab meninggal dan sejak saat itulah ia mulai berani menyebarkan ajarannya secara
leluasa dan terang-terangan.4
Setelah dari Huraimala Muhammad ibn Abdul Wahab pindah ke Uyainah. Di Uyainah
ini Muhammad ibn Abdul Wahab mendapat sokongan dan kekuatan karena gubenur
Uyainah menyambut baik kedatangan Muhammad ibn Abdul Wahab. Meskipun
mendapat dukungan dan sokongan Muhammad ibn Abdul Wahab akhirnya juga diusir
dari Uyainah karena ada bentuk pertentangan dari ulama Ahl al-sunnah wa al-jama’ah,
dan Muhammad ibn Abdul Wahab pindah ke Dir’iyah.
Di Dir’iyah, ada yang mengatakan bahwa Muhammad ibn Abdul Wahab menerima
undangan dari penguasa Dir’iyah, yaitu Muhammad bin Saud. Muhammad Saud
bersedia menjadi pelindung dan pendukung dari ajaran Muhammad ibn Abdul Wahab.
Hubungan keduanya merupakan hubungan simbiosis mutualisme, di mana Muhammad
ibn Abdul Wahab terbantu menyebarkan ajarannya dengan adanya perlindungan politik
dari Muhammad Saud, sedangkan Muhammad Saud dengan ajaran dan pengikutnya
Muhammad ibn Abdul Wahab menjadikannya sebagai alat kekuasaan untuk
menaklukkan Jazirah Arab, sehingga dari hubungan keduanya Muhammad Saud berhasil
membangkitkan Kerajaan Saudi pertama.5
Kolaborasi yang terjalin antara keduanya tetap mendapatkan penolakan. Bahkan
bentuk penolakan yang dilakukan Turki Utsmani adalah mengirim pasukan tentara
Ibrahim Pasha untuk meruntuhkan kekuatan tersebut. Pada tahun 1818 M atau 1233 H
kerjaan Arab Saudi pertama pun berhasil di runtuhkan. Pada saat itu yang melanjutkan

4
Achmad Imron R, Rekam Jejak Radikalisme Salafi Wahabi, (Surabaya: Khalista, 2014), 9
5
Unggul Purnomo Aji, Kerwanto, “Teologi Wahabi: Sejarah, Pemikiran dan Perkembangannya,” El-Adabi:
Jurnal Studi Islam Vol 2, No. 1 (2023), 48

3
ajaran Wahabi adalah pengikut Muhammad ibn Abdul Wahab, karena pada tahun 1206 H
Muhammad Abdul Wahab Meninggal dunia.6
Setelah runtuhnya kerajaan Arab Saudi Pertama, para keturunan dan Wahabi
mendirikan kerajaan Arab Saudi yang kedua, namun tidak lama kerajaan tersebut hancur
dikarenakan konflik internal. Kemudian pada tahun 1926 M di bawah pimpinan Abd Al-
Aziz bin Saud dan sisa pengikut wahabi kembali membangun kerajaan yang ketiga
dengan bantuan dari Inggris, dan Abd Al-Aziz bin Saud memproklamirkan dirinya
sebagai raja di Nejd, Hijaz. Negara lain mulai mengakui supremasi kerajaan pengusung
Wahabisme pada tahun 1932 M.7
2. Ajaran Wahabisme
Para pengikut ajaran Wahabi sebenarnya menolak disebut sebagai Wahabi, karena
menurut mereka ajaran yang disampaikan oleh Muhammad ibn Abdul Wahab, merupakan
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, bukan ajaran yang dibuat oleh Muhammad
ibn Abdul Wahab. Para pengikut Wahabi lebih memilih menyebut mereka sebagai
Salafiyyun, karena mereka mengikuti jejak generasi awal atau salaf, atau mereka juga
menyebut mereka sendiri Muwahhidun yang artinya mengesakan Allah. 8 Ajaran yang
dibawa oleh Muhammad ibn Abdul Wahab memiliki kesan yang sama dengan ajaran yang
dibawa oleh Ibnu Taimiyah, hal ini dapat dilihat dari menafsirkan ayat, yaitu bercorak
tekstual, literal dan berpikiran secara puritan dan juga kesamaan dalam hal semangat
pembaruan agama. Selain itu dalam karya yang dihasilkan Muhammad ibn Abdul Wahab
banyak yang bersandar akan karya Ibnu Taimiyah.9
Ada empat ajaran pokok Muhammad ibn Abdull Wahab, yaitu: konsep tauhid, ziarah
kubur, tawassul dam melawan kebid’ahan. Dalam penjelasan mengenai tauhid,
Muhammad ibn Abdul Wahab membagi dalam tiga bentuk, yaitu: tauhid rububiyah, tauhid
uluhiyah dan asma’ wa al-sifat.10 Tauhid rububiyah, yaitu pengesaan Allah swt sebagai
sang Pencipta dan penguasa alam semesata dan terlepas dari sebab dan segala sesuatu.

6
Miatul Qudsia, Muhammad Faishal Haq, “Pengaruh Wahabisme dalam Tafsir Ayat-Ayat Tajsim, Tashbih dan
Tawassul pada Karya Al-‘Uthaimin, QOF: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir Vol 4, No. 2 (2020), 205
7
Miatul Qudsia, Muhammad Faishal Haq, “Pengaruh Wahabisme dalam Tafsir Ayat-Ayat Tajsim, Tashbih dan
Tawassul pada Karya Al-‘Uthaimin, 206
8
Muhammad Zainal Abidin, “Dinamika Gerakan Salafi dan Paradoks Kosmopolitanisme Islam: Problema
Terminologis, Sejarah dan Ajaran,” Tashwir: Jurnal Penelitian Agama dan Sosial Budaya vol 10, No. 1 (2022),
26
9
Unggul Purnomo Aji, Kerwanto, “Teologi Wahabi: Sejarah, Pemikiran dan Perkembangannya,” El-Adabi:
Jurnal Studi Islam Vol 2, No. 1 (2023), 49
10
Miatul Qudsia, Muhammad Faishal Haq, “Pengaruh Wahabisme dalam Tafsir Ayat-Ayat Tajsim, Tashbih dan
Tawassul pada Karya Al-‘Uthaimin, QOF: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir Vol 4, No. 2 (2020), 206

4
Tauhid uluhiyah, yaitu bahwa hanya Allah saw Tuhan yang wajib disembah. Tauhid asma’
wa al-sifat, yaitu: pengesaan terhadap nama dan sifat Allah.
Dalam konsep tauhi rububiyah dan tauhid uluhiyah wahabi meyakini bahwa kaum
musrikin juga meyakini konsep tauhid rububiyah namun tidak mengakui tauhid uluhiyah,
dalil yang mereka gunakan adalah Al-Qur’an surah Az-Zukhruf ayat 87.
‫َلِٕى َاْل َّم َلَق َل ُق ُلَّن الّٰل َفَاىّٰن ْؤ َفُك َۙن‬
‫َو ْن َس َتُهْم ْن َخ ُهْم َي ْو ُه ُي ْو‬
Jika engkau bertanya kepad mereka, siapakah yang menciptakan mereka, niscaya
mereka akan menjawab, “Allah.” Maka, menggapa mereka bisa dipalingkan?”

Maka berdasarkan ayat ini, menurut Wahabi keimanan seseorang tidak cukup hanya
dengan meyakini tauhid rububiyah, seseorang harus juga meyakini tauhid uluhiyah, karena
kaum musyrikin juga meyakini tauhi rububiyah. Jadi, jika seseorang bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah swt dan Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah, namun orang
tersebut melakukan tawassul kepada orang shaleh yang sudah meninggal, maka menurut
Wahabi mereka dianggap musyrik, meskipun orang tersebut melaksanakan sholat, puasa,
menunaikan zakat dan melaksanakan haji. Bahkan kesyirikan semacam ini, menurut
Muhammad ibn Abdul Wahab lebih parah dari kesyirikannya yang dilakukan oleh kum
kafir Quraisy, seperti Abu Lahab dan Abu Jahal.11
Tentang asma’ wa sifat dalam ajaran Wahabi ini, memiliki kesamaan dengan
pemikiran Ibn Taimiyah bahwa ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat Allah tidak boleh di
takwilkan. Seperti yang disebutkan di dalam Al-Qur’an bahwa Allah bersemayam di atas
Arsy, maka ayat ini tidak ditakwilkan dan diyakini secara makna dhohir saja, yaitu Allah
berada di atas (memiliki arah). Maka jika diartikan seperti ini, ajaran Wahabi termasuk
kedalam aliran mujassim, yakni menyamakan sifat-sifat Allah dengan sifat -sifat
makhluk.12
3. Gerakan Ekstremis Militan Muslim
Menurut KBBI ekstremis adalah orang yang ekstrem, orang yang melampaui batas
kebiasaan (hukum dan sebagainya) dalam membela atau menuntut sesuatu. Sedangkan
militan adalah bersemangat tinggi, penuh gairah, berhaluan keras. 13 Kata militan juga bisa
diartikan orang atau kelompok yang ikut serta dalam suatu pertempuran fisik/verbal yang
agresif, biasanya dikarenakan suatu sebab.

11
Achmad Imron R, Rekam Jejak Radikalisme Salafi Wahabi, (Surabaya: Khalista, 2014), 227
12
Unggul Purnomo Aji, Kerwanto, “Teologi Wahabi: Sejarah, Pemikiran dan Perkembangannya,” El-Adabi:
Jurnal Studi Islam Vol 2, No. 1 (2023), 51
13
https://kbbi.web.id

5
Militan juga bermakna agresif, yaitu mencoba mewujudkan apa yang menjadi
keingian dan cita-cita dan mencoba segala kemungkinan yang ada. Militan juga diartikan
tidak kenal menyerah, yaitu meskipun ada hambatan sesulit apapun akan dilalui demi
tercapainya tujuan. Militan ini terjadi karena adanya suatu hal yang disukai atau
kecintaannya terhadap sesuatu, atau bisa juga karena prinsip-prinsip yang pegangnya.
Maka, tidak heran jika makna militan sering ditujukan kepada kelompok radikal atau
14
teroris. jadi, gerakan ekstremis militan muslim adalah kelompok muslim yang ingin
mencapai tujuannya, dengan segala cara apapun, bahkan dengan kekerasan.
Istilah militan juga sering di ikut sertakan dalam istilah yang digunakan para
sejarawan untuk menyebutkan kelompok yang menginginkan perubahan, dan hal ini
biasanya digunakan dalam kelompok keagamaan, seperti radikalis, fundamentalis,
ekstremis, fanatis dan lain sebagainya. Karakteristik yang dimiliki kelompok ini, yaitu
ingin selain untuk mendirikan khilafah islamiyah dengan jalan pemurnian atau purifikasi
ajaran Islam seperti yang diperaktekkan oleh masa pertama Islam. 15 Jadi, mereka ingin
melakukan perubahan dengan mengembalikan ajaran-ajaran Islam, seperti pada masa awal
Islam karena masa saat ini dianggap telah menyimpang dari ajaran-ajaran Islam.

4. Hubungan Wahabisme dan Gerakan Ekstremis Militan Muslim


Gerakan esktremis militan muslim dan wahabisme ini memiliki hubungan, karena
karteristik dari gerakan ekstremis militan muslim ini adalah untuk melakukan perubahan
dengan mengembalikan ajaran-ajaran Islam seperti masa awal Islam, maka wahabisme
termasuk kedalam kelompok ini. Wahabisme mencoba untuk melakukan pemurnian
kepada umat Islam dengan mengajak kembali pada ajaran generasi pertama Islam.
Wahabisme ini juga menyakini bahwa ajaran mereka merupakan satu-satunya ajaran yang
paling benar tentang Islam. Dan mereka menolak pemahaman yang lain yang bertentangan
dengan ajaran mereka.16
Wahabi termasuk dalam gerakan ini, karena dilihat dari ajaran ekstrimnya yang
mengkafirnya individu atau kelompok lain yang tidak sepahaman dengan mereka,
walaupun dalin yang digunakan sama-sama bersumber dari Al-Qur’an dan hadits. Dan hal

14
Musrianto, Belajar Memahami Makna Militan dan Militansi, 15, November, 2018.
https://www.kompasiana.com/dhalbanwongedewex/5bed1188bde57551005c7c04/belajar-memahami-
makna-militan-dan-militansi?page=all&page_images=1
15
Saifudin Asrori, “Mengikuti Panggilan Jihad; Argumentasi Radikalisme dan Ekstremisme di Indonesia,” Jurnal
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 4, No. 1, (Juni 2019), 125
16
Zaenal Abidin, “Wahabisme, Transnasionalisme dan Gerakan-Gerakan Radikal Islam diIndonesia,” Tasamuh
Vol 12, No. 2 (Juni 2015), 141

6
lainnya juga bisa dilihat dalam sejarah awal berdirinya ketika Wahabi melakukan
pembersihan terhadap orang-orang yang tidak setuju dan melakukan gerakan
menyimpang, seperti malakukan tahayul, bid’ah dan khurafat. Gerakan yang pertama
dilakukan adalah menghancurkan makam Zaid ibn Khattab, yang merupakan sahabat Nabi
Muhammad saw dan juga saudara Umar ibn Khattab dengan mengerahkan 600 pasukan
yang didukung oleh Ustman ibn Mu’amar. Kemudian ketika akan menaklukkan jazirah
arab dan juga untuk menyebarkan ajarannya Muhammad ibn Abdul Wahab dan
Muhammad Saud membunuh 400 ribu muslim dengan cara di eksekusi di hadapan publik,
hal ini terjadi pada tahun 1920.17

C. KESIMPULAN
Ajaran wahabi ini pertama kali diperkenalkan oleh Muhammad ibn Abdul Wahab atau
Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Rasyid al-Tamimi. Di mana jaran ini berusaha
untuk mengembalikan ajaran Islam seperti pada masa generasi pertama Islam. Kelompok
ini tidak menyebut mereka Wahabi, akan tetapi menyebut kelompok mereka sebagai
Salafiyun atau Muwahidun. Ada empat ajaran pokok Muhammad ibn Abdull Wahab, yaitu:
konsep tauhid, ziarah kubur, tawassul dam melawan kebid’ahan. Dalam penjelasan
mengenai tauhid, Muhammad ibn Abdul Wahab membagi dalam tiga bentuk, yaitu: tauhid
rububiyah, tauhid uluhiyah dan asma’ wa al-sifat.
Gerakan ekstremis militan muslim adalah kelompok muslim yang ingin mencapai
tujuannya, dengan segala cara apapun, bahkan dengan kekerasan. Karakteristik yang
dimiliki kelompok ini, yaitu ingin selain untuk mendirikan khilafah islamiyah dengan
jalan pemurnian atau purifikasi ajaran Islam seperti yang diperaktekkan oleh masa pertama
Islam. Wahabisme termasuk dalam gerakan ini, karena tujuan Wahabi dan pengertian dari
gerakan ini memiliki makna yang sama.

DAFTAR RUJUKAN
17
Erman Adia Kusumah, “Wahabi: Politik Agama dan Hasrak Kekuasaan di Indonesia,” Religious: Jurnal Studi
Agama-Agama dan Lintas Budaya Vol 4, No. 1 (2020), 59

7
Abidin, Muhammad Zainal. Dinamika Gerakan Salafi dan Paradoks Kosmopolitanisme
Islam: Problema Terminologis, Sejarah dan Ajaran. Tashwir: Jurnal Penelitian
Agama dan Sosial Budaya vol 10, No. 1 (2022)
Abidin, Zaenal. Wahabisme, Transnasionalisme dan Gerakan-Gerakan Radikal Islam
diIndonesia. Tasamuh Vol 12, No. 2 (Juni 2015)
Aji, Unggul Purnomo. Kerwanto. Teologi Wahabi: Sejarah, Pemikiran dan
Perkembangannya. El-Adabi: Jurnal Studi Islam Vol 2, No. 1 (2023)
Asrori, Saifudin. Mengikuti Panggilan Jihad; Argumentasi Radikalisme dan Ekstremisme di
Indonesia. Jurnal Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 4, No. 1(Juni 2019)
https://kbbi.web.id
Kusumah, Erman Adia. Wahabi: Politik Agama dan Hasrak Kekuasaan di Indonesia.
Religious: Jurnal Studi Agama-Agama dan Lintas Budaya Vol 4, No. 1 (2020)
Musrianto, Belajar Memahami Makna Militan dan Militansi, 15, November, 2018.
https://www.kompasiana.com/dhalbanwongedewex/5bed1188bde57551005c7c04/
belajar-memahami-makna-militan-dan-militansi?page=all&page_images=1
Qudsia, Miatul. Muhammad Faishal Haq. Pengaruh Wahabisme dalam Tafsir Ayat-Ayat
Tajsim, Tashbih dan Tawassul pada Karya Al-‘Uthaimin. QOF: Jurnal Studi Al-
Qur’an dan Tafsir Vol 4, No. 2 (2020)
R, Achmad Imron. Rekam Jejak Radikalisme Salafi Wahabi. (Surabaya: Khalista, 2014)
Syarqawi, Imam Hendriyadi. Wahabisme: Gerakan Revivalist Islam. Tafhim Al-‘Ilmi
(Februari, 2020)

Anda mungkin juga menyukai