Anda di halaman 1dari 11

Gerakan Modernisme di Arab Saudi

(Wahabiyyah)

Sejarah Peradaban Islam Modern


Kelompok 4

1 Ahmad Nadzif Azmy


53010220103

2 Muhammad Haikal Suwandi


53010220107

3 Raihan Ali
53010220116
Latar Belakang Berdirinya Wahabiyyah

Wahhabisme atau ajaran Wahabi muncul pada pertengahan abad 18 di


Dir’iyyah sebuah dusun terpencil di Jazirah Arab, di daerah Najd. Kata
Wahabi sendiri diambil dari nama pendirinya, Muhammad Ibn Abdul-
Wahhab (1703-1787). Kaum Wahabi mengklaim sebagai muslim yang
berkiblat pada ajaran Islam murni.

Tetapi, mereka juga menyatakan bahwa mereka bukanlah sebuah mazhab


atau kelompok aliran Islam baru, tetapi hanya mengikuti seruan
(dakwah) untuk mengimplementasikan ajaran Islam yang (paling) benar.
Biografi Tokoh Pendiri Wahabi
Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan keturunan Bani Tamim dari keluarga yang banyak bermazhab
Hanbali. Umar Ridha Kahhalah, yang mengaku kagum pada pendiri Wahhabisme ini, menyebutnya
sebagai faqih, ushuli, muhaddits, dan mutakallim." Pendiri Wahhabisme ini, dalam versi yang sering dikutip
pembela Wahhabisme, diketahui hidup pada 1115-1206 H (1703-1792 M), dan umurnya mencapai lebih
dari 80-an tahun.

Figur pendiri Wahhabisme ini dituturkan dalam Fashlu al- Khithab fi Bayani 'Aqidati asy-Syaikh Muhammad
bin 'Abdul Wahhab sebagai berikut:
"Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman at-Tamimi dilahirkan di Uyainah pada tahun 1115 H, dalam
keluarga yang penuh ilmu dan ketakwaan. Ia sudah belajar ilmu sejak kecil dan hafal al-Qur'an sejak masa
kanak-kanak. Ayahnya merupakan seorang qadhi (hakim) di Uyainah. Ia pertama-tama belajar fiqh kepada
ayahnya, banyak belajar tafsir, hadits, dan pendapat-pendapat ulama tentang dasar- dasar Islam."
Biografi Tokoh Pendiri Wahabi

Sementara itu, dalam kitab Islamiyyah laa Wahhabiyyah juga disebutkan: "Imam ini (Muhammad bin Abdul
Wahhab) dilahirkan dalam keluarga yang penuh ilmu, shalih, dan istiqamah. Ayah dan kakeknya, serta
banyak orang di lingkungan keluarganya, merupakan ulama dan wujaha' (biasanya dimaknai sebagai
pemimpin sekelompok kaum)."13 Dan, memang, siapa saja yang mengkaji nasab keluarganya akan
mengakui bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab lahir dari keluarga para ulama, terutama ulama penganut
Mazhab Hanbali.

Sebagai orang yang lahir di Nejd pada 1111 H, pertama-tama, menurut kitab 'Ulama' Najd, Muhammad bin
Abdul Wahhab belajar kepada ayahnya, kemudian meminta izin pergi ke Makkah untuk melaksanakan
ibadah haji, dan kemudian berdiam di Makkah selama dua bulan, sebelum kemudian kembali ke Uyainah
dan menikah. Pendiri Wahhabisme ini selanjutnya meneruskan belajar kepada ayahnya dan ulama di
Uyainah setelah kedatangannya dari Hijaz.
Ide-Ide Wahabi

Dalam Arba'u Qawa'id, Muhammad bin Abdul Wahhab menjelas- kan empat kaidah dasar berpikir berikut:
1. Haram membicarakan Allah Swt. tanpa memiliki ilmu.
2. Setiap sesuatu yang pembuat syariat diam (tidak membicarakan- nya) maka dimaafkan, seseorang tidak boleh
mengharamkannya, mewajibkannya, menganjurkannya, atau memakruhkannya.
3. Meninggalkan dalil yang sudah jelas (qathi) dan mengambil dalil dari lafazh mutasyabihat (lafazh yang
mengandung kesamaran dan multimakna) ialah jalan sesat, seperti kelompok Rafidhah dan Khawarij. Setiap
muslim wajib mengikuti yang muhkam (yang sudah jelas), dan jika mengetahui makna yang mutasyabihat (yang
samar) dan menemukannya, tidaklah boleh menyelisihi yang muhkam, sebaliknya harus sepakat dengan yang
muhkam. Dan, jika tidak, maka wajib baginya mengikuti ar-rasyikhun.
4. Nabi Muhammad Saw. menuturkan, "Hal yang halal itu sudah jelas, yang haram itu juga jelas, di antara keduanya
ialah perkara- perkara mutasyabihat (biasa juga disebut musytabihat, yang dalam tradisi 'Ulum al-Qur'an
sebagian kata itu berarti kata-kata yang artinya samar)." Barang siapa tidak memercayai kaidah ini, dan
berkeinginan membicarakan masalah secara fashilin (terperinci) maka orang itu sesat dan menyesatkan.
Ide-Ide Wahabi

Sebagaimana kitab pertama, ia juga mengemukakan empat kaidah berpikir untuk melengkapi kaidah yang sudah
dikemukakan, yaitu sebagai berikut:
1. Ketahuilah bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah Saw. mengakui bahwa Allah Swt. ialah
pencipta, tetapi itu tidak memasukkan mereka ke dalam Islam.
2. Mereka (orang kafir) mengatakan bahwa mereka tidak berdoa dan tidak ber-tawajjah kepada mereka (yang
dijadikan perantara) kecuali untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt., untuk mendapatkan syafaat. Dalil untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt.
3. Nabi Muhammad Saw. menjelaskan bahwasanya manusia itu berbeda-beda di dalam peribadatan, di antara
manusia ada yang menyembah malaikat, ada yang menyembah nabi-nabi dan orang shalih, ada yang menyembah
batu-batu, pohon, matahari, dan bulan. Rasulullah membunuh mereka, dan tidak dibedakan di antara mereka.
4. Orang-orang musyrik pada zaman kita ini lebih besar kesyirikan- nya daripada orang-orang terdahulu, karena
orang-orang terdahulu melakukan kesyirikan pada waktu kuat, tetapi mereka ikhlas ketika lemah. Sementara,
kesyirikan orang-orang musyrik pada zaman kita ini langgeng, terjadi pada waktu lemah dan kuat (fi rakha' wa
syiddah).
Pengaruh Wahhabisme terhadap Gerakan
Islam Garis Keras Kontemporer.

Gerakan Wahhabisme yang dinisbatkan kepada pengikut Muhammad bin


Abdul Wahhab, yang mereka sendiri menyebutnya sebagai pengikut
Salafiyah (mengikuti tradisi generasi awal Islam), muwahhidun (penegak
tauhid), ath-thaifah al-manshurah (kelompok yang ditolong Allah), dan
sejenisnya, berpengaruh besar terhadap berbagai gerakan-gerakan Islam
garis keras, tentu dengan kadar dan ukuran yang berbeda-beda.

Meskipun di antara kelompok-kelompok yang dipengaruhi Wahhabisme ini


saling bertentangan, pada kenyataannya sangat susah dibantah bahwa
ideologi Wahhabisme memiliki andil cukup besar dalam mengilhami praktik-
praktik dan model gerakan Islam garis keras, termasuk di Indonesia.
Pengaruh Wahhabisme terhadap Gerakan
Islam Garis Keras Kontemporer.

Model kelompok-kelompok yang dipengaruhi Wahhabisme ada yang


kemudian menjadi neo-Wahhabisme. Mereka ini juga terpengaruh oleh
gagasan perlawanan "bid'ah" ala Wahhabisme, lalu menyerukan
pemberantasan TBC (takhayul, bid'ah, dan churafat), tetapi juga membuat
kreativitas sendiri yang mungkin lebih canggih, kasar, dan sejenisnya.

Ada juga golongan yang terpengaruh Wahhabisme dalam gagasan


perlawanan terhadap thaghut (thaghut diartikan sebagai golongan yang tidak
berhukum dengan hukum Allah versi Wahhabisme), kemudian meradikalkan
lagi dengan menghajar demokrasi dan penafsiran-penafsiran yang tidak
sepaham dengan mereka.
Pengaruh Wahhabisme terhadap Gerakan
Islam Garis Keras Kontemporer.

Ada juga yang terpengaruh Wahhabisme dalam soal "tidak mau bertaklid",
meskipun pemikiran mereka lalu menjadi salah satu mazhab yang diikuti dan
pengikutnya terjebak taklid mendasar. Karena pengaruh ini, mereka selalu
secara keras berupaya memerangi mereka yang bertaklid kepada mazhab. Di
level lain, ada juga yang meneruskan Wahhabisme dalam banyak segi
sebagaimana dilakukan oleh kalangan Salafi saat ini.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai