Anda di halaman 1dari 33

MACAM-MACAM HAROKAH ISLAM

Pengertian Harokah dalam pembahasan disini adalah organisasi / harokah


(pergerakan) / kelompok yang mempunyai peraturan dan struktur organisasi yang
jelas (Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir) atau pun yang tidak / kurang
mempunyai peraturan dan struktur organisasi yang jelas (Jamaah Tabligh dan
Salafy) namun masing-masing mempunyai ciri-ciri yang bisa dibedakan dengan
pihak yang lain.
Dikatakan Harokah International karena mempunyai cabang/ perwakilan/
afiliasi/ anggota/ pengikut/ simpatisan yang tersebar luas di seluruh dunia. Secara
umum ke-empatnya ber akidah ahlus sunnah wal jamaah.
Susunan urutan pembahasan dibuat berdasarkan urutan tahun berdirinya,
dimulai dari yang paling awal disusul berturut-turut yang lebih muda tahun
berdirinya.
I. SALAFY (Generasi Awal)
A. Latar belakang sejarah
Harokah Salafy yang dikenal sekarang ini latar belakang sejarahnya tidak
dapat lepas dari gerakan atau aliran Wahabi di Arab Saudi pada tahun 1700 an
Masehi (abad 18). Maka disini akan diruntut dari latar belakang sejarah gerakan
Wahabi.
Gerakan / Aliran Wahabi :
Kata `Wahabi` bila kita runut dari asal katanya mengacu kepada tokoh ulama
besar di tanah Arab yang bernama lengkap Syeikh Muhamad bin Abdul Wahhab
At-Tamimi Al-Najdi (1115-1206 H atau 1703-1791 M). Beliau lahir di Uyainah
dan belajar Islam dalam mazhab Hanbali. Beliau telah menghafal Al-Quran sejak
usia 10 tahun.
Sosok Muhammad bin Abdul Wahhab menjadi pelopor gerakan ishlah
(reformasi) yang muncul menjelang masa-masa kemunduran dan kebekuan
berpikir pemikiran dunia Islam sekitar 3 abad yang lampau atau tepatnya pada
abad ke-12 hijriyah. Pada era kebekuan berpikir itu para ulama Islam

mencukupkan diri ber taqlid pada Ulama / Mujtahid Imam Mazhab yang empat
dengan kecenderungan pada fanatisme terhadap masing-masing mazhabnya.
Sementara fenomena umat di lapisan bawah yang awam saat itu sungguh
memilukan. Mereka telah menjadikan kuburan menjadi tempat pemujaan dan
meminta kepada selain Allah. Kemusyrikan merajalela. Bid`ah, khurafat dan
takhayyul menjadi makanan sehari-hari. Dukun, ramalan, sihir, ilmu ghaib seolah
menjadi alternatif untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan umat
Islam.
Dakwah gerakan Wahabi ini menyerukan agar aqidah Islam dikembalikan
kepada pemurnian arti tauhid dari syirik dengan segala manifestasinya.
Muhammad bin Abdul Wahhab saat itu bangkit mengajak dunia Islam untuk sadar
atas kebobrokan aqidah ini. Beliau menulis beberapa risalah untuk menyadarkan
masyarakat dari kesalahannya. Salah satunya adalah kitabuttauhid yang hingga
kini menjadi rujukan banyak ulama aqidah.
Dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab ini kemudian melahirkan gerakan
umat yang aktif menumpas segala bentuk khurafat, syirik, bid`ah dan beragam hal
yang menyeleweng dari ajaran Islam yang asli. Mereka melarang membangun
bangunan di atas kuburan, menyelimutinya atau memasang lampu di dalamnya.
Mereka juga melarang orang meminta kepada kuburan, orang yang sudah mati,
dukun, peramal, tukang sihir dan tukang teluh. Mereka juga melarang tawassul
dengan menyebut nama orang shaleh sepeti kalimat bi jaahi rasul atau
keramatnya syiekh fulan dan fulan bahkan sampai menggunakan kekerasan dan
senjata dalam dakwahnya.
Dakwah dan pemikiran beliau banyak disambut ketika beliau datang di
Dir`iyah bahkan beliau dijadikan guru dan dimuliakan oleh penguasa setempat
(kepala suku) yaitu pangeran Muhammad bin Sa`ud yang berkuasa 1139-1179 H.
Oleh pangeran, dakwah beliau didukung, ditegakkan dan akhirnya menjadi
semacam gerakan nasional yang cenderung keras dan radikal dan didukung penuh
oleh kepala suku sekaligus komandan lapangan (war lord) Muhammad bin Sa`ud.
Satuan satuan bersenjata mereka menyerang dan menaklukan seluruh penguasa
wilayah (War lord) lain diseluruh Hijaz dan Nejed (Wilayah Arab Saudi
sekarang). Sebelum berdaulat sendiri Arab Saudi secara administratif dan

protektorat saat itu berada dalam kekuasaan Khilafah Turki Usmani, berdasarkan
baiat penguasa Mekkah Syarif Hussein kepada Khalifah Sulaiman Qanuni
penguasa Turki Usmani.
Ketika gerakan Wahabi menghebat, dunia Islam sedang menghadapi
ekspansi kolonialisme negara-negara eropah dan Khilafah Turki Usmani sedang
lemah dan sibuk berperang diberbagai front menghadapi serbuan kolonialisme
negara-negarga eropah. Gerakan Wahabi semakin kuat dan menguasai seluruh
Arab Saudi hingga mereka berdaulat sendiri lepas dari Khilafah Turki Usmani.
Muhammad Bin Saud berkuasa menjadi raja pertama dan menerapkan system
pemerintahan monarki sampai sekarang ini dan menjadikan pemikiran Wahabi
sebagai mazhab kerajaan.
Oleh banyak kalangan, gerakan ini dianggap sebagai pelopor kebangkitan
pemikiran di dunia Islam, antara lain gerakan Mahdiyah, Sanusiyah, Pan
Islamisme-nya Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh di Mesir dan gerakan
lainnya di benua India. Paling tidak, masa hidup Muhammad bin Adbul Wahhab
lebih dahulu dari mereka semua.
Tokoh-tokoh ulama yang paling sering mereka jadikan rujukan adalah :
- Imam Ahmad ibn Hanbal (164-241 H)
- Ibnu Taimiyah (661-728 H)
- Muhammad Ibnul Qayyim Al-Jauziyah (6691-751H)
- Syeikh Muhammad Nashiruddin Albani
- Syeikh Abdul Aziz Bin Baz
B. Karakteristik
Gerakan Wahabi yang boleh dikatakan cikal bakal dan kendaraan yang
mengantarkan Dinasti Ibnu Saud berkuasa di Kerajaan Arab Saudi ini
pemikirannya dijadikan mazhab resmi Kerajaan Arab Saudi dan tetap dipelihara
serta dianut oleh para penguasa dan mayoritas rakyat Arab Saudi sampai saat ini.
Mazhab dan corak pemikiran Wahabi ini diekspor keluar dari batas Wilayah Arab
Saudi yang sekarang ini dikenal sebagai SALAFY walau kalangan salafiyin
kadang tidak suka bila dikatakan bahwa corak pemikiran dan latar belakang
mereka secara kenyataan merupakan kepanjangan dari Wahabi.

Karakteristik Salafy :
1. Fikihnya mengikuti imam Ahmad Bin Hanbal
Imam Ahmad Bin Hanbal dikenal lebih mengutamakan menggunakan Hadis
dalam Ijtihadnya dari pada menggunakan rasio (Qiyas, Istihsan, Maslahah
mursalah, dsb). Bila tidak ada nash Qothi beliau lebih suka menggunakan hadis
dhoif dari pada Qiyas. Sebagian Ulama menilai Imam Ahmad Bin Hanbal lebih
sebagai ahli hadis dari pada sebagai ahli Fikih.
2. Mengutamakan Hadis dan ahli hadis.
Pola pemikiran ini mewarisi pola Ijtihad Imam Ahmad Bin Hanbal yang dianut
oleh Pelopor aliran Wahabi. Banyak merujuk kepada ahli Hadis Imam
Muhammad Nashiruddin Albani yang dalam sejarahnya dikenal lebih banyak
menghafal dan mempelajari hadis di perpustakaan dan kurang mendalami ushul
fikih, maka corak fikihnya kebanyakan memegangi makna lahir (tekstual) dari
ayat dan hadis.
3. Keras dalam masalah tauhid dan akidah.
4. Sangat menentang Kurafat/Tahayul dan Bidah.
5. Menganggap Bidah dholalah semua perkara baru yang tidak ada dalam nash
syariat.
6. Tidak mengakomodasi budaya atau adat local.
7. Tidak mempunyai aturan dan struktur organisasi yang baku.
8. Terkesan puritan dan kurang akomodatif dengan masalah aktual progressif
(kekinian).
9. Menganggap Kerajaan dan Raja Arab Saudi sebagai Khilafah Islam.
Ini dapat dipahami karena gerakan wahabi dan Kerajaan Arab Saudi adalah saling
mendukung antara yang satu terhadap yang lain.
10. Menolak demokrasi dan parlemen.
Pemikiran ini dilatar belakangi Kenyataan bahwa Kerajaan Arab Saudi
menerapkan sistem monarki kerajaan, Trend demokrasi dan pemerintahan
parlementer yang kemudian muncul belakangan dan berhembus karena pengaruh

dari negara-negara eropah dianggap membahayakan Status Quo system monarki


kerajaan Arab Saudi.
11. Ofensif menyerang pemikiran harokah dan ulama diluar kalangan mereka.
Setelah gerakan Wahabi yang didukung pangeran Muhammad ibn Saud sukses
berkuasa di Arab Saudi dan merupakan pelopor reformasi kebekuan pemikiran
Islam yang menjadi inspirasi kebangkitan pemikiran Islam lainnya seperti :
Syeikh Jamaludin Al Afghani dengan konsep Pan Islamisme nya yaitu
mengembalikan Khilafah Islamiah international, Syeikh Muhamad Abduh dengan
konsep Harokah Islamiah yaitu pergerakan yang berusaha menerapkan syariat
Islam pada seluruh sektor kehidupan yang kemudian diteruskan oleh muridnya
Syeikh Rasyid Ridho yang menjadi inspirasi berdirinya Harokah Ihwanul
Muslimin di Mesir yang saat itu dibawah pemerintahan penjajahan atau
protektorat Inggris.
Konsep pemikiran harokah ini bertujuan mengembalikan Khilafah
Islamiah international dan menerapkan syariat Islam sebagai hukum positip
negara.
Harokah Ihawanul Muslimin ini akhirnya menyebar keluar mesir dan
mempunyai cabang dan pengikut di beberapa negara Arab (Timur Tengah). Dalam
perjalanan sejarahnya harokah ini selanjutnya memasuki wilayah politik yang
bersikap oposan terhadap pemerintah sekuler Mesir dan mulai timbul gejala
radikalisme dalam usaha mengambil alih pemerintahan.
Negara-negara Arab di Timur Tengah yang menerapkan sistem
pemerintahan monarki kerajaan dianggap kurang sesuai dengan konsep syriat
Islam. Sikap radikal dan oposan dari sebagian pengikut Ihawanul Muslimin ini
merembet juga ke pengikutnya yang ada di negara negara Timur Tengah
(termasuk Arab Saudi), mereka memandang negara negara Arab di Timur Tengah
yang menerapkan sistem pemerintahan monarki kerajaan dianggap kurang sesuai
dengan konsep syriat Islam, apalagi dalam perkembangan selanjutnya setelah
ditemukan minyak di negara negara Arab para bangsawan kerabat Raja hidup
bergelimang dalam kemewahan. Maka berkembangnya Ihwanul Muslimin tidak
disukai dan dianggap membahayakan status quo para penguasa monarki Arab

Saudi ditambah lagi dengan kenyataan perbedaan mazhab fikih Ihwanul Muslimin
yang ber mazhab Syafii yang juga memakai rasio (qiyas) dalam ijtihadnya.
Untuk membendung dan meng counter perkembangan dan pemikiran
Ihawanul Muslimin, penguasa Arab Saudi dan didukung para Ulama mazhab
Wahabi membuat harokah tandingan yang sekarang ini dikenal sebagai SALAFY
yang tujuannya membela status quo Khilafah Islam penguasa monarki Arab Saudi
dan menyebarkan pemikiran wahabi yang keras dalam masalah akidah dan fikih
mazhab Hanbali yang mengutamakan teks ayat dan hadis. Hal inilah yang melatar
belakangi sikap para tokoh Salafiyin menjadi Agresif dan Ofensif menyerang
kelompok lain terutama Ihwanul Muslimin dan juga Hizbut Tahrir (dulunya
bagian atau paling tidak simpatisan Ihwanul Muslimin).
C. Kiprahnya
1. Gerakan Wahabi mendobrak kejumudan dalam kurafat-tahayul-kemusyrikan
akidah.
2. Gerakan Wahabi sebagai pelopor reformasi pemikiran yang beku.
3. Di masa sekarang ini, gerakan salafi di Indonesia kembali terasa gregetnya di
awal tahun 1990-an. Gerakan ini dibawa oleh para sarjana alumni Timur Tengah
khususnya yang bersekolah di Universitas-universitas di Arab Saudi dan Kuwait.
Mereka banyak mendirikan yayasan, jamiyah, pengajian dan seruan untuk
kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Termasuk menyebarkan dakwah di
kampus, masjid, kelompok masyarakat dan sebagainya.
4. Aktif dalam study hadis
5. Aktif dalam menentang Bidah
6. Aktif dalam amar makruf nahi munkar terutama lewat tulisan
7. Aktif dalam tarbiyah dalam halaqoh

II. JAMAAH TABLIGH (Menyampaikan dakwah)


A. Latar belakang sejarah
Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy lahir pada tahun 1303 H
(1886) di desa Kandahlah di kawasan Muzhafar Nagar, Utar Prades, India.

Ayahnya bernama Syaikh Ismail dan Ibunya bernama Shafiyah Al-Hafidzah.


Keluarga Maulana Muhammad Ilyas terkenal sebagai gudang ilmu agama.
Saudaranya antara lain Maulana Muhammad yang tertua, dan Maulana
Muhammad Yahya.
Ayah beliau, Syaikh Muhammad Ismail adalah seorang ruhaniwan besar
yang suka menjalani hidup dengan ber-uzhlah, berkhalwat dan beribadah,
membaca Alquran serta mengajarkan Alquran dan ilmu-ilmu agama. Adapun
ibunda beliau, Shafiyah Al-Hafidzah, adalah seorang Hafidzah Alquran. Maulana
Muhammad Ilyas pertama kali belajar agama pada kakeknya, Syaikh Muhammad
Yahya. Beliau adalah seorang guru agama pada madrasah di kota kelahirannya.
Kakeknya adalah penganut mazhab Hanafi dan teman dari seorang ulama
dan penulis Islam terkenal, Syaikh Abul Hasan Al-Hasani An-Nadwi. Sejak saat
itulah beliau mulai menghafal Alquran. Dari kecil telah tampak ruh dan semangat
agama dalam dirinya. Beliau memilki kerisauan terhadap umat, agama dan
dakwah. Sehingga Allamah Asy-Syaikh Mahmud Hasan yang dikenal sebagai
Syaikhul Hind (guru besar ilmu Hadis pada madrasah Darul Ulum Deoband)
pernah mengatakan, sesungguhnya apabila aku melihat Maulana Ilyas aku
teringat kisah perjuangan para sahabat.
Pada suatu ketika saudaranya, Maulana Muhammad Yahya, pergi belajar
kepada seorang alim besar dan pembaru yang ternama yakni Syaikh Rasyid
Ahmad Al-Gangohi, di desa Gangoh, Utar Pradesh, India. Maulana Muhammad
Yahya belajar membersihkan diri dan menyerap ilmu dengan bimbingan Syaikh
Rasyid. Hal ini membuat Maulana Muhammad Ilyas tertarik untuk belajar pada
Syaikh Rasyid sebagaimana kakaknya. Akhirnya Maulana Ilyas memutuskan
untuk belajar agama menyertai kakaknya di Gangoh.
Akan tetapi selama tinggal dan belajar di sana Maulana Ilyas selalu
menderita sakit. Sakit ini ditanggungnya selama bertahun-tahun lamanya. Tabib
Ustadz Mahmud Ahmad putra dari Syaikh Gangohi sendiri telah memberikan
pengobatan dan perawatan pada beliau. Sakit yang dideritanya menyebabkan
kegiatan belajarnya pun menurun, akan tetapi beliau tidak berputus asa. Banyak
yang menyarankan agar beliau berhenti belajar untuk sementara waktu, tapi beliau
menjawab, apa gunanya aku hidup jika dalam kebodohan.

Dengan izin Allah SWT, Maulana pun menyelesaikan pelajaran Hadis


Syarif, Jamiat Tirmidzi dan Shahih Bukhari. Dan dalam jangka waktu empat
bulan beliau sudah menyelesaikan Kutubus Sittah. Tubuhnya yang sering
terserang sakit semakin membuat beliau bersemangat dalam menuntut ilmu.
Begitu pula kerisauannya bertambah besar terhadap keadaan umat yang jauh dari
syariat Islam.
Beliau akhirnya berkenalan dengan Syaikh Khalid Ahmad As-Sharanpuri
penulis kitab Bajhul Majhud Fi Hilli Alfazhi Abi Dawud dan berguru kepadanya.
Semakin bertambah ilmu yang dimiliki membuat beliau semakin tawaddu serta
dihormati di kalangan para ulama dan masyaikh. Suatu ketika di Kandhla ada
sebuah pertemuan yang dihadiri oleh ulama-ulama besar. Di antaranya terdapat
nama Syaikh Abdurrahman Ar-Raipuri, Syaikh Khalil Ahmad As-Sharanpuri dan
Syaikh Asyraf Ali At-Tanwi. Waktu itu tiba waktu shalat Ashar.
Mereka meminta Maulana Ilyas untuk mengimami shalat tersebut. Setelah
kematian kakaknya, Maulana Muhammad Yahya, pada 9 Agustus 1925, orang
ramai meminta kepada Maulana Ilyas untuk menggantikan kakaknya di
Nizamuddin. Waktu itu beliau sedang menjadi salah seorang pengajar di
Madrasah Mazhahirul Ulum. Akhirnya, setelah mendapat izin dari Maulana Khalil
Ahmad dengan pertimbangan jika tinggalnya di Nizamuddin membawa manfaat
maka Maulana Ilyas diberi kesempatan untuk berhenti mengajar.
Beliau akhirnya pergi ke Nizamuddin, ke madarasah warisan ayahnya
yang kosong akibat lama tidak dihuni. Dengan semangat mengajar yang tinggi
beliau membuka kembali madrasah tersebut. Semangat yang tinggi untuk
memajukan agama, beliau pun mendirikan Maktab di Mewat. Namun kondisi
geografis yang agraris menyebabkan masyarakatnya lebih menyukai anak-anak
mereka pergi ke kebun atau ke sawah daripada ke Madrasah atau Maktab untuk
belajar agama, membaca atau menulis.
Maulana Ilyas dengan terpaksa meminta orang Mewat untuk menyiapkan
anak-anak mereka untuk belajar dengan biaya yang ditanggung oleh Maulana
sendiri. Besarnya pengorbanan Maulana hanya untuk memajukan pendidikan
agama bagi masyarakat tidak mendapatkan perhatian. Mereka enggan menuntut
ilmu dan lebih senang hidup dalam kondisi yang sudah dijalani turun temurun.

Melihat keadaan Mewat itu, semakin menambah kerisauan beliau akan keadaan
umat Islam.
Kunjungan-kunjungan diadakan bahkan madrasah-madrasah banyak
didirikan, tetapi hal itu belum dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi
masyarakat

Mewat.

Dengan

izin

Allah

timbullah

keinginannya

untuk

mengirimkan jamaah dakwah ke Mewat. Pada tahun 1351 H/1931 M, beliau


menunaikan haji yang ketiga ke Tanah Suci Makkah. Kesempatan tersebut
dipergunakan untuk menemui tokoh-tokoh India yang ada di Arab guna
mengenalkan usaha dakwah.
Selama di Makkah, jamaah bergerak setiap hari sejak pagi sampai petang,
usaha dakwah terus dilakukan untuk mengajak orang taat kepada perintah Allah.
Dalam pandangan Maulana Muhammad Ilyas, dakwah merupakan kewajiban
umat Nabi Muhammad SAW. Pada prinsipnya setiap orang yang mengaku
mengikuti ajaran Nabi Muhammad memiliki kewajiban mendakwahkan
ajarannya, yaitu agar selalu taat kepada Allah dengan cara yang telah dicontohkan
Rasulullah.
Sepulang dari haji, Maulana mengadakan dua kunjungan ke Mewat,
masing-masing disertai jamaah dengan jumlah sekitar seratus orang. Dalam
kunjungan tersebut beliau selalu membentuk jamaah-jamaah yang dikirim ke
kampung-kampung untuk ber-jaulah (berkeliling dari rumah ke rumah) guna
menyampaikan pentingnya agama. Beliau sepenuhnya yakin bahwa kebodohan,
kelalaian serta hilangnya semangat agama dan jiwa keislaman itulah yang menjadi
sumber kerusakan.
Dari Mewat inilah secara berangsur-angsur usaha tabligh meluas ke Delhi,
United Province, Punjab, Khurja, Aligarh, Agra, Bulandshar, Meerut, Panipat,
Sonepat, Karnal, Rohtak dan daerah lainnya. Begitu juga di bandar-bandar
pelabuhan banyak jamaah yang tinggal dan terus bergerak menuju tempat-tempat
yang ditargetkan sepeti halnya daerah Asia Barat. Terbentuknya jamaah ini adalah
dengan izin Allah melalui kerisauan seorang Maulana Muhammad Ilyas.
Kemudian menyebarlah jamaah-jamaah tabligh yang membawa misi ganda yaitu
ishlah diri (perbaikan diri sendiri) dan mendakwahkan kebesaran Allah SWT
kepada seluruh umat manusia. Perkembangan jamaah ini semakin hari semakin

tampak. Gerakan jamaah tidak hanya tersebar di India tetapi sedikit demi sedikit
telah menyebar ke barbagai negara. Hanya kekuasaan Allah yang dapat
memakmurkan dan membesarkan usaha ini.
Pada hari terakhir dalam sejarah hidupnya, Maulana mengirim utusan
kepada Syaikhul Hadits Maulana Zakariya, Maulana Abdul Qodir Raipuri, dan
Maulana Zafar Ahmad, bahwa beliau akan mengamanahkan kepercayaan sebagai
amir jamaah kepada sahabat-sahabatnya seperti Hafidz Maqbul Hasan, Qozi
Dawud, Mulvi Ihtisamul Hasan, Mulvi Muhammad Yusuf, Mulvi Inamul Hasan,
Mulvi Sayyid Raza Hasan.
Pada saat itu terpilihlah Mulvi Muhammad Yusuf sebagai pengganti
Maulana Muhammad Ilyas dalam memimpin usaha dakwah dan tabligh. Pada
sekitar bulan Juli 1944 beliau jatuh sakit yang cukup parah. Kondisi tubuhnya
yang lemah merupakan bukti bahwa beliau bersungguh-sungguh menghabiskan
waktu mengembara dari satu tempat ke tempat lain bersama dengan jamaah untuk
mendakwahkan kebesaran Allah.
Akhirnya Maulana menghembuskan nafas terakhirnya, beliau pulang ke
rahmatullah sebelum adzan Shubuh. Beliau tidak banyak meninggalkan karyakarya tulisan tentang kerisauannya akan keadaan umat. Buah pikiran beliau
dituang dalam lembar-lembar kertas surat yang dihimpun oleh Maulana Manzoor
Numani dengan judul Aur Un Ki Deeni Dawat yang ditujukan kepada para ulama
dan seluruh umat Islam yang mengambil usaha dakwah ini.
Metode

dakwah

tabligh

dengan

metode

melakukan

perjalanan

mengunjungi (jaulah) dan menetap beberapa waktu di suatu tempat sasasan


dakwah ini akhirnya menjadi harokah yang mempunyai banyak pengikut dan
keluar dari anak benua India menyebar ke seluruh dunia.
B. Karakteristik
1. Mengutamakan ber tabligh yaitu dakwah dengan mengunjungi (jaulah) dan
menetap beberapa lama di kawasan yang dijadikan obyek dakwah.
2. Mengutamakan akhlak, kebersihan hati dan dzikir.
3. Menganjurkan banyak beramal dan beribadah.
4. Fikihnya bermazhab Abu Hanifah tapi tidak mengikat untuk anggotanya.

5. Toleran terhadap budaya dan adat lokal.


6. Aktif ber amar makruf nahi munkar.
7. Dakwahnya lemah-lembut dengan jaulah (kunjungan) ke semua kalangan.
8. Sangat toleran dan tidak radikal.
9. Aktif dalam tabiyah halaqoh.
10. Tidak mempunyai aturan dan struktur organisasi yang baku.
11. Tidak terlibat atau membahas masalah politik.
12. Tidak ofensif terhadap harokah dan ulama diluar kalangan mereka.
D. Kiprahnya
1. Aktif melakukan JAULAH yaitu perjalanan (safar) ke suatu kawasan dan
menetap beberapa lama untuk melakukan tabligh (menyampaikan) dakwah Islam.
2. Aktif dalam tarbiyah halaqoh
3. Aktif dalam amar makruf nahi munkar lewat lisan.
III. IKHWANUL MUSLIMIN (Persaudaraan Islam)
A. Latar Belakang Sejarah
Pada era abad 19 Masehi gelombang kolonialisme dan imperialisme
sedang melanda hampir di semua dunia Islam. Khilafah Islam Turki Usmani
sedang dalam masa lemah dan sakit yang kronis. Turki Usmani sedang mati
matian berperang melawan negara negara Eropah (Yunani, Rusia, Inggris, Italia
dan Perancis). Satu per satu wilayah dalam kekuasaan Khilafah Turki Usmani
dicaplok oleh negara-negara eropah tanpa bisa dicegah oleh Sultan Turki. Perancis
menguasai Afrika Utara, Italia menguasai Aljazair, Rusia mencaplok wilayah
kaukasus dan Asia Tengah, Inggris menguasai Syria-Palestina.
Disamping itu ada juga wilayah-wilayah dibawah kekuasaan Imperium
Khilafah Turki Usmani yang memberontak dan melepaskan diri seperti : negara
negara Slavia (Eropah Timur), Yunani dan negara negara balkan, Gubernur Mesir
Muhamad Ali Pasha juga mengumumkan Mesir berdiri sendiri lepas dari
kekuasaan Khilafah Turki Usmani, Penguasa Wilayah (war lord) di Semenanjung
Arabia juga lepas dari kontrol kekuasaan pusat Turki Usmani. Wilayah Hijaz dan
Nejed dikuasai oleh kaum Wahabi dan akhirnya mendirikan kerajaan Arab Saudi
lepas dari Khilafah Turki Usmani. Akhirnya Khilafah Islamiah Turki Usmani

benar benar mati setelah dibunuh oleh Kemal Attaruk pada tahun 1924 yang
menghapuskan sistem Khilafah Islam yang menerapkan syariat Islam sebagai
hukum positip negara dan menggantinya dengan sekulerisme yang menerapkan
Undang Undang keluaran parlemen sebagai hukum positip negara.
Dunia Islam diluar bekas wilayah imperium Turki Usmani tidak jauh
berbeda nasibnya, Pakistan-India dan Malaysia-Brunei dijajah oleh Inggris,
demikian juga Indonesia dijajah oleh Belanda. Masa itulah Umat Islam sedang
berada pada posisi paling rendah dalam bidang politik dan seperti kue yang
seenaknya dibagi-bagi dan disantap oleh negara-negara Imperialis-Kolonialis
Eropah. Keadaan itulah yang pernah diramalkan dalam hadis Nabi yaitu umat
Islam seperti makanan dimeja makan yang disantap oleh orang-orang yang
lapar-Benarlah apa yang dikatakan Rosulullah-.
Mesir pada mulanya berdaulat sendiri setelah Gubernur Muhammad Ali
Pasha memberontak dan menyatakan berdaulat sendiri lepas dari kekuasaan Turki
Usmani, ternyata kemudian tidak mampu menahan ekspansi penyerbuan tentara
Inggris yang sebelumnya sudah menguasai Syiria dan Palestina, jadilah kemudian
Mesir dijajah oleh Inggris.
Kekuasaan pemerintahan ada ditangan para penjajah, hukum positip yang
diterapkan adalah Undang Undang buatan mereka, sumber daya kekayaan alam
dihisap oleh para penjajah, Pendidikan dan usaha mencerdaskan umat sengaja
tidak dilakukan. Dunia Islam benar benar berada pada posisi paling lemah secara
politis, militer, ekonomi, iptek dan peradaban. Para Ulama Islam juga mengalami
kebekuan pemikiran dan mencukupkan diri dengan mengikuti mazhab empat
imam mazhab mujtahid dengan fanatisme pada masing-masing mazhab yang
terkadang sampai muncul friksi fisik perselisihan dikalangan akar rumput umat.
Masa penjajahan yang panjang tersebut juga mengakibatkan masingmasng wilayah/negara Islam sibuk dengan dirinya sendiri dalam berbagai usaha
perlawanan

terhadap

penjajah

ditambah

lagi

racun

pemikiran

NASIONALISME dan SEKULERISME yang sengaja dihembuskan oleh


para pemikir barat dengan tujuan agar Khilafah Islamiah yang menerapkan
syariat Islam sebagai hukum positip dalam kehidupan bermasyarakat
sekaligus bernegara tidak hidup lagi dikalangan kaum muslilim. Kaum

Penjajah menyadari bahwa system pemerintahan Khilafah Islamiah yang meliputi


seluruh kaum muslimin dunia itulah kunci kekuatan Islam sebagi kekuatan politis
yang dahulu sanggup membawa kaum muslimin pada puncak kejayaannya, maka
kaum penjajah sengaja menebarkan racun nasionalisme dan sekulerisme di
wilayah-wilayah Islam yang mereka kuasai.
Adanya gerakan reformasi Wahabi yang radikal dalam bidang akidah dan
politik di Arab Saudi dan berhasil mengantarkan Dinasti Ibnu Saud ke tampuk
kekuasaan di kerajaan Arab Saudi memberi inspirasi para pemikir Islam yang lain
untuk melakukan pembaharuan pemikiran dalam memecahkan kebekuan dan tidur
panjang umat islam dalam bidang pemikiran dan politik dan usaha melepaskan
diri dan merdeka dari penjajahan.
Salah satu pemikir Islam yang menjadi rising star pada waktu itu adalah
Syeikh Jamaluddin Al Afghani yang mempunyai konsep pemikiran Pan
Islamisme yaitu usaha menyatukan kembali seluruh negara negara Islam yang
sudah mulai berwawasan nasionalisme kebangsaan dalam satu Khilafah Islamiah
seperti dahulu kala dan menerapkan syariat Islam sebagai hukum positip
bernegara dan bermasyarakat.
Dalam bidang dakwah dan fikih sosial-kemasyarakatan muncul pemikir
Mesir Syeikh Muhammad Abduh dan muridnya Syeikh Rasyid Ridlo yang
memberikan wacana harokah (pergerakan) yang bergerak dalam bidang dakwah
dan politik berupa amal jamai yang mengorganisir kekuatan umat sebagai usaha
memperbaiki keterpurukan umat dibawah tekanan penjajahan dan secara bertahap
berusaha melepaskan diri dari penjajahan.
Ditempat yang berbeda yaitu di Pakistan muncul pemikiran yang sejalan
dan dihembuskan oleh Syeikh Abul Ala Maududi yang intinya agar umat bersatu
dalam amal jamai yang terorganisir kemudian secara simultan melakukan
dakwah, tarbiyah dan amar makruf nahi munkar. Pemikiran beliau banyak
dituangkan dalam bentuk buku dan aktif memberi pengajian serta membentuk
harokah Jamiat Al-Islami yang di kemudian hari menjadi partai politik yang
membidani kelahiran Republik Pakistan terpisah dari India, namun setelah itu
perkembangan harokah Jamiah Al- Islami tidak terlalu berkembang keluar dari
anak benua India.

Di negara Mesir, pemikiran baru itu merupakan pembaharuan pemikiran


yang selama ini beku dan terus bergulir dan berkembang hingga konsep itu
direalisasikan oleh Imam Hasan Al Bana yang mendirikan harokah dakwah dan
politik Ihwanul Muslimin.
Bermula dari pembicaraan dan diskusi Imam Hasan Al Bana dengan empat
orang temannya yang bertekad untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan
taqwa dan mereka berkomitmen dalam saling tolong menolong dalam semangat
persaudaraan Islam. Mereka kemudian sering bertemu membentuk halaqoh dan
melakukan diskusi membahas berbagai persoalan agama, perkembangan sosial
kemasyarakatan dan kemaslahatan umat lainnya.
Beberapa orang akhirnya tertarik pada Halaqoh pengajian dan diskusi
mereka dan akhirnya ikut bergabung dalam halaqoh itu. Anggota perkumpulan itu
sangat antusias dalam melakukan dakwah langsung di masyarakat, bahkan mereka
mendatangi kedai-kedai kopi dengan cara sopan dan santun mereka minta ijin
kepada pemilik kedai untuk menyampaikan sedikit pengajian kepada pengunjung
kedai menyampaikan dakwah Islam dan ajakan kembali kepada nilai-nilai luhur
agama Islam.
Metode Dakwah mereka mulanya dianggap aneh dan tidak umum, yaitu
memberikan pengajian singkat di kedai-kedai kopi dan tempat keramaian lainnya,
tapi karena mereka menyampaikannya dengan sopan dan simpatik akhirnya
banyak orang-orang terutama kaum muda yang tertarik dengan perkumpulan
mereka dan ikut bergabung dalam halaqoh yang dipimpin Imam Hasan Al Bana.
Perkumpulan dan Halaqoh mereka semakin banyak anggotanya dan setiap
anggota perkumpulan aktif menyampaikan dakwah dan pemikiran Imam Hasan
Al-Bana dan konsep Harokah amal Jamai dalam semangat persaudaraan Islam.
Akhirnya perkumpulan ini mendeklarasikan diri sebagai Organisasi harokah
Islamiah dengan nama IHWANUL MUSLIMIN dan menyepakati Imam Hasan Al
Bana sebagai pemimpinnya.
Perjalanan Ihwanul Muslimin.
Imam Asy-Syahid Hasan al-Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober
1906. Lahir di sebuah kampung di kawasan Buhairah, Mesir. Beliau tumbuh di

dalam lingkungan yang taat beragama, yang menerapkan Islam secara nyata
dalam seluruh aspek kehidupannya.
Pada usia 12 tahun, Hasan al-Banna telah menghafal separuh isi Al-quran.
Di samping belajar agama di rumah dan di masjid, ia belajar pada sekolah
pemerintah, kemudian melanjutkan pelajarannya ke Dar al-Ulum, Kairo dan
tamat pada tahun 1927.
Setelah tamat dari Dar al-Ulum, ia menjadi guru pada sebuah Sekolah
Menengah (SMP) di Ismailiyyah. Dari Ismailiyyah inilah ia memulai aktivits
keagamaannya di tengah-tengah masyarakat, terutama di warung-warung kopi di
hadapan para karyawan Proyek Terusan Suez.
Setiap hari seusai mengajar, ia mengunjungi warung kopi untuk
berdialog dengan masyarakat. Malam harinya, ia salat berjamaah di masjid
terdekat, dan kemudian seringkali melanjutkan pembicaraannya di warung kopi.
Pada masa-masa liburan panjang setiap musim panas, ia menghabiskan waktu
bepergian ke berbagai kota dan desa di Mesir, untuk mengajar masyarakat di
rumah, di atas kendaraan, di warung kopi, atau masjid. Tubuhnya yang kekar
(sekalipun dengan postur yang agak pendek dibanding rata-rata orang Mesir),
serta penampilannya yang menarik, dan lidahnya yang fasih, dan perilakunya
yang simpatik memang mendukung Al-Banna untuk menjadi seorang public
figure.
Pada bulan Dzul Qaidah 1327 H/April 1928 M adalah bulan didirikannya
cikal bakal gerakan Ihwanul muslimin.
Dalam pertumbuhan awalnya, Al-Ihwan lebih memusatkan usaha untuk
pembentukan kepribadian masyarakat. Ini terlihat dari beberapa prinsip yang
diajarkan Al-Banna yang merupakan petunjuk harian Al-Ihwan. Prinsip-prinsip itu
antara lain berbunyi: Lakukanlah salat bila anda mendengar azan, bagaimana pun
kondisi anda pada waktu itu. Baca Alquran, renungkan dan dengarkan, serta
selalulah mengingat Allah. Jangan anda membuang-buang waktu untuk hal-hal
yang tak berguna.
Selanjutnya, Al-Banna juga mengatakan: Jangan banyak bersilat lidah
dalam masalah apa pun, karena itu tidak bermanfaat. Jangan banyak berhura-hura
dan bersantai, karena perjuangan bangsa perlu kesungguhan. Jauhilah

membicarakan keburukan orang di belakangnya. Jangan mengejek organisasiorganisasi atau pergerakan-pergerakan dengan tidak adil. Berusahalah untuk selalu
ramah bila anda bertemu teman-teman Al-Ihwan, sekalipun ia tidak membuat
inisiatif, karena idiologi kita berdiri di atas tiang ilmu pengetahuan dan cinta
kasih.Bantulah orang lain semaksimal mungkin agar ia dapat memanfaatkan
waktunya, dan bila anda mempunyai proyek untuk diselesaikan, maka
selesaikanlah proyek itu.
Prinsip-prinsip tersebut tak lain adalah sebagian dari prinsip-prinsip Islam,
yang disimpulkan dalam bahasa sederhana agar dapat dilaksanakan dengan mudah
dalam kehidupan sehari-hari. Intinya adalah bagaimana seorang muslim dapat
menjalankan ajaran Islam secara murni dan konsekuen dalam kehidupan modern.
Prinsip-prinsip itu dijalankan melalui jalur organisasi dari ranting, cabang,
wilayah (yang tersebar di seluruh pelosok kota dan desa di Mesir), dan sampai ke
pusat, yang secara organisatoris selalu dievaluasi dari waktu -waktu. Di sini
kelihatan sekali ciri pergerakan dari organisasi Al-Ihwan.
Setelah pemantapan kepribadian, maka program Al-Ihwan selanjutnya
adalah pembentukan masyarakat Islam yang menjalankan syariat Islam. Bagi AlIhwan, Islam adalah jalan hidup menyangkut individu, masyarakat, negara,
hubungan internasional dan seterusnya. Al-Banna menegaskan, Ia (Islam Red)
adalah sikap moral, kekuatan, kasih sayang dan keadilan. Ia adalah pengetahuan,
hukum, ilmu dan pengadilan. Ia adalah materi, kekayaan, usaha dan kebutuhan. Ia
adalah jihad dan dakwah atau antara dan gagasan. Ia juga akidah yang benar dan
ibadah yang betul, ibarat satu koin dengan dua wajah.
Seperti program pembentukan kepribadian, maka Al-Ihwan juga bertekad
untuk melaksanakan program sosial politik secara bertahap. Dalam Anggaran
Dasar (Nizam Asasi) Al-Ihwan, antara lain menyebutkan: Al-Ihwan senantiasa
mengutamakan kemajuan bertahap dalam pembangunan, usaha produktif, dan
kerja sama dengan para pecinta kebaikan dan kebenaran. Al-Ihwan tak ingin
melukai siapa pun, apa pun agama, ras dan kebangsaannya.
Kegiatan Al-Ihwan mulai menarik perhatian pemerintah dan dunia luar,
setelah mereka memindahkan pusat kegiatan dari Ismailiyah ke Kairo pada tahun
1932. Apalagi setelah Al-Banna mengirim surat kepada raja Mesir, Faruq (1936)

dan sejumlah menteri kabinet, agar melaksanakan syariat Islam dan meninggalkan
cara hidup yang tidak Islami.
Tahun 1352 H/1933 M beliau menerbitkan sebuah berita pekanan Ihwan
yang dipimpin oleh Ustadz Muhibuddin Khatib (1303 - 1389 H/1886 - 1969 M).
Kemudian tahun 1357 H/1938 M terbit majalah al-Nadzir. Lalu menyusul alSyihab, tahun 1367 H/1947 M. Seterusnya majalah dan berita-berita Ihwan terbit
secara teratur.
Situasi di Mesir pada 1930-1940-an, seperti kebobrokan moral, penetrasi
budaya asing, pemerintah yang tidak tegas, dominasi Inggris yang begitu kuat
dalam negeri, dominasi perusahaan -perusahaan asing, dan lain-lain, telah
bersaham dalam membentuk sikap militansi Al-ihwan. Sebagai gerakan dan
idiologi, sikap Al-ihwan ini berhubungan erat dengan krisis intelektual, sosial,
ekonomi dan politik yang melanda Mesir sejak abad ke-19.Krisis-krisis ini
sebagiannya adalah hasil dari berbagai kebijakan yang ditempuh oleh para
penguasa Mesir sebelum ini, dalam bidang pendidikan, hukum dan politik melalui
suatu proses westernisasi. Negara sejak abad 19 mengirim misi pendidikan ke luar
negeri dan mengundang perancang dan tenaga ahli Barat ke dalam negeri. Sistem
pendidikan Barat yang sekuler barangsur-angsur menggeser pendidikan
tradisional, dan hukum sekular Barat menggantikan hukum syariat yang telah
berlaku selama berabad-abad.
Politik pemerintah semakin cenderung untuk memelihara kepentingan
Barat. Terusan Suez sebagai jalan perhubungan penting antara Barat dan Timur
berada di tangan asing. Di Palestina kekuatan Zionis internasional semakin
mengkristal untuk mendirikan negara nasional Yahudi yang mengancam eksistensi
umat Islam dan bangsa Arab. Sementara itu, para penguasa Arab lebih banyak
membuat kebijakan yang dapat mempertahankan kepentingan mereka daripada
kepentingan rakyat. Di pihak lain, Al-Azhar sebagai lembaga keagamaan tertua di
dunia Islam bersikap melempem dan sulit untuk dijadikan panutan bagi sebuah
pembaruan yang sejalan dengan semangat Islam.
Sebagai organisasi pergerakan, Al-ihwan tak mau membiarkan kondisi
yang tidak sejalan dengan tuntutan Islam itu berjalan terus. Melalui media dan
sarana yang dimilikinya (surat kabar, majalah, pamlet, surat terbuka, pidato,

khutbah, rapat umum dan lain-lain), organisasi ini memberikan imbauannya


kepada rakyat dan pemerintah agar mengambil garis Islam dalam semua
kebijakan.
Tahun 1948 Ihwan turut serta dalam perang Palestina. Mereka masuk
dalam angkatan perang khusus. Peristiwa ini telah direkam secara rinci oleh
ustadz Kamil Syarif dalam bukunya Ihwanul muslimin fi Harbi Falasthin.
Kalau kemudian pemerintah melihat Al-ihwan sebagai ancaman, bukan
semata karena imbauan kebaikan itu, tapi lebih karena sebagai organiasasi massa,
Al-ihwan dapat memaksakan kehendaknya. Usaha yang dilakukannya bukan
hanya bidang penerangan, pendidikan dan kebajikan semata, tetapi juga mencakup
usaha -usaha ekonomi yang menjadi urat nadi organisasi, latihan bela diri dan
bahkan pasukan para militer. Dalam perang melawan sekutu Inggris-Israel pada
tahun 1948, misalnya, pasukan sukarelawan Al-ihwan terbukti tangguh dalam
mematahkan kekuatan musuh.
Pada tanggal 8 Nopember 1948, Muhammad Fahmi Nagrasyi, perdana
menteri Mesir waktu itu, membekukan gerakan Ihwan dan menyita harta
kekayaannya serta menangkap tokoh-tokohnya.
Desember 1948, Naqrasyi diculik. Orang-orang Ihwan dituduh sebagai
pelaku penculikan dan pembunuhan tersebut. Ketika jenazah Naqrasyi di usung,
pendukung-pendukungnya berteriak-teriak, Kepala Naqrasyi harus dibayar
dengan kepala Hasan al-Banna.
Kegiatan dan kejayaan yang dicapai al-ihwan al-Muslimin tidak disenangi
oleh kerajaan dan pihak Inggris. Negara barat mendesak kerajaan Mesir supaya
membubarkan Jamaah ihwanul Muslimin. Pasukan tentara al-ihwan yang
berperang di Palestina telah menunjukkan keberanian dan komitmen yang luar
biasa. Hal itu Justru menjadikan kegamangan dan kekhawatiran politik musuh.
Pada bulan November 1948, gencatan senjata telah diadakan Palestina.
Pada 8 November 1948, Perdana Menteri Mesir mendeklarasikan pembubaran alihwan. Unit-unit tentara Mesir dan tentara al-ihwan yang berjuang di Palestina itu
dipanggil balik. Berbagai-bagai tuduhan dan fitnah dilemparkan ke atas al-ihwan.
Anggota-anggota al-ihwan ditangkap, dimasukkan ke dalam penjara dan mereka

diseksa dengan teruk, malah ada yang dibunuh. Tindakan tersebut telah
melumpuhkan sama sekali kegiatan al-lhwan.
Pada 12 Februari 1949 jam 5 petang, Hasan al-Banna bersama iparnya
Abdul Karim Mansur, seorang pejabat, berada di rumah pejabat tersebut. Mereka
menunggu Menteri Zaki Ali Basya yang dikatakan mewakili kerajaan untuk
berunding, tetapi dia tak kunjung tiba. Akhirnya setelah selesai menunaikan solat
Isya mereka memanggil taksi untuk pulang. Ketika baru saja menaiki teksi yang
dipanggil, dua orang memakai penutup kepala menuju ke arah taksi dan salah
seorang daripada mereka terus melepaskan tembakan pistol dan kedua-dua mereka
terkena tembakan itu.
Iparnya itu tidak dapat bergerak akibat terkena tembakan tersebut.Hasan al
Banna walaupun terkena tujuh tebakan , beliau masih mampu berjalan masuk
semula ke pejabat Jamiyyah al Syubban al-Muslimin memanggil ambulan untuk
membawa mereka ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit Qasral Aini, mereka
dikawal rapi oleh Jenderal Muhammad al-Jazzar dan tidak melarang memberikan
perawatan kepada Hasan al-Banna. Pada pukul 12.50 tengah malam, Imam Asy
Syahid Hasan al-Banna menghembuskan nafas yang terakhir akibat tumpahan
darah yang banyak pada usia 43 tahun.
Setelah peristiwa itu tokoh-tokoh Al-ihwan ditangkap, aset organisasi
disita, dan berbagai media massa mereka diberangus. Kejadian seperti itu terjadi
berulang kali. Dari tahun 1940 sampai Desember 1948, pergerakan ini dilarang
seutuhnya.
Tahun 1950 berdasarkan keputusan Dewan Tertinggi Negara, Ihwan
direhabilitasi. Ketika itu Mesir diperintah oleh kabinet al-Nuhas. Dewan tersebut
juga

memutuskan

bahwa

pembekuan

Ihwan

selain

tidak

sah,

juga

inkonstitusional.
Tahun 1950 ustadz Hasan al-Hudhaibi (1306 -1393 H/1891 - 1973 M),
terpilih menjadi Mursyid Al-Mahdi Ihwanul muslimin. Ia adalah salah seorang
tokoh kehakiman Mesir. Ia juga berkali-kali ditangkap. Tahun 1954, ia divonis
hukuman mati, tetapi kemudian diringankan menjadi seumur hidup. Tahun 1971 ia
dibebaskan terakhir kalinya.

Oktober 1951 konflik antara Mesir dan Inggris semakin memuncak. Ihwan
melancarkan perang urat saraf melawan Inggris di Terusan suez. Peristiwa ini
telah direkam oleh Kamil Syarif dalam bukunya Al-Muqawamat al-Sirriyyah fi
Qanat Suwes.
Tanggal 23 Juli 1952, pasukan Mesir di bawah pimpinan Muhammad
Najib, bekerja sama dengan Ihwan melancarkan Revolusi Juli. Tetapi kemudian
Ihwan menolak kerja sama dalam pemerintahan, karena mereka mempunyai
pendapat dan pandangan yang jelas tentang metode revolusi.
Jamal Abdul nashir menganggap penolakan tersebut sebagai penolakan
terhadap mandat revolusi. Kemudian kedua belah pihak terlibat serangkaian
konflik dan permusuhan yang semakin hari semakin tajam. Akibatnya, tahun
1954, pihak pemerintah melakukan penangkapan besar-besaran terhadap anggota
Ihwan dan beribu-ribu orang dijebloskan ke dalam penjara.
Pada mulanya, Jamal Abdul Nasir dan Anwar Sadat sendiri adalah termasuk
aktivis Al-ihwan. Namun kemesraan antara Al-ihwan dan Nasir serta Sadat segera
berakhir, tak lama setelah yang pertama menjadi presiden. Di bawah pemerintahan
Jamal Abdul Nasir, Al-ihwan mengalami penderitaan kembali. Para pengikutnya
dipenjarakan dan beberapa di antaranya bahkan ada yang digantung. Buku-buku
dan penerbitan mereka dilarang terbit.
Alasan pemerintah, karena orang Ihwan telah berupaya memusuhi dan
mengancam

kehidupan

Jamal

Abdul

nashir

di

lapangan

Mansyiyyah,

Iskandariyyah. Bahkan pemerintah Mesir telah menghukum mati 6 anggota


Ihwan.1. Abdulqadir Audah
2. Muhammad Farghali
3. Yusuf Thalat
4. Handawi Duwair
5. Ibrahim Thayyib
6. Muhammad Abdullathif
Tahun 1965 - 1966 bentrokan antara Ihwan dan pemerintah Mesir terulang
kembali untuk kedua kalinya. Pemerintah kembali melakukan penangkapan besarbesaran, melakukan penyiksaan serta memenjarakan anggota Ihwan. Bahkan tiga
orang di antarannya telah dihukum gantung, yaitu :

Sayyid Quthb (1324 - 1387 H/1906 - 1966 M). Ia termasuk pemikir Ihwan nomor
dua setelah Hasan al-Banna. Dan termasuk salah seorang tokoh Islam di zaman
modern ini. Ditangkap tahun 1954 M dan disekap di dalam penjara selama 10
tahun. Tahun 1964 ia dikeluarkan dari penjara atas desakan presiden Irak,
Abdussalam Arif. Namun tak lama kemudian ia diculik kembali untuk
menghadapi hukuman mati. Demikian juga dengan Yusuf Hawasi dan Abdulfattah
Ismail.
Sejak itu Ihwan bergerak secara rahasia sampai Jamal Abdul nashir
meninggal dunia 28 September 1970. Ketika Anwar Sadat berkuasa, orang-orang
Ihwan mulai di lepas secara bertahap.
Akibat dari kondisi yang kurang menguntungkan itu, beberapa tokoh Alihwan banyak yang terpaksa lari ke luar negeri. Ada yang ke negara-negara Arab
dan lainnya ke Eropa dan Amerika. Namun di mana pun mereka berada, mereka
tidak melupakan perjuangan organisasi dan selalu melakukan kegiatan-kegiatan
sesuai dengan kondisi yang ada.
Dari situ, meski di dalam negeri (Mesir) Al-ihwan banyak mengalami
hambatan, gagasan Al-ihwan tetap berkembang. Apalagi banyak di kalangan
idiolog-idiolog Al-ihwan yang berbakat menulis dalam berbagai bidang. Sebut,
misalnya Audah, Sayyid Quthb, Muhammad Quthb, Muhammad Al-Ghazali,
Abdullah As-Samman, As-Sibai, Mushthafa Ramadan, Fathi Yakan dan lain-lain.
Kemudian muncul dialog generasi kedua yang lebih berbentuk akademis semisal
Yusuf Al-Qardhawi, Isa Abduh, Al-Jerisyi, At-Turabi, Asy-Syalabi dan
seterusnya. Karya-karya mereka banyak yang sudah diterjemahkan ke dalam
bahasa asing, termasuk bahasa Indonesia. Dengan demikian, Al-ihwan telah
memberikan sahamnya untuk sebuah pemahaman Islam pergerakan di seluruh
dunia.
Sepeninggal Hudhaibi, Umar Tilmisani (1904?1986 M) terpilih menjadi
Mursyid. Di bawah pimpinannya Ihwan menuntut hak-hak jamaah secara utuh
dan mengembalikan hak milik jamaah yang dibekukan oleh Jamal Abdul nashir.
Tilmisani menempuh jalan tidak konfrontatif dengan penguasa dan berkali-kali

beliau menyerukan, Bergeraklah dengan bijak dan hindarilah kekerasan dan


ekstrimisme.
Di luar Mesir banyak tikoh-tokoh Ihwan yang muncul, antara lain :
Syaikh Muhammad Mahmud Shawwaf, pendiri dan pengawas umum Ihwan di
Irak. Dr. Mushthafa al-Sibai, pengawas umum pertama Ihwan di Suriah.
Gerakan Ihwan di Yordania berdiri tanggal 13 Ramadhan 1364 H. pemimpin
pertamanya ialah Syaikh Abdullathif Abu Qurrah.
Di beberapa negara Arab pada waktu ini, seperti Sudan, Yordania, dan Palestina,
kegiatan politis Islam Al-ihwan tampak menonjol. Di Sudan, berkat jasa Dr Hasan
At-Turabi, idiologi terkenal Al-ihwan, beberapa program Islamisasi telah dapat
dilaksanakan dalam negara, sekalipun mendapat tekanan yang berat dari negaranegara Barat, dan bahkan Mesir sendiri sebagai negara tetangga dan tanah
kelahiran Al-Banna.
Di Yordania beberapa wakil Al-ihwan dapat duduk dalam parlemen dan beberapa
posisi penting dalam pemerintahan. Di Palestina, di balik gerakan Al-Hammas
yang menantang negara sekular yang ingin didirikan oleh Arafat juga dikabarkan
berdiri aktivis -aktivis Al-ihwan.
Ihwanul Muslimin sebenarnya tidak lain dari sebuah organisasi pergerakan Islam
yang berusaha menerapkan cara-cara hidup yang Islami, terutama kehidupan
sosial-politik, melalui sebuah program yang selalu direvisi dari waktu ke waktu.
Karena dominasi kebudayaan sekular yang begitu besar di dunia Islam, termasuk
sekularisasi dalam pemerintahan, organisasi ini sering berada dalam konflik
dengan kjekuatan-kekuatan sekular yang ada dalam masyarakat. Teologi mereka
yang tidak memisahkan antara ijtihad dan jihad, agama dan politik, membuat
nama mereka sering dihubungkan kepada aksi politik dan tindak kekerasan, baik
secara sah atau tidak.
PEMIKIRAN DAN DOKTRIN-DOKTRINNYA
Pemahaman Ihwan terhadap Islam bersifat universal, tidak mengenal adanya
pemisahan antara satu aspek dengan aspek lainnya.
Kaitanya dengan dakwah Ihwan, Syaikh Hasan al-Banna mengatakan, Gerakan
Ihwan adalah dakwah salafiyah, thariqah sunniyah, haqiqah shufiyyah, lembaga

politik, klub olah raga, lembaga ilmiah dan kebudayaan, perserikatan ekonomi dan
pemikiran sosial.
Selanjutnya Syaikh Hasan al-Banna mengatakan bahwa ciri gerakan Ihwan
adalah:1. Jauh dari sumber pertentangan.
2. Jauh dari pengaruh riya dan kesombongan.
3. Jauh dari partai politik dan lembaga-lembaga politik.
4. Memperhatikan kaderisasi dan bertahap dalam melangkah.
5. Lebih mengutamakan aspek aspek amaliyah produktif dari pada propaganda
dan reklame.
6. Memberi perhatian sangat serius kepada para pemuda.
7. Cepat tersebar di kampung-kampung dan dikota-kota.
Selain itu Syaikh menyebutkan karakteristik Ihwan sebagai berikut :
- Gerakan Ihwan adalah gerakan Rabbaniyyah. Sebab azas yang menjadi poros
sasarannya ialah mendekatkan manusia kepada Rabb-nya.
- Gerakan Ihwan bersifat alamiyah (Internasional). Sebab arah gerakan ditujukan
kepada semua umat manusia.
- Gerakan Ihwan bersifat Islami. Sebab orientasi dan nisbatnya hanya kepada
Islam.
Selain itu juga Syaikh menetapkan tingkatan amal yang merupakan konsekuensi
logis setiap anggota, yaitu :
1. Memperbaiki diri, sehingga menjadi pribadi yang kuat fisik, teguh dlam
berakhlak, luas dalam berfikir, mampu mencari nafkah, lurus berakidah dan benar
dalam beribadah.
2. Membentuk rumah tangga islami.
3.

Memotifasi

masyarakat

untuk

menyebarkan

kebaikan,

memerangi

kemungkaran dan kerusakan.


4. Memerdekakan negara dengan membersihkan rakyatnyas dari berbagai bentuk
kekuasaan asing kuffar di bidang poplitik, ekonomi ataupun mental spiritual.
5. Memperbaiki pemerintahan sehingga benar-benar menjadi pemerintahan yang
islami.

6. Mengembalikan eksistensi negara-negara Islam dengan memerdekakan


negerinya dan menghidupkan kembali keagungannya.
7. Menjadi guru dunia dengan menyebarkan Islam ke tengah-tengah umat
manusia, sehingga tidak ada fitnah lagi dan Dien hanya benar-benar milik Allah.
Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan Nur (Dien)-Nya. (Q.S.
at-Taubah :32).
Tentang tahapan dakwah Hasan al-Banna membaginya menjadi tiga tahap :
Tahap pengenalan.
Tahap pembentukan.
Tahap pelaksanakan.
Dalam Risalah Taalim, Hasan al-Banna berkata, Rukun Baiat kita ada sepuluh.
Karena itu hafallah baik-baik. Yaitu: Faham, Ikhlas, Amal, Jihad, Berkorban,
Tetap pada pendirian, Tulus, Ukhuwah dan percaya diri. Kemudian beliau
berkata, Wahai saudaraku yang sejati! Ini merupakan garis besar dakwah Anda.
Anda dapat menyimpulkan prinsip-prinsip tersebut menjadi lima kalimat berikut :
1. Allah tujuan kami.
2. Rasulullah SAW. teladan kami.
3. Al-Quran dustur (undang-undang)kami.
4. Jihad jalan kami.
5. Mati sahid dalam fisabilillah adalah puncak cita-cita kami yang tertinggi.
Ciri-cirinya dapat disimpulkan menjadi lima kata, yaitu : sederhana, membaca AlQuran, shalat, sikap kesatria dan akhlaq.
Ustadz Sayyid Quthb, dalam bukunya Khashaish al-Tashawwur al-Islami wa
Muqawwimatuhu,

memberikan

gambaran

tentang

pemahaman Ihwan.
Karakteristik konsep Islam itu berazaskan kepada :
1. Rabbaniyyah
2. Tetap

pemahamannya

dan

3. Seimbang
4. Positif
5. Realistik
6. Tauhid.
Setiap karakteristik diberi penjelasan tersendiri secara gamblang dan luas.
Lambang Ihwanul muslimin adalah dua bilah pedang menyilang melingkari AlQuran,

ayat

Al-Quran

Wa Uidlu

dan

tiga

kata:

haq

(kebenaran),

quwwah(kekuatan) dan hurriyyah (kemerdekaan).


AKAR PEMIKIRAN DAN SIFAT IDIOLOGINYA
Ihwanul muslimin telah mengadopsi dakwah salafiyyah menjadi gerakan
dakwahnya. Ia menekankan kepada pentingnya penelitian dan pembahasan
terhadap dalil serta pentingnya kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dan
membersihkan diri dari segala bentuk kemusrikan untuk mencapai kesempurnaan
tauhid.
Dakwah Ihwan banyak dipengaruhi oleh Syaikh Abdulwahhab, Sanusiyyah dan
Rasyid Ridha. Pada umumnya dakwah tersebut merupakan kelanjutan dari
Madrasah Ibnu Taimiyyah (wafat 702 H/1328 M), yang juga merupakan
kelanjutan Madrasah Imam Ahmad bin Hambal.
Ihwan merupakan tashawwuf sebagai sarana pendidikan dan peningkatan jiwa
seperti pernah dilakukan para ahli tashawwuf terdahulu yang aqidahnya benar dan
jauh dri segala bentuk bidah, khurafat, menghina diri dan sifat negatif.
Hasan al-Banna merangkum semua pemahaman tersebut dalam dakwahnya.
Ditambah pula dengan konsepsi-konsepsi yang sesuai dengan kebutuhan zaman
dan lingkungan. Sehingga dakwahnya mampu menghadapi berbagai arus yang
melanda Mesir dan kawasan lain.
PENYEBARAN DAN KAWASAN PENGARUHNYA
Gerakan Ihwan dimulai di Ismailiyyah kemudian beralih ke Kairo. Dari Kairo
tersebar ke berbagai pelosok dan kota do Mesir. Akhir tahun 40-an, cabang Ihwan
di Mesir sudah mencapai 3000 cabang. Tiap cabang memiliki anggota yang cukup
banyak.

Gerakan tersebut kemudian meluas ke negara-negara Arab. Ia berdiri kukuh di


Suriah, Palestina, Yordania, libanon, Irak, Yaman dan lain-lain. Dewasa ini
anggota dan simpatisannya tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia
aktivis-aktivis Ihwanul Muslimin mendirikan Partai Keadilan Sejatera (PKS) atau
paling tidak menerapkan pemikiran dan metode dakwah dalam harokahnya.
Salah satu pencapaian Al-Ihwan yang paling signifikan adalah terbentuknya
generasi baru Muslim yang memahami Islam secara benar, meyakininya secara
mendalam, mempraktikkannya dalam diri sendiri dan keluarganya, berjuang
meninggikan kalimatnya, menerapkan syariatnya, dan menyatukan umatnya.
B. Karakteristik
1. Mempunyai peraturan dan struktur organisai yang baku.
2. Aktif dalam amar makruf nahi mungkar.
3. Fikihnya mengikuti mazhab Syafii tapi tidak mengikat ke anggotanya.
4. Tidak puritan dan adaptif dengan masalah aktual progressif-kekinian.
5. System Tarbiyah kadernya telah mapan dan baku.
6. Menerapkan beberapa keluarga menjadi satu ikatan Usroh yang merupakan sel
terkecil dari Harokah.
7. Memasuki wilayah politik.
8. Seterateginya elastis, menjadi gerakan bawah tanah ketika tertekan.
9. Bergabung dengan parlemen
10. Toleran dalam masalah ikhtilaf.
11. Tidak ofensif menyerang pemikiran harokah yang lain.
12. Melakukan aktivitas hampir di seluruh aspek sosial-kemasyarakatan.
C. Kiprahnya
1. Mendirikan Percetakan dan penerbitan.
2. Mendirikan badan / yasasan sosial kemasyarakatan.
3. Aktif dalam tarbiyah pembinaan kader melalui Halaqoh-Usroh.
4. Aktif dalam amar makruf nahi munkar..
5. Aktif memberikan ceramah/seminar/pengajian.
6. Mendirikan Partai Politik dan ikut serta dalam pemilu.

IV. HIZBUT TAHRIR (Partai Pembebas)


A. Latar Belakang Sejarahnya
Hizbut Tahrir didirikan di Al-Quds pada tahun 1372 H (1953 M) oleh Syeikh
Taqiyuddin An-Nabhani, seorang ulama, pemikir, politisi dan pernah menjadi
Qadhi (hakim) di pengadilan Syariat di Al-Quds.
Sebagian kalangan mengatakan bahwa pendiri Hisbut Tahrir pada mulanya
termasuk aktivis atau simpatisan Ihwanul Muslimin. Setelah terbunuhnya Imam
Hasan Al Bana, pemimpin Ihwanul Muslimin pada tahun 1949 boleh dikatakan
aktivitas Ihwanul Muslimin mengalami stagnasi, apalagi sebagian besar tokohtokoh utama Ihwan banyak yang ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Mesir.
Tekanan hebat yang dilakukan oleh pemerintah Mesir membuat Ihwan merubah
kebijaksanaannya yaitu lebih lunak dan bergerak dibawah tanah.
Melunaknya sikap Ihwan dan aktivitasnya yang bergerak dibawah tanah kurang
disetujui oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani, maka beliau pun memutuskan
mendirikan Hizbut Tahrir yang garis kebijaksanannya terang-terangan dan tegas
menyatakan diri sebagai partai politik yang bertujuan untuk membebaskan negaranegara Islam dari kolonialisme-penjajahan bangsa-bangsa eropah, membebaskan
Baitul Makdis dari cengkeraman Zionis Israel, membebaskan negeri-negeri Islam
dari pemerintahan sekuler, dari pemerintahan monarki regional menuju Khilafah
Islam international.
Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik yang berideologi Islam. Politik
merupakan kegiatannya, dan Islam adalah ideologinya. Hizbut Tahrir bergerak di
tengah-tengah umat, dan bersama-sama mereka berjuang untuk menjadikan Islam
sebagai permasalahan utamanya, serta membimbing mereka untuk mendirikan
kembali sistem Khilafah Islamiah dan menegakkan hukum yang diturunkan Allah
dalam realitas kehidupan.
Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik, bukan organisasi kerohanian (seperti
tarekat), bukan lembaga ilmiah (seperti lembaga studi agama atau badan
penelitian), bukan lembaga pendidikan (akademis), dan bukan pula lembaga sosial
(yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan). Ide-ide Islam menjadi jiwa, inti,
dan sekaligus rahasia kelangsungan kelompoknya.

Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari kemerosotan


yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundang-undangan,
dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari cengkeraman dominasi
dan pengaruh negara-negara kafir. Hizbut Tahrir bermaksud juga membangun
kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi, sehingga hukum yang
diturunkan Allah SWT dapat diberlakukan kembali.
TUJUAN HIZBUT TAHRIR
Hizbut Tahrir bertujuan melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah
Islam ke seluruh penjuru dunia. Tujuan ini berarti mengajak kaum muslimin
kembali hidup secara Islami dalam Darul Islam dan masyarakat Islam. Di mana
seluruh kegiatan kehidupannya diatur sesuai dengan hukum-hukum syara.
Pandangan hidup yang akan menjadi pedoman adalah halal dan haram, di bawah
naungan Daulah Islam, yaitu Daulah Khilafah, yang dipimpin oleh seorang
Khalifah yang diangkat dan dibaiat oleh kaum muslimin untuk didengar dan
ditaati agar menjalankan pemerintahan berdasarkan Kitabullah dan Sunnah RasulNya, dan mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan
jihad.
Di samping itu Hizbut Tahrir bertujuan membangkitkan kembali umat Islam
dengan kebangkitan yang benar, melalui pola pikir yang cemerlang. Hizbut Tahrir
berusaha untuk mengembalikan posisi umat ke masa kejayaan dan keemasannya
seperti dulu, di mana umat akan mengambil alih kendali negara-negara dan
bangsa-bangsa di dunia ini, dan negara Khilafah akan kembali menjadi negara
nomor satu di dunia sebagaimana yang terjadi pada masa silam serta memimpin
dunia sesuai dengan hukum-hukum Islam.
Hizbut Tahrir juga bertujuan untuk menyampaikan hidayah (petunjuk syariat)
bagi umat manusia, memimpin umat Islam untuk menentang kekufuran beserta
segala ide dan peraturan kufur, sehingga Islam dapat menyelimuti bumi.
KEGIATAN HIZBUT TAHRIR
Kegiatan Hizbut Tahrir adalah mengemban dakwah Islam untuk mengubah situasi
masyarakat yang rusak menjadi masyarakat Islam. Hal ini dilakukan dengan
mengubah ide-ide rusak yang ada menjadi ide-ide Islam, sehingga ide-ide ini
menjadi opini umum di tengah masyarakat serta menjadi persepsi bagi mereka.

Selanjutnya persepsi ini akan mendorong mereka untuk merealisasikan dan


menerapkannya sesuai dengan tuntutan Islam.
Juga dengan mengubah perasaan yang dimiliki anggota masyarakat menjadi
perasaan Islam yakni ridla terhadap apa yang diridlai Allah, marah dan benci
terhadap apa yang dimurkai dan dibenci oleh Allah serta mengubah hubungan/
interaksi yang ada dalam masyarakat menjadi hubungan/ interaksi yang Islami,
yang berjalan sesuai dengan hukum-hukum Islam dan pemecahan-pemecahannya.
Seluruh kegiatan yang dilakukan Hizbut Tahrir adalah kegiatan yang bersifat
politik, di mana Hizbut Tahrir memperhatikan urusan masyarakat sesuai dengan
hukum-hukum serta pemecahannya secara syari, karena politik adalah mengurus
dan memelihara urusan masyarakat sesuai dengan hukum-hukum Islam dan
pemecahan-pemecahannya.
Kegiatan-kegiatan yang bersifat politik ini tampak jelas dalam kegiatannya
mendidik dan membina umat dengan tsaqafah (kebudayaan) Islam, meleburnya
dengan Islam, membebaskannya dari aqidah-aqidah yang rusak, pemikiranpemikiran

yang

salah,

serta

persepsi-persepsi

yang

keliru,

sekaligus

membebaskannya dari pengaruh ide-ide dan pandangan-pandangan kufur.


Kegiatan politik ini tampak juga dalam aspek pergolakan pemikiran (ash shiroul
fikri) dan dalam perjuangan politiknya (al kifahus siyasi). Pergolakan pemikiran
tersebut terlihat dalam penentangannya terhadap ide-ide dan aturan-aturan kufur.
Kegiatan ini nampak pula dalam penentangannya terhadap ide-ide yang salah,
aqidah-aqidah yang rusak, atau persepsi-persepsi yang keliru, dengan cara
menjelaskan kerusakannya, menampakkan kekeliruannya, dan menjelaskan
ketentuan hukum Islam dalam masalah tersebut.
Adapun perjuangan politiknya, terlihat dari penentang-annya terhadap kaum kafir
imperialis untuk memerdekakan umat dari belenggu dominasinya, membebaskan
umat dari cengkeraman pengaruhnya, serta mencerabut akar-akarnya yang berupa
pemikiran, kebudayaan, politik, ekonomi, maupun militer dari seluruh negerinegeri Islam.
Perjuangan politik ini juga tampak jelas dalam kegiatannya menentang para
penguasa, mengungkapkan pengkhianatan dan persekongkolan mereka terhadap
umat, melancarkan kritik, kontrol, dan koreksi terhadap mereka serta berusaha

menggantinya tatkala mereka mengabaikan hak-hak umat, tidak menjalankan


kewajibannya terhadap umat, melalaikan salah satu urusan umat, atau menyalahi
hukum-hukum Islam.
Seluruh kegiatan politik tersebut dilakukan tanpa menggunakan caca-cara
kekerasan (fisik/senjata). Akan tetapi sebatas aktivitas menyampaikan ide-ide
(konsep-konsep) dengan lisan atau tulisan, sesuai jejak dakwah yang dicontohkan
Rasulullah SAW.
Jadi kegiatan Hizbut Tahrir secara keseluruhan adalah kegiatan yang bersifat
politik, baik sebelum maupun sesudah mengambilalih pemerintahan (melalui
umat).
Kegiatan Hizbut Tahrir bukan di bidang pendidikan, karena ia bukanlah madrasah
(sekolah). Begitu pula seruannya tidak hanya bersifat nasehat-nasehat dan
petunjuk-petunjuk. Akan tetapi kegiatannya bersifat politik, dengan cara
mengemukakan ide-ide (konsep-konsep) Islam beserta hukum-hukumnya untuk
dilaksanakan,

diemban,

dan

diwujudkan

dalam

kenyataan

hidup

dan

pemerintahan.
Hizbut Tahrir mengemban dakwah Islam agar Islam dapat diterapkan dalam
kehidupan dan agar Aqidah Islamiyah dapat menjadi dasar negara dan dasar
konstitusi serta undang-undang. Karena Aqidah Islamiyah adalah aqidah aqliyah
(aqidah yang menjadi dasar pemikiran) dan aqidah siyasiyah (aqidah yang
menjadi dasar politik) yang melahirkan aturan untuk memecahkan problem
manusia secara keseluruhan, baik di bidang politik, ekonomi, budaya, sosial, dan
lain-lain.

METODE DAKWAH HIZBUT TAHRIR


Metode yang ditempuh Hizbut Tahrir dalam mengemban dakwah adalah hukumhukum syara, yang diambil dari thariqah (metode) dakwah Rasulullah SAW,
sebab thariqah itu wajib diikuti. Sebagaimana firman Allah SWT:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi
kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan Hari

Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah (dengan membaca dzikir dan mengingat
Allah). (QS Al Ahzab : 21)
Katakanlah: Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian. (QS Ali Imran : 31)
Apa saja yang dibawa Rasul untuk kalian, maka ambilah. Dan apa saja yang
dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah. (QS Al Hasyr : 7)
Dan banyak lagi ayat lain yang menunjukkan wajibnya mengikuti perjalanan
dakwah Rasulullah SAW, menjadikan beliau suri teladan, dan mengambil
ketentuan hukum dari beliau.
Berhubung kaum muslimin saat ini hidup di Darul Kufur karena diterapkan atas
mereka hukum-hukum kufur yang tidak diturunkan Allah SWT maka keadaan
negeri mereka serupa dengan Makkah ketika Rasulullah SAW diutus
(menyampaikan risalah Islam). Untuk itu fase Makkah wajib dijadikan sebagai
tempat berpijak dalam mengemban dakwah dan mensuriteladani Rasulullah SAW.
Dengan mendalami sirah Rasulullah SAW di Makkah hingga beliau berhasil
mendirikan suatu Daulah Islam di Madinah, akan tampak jelas beliau menjalani
dakwahnya dengan beberapa tahapan yang jelas ciri-cirinya. Beliau melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu yang tampak dengan jelas tujuan-tujuannya. Dari sirah
Rasulullah SAW inilah Hizbut Tahrir mengambil metode dakwah dan tahapantahapannya, beserta kegiatan-kegiatan yang harus dilakukannya pada seluruh
tahapan ini, karena Hizbut Tahrir mensuriteladani kegiatan-kegiatan yang
dilakukan Rasululah SAW dalam seluruh tahapan perjalanan dakwahnya.
Berdasarkan sirah Rasulullah SAW tersebut, Hizbut Tahrir menetapkan metode
perjalanan dakwahnya dalam 3 (tiga) tahapan berikut :
Pertama, Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan (Marhalah At Tatsqif), yang
dilaksanakan untuk membentuk kader-kader yang mempercayai pemikiran dan
metode Hizbut Tahrir, dalam rangka pembentukan kerangka tubuh partai.
Kedua, Tahapan Berinteraksi dengan Umat (Marhalah Tafaul Maa Al Ummah),
yang dilaksanakan agar umat turut memikul kewajiban dakwah Islam, hingga
umat menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, agar umat berjuang
untuk mewujudkannya dalam realitas kehidupan.

Ketiga, Tahapan Pertarungan Pemikiran untuk menentang kepercayaan/ideologi,


aturan dan pemikiran kufur. Menentang segala bentuk akidah yang rusak,
pemikiran keliru, pemahaman yang salah dan sesat dengan cara mengungkapkan
kepalsuan, kekeliruan dan kontradiksi dengan Islam sekaligus membersihkan
umat dari segala bentuk pengaruh dan implikasinya.
Keempat, Tahapan Perjuangan Politik menghadapi negara-negara kafir imperialis
yang menguasai dan mendominasi negeri-negeri Islam, menghadapi segala bentuk
penjajahan, baik itu berupa pemikiran, politik, ekonomi, militer dan mengungkap
makar sekaligus membongkar konspirasi negara-negara kafir. Perjuangan politik
juga dilakukan dengan menentang para penguasa negeri-negeri Arab dan negerinegeri Islam yang lain dengan cara membongkar kejahatan dan kebobrokan
mereka, menyampaikan nasehat, kritik dan mencoba mengubah perilaku mereka
setiap kali memakan, tidak menunaikan hak-hak umat, melalaikan urusan umat
dan meyimpang dari hukum syariat Islam.
Kelima, Tahapan Pengambilalihan Kekuasaan (Marhalah Istilaam Al Hukm),
yang dilaksanakan untuk menerapkan Khilafah Islam secara menyeluruh dan
mengemban risalah Islam ke seluruh dunia dan kemudian berkhidmat melayani
kemaslahatan umat sesuai dengan hukum syariat Islam.
KEANGGOTAAN HIZBUT TAHRIR
Hizbut Tahrir menerima keanggotaan setiap orang Islam, baik laki-laki maupun
wanita, tanpa memperhatikan lagi apakah mereka keturunan Arab atau bukan,
berkulit putih ataupun hitam. Hizbut Tahrir adalah sebuah partai untuk seluruh
kaum muslimin dan menyeru mereka untuk mengemban dakwah Islam serta
mengambil dan menetapkan seluruh aturan-aturan Islam, tanpa memandang lagi
kebangsaan, warna kulit, maupun madzhab mereka. Hizbut Tahrir melihat
semuanya dari pandangan Islam.
Cara mengikat individu-individu ke dalam Hizbut Tahrir adalah dengan memeluk
Aqidah Islamiyah, matang dalam Tsaqafah Hizbut Tahrir, serta mengambil dan
menetapkan ide-ide dan pendapat-pendapat Hizbut Tahrir. Dia sendirilah yang
mengharuskan dirinya menjadi anggota Hizbut Tahrir, setelah sebelumnya ia
melibatkan dirinya dengan Hizbut Tahrir; ketika dakwah telah berinteraksi
dengannya dan ketika dia telah mengambil dan menetapkan ide-ide serta persepsi-

persepsi Hizbut Tahrir. Jadi ikatan yang dapat mengikat anggota Hizbut Tahrir
adalah Aqidah Islamiyah dan Tsaqafah Hizbut Tahrir yang terlahir dari aqidah ini.
Halaqah-halaqah (pembinaan) wanita dalam Hizbut Tahrir terpisah dengan
halaqah laki-laki. Yang memimpin halaqah-halaqah wanita adalah para suami,
mahramnya, atau para wanita
B. Karakteristik
1.

Mempunyai peraturan dan struktur organisai yang baku.

2.

Aktif dalam amar makruf nahi mungkar.

3.

Tidak puritan dan adaptif dengan masalah aktual progresif-kekinian.

4.

System tarbiyah kadernya telah mapan dan baku.

5.

Memasuki wilayah politik.

6.

Bersikap keras dalam meng kritisi pemerintahan.

7.

Tidak Bergabung dengan parlemen

8.

Mengeluarkan fatwa-fatwa tentang masalah progresif kekinian.

9.

Tidak ofensif menyerang pemikiran harokah yang lain.

C. Kiprahnya
1.

Mendirikan Percetakan dan penerbitan.

2.

Aktif menulis artikel dan buku buku.

3.

Aktif dalam tarbiyah pembinaan kader melalui Halaqoh Hizb.

4.

Aktif dalam amar makruf nahi munkar.

5.

Aktif memberikan ceramah/seminar/pengajian.

6.

Mendirikan Partai Politik (global) tapi tidak ikut serta dalam pemilu.

Anda mungkin juga menyukai