mencukupkan diri ber taqlid pada Ulama / Mujtahid Imam Mazhab yang empat
dengan kecenderungan pada fanatisme terhadap masing-masing mazhabnya.
Sementara fenomena umat di lapisan bawah yang awam saat itu sungguh
memilukan. Mereka telah menjadikan kuburan menjadi tempat pemujaan dan
meminta kepada selain Allah. Kemusyrikan merajalela. Bid`ah, khurafat dan
takhayyul menjadi makanan sehari-hari. Dukun, ramalan, sihir, ilmu ghaib seolah
menjadi alternatif untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan umat
Islam.
Dakwah gerakan Wahabi ini menyerukan agar aqidah Islam dikembalikan
kepada pemurnian arti tauhid dari syirik dengan segala manifestasinya.
Muhammad bin Abdul Wahhab saat itu bangkit mengajak dunia Islam untuk sadar
atas kebobrokan aqidah ini. Beliau menulis beberapa risalah untuk menyadarkan
masyarakat dari kesalahannya. Salah satunya adalah kitabuttauhid yang hingga
kini menjadi rujukan banyak ulama aqidah.
Dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab ini kemudian melahirkan gerakan
umat yang aktif menumpas segala bentuk khurafat, syirik, bid`ah dan beragam hal
yang menyeleweng dari ajaran Islam yang asli. Mereka melarang membangun
bangunan di atas kuburan, menyelimutinya atau memasang lampu di dalamnya.
Mereka juga melarang orang meminta kepada kuburan, orang yang sudah mati,
dukun, peramal, tukang sihir dan tukang teluh. Mereka juga melarang tawassul
dengan menyebut nama orang shaleh sepeti kalimat bi jaahi rasul atau
keramatnya syiekh fulan dan fulan bahkan sampai menggunakan kekerasan dan
senjata dalam dakwahnya.
Dakwah dan pemikiran beliau banyak disambut ketika beliau datang di
Dir`iyah bahkan beliau dijadikan guru dan dimuliakan oleh penguasa setempat
(kepala suku) yaitu pangeran Muhammad bin Sa`ud yang berkuasa 1139-1179 H.
Oleh pangeran, dakwah beliau didukung, ditegakkan dan akhirnya menjadi
semacam gerakan nasional yang cenderung keras dan radikal dan didukung penuh
oleh kepala suku sekaligus komandan lapangan (war lord) Muhammad bin Sa`ud.
Satuan satuan bersenjata mereka menyerang dan menaklukan seluruh penguasa
wilayah (War lord) lain diseluruh Hijaz dan Nejed (Wilayah Arab Saudi
sekarang). Sebelum berdaulat sendiri Arab Saudi secara administratif dan
protektorat saat itu berada dalam kekuasaan Khilafah Turki Usmani, berdasarkan
baiat penguasa Mekkah Syarif Hussein kepada Khalifah Sulaiman Qanuni
penguasa Turki Usmani.
Ketika gerakan Wahabi menghebat, dunia Islam sedang menghadapi
ekspansi kolonialisme negara-negara eropah dan Khilafah Turki Usmani sedang
lemah dan sibuk berperang diberbagai front menghadapi serbuan kolonialisme
negara-negarga eropah. Gerakan Wahabi semakin kuat dan menguasai seluruh
Arab Saudi hingga mereka berdaulat sendiri lepas dari Khilafah Turki Usmani.
Muhammad Bin Saud berkuasa menjadi raja pertama dan menerapkan system
pemerintahan monarki sampai sekarang ini dan menjadikan pemikiran Wahabi
sebagai mazhab kerajaan.
Oleh banyak kalangan, gerakan ini dianggap sebagai pelopor kebangkitan
pemikiran di dunia Islam, antara lain gerakan Mahdiyah, Sanusiyah, Pan
Islamisme-nya Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh di Mesir dan gerakan
lainnya di benua India. Paling tidak, masa hidup Muhammad bin Adbul Wahhab
lebih dahulu dari mereka semua.
Tokoh-tokoh ulama yang paling sering mereka jadikan rujukan adalah :
- Imam Ahmad ibn Hanbal (164-241 H)
- Ibnu Taimiyah (661-728 H)
- Muhammad Ibnul Qayyim Al-Jauziyah (6691-751H)
- Syeikh Muhammad Nashiruddin Albani
- Syeikh Abdul Aziz Bin Baz
B. Karakteristik
Gerakan Wahabi yang boleh dikatakan cikal bakal dan kendaraan yang
mengantarkan Dinasti Ibnu Saud berkuasa di Kerajaan Arab Saudi ini
pemikirannya dijadikan mazhab resmi Kerajaan Arab Saudi dan tetap dipelihara
serta dianut oleh para penguasa dan mayoritas rakyat Arab Saudi sampai saat ini.
Mazhab dan corak pemikiran Wahabi ini diekspor keluar dari batas Wilayah Arab
Saudi yang sekarang ini dikenal sebagai SALAFY walau kalangan salafiyin
kadang tidak suka bila dikatakan bahwa corak pemikiran dan latar belakang
mereka secara kenyataan merupakan kepanjangan dari Wahabi.
Karakteristik Salafy :
1. Fikihnya mengikuti imam Ahmad Bin Hanbal
Imam Ahmad Bin Hanbal dikenal lebih mengutamakan menggunakan Hadis
dalam Ijtihadnya dari pada menggunakan rasio (Qiyas, Istihsan, Maslahah
mursalah, dsb). Bila tidak ada nash Qothi beliau lebih suka menggunakan hadis
dhoif dari pada Qiyas. Sebagian Ulama menilai Imam Ahmad Bin Hanbal lebih
sebagai ahli hadis dari pada sebagai ahli Fikih.
2. Mengutamakan Hadis dan ahli hadis.
Pola pemikiran ini mewarisi pola Ijtihad Imam Ahmad Bin Hanbal yang dianut
oleh Pelopor aliran Wahabi. Banyak merujuk kepada ahli Hadis Imam
Muhammad Nashiruddin Albani yang dalam sejarahnya dikenal lebih banyak
menghafal dan mempelajari hadis di perpustakaan dan kurang mendalami ushul
fikih, maka corak fikihnya kebanyakan memegangi makna lahir (tekstual) dari
ayat dan hadis.
3. Keras dalam masalah tauhid dan akidah.
4. Sangat menentang Kurafat/Tahayul dan Bidah.
5. Menganggap Bidah dholalah semua perkara baru yang tidak ada dalam nash
syariat.
6. Tidak mengakomodasi budaya atau adat local.
7. Tidak mempunyai aturan dan struktur organisasi yang baku.
8. Terkesan puritan dan kurang akomodatif dengan masalah aktual progressif
(kekinian).
9. Menganggap Kerajaan dan Raja Arab Saudi sebagai Khilafah Islam.
Ini dapat dipahami karena gerakan wahabi dan Kerajaan Arab Saudi adalah saling
mendukung antara yang satu terhadap yang lain.
10. Menolak demokrasi dan parlemen.
Pemikiran ini dilatar belakangi Kenyataan bahwa Kerajaan Arab Saudi
menerapkan sistem monarki kerajaan, Trend demokrasi dan pemerintahan
parlementer yang kemudian muncul belakangan dan berhembus karena pengaruh
Saudi ditambah lagi dengan kenyataan perbedaan mazhab fikih Ihwanul Muslimin
yang ber mazhab Syafii yang juga memakai rasio (qiyas) dalam ijtihadnya.
Untuk membendung dan meng counter perkembangan dan pemikiran
Ihawanul Muslimin, penguasa Arab Saudi dan didukung para Ulama mazhab
Wahabi membuat harokah tandingan yang sekarang ini dikenal sebagai SALAFY
yang tujuannya membela status quo Khilafah Islam penguasa monarki Arab Saudi
dan menyebarkan pemikiran wahabi yang keras dalam masalah akidah dan fikih
mazhab Hanbali yang mengutamakan teks ayat dan hadis. Hal inilah yang melatar
belakangi sikap para tokoh Salafiyin menjadi Agresif dan Ofensif menyerang
kelompok lain terutama Ihwanul Muslimin dan juga Hizbut Tahrir (dulunya
bagian atau paling tidak simpatisan Ihwanul Muslimin).
C. Kiprahnya
1. Gerakan Wahabi mendobrak kejumudan dalam kurafat-tahayul-kemusyrikan
akidah.
2. Gerakan Wahabi sebagai pelopor reformasi pemikiran yang beku.
3. Di masa sekarang ini, gerakan salafi di Indonesia kembali terasa gregetnya di
awal tahun 1990-an. Gerakan ini dibawa oleh para sarjana alumni Timur Tengah
khususnya yang bersekolah di Universitas-universitas di Arab Saudi dan Kuwait.
Mereka banyak mendirikan yayasan, jamiyah, pengajian dan seruan untuk
kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Termasuk menyebarkan dakwah di
kampus, masjid, kelompok masyarakat dan sebagainya.
4. Aktif dalam study hadis
5. Aktif dalam menentang Bidah
6. Aktif dalam amar makruf nahi munkar terutama lewat tulisan
7. Aktif dalam tarbiyah dalam halaqoh
Melihat keadaan Mewat itu, semakin menambah kerisauan beliau akan keadaan
umat Islam.
Kunjungan-kunjungan diadakan bahkan madrasah-madrasah banyak
didirikan, tetapi hal itu belum dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi
masyarakat
Mewat.
Dengan
izin
Allah
timbullah
keinginannya
untuk
tampak. Gerakan jamaah tidak hanya tersebar di India tetapi sedikit demi sedikit
telah menyebar ke barbagai negara. Hanya kekuasaan Allah yang dapat
memakmurkan dan membesarkan usaha ini.
Pada hari terakhir dalam sejarah hidupnya, Maulana mengirim utusan
kepada Syaikhul Hadits Maulana Zakariya, Maulana Abdul Qodir Raipuri, dan
Maulana Zafar Ahmad, bahwa beliau akan mengamanahkan kepercayaan sebagai
amir jamaah kepada sahabat-sahabatnya seperti Hafidz Maqbul Hasan, Qozi
Dawud, Mulvi Ihtisamul Hasan, Mulvi Muhammad Yusuf, Mulvi Inamul Hasan,
Mulvi Sayyid Raza Hasan.
Pada saat itu terpilihlah Mulvi Muhammad Yusuf sebagai pengganti
Maulana Muhammad Ilyas dalam memimpin usaha dakwah dan tabligh. Pada
sekitar bulan Juli 1944 beliau jatuh sakit yang cukup parah. Kondisi tubuhnya
yang lemah merupakan bukti bahwa beliau bersungguh-sungguh menghabiskan
waktu mengembara dari satu tempat ke tempat lain bersama dengan jamaah untuk
mendakwahkan kebesaran Allah.
Akhirnya Maulana menghembuskan nafas terakhirnya, beliau pulang ke
rahmatullah sebelum adzan Shubuh. Beliau tidak banyak meninggalkan karyakarya tulisan tentang kerisauannya akan keadaan umat. Buah pikiran beliau
dituang dalam lembar-lembar kertas surat yang dihimpun oleh Maulana Manzoor
Numani dengan judul Aur Un Ki Deeni Dawat yang ditujukan kepada para ulama
dan seluruh umat Islam yang mengambil usaha dakwah ini.
Metode
dakwah
tabligh
dengan
metode
melakukan
perjalanan
benar benar mati setelah dibunuh oleh Kemal Attaruk pada tahun 1924 yang
menghapuskan sistem Khilafah Islam yang menerapkan syariat Islam sebagai
hukum positip negara dan menggantinya dengan sekulerisme yang menerapkan
Undang Undang keluaran parlemen sebagai hukum positip negara.
Dunia Islam diluar bekas wilayah imperium Turki Usmani tidak jauh
berbeda nasibnya, Pakistan-India dan Malaysia-Brunei dijajah oleh Inggris,
demikian juga Indonesia dijajah oleh Belanda. Masa itulah Umat Islam sedang
berada pada posisi paling rendah dalam bidang politik dan seperti kue yang
seenaknya dibagi-bagi dan disantap oleh negara-negara Imperialis-Kolonialis
Eropah. Keadaan itulah yang pernah diramalkan dalam hadis Nabi yaitu umat
Islam seperti makanan dimeja makan yang disantap oleh orang-orang yang
lapar-Benarlah apa yang dikatakan Rosulullah-.
Mesir pada mulanya berdaulat sendiri setelah Gubernur Muhammad Ali
Pasha memberontak dan menyatakan berdaulat sendiri lepas dari kekuasaan Turki
Usmani, ternyata kemudian tidak mampu menahan ekspansi penyerbuan tentara
Inggris yang sebelumnya sudah menguasai Syiria dan Palestina, jadilah kemudian
Mesir dijajah oleh Inggris.
Kekuasaan pemerintahan ada ditangan para penjajah, hukum positip yang
diterapkan adalah Undang Undang buatan mereka, sumber daya kekayaan alam
dihisap oleh para penjajah, Pendidikan dan usaha mencerdaskan umat sengaja
tidak dilakukan. Dunia Islam benar benar berada pada posisi paling lemah secara
politis, militer, ekonomi, iptek dan peradaban. Para Ulama Islam juga mengalami
kebekuan pemikiran dan mencukupkan diri dengan mengikuti mazhab empat
imam mazhab mujtahid dengan fanatisme pada masing-masing mazhab yang
terkadang sampai muncul friksi fisik perselisihan dikalangan akar rumput umat.
Masa penjajahan yang panjang tersebut juga mengakibatkan masingmasng wilayah/negara Islam sibuk dengan dirinya sendiri dalam berbagai usaha
perlawanan
terhadap
penjajah
ditambah
lagi
racun
pemikiran
dalam lingkungan yang taat beragama, yang menerapkan Islam secara nyata
dalam seluruh aspek kehidupannya.
Pada usia 12 tahun, Hasan al-Banna telah menghafal separuh isi Al-quran.
Di samping belajar agama di rumah dan di masjid, ia belajar pada sekolah
pemerintah, kemudian melanjutkan pelajarannya ke Dar al-Ulum, Kairo dan
tamat pada tahun 1927.
Setelah tamat dari Dar al-Ulum, ia menjadi guru pada sebuah Sekolah
Menengah (SMP) di Ismailiyyah. Dari Ismailiyyah inilah ia memulai aktivits
keagamaannya di tengah-tengah masyarakat, terutama di warung-warung kopi di
hadapan para karyawan Proyek Terusan Suez.
Setiap hari seusai mengajar, ia mengunjungi warung kopi untuk
berdialog dengan masyarakat. Malam harinya, ia salat berjamaah di masjid
terdekat, dan kemudian seringkali melanjutkan pembicaraannya di warung kopi.
Pada masa-masa liburan panjang setiap musim panas, ia menghabiskan waktu
bepergian ke berbagai kota dan desa di Mesir, untuk mengajar masyarakat di
rumah, di atas kendaraan, di warung kopi, atau masjid. Tubuhnya yang kekar
(sekalipun dengan postur yang agak pendek dibanding rata-rata orang Mesir),
serta penampilannya yang menarik, dan lidahnya yang fasih, dan perilakunya
yang simpatik memang mendukung Al-Banna untuk menjadi seorang public
figure.
Pada bulan Dzul Qaidah 1327 H/April 1928 M adalah bulan didirikannya
cikal bakal gerakan Ihwanul muslimin.
Dalam pertumbuhan awalnya, Al-Ihwan lebih memusatkan usaha untuk
pembentukan kepribadian masyarakat. Ini terlihat dari beberapa prinsip yang
diajarkan Al-Banna yang merupakan petunjuk harian Al-Ihwan. Prinsip-prinsip itu
antara lain berbunyi: Lakukanlah salat bila anda mendengar azan, bagaimana pun
kondisi anda pada waktu itu. Baca Alquran, renungkan dan dengarkan, serta
selalulah mengingat Allah. Jangan anda membuang-buang waktu untuk hal-hal
yang tak berguna.
Selanjutnya, Al-Banna juga mengatakan: Jangan banyak bersilat lidah
dalam masalah apa pun, karena itu tidak bermanfaat. Jangan banyak berhura-hura
dan bersantai, karena perjuangan bangsa perlu kesungguhan. Jauhilah
membicarakan keburukan orang di belakangnya. Jangan mengejek organisasiorganisasi atau pergerakan-pergerakan dengan tidak adil. Berusahalah untuk selalu
ramah bila anda bertemu teman-teman Al-Ihwan, sekalipun ia tidak membuat
inisiatif, karena idiologi kita berdiri di atas tiang ilmu pengetahuan dan cinta
kasih.Bantulah orang lain semaksimal mungkin agar ia dapat memanfaatkan
waktunya, dan bila anda mempunyai proyek untuk diselesaikan, maka
selesaikanlah proyek itu.
Prinsip-prinsip tersebut tak lain adalah sebagian dari prinsip-prinsip Islam,
yang disimpulkan dalam bahasa sederhana agar dapat dilaksanakan dengan mudah
dalam kehidupan sehari-hari. Intinya adalah bagaimana seorang muslim dapat
menjalankan ajaran Islam secara murni dan konsekuen dalam kehidupan modern.
Prinsip-prinsip itu dijalankan melalui jalur organisasi dari ranting, cabang,
wilayah (yang tersebar di seluruh pelosok kota dan desa di Mesir), dan sampai ke
pusat, yang secara organisatoris selalu dievaluasi dari waktu -waktu. Di sini
kelihatan sekali ciri pergerakan dari organisasi Al-Ihwan.
Setelah pemantapan kepribadian, maka program Al-Ihwan selanjutnya
adalah pembentukan masyarakat Islam yang menjalankan syariat Islam. Bagi AlIhwan, Islam adalah jalan hidup menyangkut individu, masyarakat, negara,
hubungan internasional dan seterusnya. Al-Banna menegaskan, Ia (Islam Red)
adalah sikap moral, kekuatan, kasih sayang dan keadilan. Ia adalah pengetahuan,
hukum, ilmu dan pengadilan. Ia adalah materi, kekayaan, usaha dan kebutuhan. Ia
adalah jihad dan dakwah atau antara dan gagasan. Ia juga akidah yang benar dan
ibadah yang betul, ibarat satu koin dengan dua wajah.
Seperti program pembentukan kepribadian, maka Al-Ihwan juga bertekad
untuk melaksanakan program sosial politik secara bertahap. Dalam Anggaran
Dasar (Nizam Asasi) Al-Ihwan, antara lain menyebutkan: Al-Ihwan senantiasa
mengutamakan kemajuan bertahap dalam pembangunan, usaha produktif, dan
kerja sama dengan para pecinta kebaikan dan kebenaran. Al-Ihwan tak ingin
melukai siapa pun, apa pun agama, ras dan kebangsaannya.
Kegiatan Al-Ihwan mulai menarik perhatian pemerintah dan dunia luar,
setelah mereka memindahkan pusat kegiatan dari Ismailiyah ke Kairo pada tahun
1932. Apalagi setelah Al-Banna mengirim surat kepada raja Mesir, Faruq (1936)
dan sejumlah menteri kabinet, agar melaksanakan syariat Islam dan meninggalkan
cara hidup yang tidak Islami.
Tahun 1352 H/1933 M beliau menerbitkan sebuah berita pekanan Ihwan
yang dipimpin oleh Ustadz Muhibuddin Khatib (1303 - 1389 H/1886 - 1969 M).
Kemudian tahun 1357 H/1938 M terbit majalah al-Nadzir. Lalu menyusul alSyihab, tahun 1367 H/1947 M. Seterusnya majalah dan berita-berita Ihwan terbit
secara teratur.
Situasi di Mesir pada 1930-1940-an, seperti kebobrokan moral, penetrasi
budaya asing, pemerintah yang tidak tegas, dominasi Inggris yang begitu kuat
dalam negeri, dominasi perusahaan -perusahaan asing, dan lain-lain, telah
bersaham dalam membentuk sikap militansi Al-ihwan. Sebagai gerakan dan
idiologi, sikap Al-ihwan ini berhubungan erat dengan krisis intelektual, sosial,
ekonomi dan politik yang melanda Mesir sejak abad ke-19.Krisis-krisis ini
sebagiannya adalah hasil dari berbagai kebijakan yang ditempuh oleh para
penguasa Mesir sebelum ini, dalam bidang pendidikan, hukum dan politik melalui
suatu proses westernisasi. Negara sejak abad 19 mengirim misi pendidikan ke luar
negeri dan mengundang perancang dan tenaga ahli Barat ke dalam negeri. Sistem
pendidikan Barat yang sekuler barangsur-angsur menggeser pendidikan
tradisional, dan hukum sekular Barat menggantikan hukum syariat yang telah
berlaku selama berabad-abad.
Politik pemerintah semakin cenderung untuk memelihara kepentingan
Barat. Terusan Suez sebagai jalan perhubungan penting antara Barat dan Timur
berada di tangan asing. Di Palestina kekuatan Zionis internasional semakin
mengkristal untuk mendirikan negara nasional Yahudi yang mengancam eksistensi
umat Islam dan bangsa Arab. Sementara itu, para penguasa Arab lebih banyak
membuat kebijakan yang dapat mempertahankan kepentingan mereka daripada
kepentingan rakyat. Di pihak lain, Al-Azhar sebagai lembaga keagamaan tertua di
dunia Islam bersikap melempem dan sulit untuk dijadikan panutan bagi sebuah
pembaruan yang sejalan dengan semangat Islam.
Sebagai organisasi pergerakan, Al-ihwan tak mau membiarkan kondisi
yang tidak sejalan dengan tuntutan Islam itu berjalan terus. Melalui media dan
sarana yang dimilikinya (surat kabar, majalah, pamlet, surat terbuka, pidato,
diseksa dengan teruk, malah ada yang dibunuh. Tindakan tersebut telah
melumpuhkan sama sekali kegiatan al-lhwan.
Pada 12 Februari 1949 jam 5 petang, Hasan al-Banna bersama iparnya
Abdul Karim Mansur, seorang pejabat, berada di rumah pejabat tersebut. Mereka
menunggu Menteri Zaki Ali Basya yang dikatakan mewakili kerajaan untuk
berunding, tetapi dia tak kunjung tiba. Akhirnya setelah selesai menunaikan solat
Isya mereka memanggil taksi untuk pulang. Ketika baru saja menaiki teksi yang
dipanggil, dua orang memakai penutup kepala menuju ke arah taksi dan salah
seorang daripada mereka terus melepaskan tembakan pistol dan kedua-dua mereka
terkena tembakan itu.
Iparnya itu tidak dapat bergerak akibat terkena tembakan tersebut.Hasan al
Banna walaupun terkena tujuh tebakan , beliau masih mampu berjalan masuk
semula ke pejabat Jamiyyah al Syubban al-Muslimin memanggil ambulan untuk
membawa mereka ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit Qasral Aini, mereka
dikawal rapi oleh Jenderal Muhammad al-Jazzar dan tidak melarang memberikan
perawatan kepada Hasan al-Banna. Pada pukul 12.50 tengah malam, Imam Asy
Syahid Hasan al-Banna menghembuskan nafas yang terakhir akibat tumpahan
darah yang banyak pada usia 43 tahun.
Setelah peristiwa itu tokoh-tokoh Al-ihwan ditangkap, aset organisasi
disita, dan berbagai media massa mereka diberangus. Kejadian seperti itu terjadi
berulang kali. Dari tahun 1940 sampai Desember 1948, pergerakan ini dilarang
seutuhnya.
Tahun 1950 berdasarkan keputusan Dewan Tertinggi Negara, Ihwan
direhabilitasi. Ketika itu Mesir diperintah oleh kabinet al-Nuhas. Dewan tersebut
juga
memutuskan
bahwa
pembekuan
Ihwan
selain
tidak
sah,
juga
inkonstitusional.
Tahun 1950 ustadz Hasan al-Hudhaibi (1306 -1393 H/1891 - 1973 M),
terpilih menjadi Mursyid Al-Mahdi Ihwanul muslimin. Ia adalah salah seorang
tokoh kehakiman Mesir. Ia juga berkali-kali ditangkap. Tahun 1954, ia divonis
hukuman mati, tetapi kemudian diringankan menjadi seumur hidup. Tahun 1971 ia
dibebaskan terakhir kalinya.
Oktober 1951 konflik antara Mesir dan Inggris semakin memuncak. Ihwan
melancarkan perang urat saraf melawan Inggris di Terusan suez. Peristiwa ini
telah direkam oleh Kamil Syarif dalam bukunya Al-Muqawamat al-Sirriyyah fi
Qanat Suwes.
Tanggal 23 Juli 1952, pasukan Mesir di bawah pimpinan Muhammad
Najib, bekerja sama dengan Ihwan melancarkan Revolusi Juli. Tetapi kemudian
Ihwan menolak kerja sama dalam pemerintahan, karena mereka mempunyai
pendapat dan pandangan yang jelas tentang metode revolusi.
Jamal Abdul nashir menganggap penolakan tersebut sebagai penolakan
terhadap mandat revolusi. Kemudian kedua belah pihak terlibat serangkaian
konflik dan permusuhan yang semakin hari semakin tajam. Akibatnya, tahun
1954, pihak pemerintah melakukan penangkapan besar-besaran terhadap anggota
Ihwan dan beribu-ribu orang dijebloskan ke dalam penjara.
Pada mulanya, Jamal Abdul Nasir dan Anwar Sadat sendiri adalah termasuk
aktivis Al-ihwan. Namun kemesraan antara Al-ihwan dan Nasir serta Sadat segera
berakhir, tak lama setelah yang pertama menjadi presiden. Di bawah pemerintahan
Jamal Abdul Nasir, Al-ihwan mengalami penderitaan kembali. Para pengikutnya
dipenjarakan dan beberapa di antaranya bahkan ada yang digantung. Buku-buku
dan penerbitan mereka dilarang terbit.
Alasan pemerintah, karena orang Ihwan telah berupaya memusuhi dan
mengancam
kehidupan
Jamal
Abdul
nashir
di
lapangan
Mansyiyyah,
Sayyid Quthb (1324 - 1387 H/1906 - 1966 M). Ia termasuk pemikir Ihwan nomor
dua setelah Hasan al-Banna. Dan termasuk salah seorang tokoh Islam di zaman
modern ini. Ditangkap tahun 1954 M dan disekap di dalam penjara selama 10
tahun. Tahun 1964 ia dikeluarkan dari penjara atas desakan presiden Irak,
Abdussalam Arif. Namun tak lama kemudian ia diculik kembali untuk
menghadapi hukuman mati. Demikian juga dengan Yusuf Hawasi dan Abdulfattah
Ismail.
Sejak itu Ihwan bergerak secara rahasia sampai Jamal Abdul nashir
meninggal dunia 28 September 1970. Ketika Anwar Sadat berkuasa, orang-orang
Ihwan mulai di lepas secara bertahap.
Akibat dari kondisi yang kurang menguntungkan itu, beberapa tokoh Alihwan banyak yang terpaksa lari ke luar negeri. Ada yang ke negara-negara Arab
dan lainnya ke Eropa dan Amerika. Namun di mana pun mereka berada, mereka
tidak melupakan perjuangan organisasi dan selalu melakukan kegiatan-kegiatan
sesuai dengan kondisi yang ada.
Dari situ, meski di dalam negeri (Mesir) Al-ihwan banyak mengalami
hambatan, gagasan Al-ihwan tetap berkembang. Apalagi banyak di kalangan
idiolog-idiolog Al-ihwan yang berbakat menulis dalam berbagai bidang. Sebut,
misalnya Audah, Sayyid Quthb, Muhammad Quthb, Muhammad Al-Ghazali,
Abdullah As-Samman, As-Sibai, Mushthafa Ramadan, Fathi Yakan dan lain-lain.
Kemudian muncul dialog generasi kedua yang lebih berbentuk akademis semisal
Yusuf Al-Qardhawi, Isa Abduh, Al-Jerisyi, At-Turabi, Asy-Syalabi dan
seterusnya. Karya-karya mereka banyak yang sudah diterjemahkan ke dalam
bahasa asing, termasuk bahasa Indonesia. Dengan demikian, Al-ihwan telah
memberikan sahamnya untuk sebuah pemahaman Islam pergerakan di seluruh
dunia.
Sepeninggal Hudhaibi, Umar Tilmisani (1904?1986 M) terpilih menjadi
Mursyid. Di bawah pimpinannya Ihwan menuntut hak-hak jamaah secara utuh
dan mengembalikan hak milik jamaah yang dibekukan oleh Jamal Abdul nashir.
Tilmisani menempuh jalan tidak konfrontatif dengan penguasa dan berkali-kali
politik, klub olah raga, lembaga ilmiah dan kebudayaan, perserikatan ekonomi dan
pemikiran sosial.
Selanjutnya Syaikh Hasan al-Banna mengatakan bahwa ciri gerakan Ihwan
adalah:1. Jauh dari sumber pertentangan.
2. Jauh dari pengaruh riya dan kesombongan.
3. Jauh dari partai politik dan lembaga-lembaga politik.
4. Memperhatikan kaderisasi dan bertahap dalam melangkah.
5. Lebih mengutamakan aspek aspek amaliyah produktif dari pada propaganda
dan reklame.
6. Memberi perhatian sangat serius kepada para pemuda.
7. Cepat tersebar di kampung-kampung dan dikota-kota.
Selain itu Syaikh menyebutkan karakteristik Ihwan sebagai berikut :
- Gerakan Ihwan adalah gerakan Rabbaniyyah. Sebab azas yang menjadi poros
sasarannya ialah mendekatkan manusia kepada Rabb-nya.
- Gerakan Ihwan bersifat alamiyah (Internasional). Sebab arah gerakan ditujukan
kepada semua umat manusia.
- Gerakan Ihwan bersifat Islami. Sebab orientasi dan nisbatnya hanya kepada
Islam.
Selain itu juga Syaikh menetapkan tingkatan amal yang merupakan konsekuensi
logis setiap anggota, yaitu :
1. Memperbaiki diri, sehingga menjadi pribadi yang kuat fisik, teguh dlam
berakhlak, luas dalam berfikir, mampu mencari nafkah, lurus berakidah dan benar
dalam beribadah.
2. Membentuk rumah tangga islami.
3.
Memotifasi
masyarakat
untuk
menyebarkan
kebaikan,
memerangi
memberikan
gambaran
tentang
pemahaman Ihwan.
Karakteristik konsep Islam itu berazaskan kepada :
1. Rabbaniyyah
2. Tetap
pemahamannya
dan
3. Seimbang
4. Positif
5. Realistik
6. Tauhid.
Setiap karakteristik diberi penjelasan tersendiri secara gamblang dan luas.
Lambang Ihwanul muslimin adalah dua bilah pedang menyilang melingkari AlQuran,
ayat
Al-Quran
Wa Uidlu
dan
tiga
kata:
haq
(kebenaran),
yang
salah,
serta
persepsi-persepsi
yang
keliru,
sekaligus
diemban,
dan
diwujudkan
dalam
kenyataan
hidup
dan
pemerintahan.
Hizbut Tahrir mengemban dakwah Islam agar Islam dapat diterapkan dalam
kehidupan dan agar Aqidah Islamiyah dapat menjadi dasar negara dan dasar
konstitusi serta undang-undang. Karena Aqidah Islamiyah adalah aqidah aqliyah
(aqidah yang menjadi dasar pemikiran) dan aqidah siyasiyah (aqidah yang
menjadi dasar politik) yang melahirkan aturan untuk memecahkan problem
manusia secara keseluruhan, baik di bidang politik, ekonomi, budaya, sosial, dan
lain-lain.
Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah (dengan membaca dzikir dan mengingat
Allah). (QS Al Ahzab : 21)
Katakanlah: Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian. (QS Ali Imran : 31)
Apa saja yang dibawa Rasul untuk kalian, maka ambilah. Dan apa saja yang
dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah. (QS Al Hasyr : 7)
Dan banyak lagi ayat lain yang menunjukkan wajibnya mengikuti perjalanan
dakwah Rasulullah SAW, menjadikan beliau suri teladan, dan mengambil
ketentuan hukum dari beliau.
Berhubung kaum muslimin saat ini hidup di Darul Kufur karena diterapkan atas
mereka hukum-hukum kufur yang tidak diturunkan Allah SWT maka keadaan
negeri mereka serupa dengan Makkah ketika Rasulullah SAW diutus
(menyampaikan risalah Islam). Untuk itu fase Makkah wajib dijadikan sebagai
tempat berpijak dalam mengemban dakwah dan mensuriteladani Rasulullah SAW.
Dengan mendalami sirah Rasulullah SAW di Makkah hingga beliau berhasil
mendirikan suatu Daulah Islam di Madinah, akan tampak jelas beliau menjalani
dakwahnya dengan beberapa tahapan yang jelas ciri-cirinya. Beliau melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu yang tampak dengan jelas tujuan-tujuannya. Dari sirah
Rasulullah SAW inilah Hizbut Tahrir mengambil metode dakwah dan tahapantahapannya, beserta kegiatan-kegiatan yang harus dilakukannya pada seluruh
tahapan ini, karena Hizbut Tahrir mensuriteladani kegiatan-kegiatan yang
dilakukan Rasululah SAW dalam seluruh tahapan perjalanan dakwahnya.
Berdasarkan sirah Rasulullah SAW tersebut, Hizbut Tahrir menetapkan metode
perjalanan dakwahnya dalam 3 (tiga) tahapan berikut :
Pertama, Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan (Marhalah At Tatsqif), yang
dilaksanakan untuk membentuk kader-kader yang mempercayai pemikiran dan
metode Hizbut Tahrir, dalam rangka pembentukan kerangka tubuh partai.
Kedua, Tahapan Berinteraksi dengan Umat (Marhalah Tafaul Maa Al Ummah),
yang dilaksanakan agar umat turut memikul kewajiban dakwah Islam, hingga
umat menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, agar umat berjuang
untuk mewujudkannya dalam realitas kehidupan.
persepsi Hizbut Tahrir. Jadi ikatan yang dapat mengikat anggota Hizbut Tahrir
adalah Aqidah Islamiyah dan Tsaqafah Hizbut Tahrir yang terlahir dari aqidah ini.
Halaqah-halaqah (pembinaan) wanita dalam Hizbut Tahrir terpisah dengan
halaqah laki-laki. Yang memimpin halaqah-halaqah wanita adalah para suami,
mahramnya, atau para wanita
B. Karakteristik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C. Kiprahnya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mendirikan Partai Politik (global) tapi tidak ikut serta dalam pemilu.