Anda di halaman 1dari 97

PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA AKAD IJARAH MUNTAHIYA

BITTAMLIK PERTOKOAN PASAR ANOM DI BPRS BHAKTI


SUMEKAR SUMENEP

SEKRIPSI

OLEH:

ACHMAD KAWAMIL
NIM. 20160703020006

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2020
PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA AKAD IJARAH MUNTAHIYA
BITTAMLIK PERTOKOAN PASAR ANOM DI BPRS BHAKTI
SUMEKAR SUMENEP

SEKRIPSI

Diajukankepada
Institut Agama Islam Negeri Madura
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Strata Satu (S1) Prodi PerbankanSyariah

Oleh:

ACHMAD KAWAMIL
NIM. 20160703020006

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
JUNI 2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini berjudul Penyelesaian Wanprestasi Pada Akad Ijarah


Muntahiya Bittamlik Pertokoan Pasar Anom di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep
yang disusun oleh Achmad Kawamil telah diperiksa dan disetujui untuk di uji.

Sumenep, 8 Juni 2020


Pembimbing

Lukmanul Hakim, M.E.I


NIP. 198710152016081702

iv
ABSTRAK

Achmad kawamil,2020. Penyelesaian Wanprestasi Pada Akad Ijarah Muntahiya


Bittamlik Pertokoan Pasar Anom Di Bprs Bhakti Sumekar Sumenep.
Skripsi, Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam, IAIN Madura, Pembimbing Lukamul Hakim, M.E.I
Kata kunci: Penyelesaian Wanprestasi, Restrukturisasi, Pembiayaan Bermsalah
BPRS Bhakti Sumekar adalah lembaga keuangan berbasis syariah, BPRS
Bhakti Sumekar menyediakan berbagai macam pembiayaan. Dalam memberikan
pembiayaan BPRS Bhakti Sumekar tidak akan terlepas dari risiko sehingga perlu
diterapkan manajemen risiko yang baik untuk meminimalisir risiko yang akan
terjadi. Namun meskipun sudah diterpakannya manajemen risiko tak jarang masih
terjadi yang namanya pembiyaan bermasalah yang disebabkan oleh nasabah yang
melakukan wanprestasi. Maka dari itu pihak sebagai lembaga keuangan syariah,
BPRS harus melakukan penyelematan sesuai dengan tuntunan Agama Islam atau
syariah.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan Wanprestasi Pada Akad
Ijarah Muntahiya Bittamlik Pertokoan Pasar Anom di BPRS Bhakti Sumekar
Sumenep dengan menganalisis apa saja faktor-faktor yang mengakibatkan
wanprestasi itu terjadi, bagaimana upaya BPRS dalam meminialisir pembiayaan
bermasalah di pertokoan pasar anom dan bagaiamana BPRS menyelesaikan
pembiayaan bermasalah yang disebabkan oleh wanprestasi dengan tuntunan yang
syar’i menurut islam.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
deskriptif. Sumber data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi
dengan pihak BPRS sendiri dan juga melalui kusioner yang dibagikan kepada
nasabah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, langkah awal yang
dilakukan BPRS Bhakti Sumekar dalam penilaian kelayakan nasabah
menggunakan prinsip 5C yaitu character atau watak, capacity atau kemampuan,
capital atau modal, collateral atau jaminan dan condition of economy atau kondisi
ekonomi. Kedua, wanprestasi terjadi diakarenakan dua faktor. yang pertama
adalah faktor nasabah dan kedua adalah faktor lembaga. Dua fakor ini saling
berkaitan terhadap terjadinya wanprestasi di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep.
BPRS menangani nasabah yang melakukan wanprestasi dengan langkah
restrukturisasi. Restrukturisasi yang BPRS lakukan adalah Reconditioning atau
persyaratan kembali. Dimana pihak BPRS memberikan keringanan angsuran
kepada nasabah selama 3 bulan.

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa di panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia Nya kepada penulis.

Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada beliau yang menjadi

suri tauladan manusia, rahmat semesta alam Nabi Muhammad SAW beserta para

keluarganya, para sahabatnya, serta pengikutnya yang istiqomah hingga akhir

Zaman. Tiada kata yang layak kita haturkan selain mengucap syukur kepada Allah

SWT atas segala kesempatan dan kemudahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Penyelesaian Wanprestasi Pada Akad

Ijarah Muntahiya Bittamlik Pertokoan Pasar Anom Di BPRS Bhakti Sumekar

Sumenep” penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan

program sarjana (S1) pada jurusan Perbankan Syari’ah IAIN Madura. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dari banyak

kekurangan baik dalam bentuk materi maupun metodologinya. Oleh karena itu,

kritik dan saran dari pihak manapun sangat penulis harapkan demi perbaikan

skripsi ini. Keberhasilan penulis tidak lepas dari masa-masa di bangku

perkuliahan serta berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang

sebesar besarnya kepada :

vi
1. Teruntuk kedua orang tuaku Bapak Atnawi dan Ibu Noriya yang telah

membesarkanku, mendidikku, dan menyekolahkanku sampai menjadi seperti

sekarang ini.

2. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag., Selaku Rektor di Institut Agama Islam

Negri (IAIN) Madura.

3. Dr. H. Zainal Abidin,M.Ei., Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Institut Agama Islam Negri (IAIN) Madura.

4. Lely ShofaImama, M.S.I Selaku Ketua Program Studi Perbankan Syariah

Instiut Agama Islam (IAIN) Madura.

5. Lukmanul Hakim, MEI. Selaku Dosen Pembimbing penulis. Yang dengan

kesabarannya memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan serta

dorongan sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

6. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Madura, yang telah senantiasa mendidik, membimbing, serta

mengamalkan ilmunya dengan ikhlas.

7. Teman-teman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam angkatan 2016 terimakasih

untuk kalian semua Sahabat-sahabatku, yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Sumenep, 8 Juni 2020

Achmad Kawamil
NIM. 20160703020006
DAFTAR ISI

vii
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Konteks Penelitian ...................................................................... 1

B. Fokus Penelitian.......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 5

E. Definisi Istilah ............................................................................ 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 8

A. Ijarah Muntahiya Bittamlik ........................................................ 8

B. Pembiayaan Bermasalah ........................................................... 13

C. Manajemen risiko ..................................................................... 15

D. Restrukturisasi Pembiayaan IMBT Bermasalah ....................... 19

E. Penyelesaian Pembiayaan Macet (Golongan V) ....................... 22

F. Kajian Penelitian Terdahulu ..................................................... 23

BAB III METODELOGI PENELITIAN .................................................. 27

viii
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................... 27

B. Kehadiran Peneliti .................................................................... 28

C. Lokasi Peneliti .......................................................................... 28

D. Sumber Data ............................................................................. 29

E. Prosedur Pengumpulan Data..................................................... 30

F. Analisis data.............................................................................. 34

G. Pengecekan keabsahan data ...................................................... 34

H. Tahapan Penelitian.................................................................... 36

BAB IV PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN ........................................................................... 38

A. Gambaran Objek Penelitian ...................................................... 38

B. Paparan Data ............................................................................. 53

C. Temuan Penelitian .................................................................... 62

D. Pembahasan .............................................................................. 63

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 71

A. Kesimpulan ............................................................................... 71

B. Saran ......................................................................................... 72

DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................... 74

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... 76

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Komposisi Pemegang Saham ............................................................... 45
Tabel 4.2 Jaringan Kantor PT. BPRS Bhakti Sumekar ........................................ 46
Tabel 4.3 Standart Operating Prosedur (SOP) Bagian / Defisi BPRS
Bhakti Sumekar Sumenep ................................................................... 50

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Logo BPRS Bhakti Sumekar ............................................................ 39

Gambar 4. 2 Struktur Organisasi BPRS Bhakti Sumekar .................................... 48

xi
DAFTAR LAMPIRAN

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Semakin berkembangnya perbankan syariah di Indonesia menjadikan

produk-produk ada di perbankan syariah juga ikut berkembang pesat. Tidak hanya

mempertahankan bentuk akad yang sudah ada sejak zaman dulu, kini para

cendekiawan serta praktisi yang bergelut di perbankan syariah juga

mengembangkan berbagai macam model akad baru. Hal ini dilakukan untuk

menyeimbangkan terhadap kemajuan perkembangan zaman.

Salah satu bentuk akad baru dari lembaga keungan syariah yang ada pada

saat ini adalah akad pembiayaan “Ijarah MUntahiya Bittamlik” atau sering

disingkat dengan akad IMBT. Akad IMBT adalah akad sewa menyewa antara

pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa

yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat

tertentu sesuai dengan akad sewa. Ketentuan syar’i akad IMBT di atur dalam

fatwa DSN no.27 tahun 20001.

Tepat di Sumenep Jawa Timur terdapat sebuah pasar besar yang bernama

Pasar Anom. Pasar yang seringkali kebakaran ini menjadi alasan BPRS Bhakti

Sumekar membangun sebuah pertokoan yang bisa menampung banyak UMKM

yang terdampar akibat kebakaran. Pembangunan yang sudah diresmikan tahun

2016 ini tentunya sangat bermanfaat bagi UMKM yang tidak dapat membangun

kedainya kembali akibat keterbatasan modal yang mereka miliki. Dengan adanya

1
Osmad Munthaler, Akuntansi Perbankan Syariah,(Yogyakarta,Graha ilmu : 2012), hlm. 122.

1
2

kompleks pertokoan pasar anom baru ini UMKM lebih terintegrasi dan diharap

bisa mengembangkan produktifitasnya dalam berwirausaha.

Pembiayaan kompleks pertokoan pasar anom ini menggunakan akad sewa

beli atau Ijarah Muntahiya Bittamlik.

Akad ini di harapkan bisa membantu para UMKM yang tidak mempunyai

dana cash dalam membayar. Namun pada fakta yang terjadi dilapangan menurut

pengakuan Bapak Ayeng selaku karyawan BPRS Bhakti Sumekar dan Bapak

Hadi selaku kepala kantor koperasi BPRS Bhakti Sumekar mengatakan bahwa

tidak sedikit UMKM yang sudah menghuni kompleks pertokoannya sering kali

melakukan wanprestasi (ingkar janji).2 Wanprestasi timbul apabila salah satu

pihak (debitur) tidak melakukan apa yang diperjanjikan, misalnya ia (alpa) atau

ingkar janji. Adapun bentuk wanprestasi bisa berupa empat kategori yakni :

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi

2. Melakukan apa yang dijanjikan tapi tidak sebagaimana yang dijanjikan

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan3

Namun bisa jadi wanprestasi terjadi karena pihak kreditur tidak

memberikan kebijakan yang kurang berpihak terhadap debitur atau menaruh harga

yang terlalu tinggi sehingga pihak debitur menunggak dalam membayar atau

bahkan ingin memutus kontrak dengan pihak kreditur. Hal ini menjadi

permasalahan yang tentunya harus diselesaikan secara musyawarah dan mufakat,

apabila tidak terjadi kesepakatan maka penyelesaian dapat saja berlanjut

kepengadilan sesuai dengan surat perjanjian yang ditanda tangani.

2
Observasi dilakukan pada 15 Oktober 2019 di kantor koperasi Kompleks Pertokoan Pasar Anom
3
Raden Rijanto, Aspek Hukum Dalam Ekonomi (Sukabumi, Al Fath Zumar : 2014 ) hlm.119
3

Untuk mengatasi kredit macet yang disebabkan oleh debitur yang

melakukan wanprestasi, pihak bank perlu melakukan penyelamatan, sehingga

tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan dapat dilakukan dengan

memberikan merupakan jangka waktu pembayaran atau jumlah angsuran terutama

bagi kredit terkena musibah atau dengan melakukan penyitaan bagi kredit yang

sengaja lalai untuk membayar.4Penyelamatan pembiayaan (restrukturisasi

pembiayaan) adalah istilah teknis yang biasa dipergunakan di kalangan perbankan

terhadap upaya dan langkahrlangkah yang dilakukan bank dalam mengatasi

pembiayaan bermasalah adalah Restrukturisasi. Yaitu suatu upaya yang dilakukan

bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya,

antara lain melalui penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali

(reconditioning), dan penataan kembali (restructuring)5

Persoalan pokok kredit bermasalah adalah ketidak sediaan debitur untuk

melunasi atau ketidak sanggupan untuk memperoleh pendapatan yang cukup

untuk melunasi kredit seperti yang telah disepakati. Kemacetan suatu fasilitas

kredit disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

1. Dari Pihak Perbankan

Dalam hal ini pihak analisis kredit kurang teliti baik dalam mengecek

kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam melakukan perhitungan-

perhitungan dengan rasio-rasio yang ada. Akibatnya, apa yang seharusnya

terjadi,tidak diprediksi sebelumnya. Kemacetan suatu kredit dapat pula terjadi

4
Kasmir, Manajemen Perbankan(Jakarta, PT Raja Grafindo Persada : 2012) hlm.120
5
Wangsa Widjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta, PT Gramedia Pusaka Utama : 2012)
hlm.462
4

akibat kolusi dari pihak analisis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam

analisisnya dilakukans secara tidak objektif.

2. Dari Pihak Nasabah

Kemacetan kredit yang disebabkan oleh nasabah disebabkan 2 hal berikut:

a. Adanya unsur kesengajaan. Artinya nasabah sengaja tidak mau membayar

kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan dengan sendiri

macet.

b. Adanya unsur tidak sengaja. Artinya, nasabah artinya nasabah memiliki

kemauan untuk membayar tetapi tidak mampi dikarenakan usaha yang dibiayai

terkena musibah misalnya kebanjiran atau kebakaran.6

Maka dengan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut terkait dengan bagaimana cara menyelesaiakan wanprestasi pada

Kompleks Pertokoan Pasar Anom BPRS Bhakti Sumekar dengan mengangkat

permasalahan yang ada dan menuangkannya ke dalam tulisan ilmiah yang

berjudul: “Penyelesaian Wanprestasi pada Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik

Pertokoan Pasar Anom Di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian masalah di atas maka muncul

permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

6
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada : 2012) hlm.120
5

1. Bagaimana analisis faktor-faktor penyebab wanprestasi terhadap akad ijarah

muntahiya bittamlik pertokoan pasar anom di BPRS Bhakti Sumekar

Sumenep?

2. Bagaimana cara penyelesaian wanprestasi terhadap akad ijarah muntahiya

bittamlik pertokoan pasar anom di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep?

3. Bagaimana upaya agar tidak terjadi wanprestasi terhadap akad ijarah

muntahiya bittamlik pertokoan pasar anom di BPRS Bhakti Sumekar

Sumenep?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Menganalisis Faktor-faktor apa saja Penyebab Wanprestasi terhadap

Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik Pertokoan Pasar Anom di BPRS Bhakti

Sumekar Sumenep.

2. Untuk mengetahui cara Penyelesaian Wanprestasi terhadap Akad Ijarah

Muntahiya Bittamlik Pertokoan Pasar Anom di BPRS Bhakti Sumekar

Sumenep.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Peneliti

Secara praktis dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis

mengenai Perbankan Syariah, khususnya yang berkaitan dengan Penyelesaian

Wanprestasi Pada Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik Pertokoan Pasar Anom di

BPRS Bhakti Sumekar Sumenep.

2. Bagi BPRS Bhakti Sumekar Sumenep


6

Bagi Bank diharapkan peneliti ini dapat berguna sebagai bahan masukan

untuk pengelolaan kinerja keuangan Bank Syariah yang lebih baik, khususnya

dalam mengelola dan mengontrol risiko Pembiayaan Bermasalah atau

Wanprestasi Pada Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik Pertokoan Pasar Anom Di

BPRS Bhakti Sumekar Sumenep.

3. Bagi Perguruan Tinggi

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

referensi terhadap Ilmu Perbankan Syariah dan Ilmu Manajemen Pembiayaan

yang berkaitan dengan Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh

Wanprestasi. Selain itu, berguna juga sebagai tambahan wawasan peneliti lain

yang akan mengkaji lebih dalam mengenai Ilmu Manajemen Pembiayaan dan

Perbankan Syariah

E. Definisi Istilah

Penelitian ini berjudul “Penyelesaian Wanprestasi Pada Akad Ijarah

Muntahiya Bittamlik Pertokoan Pasar Anom Di BPRS Bhakti Sumekar

Sumenep”. Beberapa istilah yang perlu mendapatkan penjelasan dari judul

tersebut adalah:

1. Wanprestasi

Istilah wanprestasi berasal dari bahasa belanda “wanprestasi”, “wan”

berarti buruk atau jelek dan “prestatie” berarti kewajiban yang harus dipenuhi oleh

debitor dalam setiap perikatan. Wanprestasi (default atau non fulfiment atau

breach of contract) adalah tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban


7

sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak

tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan. 7

2. Ijarah Muntahiya Bittamlik

Dalam praktik perbankan syariah, selain akad ijarah murni (operating

lease), akad ijarah mengalami perkembangan dan berubah menjadi al ijrah

muntahiya Bittamlik (IMBT) atau financial lease. Akad ini diartikan sebagai akad

sewa menyewa antara pihak bank dan nasabah, dimana pada akhir periode

berakhir kepemilikan barang akan berpindah kepada nasabah.8

7
Eko Rial Nugroho, Penyusunan Kontrak,(Yogyakarta, Suluh Media : 2018), hlm.55-57
8
Rachmadi Usman, Produk Dan Akad Penyaluran Dana Syariah,(PT. Citra Aditya Bakti :2009),
hlm.240
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ijarah Muntahiya Bittamlik

1. Definisi IMBT
Akad IMBT adalah salah satu bentuk pembiayaan yang menggabungkan

antara akad al-bai dan ijarah. menurut Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun

1998, Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain

yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Di dalam perbankan syariah,

pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada

prinsip syariah.8. Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa secara garis besar Pembiayaan merupakan fasilitas penyediaan dana di

perbankan syariah yang diberikan berdasarkan kesepakatan dan persetujuan antara

pihak bank kepada nasabah yang membutuhkan dengan memberikan imbalan atau

bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama.

DSN telah mengeluarkan fatwa tersendiri agar praktiknya sesuai dengan

ketentuan syariah dan sekaligus dapat dijadikan pedoman bagi LKS dalam

menjalankan operasionalnya dan sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat akan

perlunya akad perjanjian sewa-menyewa yang disertai dengan opsi pemindahan

hak milik atas benda yang disewa kepada penyewa setelah selesai masa sewanya.

Fatwa dimaksud dituangkan DSN dalam Nomor 27/DSN-MUI/lll/2002 tentang AI

ljarah Al Muntahiya Bittamlik. Disana dikatakan bahwa Al Ijarah Al Muntahiya

8
9

Bittamlik adalah akad sewamenyewa barang antara pihak bank (muajjir) dan

penyewa/nasabah (musta’jir) yang diikuti janji bahwa pada saat yang telah

ditentukan, kepemilikan barang sewaan akan berpindah kepada musta’jir. Dengan

kata Iain, alijarah al muntahiya bittamlik merupakan sejenis perpaduan antara

kontrak jual beli dan sewa (sewa beli) atau Iebih tepatnya akad sewa yang diakhiri

dengan kepemilikan barang di tangan penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini

yang membedakannya dengan ijarah murni. Penjelasan atas Pasal 19 ayat (1)

huruf f Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 menjelaskan maksud akad ijarah

muntahiya bittamlik tersebut, yaitu: ”Yang dimaksud dengan akad ijarah

muntahiya bittamlik adalah akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan

hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa

dengan opsi pemindahan kepemilikan barang.

Pengertian Akad Pembiayaan IMBT menurut undang-undang, ketentuan

Bank Indonesia, fatwa DSN, dan PSAK adalah:

a. Pengertian Akad Pembiayaan IMBT Berdasarkan Undang-Undang.

Berdasarkan Penjelasan Pasal 19 ayat (1) UU Perbankan Syariah, yang

dimaksud dengan Akad ljarah Muntahiya Bitmmlik adalah akad penyediaan

dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau

jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemiIikan barang.

b. Pengertian Akad Pembiayaan IMBT BerdasarkanKetentuan Bank Indonesia.

Berdasarkan Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 5/26/BPS/2003

tanggal 27 Oktober 2003 tentang Pedoman Akuntansi Perbankan Syai'iah

Indonesia halainan III, yang dimaksud dengan Ijarah Muntahiya Bizramlz'k

adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang antara Iessor/muajjir (pemberi


10

sewa) dengan Icssor/muajjir (penyewa) yang diakhiri dengan perpindahan hak

milik objek sewa.

c. Pengertian Akad Pembiayaan IMBT Berdasarkan Fatwa DSN, Berdasarkan

Fatwa Dewan Syariah Nasional No.27/DSN MUI III/2002 tentang Al Ijarah

Muntahiya Bittamlik, yang dimaksud dengan sewa beli (al ijarah muntahiya

Bittamlik), yaitu perjanjian sewa menyewa yang disertai opsi pemindahan hak

milik atas benda yang disewa, kepada penyewa, setelah selesai masa sewa.9

2. Rukun Ijarah Muntahiya Bittamlik


a. Penyewa (musta’jir)

b. Pemberi sewa (mu’ajjir)

c. Obyek sewa (ma’jur)

d. Harga sewa (ujrah)

e. Manfaat sewa (manfaah)

f. Ijab qabul (sighat)10

3. Perpindahan Kepemilikan
Proses perpindahan kepemilikan barang dalam transaksi IMBT dapat

dilakukan dengan cara :

a. Hibah

Yakni transaksi ijarah yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan

barang dengan cara hibah dari pemilik obyek sewa kepada penyewa.

9
Wangsa Widjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta, Kompas Gramedia Building : 2012),
hlm.267-270
10
Ibid, hlm.46
11

b. Promise to sell (Janji Untuk Menjual)

Yakni transaksi ijarah yang diikuti dengan janji menjual barang obyek

sewa dari pemilik obyek sewa kepada penyewa dengan harga tertentu11

Pilihan untuk menghibahkan barang diakhir masa sewa alternative 1

biasanya diambil bila kemampuan financial penyewa untuk membayar sewa

relatif lebih besar. Karena sewa yang dibayarkan relative besar, akumulasi sewa

diakhir periode sewa sudah mencukupi untuk menutup harga beli barang dan

margin laba ynag ditetapkan oleh bank. Dengan demikian bank dapat

menghibahkan barang tersebut di akhir masa periode sewa kepada pihak penyewa.

Pada al-bai’ wal ijarah muntahiyah bittamlik dengan sumber pembiyaan dari

unrestricted investment account (URIA), aran oleh pembayaran oleh nasabah

dilakukan secara bulanan. Hal ini disebabkan karena pihak bank harus

mempunyai cash in setiap bulan untuk memberikan bagi hasil kepada para

nasabah yang dilakukan secara bulanan juga. Akad ijarah yang sejak awal akad

memang dimaksudkan untuk memindahkan kepemiliakan barang sewa kepada

pihak penyewa, sewa menyewa suatu barang dengan pembayaran sewa secara

angsur dalam kurun waktu tertentu dengan jumlah tertentu kemudian pada saat

angsuran terakhir barang sewaan berpindah kepemilikan kepada pihak penyewa.

Pilihan untuk menjual barang diakhir masa sewa alternative2 biasanya

diambil apabila kemampuan financial penyewa untuk membayar sewa relative

kecil, karena sewa yang dibayar relative kecil, akumulasi nilai sewa yang sudah

dibayarkan sampai akhir periode sewa belum mencukupo harga beli barang

tersebut dan margin laba yang ditetapkan oleh bank, karena itu, untuk menutupi

11
Sunarto Zulkifli ,Panduan Praktis Perbankan Syariah,(Jakarta, Perpustakaan Nasional: Katalog
dalam Terbitan (KDT) Zulkifli : 2007),hlm 46
12

kekurangan tersebut, bila pihak penyewa ingin memiliki barang tersebut, ia harus

membeli barang itu diakhir periode.

4. Substansi Kontrak IMBT

Ketentun pokok IMBT pada dasarnya dibedakan menjadi empat: pertama,


ketentuan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mu'ajir (pemberi sewa);
kedua, ketentuan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban musta'jir (penyewa);
ketiga, ketentuan yang berkaitan dengan obyek IMBT; dan keempat, ketentuan
mengenai harga dan opsi pemindahan kemepilikan.
Hak mu'ajir adalah: a) memperoleh pembayaran sewa dari musta'jir; b)
menarik obyek IMBT apabila musta'jir tidak mampu membayar sewa
sebagaimana diperjanjikan; dan c) mengalihkan obyek IMBT kepada musta'jir
lain yang mampu dalam hal musta'jir pertama tidak mampu untuk memindahkan
kepemilikan obyek IMBT, memperpanjang masa sewa, atau mencari calon
penggantinya pada akhir masa sewa. Sedangkan kewajiban mu'ajir adalah: a)
menyediakan obyek IMBT yang disewakan; b) menanggung biaya pemeliharaan
obyek IMBT kecuali diperjanjikan lain; dan c) menjamin obyek IMBT tidak cacat
dan berfungsi dengan baik.
Hak musta'jir adalah: a) menggunakan obyek IMBT sesuai dengan
persyaratan-persyaratan yang diperjanjikan; b) menerima obyek IMBT dalam
keadaan baik dan siap dioperasikan; dan c) pada akhir masa sewa, memindahkan
kepemilikan obyek IMBT, memperpanjang masa sewa, atau mencari calon
penggantinya dalam hal tidak mampu untuk memindahkan hak kaepemilikan atas
obyek IMBT atau (tidak mampu) memperpanjang masa sewa. Sedangkan
kewajiban musta'jir adalah: a) membayar sewa sesuai dengan yang diperjanjikan;
b) menjaga dan menggunakan obyek IMBT sesuai yang diperjanjikan; c) tidak
menyewakan kembali obyek IMBT kepada pihak lain; dan d) melakukan
pemeliharaan kecil (tidak material) terhadap obyek IMBT.
Obyek IMBT adalah berupa barang modal dengan syarat-syarat: a) obyek
IMBT merupakan milik m'ajir; b) manfaatnya harus dapat dinilai dengan uang; c)
manfaatnya dapat diserahkan kepada musta'jir; d) manfaatnya tidak diharamkan
oleh syari'ah Islam; e) manfaatnya harus ditentukan dengan jelas; dan f)
13

spesifikasinya harus dinyatakan dengan jelas melalui identifikasi fisik, kelaikan,


dan jangka waktu pemanfaatannya.
Ketentuan mengenai ujrah dan opsi pemindahan kepemilikan atas obyek
IMBT adalah: a) harga sewa/ujrah dan cara pembayaran atas obyek IMBT
ditetapkan berdasarkan kesepakatan di awal akad; b) harga untuk opsi
pemindahan kepemilikan atas obyek IMBT ditetapkan setelah berakhirnya masa
sewa yang dibuat secara tertulis dalam perjanjian pemindahan kepemilikan; dan c)
alat pembayaran ujrah adalah berupa uang atau bentuk lain yang memiliki nilai
yang sama dan tidak dilarang secara syari'ah.12

B. Pembiayaan Bermasalah

1. Definisi Pembiayaan Bermasalah


Hampir setiap bank mengalami kredit macet alias nasabah tidak mampu

lagi untuk melunasi kreditnya akibat wanprestasi yang dilakukan oleh debitur.

Istilah lain dari wanprestasi adalah cidera janji atau ingkar janji. Secara umum

wasprestasi berarti tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam

perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang

timbul karena undang-undang. Menurut Subekti wanprestasi adalah kelalaian atau

kealpaan yang dapat berupa 4 macam yaitu:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

b. Melaksanakan apa yang telah diperjanjikannya tetapi tidak sebagaimana apa

yang diperjanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan

c. Melakukan apa yang diperjanjikan tapi terlambat

d. Melakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak dapat dilakukan.

Sehingga secara umum pemahaman wanprestasi adalah orang dikatakan

melakukan wanpretasi bilamana tidak memberikan prestasi sama sekali, terlambat

12
Draft Ijarah Muntahiya Bittamlik
14

memberikan prestasi, melakukan prestasi namun tidak menurut ketentuan yang

telah d itetapkan oleh perjanjian. Pemahaman yang serupa terkait dengan

wanprestasi suatu kondisi tidak dilaksanakannya suatu prestasi atau kewajiban

sebagaimana mestinya yang telah disepakati bersama dinyatakan dalam kontrak.

Setiap perjanjian prestasi merupakan suatu yang wajib dipenuhi oleh

dibitor dalam setiap perjanjian. Prestasi merupakan isi dari suatu perjanjian,

apabila debitor tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditentukan dalam

perjanjian maka dikatakan wanprestasi.13

Namun sebagaimana digariskan, bahwa perbankan berdasarkan prinsip

syariah harus menjalankan kegiatannya berdasarkan Hukum Islam. Dengan

demikian, menurut hubungan yang terjadi antara pihak bank dan nasabah, harus

didasarkan pada Syariat Islam. Pola hubungan yang didasarkan pada keinginan

urtuk menegakkan system syariah tersebut diyakini sebagai pola hubungan yang

kokoh antara pihak bank dan nasabah. Jika terjadi perselisihan pendapat, baik

dalam penafsiran maupun pelaksanaan isi perjanjian kedua belah pihak akan

berusaha menyelesaikan secara musyawarah menurut ajaran islam. Cara

penyelesaian kredit bermasalah dilakukan melalui analisa pengamatan dan

perhitungan terhadap kondisi dari nasabah dan mengambil kesimpulan cara

penyelesaian yang paling tepat yaitu bisa dilakukan melalui musyawarah,

walaupun tidak menutup kemungkinan apabila musyawarah tidak tercapai dan

untuk menutup kerugian pihak bank, pihak bank dapat melakukan penyelesaian

melalui jaminan yang diberikan.

13
Eko Rial Nugroho, Penyusunan Kontrak,(Yogyakarta, Suluh Media : 2018), hlm.55-57
15

C. Manajemen Risiko

Agar sebuah pembiayaan bermasalah dalam transaksi perbankan yang

disebabkan oleh wanprestasi dapat diminimalisir maka penerapan manajemen

risiko sangat penting untuk diterapkan. Manajemen risiko adalah suatu bidang

ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran

dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan

berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis.14

Menurut Warburg menyatakan bahwa manajemen risiko adalah

seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap, yang dimiliki oleh organisasi

untuk mengelola, memonitor, dan mengendalikan eksposur organisasi terhadap

risiko.

Menurut Satria Agus Susilo dan Dina Fitrisia Septiarini Dapat disimpulkan

dari pernyataan diatas bahwa manajemen risiko merupakan serangkaian prosedur

yang terdiri dari proses identifikasi, mengukur risiko dan memantau risiko dalam

rangka manajemen risiko agar suatu organisasi dapat bertahan sehingga tidak

sampai memberikan kerugian.15

Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

manajemen risiko adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu

organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai masalah yang ada

dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen.

1. Manfaat Manajemen Risiko

14
Irham Fahmi, Manajemen Risiko, (Bandung, Alfabeta: 2016), hlm. 2-3.
15
Satria agus susilo, Dina Fitrisia Septiarini “Manajemen Risiko Likuiditas Di BMT Abc Jawa
Timur”JESTT, VoL. 2, No. 6. (Juni 2015), hlm. 485.
16

Dengan diterapkannya manajemen risiko di suatu perusahaan ada beberapa

manfaat yang akan diperoleh, yaitu:

a. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap

keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent) dan

selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.

b. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-

pengaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang.

c. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu

menghindari risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian

khususnya kerugian dari segi financial.

d. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum.

e. Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk manajemen concept) yang

dirancang secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah dan

mekanisme secara suistainable (berkelanjutan).16

2. Tujuan Manajemen Risiko

Tujuan yang hendak dicapai dengan manajemen risiko adalah dalam

mengelola perusahaan supaya mencegah perusahaan dari kegagalan, mengurangi

pengeluaran, menaikkan keuntungan perusahaan, menekan biaya produksi, dan

sebagainya.

Adapaun sasaran utama yang hendak dicapai oleh manajemen risiko terdiri

dari:

a. Untuk kelangsungan hidup perusahaan (survival).

16
Irham Fahmi, Manajemen Risiko, (Bandung, Alfabeta : 2016), hlm. 3.
17

b. Ketenangan dalam berpikir.

c. Memperkecil biaya (least cost).

d. Menstabilisasi pendapatan perusahaan.

e. Memperkecil atau meniadakan gangguan dalam berproduksi.

f. Mengembangkan pertumbuhan perusahaan.

g. Mempunyai tanggung jawab sosial terhadap karyawan.17

3. Manajemen Risiko Pembiayaan Melalui Prinsip 5-C

Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum memutuskan

permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah antara lain dikenal

dengan prinsip 5-C meliputi: character, capacity, capital, collateral, condition of

economy.

a. Character

Menggambarkan watak dan kepribadian calon nasabah. Bank perlu

melakukan analisis terhadap karakter calon nasabah dengan tujuan untuk

mengetahui bahwa calon nasabah mempunyai keinginan untuk memenuhi

kewajiban membayar kembali pembiayaan yang telah diterima hingga lunas. Cara

yang perlu dilakukan oleh bank untuk mengetahui charcter calon nasabah antara

lain:

1) BI Cheking

2) Informasi dari pihak lain

b. Capacity

17
Abbas Salim, Asuransi & Manajemen Risiko, (Jakarta, RajaGrafindo Persada: 2012), hlm. 201.
18

Analisis terhadap capacity ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan

keuangan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu

pembiayaan. Bank perlu mengetahui dengan pasti kemampuan keuangan calon

nasabah dalam memenuhi kewajibannya setelah bank syariah memberikan

pembiayaan. Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengetahui kemampuan

keuangan calon nasabah antara lain:

1) Melihat laporan keuangan

2) Memeriksa slip gaji dan rekening tabungan

3) Survey ke lokasi usaha calon nasabah18

c. Capital

Modal merupakan jumlah yang dimiliki oleh calon nasabah atau jumlah

dana yang akan disertakan dalam proyek yang dibiayai. Semakin besar modal

yang dimiliki dan disertakan oleh calon nasabah dalam objek pembiayaan akan

semakin meyakinkan bagi bank akan keseriusan calon nasabah dalam mengajukan

pembiayaan dan pembayaran kembali. Cara yang ditempuh oleh bank untuk

mengetahui capital antar lain:

1) Laporan keuangan calon nasabah

2) Uang muka

d. Collateral

Merupakan agunan yang diberikan oleh calon nasabah atas pembiayaan

yang diajukan. Agunan merupakan sumber pembayaran kedua. Dalam hal ini

nasabah tidak dapat membayar angsuran, maka bank syariah dapat melakukan

18
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 120.
19

penjualan terhadap agunan. Hasil penjualan agunan digunakan sebagai sumber

pembayaran kedua untuk melunasi pembiayaan. Bank tidak akan memberikan

pembiayaan yang melebihi dari nilai agunan, kecuali untuk pembiayaan tertentu

yang dijamin pembayaran oleh pihak tertentu.19

e. Condition of economy

Merupakan analisis terhadap kondisi perekonomian. Bank perlu

mempertimbangkan sector usaha calon nasabah dikaitkan dengan kondisi

ekonomi. Bank perlu melakukan analisis dampak kondisi ekonomi terhadap usaha

calon nasabah dimasa yang akan datang, untuk mengetahui pengaruh kondisi

ekonomi terhadap usaha calon nasabah.

Prinsip-prinsip analisis pembiayaan kredit diatas harus dilakukan oleh

setiap pejabat kredit bank sebagai wujud pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam

penyaluran kredit bank kepada semua nasabah debitur agar kelak bank dapat

terhindar dari persoalan kredit bermasalah. 20

D. Restrukturisasi Pembiayaan IMBT Bermasalah

Adapun jika dalam sebuah transaksi tetap terjadi pembiayaan bermasalah

yang disebabkan oleh wanprestasi maka pihak perbankan harus melakukan

penyelamatan pembiayaan (restrukturisasi pembiayaan) yaitu suatu upaya dan

langkah-langkah yang dilakukan bank dalam mengatasi pembiayaan bermasalah.

Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka

membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui

19
Ibid,hlm.125
20
Ibid, hlm.125
20

penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning), dan

penataan kembali (restructuring). Bank Umum Syariah (BUS) dan UUS dapat

melakukan restrukturisasi pembiayaan terhadap nasabah yang mengalami

penurunan kemampuan pembayaran dan masih memiliki prospek usaha yang baik

serta mampu memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi. Pembiayaan dalam

bentuk ijarah dan ijarah muntahiyyah bittamlik dapatdilakukan restrukturisasi

dengan cara:

1. Penjadwalan Kembali (Rescheduling)

Restrukturisasi dilakukan dengan memperpanjang jangka waktu jatuh

tempo pembiayaan, dan BUS atau UUS dapat menetapkan kembali besarnya ujrah

yang harus dibayar nasabah dengan kondisi sebagai berikut:

a. Aktiva ijarah dimiliki oleh BUS atau UUS Jangka waktu perpanjangan paling

lama sampai dengan umur ekonomis aktiva ijarah.

b. Aktiva ijarah bukan milik BUS atau UUS Jangka waktu perpanjangan paling

lama sampai dengan berakhirnya hak penggunaan aktiva ijarah.

2. Persyaratan Kembali (Reconditioning)

Restrukturisasi dilakukan dengan menetapkan kembali syarat-syarat

pembiayaan, antara lain jumlah angsuran, jangka waktu, jadwal pembayaran dan

pemberian potongan ujrah.

3. Penataan Kembali (Restructuring)

Restrukturisasi dilakukan dengan melakukan konversi akad ijarah atau

akad ijarah muntahiyyah bittamlik menjadi mudharabah atau musharakah.


21

Konversi pembiayaan terhadap aktiva ijarah yang dimiliki oleh BUS atau UUS

dilakukan sebagai berikut:

a. BUS atau UUS menghentikan akad pembiayaan dalam bentuk ijarah atau ijarah

muntahiyyah bittamlik dengan memperhitungkan nilai wajar aktiva ijarah21

b. Dalam hal terdapat perbedaan antara nilai wajar aktiva ijarah dengan nilai buku

aktiva ijarah ditambah tunggakan angsuran ijarah,maka diakui sebagai berikut:

1) Apabila nilai wajar lebih kecil daripada nilai buku ditambah tunggakan

angsuran ijarah, maka BUS atau UUS mengakui kerugian sebesar selisih

tersebut;

2) Apabila nilai wajar lebih besar daripada nilai buku ditambah lagi tunggakan

angsuran ijarah, maka BUS atau UUS mengakui keuntungan yang

ditangguhkan sebesar selisih tersebut dan di amortisasi selama masa akad

mudarabah atau musharakah.

3) US atau UUS membuat akad Pembiayaan baru (novasi objektif) dengan

mempertimbangkan kondisi nasabah, antara lain golongan nasabah, jenis

usaha, kemampuan membayar (cash flow) nasabah.

c. Pembuatan akad pembiayaan bani dalam rangka restrukt'urisasi wajib

mengikuti ketentuan yang berlaku sebagaimana dia ketentuan Bank Indonesia

mengenai pelaksanaan prinsip syariah.

d. BUS atau UUS mencatat pembiayaan dalam bentuk atau musharakah sebesar

nilai wajar aktiva ijarah.

e. BUS atau UUS mencantumkan kronologis akad sebelumnya dalam akad

pembiayaan baru. 22

21
Wangsa Widjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta, Kompas Gramedia Building : 2012),
hlm.462
22

E. Penyelesaian Pembiayaan Macet (Golongan V)

Penyelesaian Pembiayaan Macet (Golongan V) adalah upaya dan tindakan

untuk menarik kembali pembiayaan debitur dengan kategori macet, terutama yang

sudah jatuh tempo atau sudah memenuhi syarat pelunasan. Pembiayaan Macet

(Golongan V) merupakan salah satu pembiayaan bermasalah yang perlu diadakan

penyelesaian apabila upaya restrukturisasi tidak dapat dilakukan atau

restrukturisasi tidak berhasil dan pembiayaan bermasalah menjadi atau tetap

berada dalam golongan macet. Dalam rangka penyelesaian pembiayaan macet

tersebut, bank melakukan tindakan-tindakan hukum yang bersifat represif/kuratif.

Pembiayaan macet juga dapat menimbulkan sengketa antara bank dan nasabah.

Berdasarkan ketentuan Pasal 55 UU Perbankan Syariah dan penjelasan pasal

tersebut, penyelesaian sengketa perbankan syariah pada dasarnya dilakukan oleh

Peradilan Agama. Namun, bank dan nasabah dapat memperjanjikan penyelesaian

sengketa sesuai dengan isi akad dan tidak boleh bertentangan dengan prinsip

syariah. Penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi akad adalah upaya

berupa: Musyawarah; Mediasi perbankan; Melalui Badan Arbitrase Syariah

Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain; dan/atau Melalui pengadilan

dalam lingkungan Peradilan Umum.23

1. Strategi Penyelesaian Pembiayaan Macet

22
Wangsa Widjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta, Kompas Gramedia Building : 2012),
hlm.463
23
Ibid, hlm.465
23

Berdasarkan pengalaman praktik, Iazimnya strategi penyelesaian

pembiayaan macet (golongan V) yang dapat ditempuh oleh bank adalah berupa

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penyelesaian oleh bank sendiri.

b. Penyelesaian melalui debt collector.

c. Penyelesaian melalui Kantor Lelang.

d. Penyelesaian melalui badan peradilan24

F. Kajian Penelitian Terdahulu

Dari hasil semua referensi dan hasil penelitian yang penulis telusuri, pada

hasil penelusuran tersebut penulis mendapat sumber referensi yang membahas dan

yang bersangkutan dari penelitian yang penulis ajukan ini, namun tetap memiliki

focus, objek, dan metode penelitian yang berbeda di antara masing-masing

penelitian, dimana penelitian terdahulu tersebut antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh soca daru indraswari tentang penyelesaian

wanprestasi dalam perjanjian musharakah di BPRS Bhakti haji Malang. tujuan

penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab

terjadinya wanprestasi dalam perjanjian musyarakah di BPRS Bhakti Haji

Malang, untuk mengetahui akibat hukum wanprestasi dalam perjanjian

musyarakah di BPRS Bhakti Haji Malang, untuk mengetahui metode atau cara

penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian musyarakah di Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah Bhakti Haji Malang. Metode penelitian yang dilakukan oleh

penulis adalah yuridis empiris, yaitu sesuatu penelitian yang dilakukan

24
Wangsa Widjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta, Kompas Gramedia Building : 2012),
hlm.466
24

terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di masyarakat

dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta-fakta dan data yang

dibutuhkan, setelah data yang di butuhkan terkumpul,kemudian menuju kepada

identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif,

kemudian akan dianalisa berdasarkan kajian teoritis yang dilaksanakan, dan

ketentuan yuridis mengenai terjadinya wanprestasi dalam perjanjian

musyarakaah di BPRS Bhakti Haji Malang tersebut menggunakan metode

berpikir induktif. Di dalam mengolah data penulis melakukan beberapa upaya

antara lain memeriksa kembali data yang diperoleh terutama kelengkapannya:

kejelasan makna, kesesuaian, serta relevansinya dengan data yang lain, upaya

ini disebut editing, editing adalah membetulkan jawaban yang kurang jelas,

meneliti jawaban, menyesuaikan jawaban yang satu dengan yang lainnya serta

lain-lain kegiatan dalam rangka untuk lengkap dan sempurnanya jawaban

responden.25

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Ayu Ranti tentang penyelesaian

wanprestasi dalam perjanjian kredit di bank bri kcp jombang kota. tujuan

penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab

terjadinya wanprestasi dalam perjanjian kredit di bank bri kcp jombang kota.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum empiris yang bersifat

deskriptif. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah bahan hukum primer

yang diperoleh dari Undang-Undang Dasar 1945, Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, dan peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan

25
Soca daru indraswari, penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian musharakah di BPRS Bhakti
haji Malang, jurnal diakses pada 5 februari 2020
25

dengan penelitian penulis. Bahan hukum sekunder yang diperoleh dari buku,

literatur, dokumen resmi, karya ilmiah, dan jurnal hukum para ahli. Teknik

pengumpulan data dengan cara atau metode turun secara langsung ke lapangan

(objek penelitian) untuk memeperoleh data yang diinginkan mengenai fokus

penelitian. Hal tersebut dilakukan dengan cara wawancara yaitu pengumpulan

data melalui tanya jawab langsung dengan pihak Bank BRI KCP Jombang

Kota.26

3. Penelitian oleh Ivo Shella Andaresta Sinaga tentang penerapan akad ijarah

muntahiyah bittamlik pada produk kpr di Pt Bank Brisyariah tbk kc Medan

s.parman. Adapun tujuan dari penelitian yang penulis lakukan antara lain:

Untuk mengetahui bagaimana penerapan akad ijarah muntahiyah bittamlik

pada produk KPR (Kepemilikan Rumah) di PT BANK BRIsyariah Tbk KC

Medan S.Parman. Dalam melakukan penulisan ini, metode analisa data yang

digunakan oleh Penulis adalah metode deskriptif, yaitu metode yang

memberikan gambaran secara umum dan sistematis tentang akad Ijarah yang

diterapkan PT BANK BRIsyariah Tbk KC Medan S.Parman. Penulis memilih

metode ini adalah karena penulisan ini berupa gambaran dari salah satu praktek

pembiayaan syariah Ijarah yang saat ini belum begitu banyak dikenal oleh

publik dengan intensif. Dalam hal ini pengumpulan data dan informasi atau

bahan yang dipergunakan penulis guna untuk menyelesaikan skripsi ini penulis

menggunakan metode sebagai berikut:

26
(Fitri Ayu Ranti tentang penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian kredit di bank bri kcp
jombang kota, jurnal diakses pada 1 januari-juni 2019)
26

a. Pengamatan langsung yaitu penelitian yang langsung kelapangan atau pada

objek yang diteliti pada PT BANK BRIsyariah Tbk KC Medan S.Parman.

b. Penelitian perpustakaan yaitu cara mengumpulkan data dari beberapa

referensi buku di perpustakaan untuk menjelaskan mengenai judul yang

akan diteliti yang berhubungan dengan skripsi minor.

c. Wawancara langsung yaitu dengan cara penulis melakukan wawancara

dengan karyawan yang telah ditunjuk oleh PT BANK BRIsyariah Tbk KC

Medan S.Parman dengan melakukan Tanya jawab mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan penerapan konsep syariah di Perusahaan tersebut.27

27
Ivo Shella Andaresta Sinaga, Penerapan akad ijarah muntahiyah bittamlik pada produk kpr di
Pt Bank Brisyariah tbk kc Medan s.parman, Pada tahun 2019
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan mempunyai arti sebagai model analisis. Sementara itu fungsi

dari adanya pendekatan penelitian ini tidak lain untuk mempermudah analisis, dan

memperjelas pemahaman terhadap objek, memberikan nilai objektivitas dan

sekaligus membatasi wilayah penelitian.28

Pada penelitian ini, menggunakan metode pendekatan kualitatif yakni

memamparkan data secara deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tetang apa yang dialami oleh subjek

penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lainnya. Secara

holistic (menyeluruh) dan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

suatu konteks khusus yang alamiyah.29

Selain definisi diatas, menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip

Lexy J. Moleong mendefinisikan bahwa pendekatan kualitatif merupakan

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang menghasilkan kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.30

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya

umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut

tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis

28
Andi Prastowo, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm.
180-181
29
Lex J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualtitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm 6
30
Ibid, hlm. 4

27
28

terhadap kenyataan sosial yang menjadi focus penelitian, dan kemudian ditarik

suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentaf kenyataan-kenyataan tersebut.

B. Kehadiran Peneliti

Didalam buku penelitian kualitatif disebutkan bahwa peneliti bertindak

sebagai instrument sekaligus pengumpulan data oleh karena itu kehadiran peneliti

dilapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan.31 Sebelum terjun

lapangan peneliti sudah harus mengetahui beberapa informasi mengenai hal yang

akan diteliti.

Peneliti mendatangi lokasi penelitian yaitu di BPRS Bhakti Sumekar

Sumenep. Setelah sampai di lokasi, tahap selanjutnya peneliti melakukan

pengamatan dengan cara melihat lokasi, tahap selanjutnya peneliti melakukan

pengamatan dengan cara melihat kondisi para karyawan dalam bekerja di BPRS

Bhakti Sumekar Sumenep, kemudian peneliti melakukan wawancara dengan

pihak-pihak yang terlibat sesuai dengan waktu yang ditentukan yaitu 1 bulan.

Sedangkan wawancara dan observasi dilakukan atas persetujuan dari pihak-pihak

yang bersangkutan.

C. Lokasi Peneliti

Untuk menjamin penelitian ini terlaksana dengan jelas, maka diperlukan

pembatasan ruang lingkup lokasi penelitian dengan tujuan agar benar-benar

mengarah pada objek yang akan diteliti dan tidak meluas kepada hal lain di luar

objek penelitian. Penelitian yang akan menjadi objek penelitian bagi peneliti

adalah di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep.

31
Buna’i, Penelitian Kualitatif, (Sumenep: Perpustakaan STAIN Sumenep Press, 2008), hlm. 65-
66.
29

D. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu hal yang paling vital dalam penelitian.

Kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber data akan menyebabkan

data yang diperoleh tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, oleh karena itu peneliti

harus mampu memahami sumber data yang akan digunakan dalam

penelitiannya.32 Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini

jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto,

dan statistic. 33penelitian ini menggunakan sumber data, yaitu sumber data primer

dan sekunder. Berikut ini adalah penjelasan kedua sumber tersebut.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan dari subjek dengan cara

melakukan pengamatan, percobaan atau wawancara/ interview. jadi dalam

penelitian ini peneliti memperoleh data primer melalui wawancara langsung

dengan para karyawan yang bekerja di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep untuk

mengetahui bagaimana penyelesaian wanprestasi pada akad ijarah muntahiya

bittamlik pertokoan passar anom.

32
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif R&D, (Jakarta: Alfabeta, 2011), hlm. 137.
33
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014),
hlm. 157.
30

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung di peroleh dari

sumber pertama atau subjek yang telah tersusun dalam bentuk dokumen tertulis.
34
data sekunder dalam penelitian ini berupa buku-buku sebagai referensi atau

sumber lain seperti jurnal, media masa, majalah, atau literature yang berhubungan

dengan sistem penerapan manajemen risiko dalam upaya menjaga likuiditas.

Sumber data dalam penelitian kali ini adalah kedua-duanya karena untuk

memperkuat penelitian yang akan dilakukan yaitu wawancara dengan pertanyaan

yang mengacu pada focus penelitian dan dokumen untuk memperkuat data.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur-prosedur yang lazim

digunakan dalam penelitian kualitatif. Prosedur ini merupakan suatu cara bagi

peneliti dalam mengumpulkan data, sehingga hal ini akan mempermudah peneliti

dalam memperoleh data, adapun prosedur pengumpulan data yang digunakan

peneliti adalah :

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

unsure-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek

penelitian.35 Jenis-jenis observasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

34
Ibid.
35
Afifuddin, Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2012), hlm. 134.
31

a. Observasi Partisipasi

Obeservasi partisipasi maksudnya peneliti terlibat langsung atau berperan

serta dengan kegiatan-kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati. Sambil

melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh

narasumber, dan ikut merasakan suka dukanya.

b. Observasi Terus Terang atau Tersamar

Obeservasi terus terang atau terseamar maksudnya peneliti terus terang

kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian sehingga sumber data

mengetahui aktivitas peneliti sejak awal sampai akhir. Tetapi ada saatnya peneliti

tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau data yang dicari

merupakan data uang yang dirahasiakan.

c. Obeservasi Tak Berstruktur

Observasi tak berstruktur maksudnya focus penelitiannya belum jelas.

Focus observasi akan berkembang selama observasi berlangsung. Observasi tak

berstruktur merupakan observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang

apa yang akan di observasi. 36

Dalam penelitian ini, observasi yang akan digunakan adalah observasi

terus terang atau tersamar. Jadi peneliti terus terang kepada pihak BPRS Bhakti

Sumekar Sumenep bahwa akan melakukan penelitian yang berfokus pada

penyelesaian wanprestasi pada akad Ijarah muntahiya bittamlik pertokoan pasar

anom. Mungkin ada kalanya juga peneliti tersamar jika membutuhkan data yang

bersifat rahasia.

36
Sugiyono, memahami penelitian kualitatif, ( Bandung: Alfabeta, 2016), hlm 67.
32

2. Wawancara
Menurut kartono sebagaimana dikutip oleh Imam Gunawan wawancara

adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini

merupakan proses Tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-

hadapan secara fisik. 37

Metode ini mempunyai keunggulan tersendiri, artinya dalam pengadaan

wawancara, kebutuhan peneliti dapat direalisasikan termasuk mengungkap data

yang masih remang-remang. Wawancara bisa dilakukan secara langsung (personal

interview) maupun tidak langsung (melalui Telephone atau Email).

Adapun macam-macam pedoman dalam wawancara yaitu sebagai berikut:

a. Wawancara Tak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara

digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan digunakan. 38

b. Wawancara Semi Terstruktur

Wawancara semi terstruktur yaitu pertanyaan-pertanyaannya telah

disiapkan, kemudian dikembangkan dilapangan. Jenis wawancara semi terstruktur

ini sudah termasuk dalam in-dept interview, dimana dalam pelaksanaanya

wawancara semi terstruktur ini lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara

37
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif-Teori Dan Praktik, ( Jakarta: Bumi Aksara,
2014), hlm. 160,
38
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 413.
33

terstruktur, karena pihak yang diajak untuk wawancara diminta pendapat, dan ide-

idenya.39

c. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila

peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa

yang akan diperoleh. Pengumpul data telah menyiapkan pernyataan-pernyataan

tertulis dan setiap responden diberi pernyataan yang sama.40

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

semiterstruktur. Karena sifatnya yang bebas membuat peneliti lebih fleksibel

dalam proses pengumpulan data saat wawancara, namun juga karena sifatnya

yang terstruktur peneliti tidak bisa terlepas dari pertanyaan-pertanyaan yang telah

di persiapkan sebelumnya. Wawancara ini akan dilakukan kepada pihak karyawan

bagian pembiayaan di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan pelengkap dari teknik pengumpulan data wawancara

dan observasi. Lexy J. Moleong menjelaskan bahwa dokumen merupakan setiap

bahan tertulis atau tercatat, film dan foto. 41

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi sebagai sarana

untuk mendapatkan data mengenai sejarah berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah, struktur organisasi, visi dan misi, produk-produk, dokumen-dokumen

pembiayaan, dan laporan keuangan.

39
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 191.
40
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, hlm. 412.
41
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 157-162.
34

F. Analisis data

Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.42

1. Cheking

Artinya data yang diperoleh dilapangan seperti hasil observasi, wawancara

dan dokumentasi dicek dengan maksud untuk mengetahui tingkat kelengkapan

data yang diperlukan dalam penyajian data.

2. Organizing

Artinya data yang telah dicek di klarifikasikan sesuai dengan arah dan

focus penelitian.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengecek keabsahan temuan data lapangan, maka peneliti merasa

perlu untuk mengadakan teknik-teknik yang dilakukan peneliti dalam mengukur

keabsahan temuan tersebut sebagai berikut:

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Dengan perpanjangan keikutsertaan ini maka peneliti dapat menguji

ketidakbenaran informasi dan membangun kepercayaan subjek. Peneliti dalam hal

ini tidak dapat memerlukan perpanjangan kehadiran penelitian karena data yang

diperoleh sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.

42
Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 288.
35

2. Ketekunan Pengamatan

Dengan maksud dan menentukan cirri-ciri dan unsure-unsur dalam situasi

yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang di cari.

3. Triangulasi

Yaitu teknis pemeriksaan keabsahan data yang memafaatkan suatu yang

lain.43 Triangulasi digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memenfaatkan

sumber, yaitu peneliti berusaha mengecek ulang temuannya dengan

membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori.

a. Triangulasi dengan Metode

Dilakukan pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil peneliti

beberapa teknik pengumpulan data, dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa

sumber data dengan metode yang sama.

b. Triangulasi dengan Teori

Fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaan dengan suatu teori atau

lebih. Hal ini dipertegas bahwa yang demikian dinamakan penjelasan banding. 44

c. Triangulasi Sumber

triangulasi sumber digunakan dalam menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk kredibilitas data tentang gaya

kepemimpinan orang, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah

43
Lexy J. Moleong, metodologi penelitian kualitatif, hlm. 330.
44
M. Djunaidi Chong dan Fauzan Almansur, metodologi penelitian kualitatif, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2014), hlm. 322-323.
36

diperoleh dilakukan kebawahan yang dipimpin, keatasan yang menugasi,

dan keteman kerja ysang merupakan kelompok kerja sama.

H. Tahapan Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini dibagi menjadi

tiga tahap.

1. Tahap Pra Lapangan

a. Menyusun rancangan penelitian yaitu menyiapkan prosedur penelitian yang

akan dilakukan

b. Memilih lapangan penelitian yaitu menentukan dan mempertimbangkan

tempat yang sekiranya sesuai dengan rumusan masalah penelitian yang

sudah ditetapkan

c. Melakukan perizinan yaitu harus mengetahui siapa yang berwenang dalam

member izin untuk meneliti dan juga harus menyiapkan persyaratan-

persyaratan yang diperlukan dalam perizinan.

d. Menilai keadaan lapangan yaitu berusaha mengenal segala unsure

lingkungan sosial, fisik, dan keadaan alam yang terdapat dilokasi tersebut.

e. Memilih dan memanfaatkan informan yaitu menentukan informan yang

sekiranya faham terhadap apa yang diharapkan oleh peneliti dan informan

tersebut dapat secepatnya memberikan informasi yang diharapkan oleh

peneliti.

f. Menyiapkan perlengkapan keperluan yang dibutuhkan oleh peneliti seperti

kertas dan bolpen untuk mencatat apa yang diperoleh dari informan
37

g. Mengantisipasi persoalan etika lapangan yaitu peneliti harus siap fisik

maupun mental jika hendak berhadapan dengan informan.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri yaitu dengan pembahasan

latar dan peneliti, penampilan, pengenalan hubungan peneliti dilapangan

dan jumlah waktu studi.

b. Memasuki lapangan yaitu dengan keakraban hubungan, mempelajari

bahasa, dan perasaan peneliti.

c. Berperan serta sambil menyimpulkan data yaitu dengan cara wawancara dan

dokumentasi

3. Tahap Pasca Pekerjaan Lapangan

a. Memahami data yang diperoleh

b. Menganalisis data yang diperoleh dari hasil system penyelesaian

wanprestasi pada akad IMBT pertokoan pasar anom di BPRS Bhakti

Sumekar Sumenep. Melaporkan hasil system penyelesaian wanprestasi pada

akad IMBT pertokoan pasar anom di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep.


BAB IV

PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Objek Penelitian

1. Profil PT BPRS Bhakti Sumekar Sumenep Kantor Pusat

Dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah

Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 25 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom, maka kewenangan otonom saat ini

telah diserahkan kepada daerah. Kewenangan tersebut mencakup penanganan

segala urusan rumah tangga daerah sebagai lembaga berikut perangkatnya.

Serta untuk meningkatkan dan mendayagunakan potensi ekonomi daerah

dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pemerintah

Kabupaten Sumenep sangat memerlukan peran lembaga keuangan yang

diharapkan dapat memenuhi tujuan tersebut. Dimana pada gilirannya. Lembaga

Keuangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan dan mendayagunakan

perekonomian daerah guna mencapai kesejahteraan masyarakat daerah secara

merata.

Bentuk lembaga keuangan yang sesuai dengan kondisi daerah Sumenep

yang sangat ideal adalah lembaga keuangan mikro, dalam hal ini adalah Bank

Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS).

Untuk memenuhi maksud dan tujuan tersebut di atas pemerintah

kabupaten Sumenep melakukan akuisisi bank Perkreditan Rakyat yang

berdomosili di Sidoarjo yaitu PT. BPR DANA MERAPI untuk kemudian

direlokasi ke Kabupaten Sumenep.

38
39

Untuk melakukan akuisisi terhadap PT. BPR Dana Merapi Pemkab

Sumenep membuat Memorandum of Understanding (MOU) dan Surat Perjanjian

Kerja Sama Pendirian Bank Perkriditan Rakyat Syari’ah (BPRS) di Kabupaten

Sumenep Nomor 910/608b/435.304/200-1011/BMI/PKS/XII/2001 yang

ditandatangani oleh Bupati Sumenep dan PT Bank Syari’ah Muamalat Indonesia,

Tbk pada tanggal 27 Desember 2001. Dalam MOU tersebut pihak PT. Bank

Muamalat sebagai pelaksanan dalam proses pengambilalihan BPR serta

bertanggung jawab terhadap pemberian konsultasi untuk perijinan, rekuitmen,

pelatihan dan pembinaan.45

a. Makna Logo BPRS Bhakti Sumekar

Gambar 4.1
Logo BPRS Bhakti Sumekar

1) Makna Umum

Logo BPRS BHAKTI SUMEKAR menyerupai bunga merekah yang

mencerminkan kegigihan, keleluasaan, semangat dan keramahan dalam semua

aspek bisnis di lingkungan masyarakat yang diharapkan terus merekah dan

berkembang.

45
Https://bhaktisumekar.co.id/2015-05-07-19-03-11/latar-belakang. Html, diakses pada tanggal 28
Desember 2019.
40

2) Makna dari Segi Warna

Warna hijau melambangkan kesuburan, kesejukan, kemakmuran dan juga

warna hijau pada umunya identik dengan dunia Islam. Warna kuning

melambangkan kesejahteraan, kejayaan, dan kekayaan.

b. Nilai Utama Perusahaan “BHAKTI”

1) Berkembang

Dengan etos kerja yang kuat serta memiliki ide kreatif yang tinggi dan

pengembangan ke masa yang akan datang, mengantisipasi tantangan dan

kesempatan untuk bekembang melakukan inovasi-inovasi.

2) Harmonis

Rasa persaudaraan, rasa kebersamaan menjadi pedoman hidup.

Menjadikan kenyamanan dan kekompakan dalam bermitra.

3) Amanah

Konsisten dan bertindak adil, bersikap tegas dengan rasa tanggung jawab

yang besar dengan amanah nasabah.

4) Kepuasan Nasabah

Memenuhi kebutuhan nasabah dengan memberikan pelayanan yang

terbaik, dengan tetap memperhatikan kepentingan perusahaan, dengan dukungan

SDM yang terampil, ramah, senang melayani dan didukung teknologi unggul.
41

5) Transparan

Saling terbuka demi membangun kepercayaan dan keyakinan dengan

menjunjung tinggi pelayanan yang tebaik sehingga tebentuk suasana bersih dan

berwibawa.

6) Integritas

Bertaqwa, penuh dedikasi, jujur, selalu menjaga nama baik, serta saat

peraturan yang berlaku.46

c. Visi, Misi, dan Motto Perusahaan

1) Visi

Terwujudnya masyarakat yang makin sejahtera dengan dilandasi nila nilai

agama dan budaya.

2) Misi

a) Intermiediasi antar pelaku ekonomi yang berlebih dengan yang kurang dalam

permodalan berdasar syariah.

b) Membantu melaksanakan pembedayaan pengusaha ekonomi kecil dan

menengah.

c) Mengupayakan peningakatan Pendapatan Asli Daerah.

3) Motto

“Mitra Dalam Bermuamalah”47

46
Dokumen BPRS Bhakti Sumekar Sumenep diolah peneliti tahun 2019.
47
Https://bhaktisumekar.co.id/2015-05-07-19-03-11/visi-misi, diakses pada tanggal 28 Desember
2019.
42

d. Produk BPRS Bhakti Sumekar

1) Produk Penghimpunan Dana

a) Tabungan Barokah

b) Tabungan SIMPEL (Simpanan Pelajar)

c) Deposito Mudharabah

d) Tabungan Tahara (Hari Raya)

e) Tabungan Qurban

f) Tabungan Haji

2) Produk Penyaluran Dana

a) Pembiayaan UMKM

b) Pembiayaan Serba Guna

c) Gadai Emas/Rahn

d) Pembiayaan Sadar Bersih

e) Pembiayaan Elektronik

f) Pembiayaan KPR (Kepemilikan Rumah)

g) Pembiayaan Pensiunan

h) Pembiayaan Kepemilikan Emas

i) Pembiayaan pertokoan pasar anom

j) Pembiayaan Kendaraan Bermotor48

48
Dokumen BPRS Bhakti Sumekar Sumenep diolah peneliti tahun 2019.
43

e. Bentuk/ Badan Hukum

PT. BPR DANA MERAPI didirikan berdasarkan akta notaris Yanita

Poerbo SH No 64 tanggal 30 Juli 1992 dan telah disahkan oleh Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan nomor C2-

392.HT.01.01.TH 1993 tanggal 22 Januari 1993. Rencana akuisisi dari

Pemerintah Kabupaten Sumenep telah memperoleh rekomendasi dan persetujuan

dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumenep tanggal 19

Nopember 2001 dengan nomor 910/953/435.040/2001.

Telah disetujui pula oleh Bank Indonesia pada tanggal 20 Pebruari 2002

dengan Surat Persetujuan Nomor 4/5/DPBPR/P3BPR/Sb. Dalam

perkembangannya PT. BPR Dana Merapi telah mengalami perubahan nama

menjadi PT. BPR Bhakti Sumekar dengan Akte Nomor 24 tanggal 16 September

2002 oleh Notaris Karuniawan Surjanto, SH notaris di Sidoarjo dan Persetujuan

dari Bank Indonesia no.04/8/KEP/PBI/sb/2002 tanggal 11 Nopember 2003.

Pemerintah kabupaten Sumenep telah mengesahkan dalam sebuah Peraturan

Daerah (PERDA) Nomor 6 Tahun 2003 Tanggal 31-07-2003 tentang Pendirian

PT. Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah Bhakti Sumekar.

Perubahan Sistem Konvensional menjadi Sistem Syari’ah dan perubahan

nama PT. BPR Bhakti Sumekar menjadi PT. BPRS Bhakti Sumekar dalam akte

notaris Sukarini SH notaris di Sidoarjo No.1 tanggal 1 Nopember 2003 telah

mendapat pengesahan Departeman Kehakiman RI dan HAM RI, No.C-01389

HT.01.04.TH.2004 tanggal 19 Januari 2004 dan persetujuan izin prinsip Bank


44

Indonesia NO.6/606/DPbs Jakarta tanggal 21 Mei 2004 serta Bank Indonesia

Cabang Surabaya No.6/353/DPBPR/IDBPR/Sb tanggal 22 Juni 2004.49

Berdasarkan akta pendirian PT Bank Perkreditan Rakyat Dana Merapi

nomor 64 tanggal 30 Juli 1992 dari notaris Yanita Poerbo, SH yang telah diubah

dengan akta perubahan yang terakhir nomor 4 tanggal 13 Agustus 1999 dari

notaris Ny. Rilia Devi Indrawati, SH., modal dasar Bank terdiri dari 500 lembar

saham dengan nilai nominal Rp. 500.000 per lembar saham. Modal tersebut telah

disetor penuh senilai Rp. 250.000.000,- dengan komposisi kepemilikan saham

(sebelum Akuisisi) adalah sebagai berikut :

Poeji Harixon 450 lembar saham @ Rp. 500.000,- = Rp. 225.000.000,-

Poeji Hartono 50 lembar saham @ Rp. 500.000,- = Rp. 25.000.000,-

Dengan disetujuinya akuisisi PT Bank Perkriditan Rakyat Dana Merapi

oleh Bank Indonesia dengan No.4/14/DPBPR/P3BPR/Sb tanggal 27 Mei 2002,

maka komposisi kepemilikan saham menjadi sebagai berikut:

Pemerintah Kabupaten Sumenep 490 lembar saham @ Rp. 500.000,- =

Rp. 245.000.000,-

Perseorangan 10 lembar saham @ Rp. 500.000,- = Rp. 5.000.000,-

Selanjutnya Penambahan Modal disetor dilakukan dari Rp. 250.000.000,-

menjadi Rp. 2.000.000.000,- oleh pemilik baru dan mendapat persetujuan dari

Bank Indonesia dengan N0.4/14/DPBPR/P3BPR/Sb tanggal 27-05-2002.

Peningkatan Modal serta Perubahan Nilai Nominal Saham tertuang dalam

Akte nomor 6 tanggal 7 Juli 2003 oleh Notaris Ny. Sukarini, SH, notaris di

sidoarjo dengan perubahan sebagai berikut:

49
Https://bhaktisumekar.co.id/2015-05-07-19-03-11/status-hukum-dan-riwayat. html diakses pada
tanggal 28 Desember 2019.
45

Modal dasar menjadi Rp. 60.000.000.000,- (enam puluh milyar rupiah)

dan modal setor menjadi Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyarrupiah) serta

perubahan nominal saham menjadi Rp. 5.000.000,- perlembar, dan mendapat

pengesahan Mentri Kehakiman RI dan HAM RI No. C-01.389 HT.01.04.TH.2004

tanggal 19-01-2004 tentang Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.

Berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Luar Biasa Para Pemegang

Saham Akta Notaris Karuniawan Surjanto, SH di Sidoarjo Nomor 9 tanggal 24

Februari 2004, pada tahun 2004 mengalami perubahan dengan modal dasar

menjadi sebesar Rp. 160.000.000.000,00 (seratus enam puluh milyar rupiah) yang

terbagi atas 32.000 (tiga puluh dua ribu) lembar saham dengan nilai nominal

sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) per lembar saham. Dari modal dasar

tersebut telah ditempatkan oleh masing-masing Persero adalah sebagai berikut:

Pemerintah Kabupaten Sumenep 8,000 lembar saham = Rp. 83.300.000.000,-

(99,99 % ). Perseorangan 1 lembar saham = Rp. 5.000.000,- (0,01 % ).50

Tabel 4.1
Komposisi Pemegang Saham

Nama Pemegang Lembar Jumlah Saham %


Saham Rp
Pemerintah 8,000 83.300.000.000,- 99,99
Kabupaten Sumenep
Perseorangan 1 5.000.000,- 0,01
Jumlah 8.001 83.305.000.000,- 100
Sumber: Data penelitian, Dokumen BPRS Bhakti Sumekar, 2019.

50
Tim Penyusun Laporan Keuangan. Laporan Keuangan (Sumenep: BPRS Bhakti Sumekar,
2019).
46

Tabel 4.2
Jaringan Kantor PT. BPRS Bhakti Sumekar

No Jaringan Alamat No. Telepon


Kantor
1. Kantor Pusat Jalan Trunojoyo no. 137, Telp
Sumenep. (0328) 672388
2. Kantor Jl. KH Agus Salim no. 4. Telp
Sumenep Sumenep (0324) 336193
(sebelah utara Mesjid Agung
Asy-Syuhada').
3. Kantor Cabang Jalan KH. Hasyim Asyari no. Telp
Ambunten. 32 Ambunten, Sumenep. (0328) 311955
4. Kantor Cabang Jalan Raya Pelabuhan, -
Dungkek Dungkek, Sumenep.
5. Kantor Cabang Jalan Raya Prenduan, Pragaan, Telp
Pragaan Sumenep. (0328) 821204
6. Kantor Cabang Jl. Raya Bluto no. 17. Telp
Bluto (Depan Kantor Kecamatan (0328) 415061
Bluto) Bluto, Sumenep.
7. Kantor Cabang Saba Jarin, Guluk-guluk, Telp.
Guluk-guluk Sumenep. (0328) 821

8. Kantor Cabang Jl. Raya Pelabuhan No.20 A. Telp.


Kalianget Kalianget, Sumenep. -
9. Kantor Cabang Jl. Raya Pasongsongan. Telp.
Pasongsongan, (Barat Pasar Pasongsongan) -
Sumenep.
10. Kantor Cabang Jl. Raya Tobalang, Waru. Telp
Waru (Depan Kantor Pos Waru) (0324) 511721
Sumenep.
11. Kantor Cabang Jl.Raya Bandaran. Desa Telp.
Bandaran Sumber Wangi, Bandaran, -
Sumenep.
47

No Kantor Alamat No. Telepon


Jaringan
12. Kantor Cabang Jl. Diponegoro Kampung Ra'as. Telp
Sapeken Sapeken, Sumenep. (0328) 511023
13. Kantor Cabang Jl. Kalimas no. 1A, Sumenep. Telp.
Lenteng (Selatan Pasar Lenteng) -
14. Kantor Cabang Jl. Raya Saronggi Ds. Tanah Telp.
Saronggi Merah. Saronggi, Sumenep. -
15. Kantor Cabang Jl. Arya Wiraraja No.45 Ds. Telp.
Batu Putih Batu Putih Laok. Kecamatan -
Batu Putih- Sumenep.
16. Kantor Cabang Jl. Arya Wiraraja No.45 Ds. Telp.
Rubaru Batu Putih Laok. Kecamatan -
Rubaru- Sumenep.
17. Kantor Cabang Jl. Raya Ganding. Kecamatan Telp.
Ganding Ganding - Sumenep. -
18. Kantor Cabang Jalan Raya Legung, Batang- Telp.
Legung batang - Sumenep. -
19. Kantor Cabang Jl. Datuk Kaidani, Desa Telp.
Masalembu Masalima. Kec. Masalembu, -
Sumenep.
20. Kantor Cabang Jl. Raya Dasuk, Desa Nyapar. Telp.
Dasuk Kec. Dasuk, Sumenep. -
21. Kantor Cabang Jl. Raya Gapura. Kec. Gapura, Telp.
Gapura Sumenep. -
22. Kantor Cabang Jl. Trunojoyo 123. Jember, Telp.
Jember 68131. Jawa Timur. -
23. Kantor Cabang Jalan Raya Manding. Ds. Telp.
Manding Manding Laok. Kec. Manding - -
Sumenep.
24. Kantor Cabang Kecamatan Gayam – Sepudi Telp.
Sepudi Sumenep. -
25. Kantor Cabang Aeng Anyar, Gili Genting Telp.
Gili Genting Sumenep. -
26. Kantor Cabang Jalan Raya Pelabuhan Kec. Telp.
Talango Talango. Sumenep. -
27. Kantor Cabang Brakas, Kec. Ra'as. Sumenep. Telp.
Ra'as -
28. Kantor Cabang Kecamatan Arjasa-Kangean, Telp.
Kangean Sumenep. -
29. Kantor Cabang Jl. Raya Sumenep - Sumenep, Telp.
Larangan Kec. Larangan. Sumenep. -
48

No Jaringan Alamat No. Telepone


Kantor
30. Kantor Kas Jalan Trunojoyo no.Telp262, Telp.
Pasar Anom Sumenep. -
(0328)
31. Kantor Kas Jalan Raya Gapura no. 6A. Telp.
Bangkal (Depan Pasar Bangkal) (0328) 673099
Sumber: Data Penelitian, Dokumen BPRS Bhakti Sumekar, 2019.

f. Struktur Organisasi BPRS Bhakti Sumekar

Gambar 4. 2
Struktur Organisasi BPRS Bhakti Sumekar
Sumber: Data Penelitian, Dokumen BPRS Bhakti Sumekar, 2019.

Struktur organisasi di PT. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep merupakan

aspek yang paling menentukan untuk perkembangan perusahaan yang

memperlihatkan kejelasan hubungan dan tugas-tugas bagian struktural. Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS) berada di puncak organisasi. Dewan Pengawas


49

Syariah (DPS) memiliki wewenang untuk memberikan nasihat dan saran syariah

khususnya yang berhubungan dengan produk-produk yang akan di keluarkan oleh

bank syariah tersebut. Dalam kegiatan operasioanal bank dikepalai oleh seorang

direksi yang di dampingi oleh kedua direksi lainnya. Dewan direksi membawahi

lima kepala bagian yaitu kepala bagian yaitu kepala bagian pembiayaan komersil

dan UKM, kepala bagian pembiayaan konsumtif dan dana, kepala bagian

operasional, kepala bagian umum dan kepala bagian cabang. Yaitu Novi

Sujatmiko, Hairil Fajar dan Cahya Wiratma. Dalam menjalankan tugasnya, direksi

dapat mengangkat pejabat eksekutif untuk lingkup kerja yang berada dibawah

kewenangannya. Manajemen Bank BPRS Bhakti Sumekar Sumenep adalah

sebagai berikut:

1) Pemilik: Pemerintah Kabupaten Sumenep

2) Dewan Komisaris

a) Komisaris Utama : Drs. Hadi Soetarto, M.Si

b) Anggota Komisaris : Drs. H. Moh. Saleh, M.Si

c) Anggota Komisaris : KH. M. Taufiq Rahman, FM

3) Dewan Pengawas Syari’ah

a) DR. KH. Ahmad Muhammad Tdjani, MA

b) Arina Haqan, SHI. M.EI

4) Direksi

a) Direktur Utama : Novi Sujatmiko, S.T

b) Direktur Bisnis : Hairil Fajar, S.E

c) Direktur Operasional : Cahya Wiratama, S.E51

51
Https://bhaktisumekar.co.id/2015-05-07-19-03-11/struktur-organisasi, html diakses tanggal 28
Desember 2019.
50

Tabel 4.3
Standart Operating Prosedur (SOP) Bagian / Defisi BPRS Bhakti Sumekar
Sumenep

FUNGSI TUGAS & TANGGUNG JAWAB

• Memimpin dan mengendalikan kantor


cabang
• Menjaga kualitas layanan prima
• Mempromosikan produk-produk
pembiayaan dan pendanaan
• Menghimpun dana dari masyarakat,
institusi dan lembaga-lembaga sosial
kemasyarakatan.
• Mengelola pembiayaan dengan plafond
>Rp. 25.000.000,- per nasabah:
KEPALA CABANG - Mencari nasabah pembiayaan
potensiil.Melakukan analisa
kelayakan permohonan
pembiayaan.

- Mengajukan persetujuan
permohonan pembiayaan kepada
komite pembiayaan.
- Bertanggung jawab atas
kelancaran pengembalian dana
yang telah disalurkan.
• Membantu AO dalam menjalankan
tugasnya.
• Mempromosikan produk-produk
pembiayaan dan pendanaan
• Menghimpun dana dari masyarakat,
institusi dan lembaga-lembaga sosial
kemasyarakatan.
• Mengelola pembiayaan dengan plafond
AAO <Rp. 25.000.000,- per nasabah:
- Mencari nasabah pembiayaan
potensiil.Melakukan analisa
kelayakan permohonan
pembiayaan.
- Mengajukan persetujuan
permohonan pembiayaan kepada
komite pembiayaan.
- Bertanggung jawab atas
kelancaran pengembalian dana
51

yang telah disalurkan.


- Melakukan pengawasan dan
pembinaan terhadap nasabah-
nasabah kelolaannya.
• Bertanggung jawab terhadap
penyelamatan dan penyelesaian
pembiayaan tergolong kurang lancar.
• Melakukan survei atas permohonan
pengajuan pembiayaan.
• Membuat laporan analisa dan
menyerahkannya kepada kepala cabang.
• Bertanggung jawab mengurusi
permohonan pembiayaan dibawah
nominal Rp. 25.000.000,-
• Mengatur dan bertanggung jawab atas
posisi dana/kas
• Memberikan pelayanan transaksi tunai
TELLER
(penyetoran dan pencairan)
• Bertanggung jawab kepada Kabag
Operasional
• Mengumpulkan informasi/data nasabah
pembiayaan, melalui:
- Akses SID dari laman Bank Indonesia
sehingga diperoleh informasi
kolektibilitas pembiayaan nasabah
- Verifikasi data nasabah pembiayaan
(PNS) dari laman BAKN dan/atau BKD
• Kegiatan Administrasi pembiayaan:
- Memeriksa dan meneliti
kelengkapan dokumen yang terkait
dengan pembiayaan, antara lain:
syarat-syarat permohonan
pembiayaan, dokumen agunan,dan
ADMIN /CS data-data lainnya
- Bertanggung jawab menyiapkan
dokumen perjanjian pembiayaan
dan assesorisnya
- Mencatat atas semua transaksi
pembiayaan dan/atau piutang
- Bertanggung jawab menyiapkan
berkas pembiayaan

- Menghitung, mencatat, memblokir


dan melakukan pembayaran atas
biaya-biaya administrasi, asuransi,
notaris dan biaya terkait lainnya.
- Menyiapkan pencairan pembiayaan
52

- Membuat tagihan/angsuran setiap


bulan
- Mengamati posisi pembiayaan
yang mengalami keterlambatan
pembayaran angsuran dan
melaporkan kepada account officer
yang bertanggung jawab atas
nasabah tersebut.
- Menata usahakan seluruh berkas
data pembiayaan
- Bertanggung jawab kepada Kabag
Operasional
• CS Tabungan dan Deposito
- Memberikan informasi produk
pendanaan dan syarat-syarat
pembukaan rekening tabungan
/deposito.
- Membantu nasabah dalam
pembukaan dan penutupan rekening
tabungan /deposito.
- Menyiapkan buku tabungan /bilyet
deposito
- Menata usahakan seluruh
berkas/data pembukaan rekening
tabungan /deposito.
- Melakukan proses bagi hasil
tabungan /deposito.
• Kegiatan Administrasi Gadai
- Menerima permohonan pembiayaan
dan melakukan kegiatan menilai
seluruh aspek terkait dengan suatu
permohonan pembiayaan dengan
jaminan emas guna memperoleh
gambaran kelayakan kondisi
nasabah.
- Memberikan rekomendasi yang
benar dan obyektif kepada komite
pembiayaan.
- Menata usahakan seluruh kegiatan
pemberian pembiayaan dengan
jaminan emas:

✓ Bertanggung jawab
menyiapkan dokumen
perjanjian pembiayaan dan
assesorisnya
✓ Mencatat semua transaksi
pembiayaan
53

✓ Membebankan biaya-biaya
terkait dengan persetujuan
pembiayaan.
✓ Bertanggung jawab atas
kelancaran pengembalian dana
yang telah disalurkan.
✓ Melakukan pengawasan dan
pembinaan terhadap nasabah-
nasabah kelolaannya
✓ Mengajukan lelang apabila
nasabah wan prestasi
• Melayani nasabah pembiayaan gadai
emas dengan melakukan transaksi emas
sesuai ketentuan yang berlaku dan
profesional.
• Memastikan keakuratan dan keaslian
barang hasil taksasi emas sesuai
PENAKSIR
ketentuan dan kewenangan yang
berlaku.
• Bertanggung jawab terhadap penetapan
kualitas agunan emas.
• Bertanggung jawab terhadap
penimbangan berat agunan emas.
• Melaksanakan tugas dan
pemeliharaan, kerapian dan keindahan
bank.
• Memelihara dan mengamankan
barang inventaris milik bank.
SECURITY
• Memelihara dan mengamankan
gedung milik bank dengan penuh
tanggung jawab dan disiplin tinggi.
• Menyambut nasabah yang datang ke
kantor.
Sumber: Data penelitian, Dokumen BPRS Bhakti Sumekar, 2019.

B. Paparan Data

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bhakti Sumekar mengambil

alih pengelolaan pasar anom baru Sumenep, Madura, Jawa Timur dari dinas

perindustrian dan perdagangan (DISPERINDAG) setempat..

Pasar anom baru sumenep diresmikan oleh bupati sumenep pada tanggal

31 oktober 2016. Pasar baru tersebut dibangun dengan konsep semi modern yang
54

terdiri dari dua lantai. Lantai pertama terdiri dari 218 toko dan lantai kedua

sebanyak 212 toko. Dimana ada 180 toko yang sudah ditempati atau sudah

sepakat dalam transaksi akad Ijarah Muntahiya Bittamlik. Pertokoan pasar anom

terdiri dari tiga bagian. Yaitu toko seharga Rp. 120.000.000, Stand seharga Rp.

90.000.000 dan Kios seharga Rp. 37.500.000 yang semuanya dicicil selama 15

tahun. Pembangunan ini diproyeksikan bagi pedagang pasar anom baru yang

terdampak kebakaran.

Akad yang digunakan oleh BPRS pada pertokoan pasar anom adalah akad

Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT). yaitu perjanjian sewa menyewa yang disertai

opsi pemindahan hak milik atas benda yang disewa, kepada penyewa, setelah

selesai masa sewa.52 Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Khairil Anwar

selaku marketing di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep.

“dulu kan mas tau sendiri mengenai kondisi pasar ini yang sering sekali
kebakaran. Dari situlah kami pihak BPRS ingin membantu para pelaku
usaha yang terdampar akibat kebakaran tersebut. Pertokoan pasar anom ini
modelnya semi modern mas dengan akad sewa beli. Kami memilih akad
sewa beli atau IMBT karena kami berharap para pelaku usaha kecil bisa
segera kembali memulai usahanya disini dengan tidak terlalu membebani
mereka dengan harga toko. Dengan akad inilah para pelaku usaha ini bisa
memiliki toko dengan harga yang terjangkau. Jadi tidak nyewa terus
menerus seperti kebanyakan pertokoan lainnya”53

Bapak diki selaku marketing juga menambahkan tentang jangka waktu hak

pakai pertokoan di pasar anom

“memang akadnya adalah IMBT tapi yang nasabah miliki hanya tokonya
saja bukan beserta tanahnya. Jadi jangka waktu akad ini selama 15 tahun
setelah itu urusan nasabah bukan sama pihak BPRS lagi. Melainkan
dengan yang punya tanah yaitu pemerintah daerah atau PEMDA” 54

52
Wangsa Widjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta, Kompas Gramedia Building : 2012), hlm
270
53
Khairil Anwar, Marketing, wawancara langsung (05 juni 2020)
54
Diki, marketing, wawancara langsung (05 juni 2020)
55

1. Prosedur pemberian pembiayaan Pertokoan BPRS Bhakti Sumekar

Sumenep

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti dapatkan dilapangan langkah

awal yang dilakukan BPRS Bhakti Sumekar Sumenep ketika nasabah mengajukan

pembiayaan

“pertama itu mas, nasabah datang mengajukan permohonan pembiayaan,


kemudian nasabah diminta melengkapi sertifikat yang diperlukan
contohnya KTP suami istri, kartu keluarga, surat nikah bagi yang sudah
berkeluarga. Setelah itu, kita melakukan register (pemetaan) setelah
register diinput dalam sistem baru berkas tersebut diserahkan ke marketing
untuk dianalisis apakah layak atau tidak memperoleh pembiayaan disini.
Kalau tidak ada kendala maka proses itu berlanjut untuk dilakukan komite
atau persetujuan dari pimpinan dan biasanya nanti ada pengkoreksian,
banyak hal yang harus dikoreksi setelah pimpinan ACC baru berkas
pengajuan tersebut bias dicairkan, kurang lebihnya seperti itu mas”.55

2. Factor-faktor yang Mengakibatkan Wanprestasi Terjadi

Wanprestasi (default atau non fulfiment atau breach of contract) adalah

tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang

dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan

dalam kontrak yang bersangkutan. Sebagaimana bapak Khairil Akbar

menjelaskan bahwasanya wanprestasi ini terjadi jika pendapatan usaha dari

nasabah menurun.

Dari kusioner yang peneliti bagikan lewat pihak BPRS dikarenakan SOP

dari instansi sendiri tidak memberikan izin mengenai wawancara langsung

terhadap debitur. Salah satu alasannya adalah karena pandemi dan yang kedua

Identitas nasabah yang di rahasiakan. Maka nama responden hanya boleh ditulis

nama panggilan dan juga nama toko tidak bisa disebutkan.

55
Hadi, kepala divisi asset, persediaan,& pembiayaan,wawancara langsung (04
juni 2020)
56

“Penghasilan saya sehari-hari tidak nentu mas, soalnya dari segi tempat

saya agak masuk kedalam jadi orang-orang lebih memilih belanja di area

luar gedung pertokoan ini ”56

Dari pernyataan Ibu Ila selaku Nasabah pertokoan pasar anom di BPRS maka

peneliti langsung memberitahukan kepada pihak BPRS dan ditanggapi oleh Bapak

Khairul Anwar selaku divisi Marketing.

“ada sekitar enam orang yang melakukan wanprestasi disini mas. Dan 2
orang yang mengembalikan toko karena sudah tidak sanggup untuk
melanjutkan dikarenakan ketidak sanggupan untuk membayar. Dari semua
kasus yang saya amati tentu salah satu faktornya adalah sepi pembeli. Dan
juga karena toko ini sangat banyak, ada 430 toko dalam satu gedung, maka
kestrategisan tempat juga sangat berpengaruh”57

Namun sebagaimana yang peneliti tulis sebelumnya, wanprestasi bisa


disebabkan oleh kedua belah pihak baik nasabah maupun lembaga. Wanprestasi
yang disebabkan oleh lembaga bisa saja terjadi jika lembaga yang
dimaksud.misalkan mematok harga yang tergolong mahal sehingga menyulitkan
nasabah dalam membayar. Menyikapi hal ini Bpk Novi Sujatmiko selaku direktur
utama BPRS Bhakti Sumekar menegaskan,

“waktu itu kami menyesuaikan dengan kemampuan para pedagang mas,


jadi pendekatan kami sesuai dengan kemampuan mereka, yang sekiranya
tidak membebani mereka. Pedagang itu bayar secara mencicil selama 15
tahun dengan bunga yang sangat kecil dan dengan harga yang sangat
terjangkau” 58

Hal ini dibenarkan oleh salah satu nasabah dengan nama Anwar.

“ kita cukup terbantu lah dengan hadirnya BPRS ini. Harga toko yang
semula Rp. 160.000.000 dapat potongan 25% sehingga menjadi Rp. 120.000.000,
kita cicil selama 15 tahun, perbulan kita bayar sekitar Rp. 900.000”59

56
Ila, Nasabah Pertokoan Pasar Anom di BBPRS (4 juni 2020)
57
ibid
58
Novi Sujatmiko, direktur utama BPRS Bhakti Sumekar (7 juni 2020)
59
Anwar, Nasabah Pertokoan Pasar Anom BPRS Bhakti Sumekar (7 juni 2020)
57

Adapun penjelasan dari Bapak Hadi selaku kepala divisi asset dan

pembiayaan menjelaskan bahwa produk dan strategi pemasaran yang tidak

berkembang.

“kalo orang yang jualan disini mas rata-rata kan hanya orang pedagang
tanpa strategi. Jadi teknik pemasaran dan produknya ya itu-itu aja tanpa
melihat kompetitornya.”60

Kemudia dilanjutkan dengan pernyataan Bapak Maulidi Wira Kusuma selaku


divisi marketing di BPRS Bhakti Sumekar
“kalo masalah tempat mungkin memang sedikit banyak berpengaruh
mas,karena logikanya kalo semua orang disini jualan barang pecah
(perabot rumsh tangga ) semua, maka yang jelas yang lebih terjangkau
akan dikunjungi duluan. Nah jadi kalo saya jadi pedagang, saya akan
menghindari barang dagangan itu dan memilih menjual barang lainnya
atau paling tidak saya akan mainkan harga supaya pelanggan lebih
btertarik”61

Dari hasil wawancara di atas peneliti bisa menyimpulkan bahwa memang

pada kenyataannya wanprestasi itu terjadi karena ketidak mampuan nasabah

dalam melakukan pembayaran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah

satunya yaitu kestrategisan tempat usaha di gedung Pertokoan Pasar Anom

dengan barang dagangan yang relatif sama.

Dari kusioner yang peneliti bagikan lewat pihak BPRS dikarenakan SOP

dari instansi sendiri tidak memberikan izin mengenai wawancara langsung

terhadap debitur. Salah satu alasannya adalah karena pandemi dan yang kedua

Identitas nasabah yang di rahasiakan. Maka nama responden hanya boleh ditulis

nama panggilan dan juga nama toko tidak bisa disebutkan.

Dari sejumlah kusioner yang peneliti ajukan, peneliti bisa menangkap

faktor-faktor apa saja yang kemungkinan bisa menyebabkan pembayaran kurang

60
Hadi, kepala divisi asset, marketing dan pembiayaan (4 juni 2020)
61
Maulidi Wira Kusuma selaku divisi marketing (9 juni 2020)
58

lancar sehingga nantinya akan berpotensi mengakibatkan wanprestasi.

Diantaranya adalah kestrategisan tempat.

a. Kestrategisan Tempat

Ada sebanyak 430 unit toko di dalam kompleks pertokoan pasar anom

BPRS Bhakti Sumekar Sumenep, 212 unit dilantai bawah dan 218 dilantai atas

dimana rata-rata adalah pedagang perabot rumah tangga. Dengan banyaknya unit

di dalam kompleks pertokoan tersebut membuat sebagian pelaku usaha kecil

sedikit kurang dijangkau oleh para konsumen.

3. Upaya Menghindari Pembiayaan Bermasalah


langkah-langkah awal yang dilakukan BPRS Bhakti Sumekar Sumenep

dalam meminimalisir risiko ketika nasabah mengajukan pembiayaan yaitu dengan

mengidentifikasi nasabah menggunakan prinsip 5C meliputi: character, capacity,

capital, collateral, condition of economy.

a. Character (Watak)
Menggambarkan watak dan keperibadian calon nasabah. Bank perlu

melakukan analisis terhadap karakter calon nasabah dengan tujuan untuk

mengetahui bahwa calon nasabah mempunyai keinginan untuk memenuhi

kewajiban membayar kembali pembiayaan yang telah diterima hingga lunas

Sebagaimana yang dijelaskan oleh bapak Dovan AO :

“dalam menerima nasabah baru disini tidak serta merta langsung


menerima mas, kami sebagai account officer yang bertugas menganalisis
nasabah harus mempertimbangkan dulu apakah nasabah ini layak atau
tidak memperoleh pembiayaan, terutama aspek character atau watak dalam
hal ini saya sebagai account officer menganalisa data calon nasabah
menggunakan data nasabah yang diperoleh dari SLIK (sistem informasi
layanan keuangan) sehingga kejujuran dari calon nasabah akan dilihat dari
59

kesesuaian jawaban yang diberikan dengan data yang ada di SLIK,


sedangkan bagi yang sudah berkeluarga itu mas harus dihadiri oleh suami
istri yang mengajukan pembiayaan hal ini untuk menghindari character
yang tidak baik dari salah satu pihak”.62

b. Capacity
Analisis terhadap capacity ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan

keuangan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu

pembiayaan. Bank perlu mengetahui dengan pasti kemampuan keuangan calon

nasabah dalam memenuhi kewajibannya setelah bank syariah memberikan

pembiayaan.

“dalam hal melihat capacity pihak BPRS ini mas mensurvei langsung
ketempat usaha calon nasabah dan membuatkan laporan keuangan dari
usaha yang dimiliki calon nasabah dalam mengelola dan menghasilkan
laba dari usaha yang dimilikinya, dan untuk nasabah yang menjadi PNS
kami memeriksa slip gaji nya”63

c. Capital
Modal merupakan jumlah yang dimiliki oleh calon nasabah atau jumlah

dana yang akan disertakan dalam proyek yang dibiayai. Semakin besar modal

yang dimiliki dan disertakan oleh calon nasabah dalam objek pembiayaan akan

semakin meyakinkan bagi bank akan keseriusan calon nasabah dalam mengajukan

pembiayaan dan pembayaran kembali.

“untuk analisis capital kami pihak BPRS Bhakti Sumekar Sumenep dalam
melihat aspek ini adalah dengan melihat rumah calon debitur itu sendiri
apakah kepemilikan rumah tersebut jelas dan benar rumahnya sendiri atau
hanya rumah sewa yang ditinggalinya sementara begitupun dengan aset-
aset lain yang dimilikinya.”.64

62
Dovan, AO, wawancara langsung (11 jini 2019)
63
ibid
64
Khairi Anwar, marketing, wawancara langsung (5 juni 2020)
60

d. Collateral
Merupakan agunan yang diberikan oleh calon nasabah atas pembiayaan

yang diajukan.Agunan merupakan sumber pembayaran kedua. Dalam hal ini

nasabah tidak dapat membayar angsuran, maka bank syariah dapat melakukan

penjualan terhadap agunan.

“untuk kasus pertokoan pasar anom yang penting data nasabah lengkap
dan ia benar-benar memiliki usaha, sedangkan untuk agunannya sendiri
adalah asset tokonya.”.65

e. Condition of economy
Merupakan analisis terhadap kondisi perekonomian. Bank perlu

mempertimbangkan sektor usaha calon nasabah dikaitkan dengan kondisi

ekonomi. Bank perlu melakukan analisis dampak kondisi ekonomi terhadap usaha

calon nasabah dimasa yang akan datang, untuk mengetahui pengaruh kondisi

ekonomi terhadap usaha calon nasabah.

“untuk aspek kondisi ekonomi ini kami tidak begitu memperhatikan mas,
kami hanya menekankan pada character (watak), capacity (kemampuan
calon nasabah), capital (modal) dan collateral (jaminan), karena menurut
kami yang paling penting diterapkan yang empat itu mas”. 66

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa PT. BPRS Bhakti

Sumekar Sumenep sudah menerapkan prinsip 5C untuk meminimalisir risiko yang

akan terjadi, akan tetapi untuk sector usaha terhadap kondisi ekonomi BPRS tidak

begitu memperhatikan

BPRS hanya menekankan pada character (watak), capacity, capital dan

collateral karena menurut BPRS Bhakti Sumekar Sumenep yang paling penting

diterapkan hanya 4 aspek itu dalam mengukur kelayakan nasabah.

65
ibid
66
ibid
61

4. Cara BPRS Bhakti Sumekar Sumenep dalam menyelesaikan wanprestasi

pada pembiayaan pertokoan pasar anom

Adapun jika dalam sebuah transaksi tetap terjadi pembiayaan bermasalah

yang disebabkan oleh wanprestasi maka pihak perbankan harus melakukan

penyelamatan pembiayaan (restrukturisasi pembiayaan) yaitu suatu upaya dan

langkah-langkah yang dilakukan bank dalam mengatasi pembiayaan bermasalah.

Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka

membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui

penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning), dan

penataan kembali (restructuring). Bapak Hadi selaku kepala divi asset,persediaan

dan pembiayaan menjelaskan bahwasanya restruturisasi yang BPRS lakukan

adalah pendekatan Persyaratan kembali (reconditioning)

Restrukturisasi dilakukan dengan menetapkan kembali syarat-syarat

pembiayaan, antara lain jumlah angsuran, jangka waktu, jadwal pembayaran dan

pemberian potongan ujrah.

“Ada sebanyak 6 orang nasabah yang sudah benar-benar melakukan


wanprestasi mas di toko ini. Dan biasanya untuk jangka waktu 2 bulan
kami hanya memberikan peringatan atau sebatas himbauan kepada
nasabah, baru setelah nunggak bayar sampai 4-6 bulan kami melakukan
pemanggilan terhadap nasabah untuk dirundingkan bersama mengenai
permasalahan apa saja yang membuat si nasabah tidak lancar dalam
membayar. Kami melakukan upaya penataan kembali untuk meringankan
beban nasabah selama 3 bulan, jikapun dalam waktu yang sudah kami
tentukan tidak ada perubahan maka kami terpaksa mengeluarkan surat
peringatan. Ketika sudah Sampai waktu 6-12 bulan maka nasabah kami
golongkan menjadi pelaku wanprestasi dan terpaksa asset toko kami lelang
”67

67
Khairil Anwar, marketing, waancara langsung (05 juni 2020)
62

C. Temuan Penelitian

Data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi menghasilkan beberapa temuan-temuan, hasil temuan yang didapat

dilaporkan dalam penelitian ini yaitu :

1. Upaya Menghindari Pembiayaan Bermasalah

Hasil temuan dalam menghindari pembiayaan bermasalah di BPRS Bhakti

Sumekar Sumenep yaitu :

a. Dalam memberikan pembiayan pertokoan pasar anom, BPRS Bhakti Sumekar

sumenep menggunakan prinsip 5 C untuk menganalisis nasabah layak atau

tidak.

b. BPRS hanya menekankan pada character (watak), capacity, capital,dan

collateral dalam mengukur kelayakan nasabah sebagai penerima pembiayaan.

c. BPRS Bhakti Sumekar menarik angsuran setiap hari dalam bentuk tabungan

d. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep mengambil asset toko sebagai agunannya

2. Faktor-faktor yang Membuat Wanprestasi Terjadi

Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa nasabah dan pihak BPRS

Bhakti Sumekar, peneliti menemukan permasalahan yang menyebabkan

wanprestasi itu terjadi yaitu ketidak mampuan nasabah dalam membayar

angsuran disebabkan oleh sepi pembeli akibat tempat toko yang kurang

strategis dan barang dagangan yang relatif sama

3. Cara BPRS Bhakti Sumekar Sumenep dalam menyelesaikan wanprestasi

pada pembiayaan pertokoan pasar anom

a. Melakukan restrukturisasi untuk menghindari nasabah gagal bayar


63

b. Reconditioning menjadi pilihan untuk membantu nasabah dalam melanjutkan

usahanya

c. Jika nasabah tetap melakukan wanprestasi selama jangka waktu 6-12 bulan

maka terpaksa asset toko sebagai jaminannya.

D. Pembahasan

Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada

pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk

pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana

kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana

dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Penerima

pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga penerima

pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah

diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam akad

pembiayaan.68 Fungsi utama dari perbankan adalah menghimpun dana dan

menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan serta melayani

jasa. Terkait apapun itu fungsi bank, sejatinya seluruh komponen aktifitas

perbankan tersebut mengandung risiko tak terkecuali pembiayaan. Hasil dari

penelitian yang dilakukan penulis di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep

menunjukkan bahwa seluruh risiko-risiko dalam perbankan saling terkait, mereka

akan terkait satu sama lain. Terkhusus risiko pembiayaan, pihak bank berusaha

meminimalisir risiko-risiko dengan menerapkan manajemen risiko pembiayaan.

Manajemen risiko pembiayaan diterapkan bukan hanya untuk memagari risiko-

risiko pembiayaan bermasalah, akan tetapi juga dilakukan untuk memagari

68
64

perilaku karyawan dari penyelewengan, melindungi konsumen dan juga pihak

bank sendiri. Dari paparan data dan temuan penelitian, selanjutnya dilakukan

pembahasan mengenai analisis faktor-faktor penyebab terjadinya wanprestasi,

cara menyelesaikan pembiayaan bermasalah (restrukturisasi) yang diterapkan

BPRS Bhakti Sumekar Sumenep dan upaya BPRS Bhakti Sumekar Sumenep

dalam mencegah terjadinya wanprestasi dengan melakukan manajemen risiko.

1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Debitur Melakukan Wanprestasi

Hampir setiap bank mengalami kredit macet alias nasabah tidak mampu

lagi untuk melunasi kreditnya akibat wanprestasi yang dilakukan oleh debitur.

Istilah lain dari wanprestasi adalah cidera janji atau ingkar janji. Secara umum

wasprestasi berarti tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam

perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang

timbul karena undang-undang. Menurut Subekti wanprestasi adalah kelalaian atau

kealpaan yang dapat berupa 4 macam yaitu:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

b. Melaksanakan apa yang telah diperjanjikannya tetapi tidak sebagaimana apa

yang diperjanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan.

c. Melakukan apa yang diperjanjikan tapi terlambat.

d. Melakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak dapat dilakukan.

Sehingga secara umum pemahaman wanprestasi adalah orang dikatakan

melakukan wanpretasi bilamana tidak memberikan prestasi sama sekali, terlambat

memberikan prestasi, melakukan prestasi namun tidak menurut ketentuan yang

telah ditetapkan oleh perjanjian. Pemahaman yang serupa terkait dengan


65

wanprestasi suatu kondisi tidak dilaksanakannya suatu prestasi atau kewajiban

sebagaimana mestinya yang telah disepakati bersama dinyatakan dalam kontrak.

Setiap perjanjian prestasi merupakan suatu yang wajib dipenuhi oleh

dibitor dalam setiap perjanjian. Prestasi merupakan isi dari suatu perjanjian,

apabila debitor tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditentukan dalam

perjanjian maka dikatakan wanprestasi.69

Namun sebagaimana digariskan, bahwa perbankan berdasarkan prinsip

syariah harus menjalankan kegiatannya berdasarkan Hukum Islam. Dengan

demikian, menurut hubungan yang terjadi antara pihak bank dan nasabah, harus

didasarkan pada Syariat Islam. Pola hubungan yang didasarkan pada keinginan

urtuk menegakkan system syariah tersebut diyakini sebagai pola hubungan yang

kokoh antara pihak bank dan nasabah. Jika terjadi perselisihan pendapat, baik

dalam penafsiran maupun pelaksanaan isi perjanjian kedua belah pihak akan

berusaha menyelesaikan secara musyawarah menurut ajaran islam. Cara

penyelesaian kredit bermasalah dilakukan melalui analisa pengamatan dan

perhitungan terhadap kondisi dari nasabah dan mengambil kesimpulan cara

penyelesaian yang paling tepat yaitu bisa dilakukan melalui musyawarah,

walaupun tidak menutup kemungkinan apabila musyawarah tidak tercapai dan

untuk menutup kerugian pihak bank, pihak bank dapat melakukan penyelesaian

melalui jaminan yang diberikan. Penyebab terjadinya wanprestasi dibagi menjadi

dua factor yaitu :

a. Dari Pihak Perbankan

69
Eko Rial Nugroho, Penyusunan Kontrak,(Yogyakarta, Suluh Media : 2018), hlm.55-57
66

Dalam hal ini pihak analisis kredit kurang teliti baik dalam mengecek

kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam melakukan perhitungan-

perhitungan dengan rasio-rasio yang ada. Akibatnya, apa yang seharusnya

terjadi,tidak diprediksi sebelumnya. Kemacetan suatu kredit dapat pula terjadi

akibat kolusi dari pihak analisis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam

analisisnya dilakukans secara tidak objektif. Dengan hasil temuan data yang

peneliti dapatkan bahwasanya BPRS sudah menerapkan yang namanaya

manajemen risiko terhadap pembiayaan pertokoan pasar anom. Akan tetapi pihak

BPRS hanya menekankan pada beberapa prinsip saja sehingga mengabaikan

terhadap prospek usaha terhadap kondisi perekonomian yang akan dating. Dan

juga tidak ada pengklasifikasian toko yang jelas sehingga bisa membingungkan

para pengunjung dalam mencari barang yang mereka inginkan.

b. Dari Pihak Nasabah

Kemacetan kredit yang disebabkan oleh nasabah disebabkan 2 hal berikut:

1) Adanya unsur kesengajaan. Artinya nasabah sengaja tidak mau membayar

kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan dengan sendiri

macet.

2) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya, nasabah artinya nasabah memiliki

kemauan untuk membayar tetapi tidak mampu dikarenakan usaha yang

dibiayai terkena musibah misalnya kebanjiran atau kebakaran.70

Dari beberapa kusioner yang peneliti ajukan sampai saat ini tidak ada

unsur kesengajaan dalam menunggak sebuah angsuran. Hanya sajaa kondisi

70
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada : 2012) hlm.120
67

perekonomian usaha yang tidak memungkinkan nasabah untuk menepati

perjanjian yang sudah disepakati.

2. Cara BPRS Bhakti Sumekar Sumenep dalam Menyelesaikan Wanprestasi

Pada Pembiayaan Pertokoan Pasar Anom

Adapun jika dalam sebuah transaksi tetap terjadi pembiayaan bermasalah

yang disebabkan oleh wanprestasi maka pihak perbankan harus melakukan

penyelamatan pembiayaan (restrukturisasi pembiayaan) yaitu suatu upaya dan

langkah-langkah yang dilakukan bank dalam mengatasi pembiayaan bermasalah.

Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka

membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui

penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning), dan

penataan kembali (restructuring). Bank Umum Syariah (BUS) dan UUS dapat

melakukan restrukturisasi pembiayaan terhadap nasabah yang mengalami

penurunan kemampuan pembayaran dan masih memiliki prospek usaha yang baik

serta mampu memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi. Pembiayaan dalam

bentuk ijarah dan ijarah muntahiyyah bittamlik dapat dilakukan restrukturisasi

dengan cara:

a. Penjadwalan Kembali (Rescheduling)

Restrukturisasi dilakukan dengan memperpanjang jangka waktu jatuh

tempo pembiayaan, dan BUS atau UUS dapat menetapkan kembali besarnya ujrah

yang harus dibayar nasabah dengan kondisi sebagai berikut:

1) Aktiva ijarah dimiliki oleh BUS atau UUS Jangka waktu perpanjangan paling

lama sampai dengan umur ekonomis aktiva ijarah.


68

2) Aktiva ijarah bukan milik BUS atau UUS Jangka waktu perpanjangan paling

lama sampai dengan berakhirnya hak penggunaan aktiva ijarah.

b. Persyaratan Kembali (Reconditioning)

Restrukturisasi dilakukan dengan menetapkan kembali syarat-syarat

pembiayaan, antara lain jumlah angsuran, jangka waktu, jadwal pembayaran dan

pemberian potongan ujrah.

c. Penataan Kembali (Restructuring)

Restrukturisasi dilakukan dengan melakukan konversi akad ijarah atau

akad ijarah muntahiyyah bittamlik menjadi mudharabah atau musharakah.71

Sejauh ini menurut wawancara yang dilakukan peneliti bersama Bapak

Khairil Anwar restrukturisasi yang dilakukan BPRS adalah persyaratan kembali

(reconditioning). Yaitu dengan meringankan angsuran selama 3 bulan.

3. Upaya BPRS Bhakti Sumekar Sumenep Dalam Mencegah Terjadinya

Wanprestasi Dengan Melakukan Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang

bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai

permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatanmanajemen

secara komprehensif dan sistematis.72 Tujuan yang hendak dicapai dengan

manajemen risiko adalah dalam mengelola perusahaan supaya mencegah

perusahaandarikegagalan,mengurangi pengeluaran, menaikkan keuntungan

71
Wangsa Widjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta, Kompas Gramedia Building : 2012),
72
Irham Fahmi, manajemen risiko, (Bandung: Alfabeta, 2016)., hlm. 2-3.
69

perusahaan, menekan biaya produksi, dan sebagainya. Adapaun sasaran utama

yang hendak dicapai oleh manajemen risiko terdiri dari:

a. Untuk kelangsungan hidup perusahaan (survival).

b. Ketenangan dalam berpikir.

c. Memperkecil biaya (least cost).

d. Menstabilisasi pendapatan perusahaan.

e. Memperkecil atau meniadakan gangguan dalam berproduksi.

f. Mengembangkan pertumbuhan perusahaan.

g. Mempunyai tanggung jawab sosial terhadap karyawan

Dengan diterapkannya manajemen risiko di suatu perusahaan ada beberapa

manfaat yang akan diperoleh, yaitu:

a. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap

keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent) dan

selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.

b. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh pengaruh

yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang.

c. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu

menghindari risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian

khususnya kerugian dari segi financial.

d. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum.

e. Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk manajemen concept) yang

dirancang secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah dan

mekanisme secara suistainable (berkelanjutan)73.

73
Irham Fahmi, manajemen risiko, (Bandung: Alfabeta, 2016)., hlm., 3
70

Dalam memberikan pembiayaan pertokoan pasar anom BPRS Bhakti

sumekar sendiri menerapkan analisis prinsip 5C yaitu character, capacity, capital,

collateral, condition of economy. Namun dalam penerapannya pihak BPRS hanya

menekankan pada prinsip character, capacity, capital dan collateral.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, observasi, dan

dokumentasi tentang penyelesaian wanprestasi pada akad Ijarah Muntahiya

Bittamlik Sebagaimana telah diuraikan diatas, hasil penelitian ini biasa

disimpulkan sebagai berikut:

1. Manajemen risiko pembiayaan dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:

Identifikasi dan pengukuran risiko dilaksanakan dengan mengidentifikasi

karakter personal dan karakter bisnis calon nasabah, menilai kapasitas

nasabah melalui laporan keuangan, menilai modal untuk mengukur keyakinan

nasabah, dan perlakuan collateral untuk menghindari penyalahgunaan

pembiayaan.

2. Faktor-faktor yang menghambat pendapatan usaha nasabah sehingga tidak

lancar dalam membayar antara lain adalah :

a. Kestrategisan tempat usaha di gedung Pertokoan Pasar Anom

b. Barang dagangan yang relatif sama

3. Cara BPRS menyelesaikan wanprestasi adalah melakukan restrukturisasi

dengan pendekatan reconditioning (persyaratan kembali) yaitu dengan

meringankan beban angsuran selama 3 bulan. Jika nasabah tetap tidak mampu

membayar dan angsurannya tidak mengcover harga sewa tokonya selama ia

tempati maka asset dari toko tersebut akan dilelang sesuai dengan jumlah

tunggakan uang sewa.

71
72

B. Saran

Berdasarkan temuan dan kesimpulan penelitian, peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Lembaga

Mengingat begitu vitalnya dana pembiayaan, maka diperlukan

implementasi manajemen risiko pembiayaan dengan begitu hati-hati guna

menghindari pembiayaan bermasalah. Bank harus tetap mengaplikasikan prosedur

manajemen risiko dengan seksama dengan terus berpegang teguh pada regulasi

OJK dan PBI. Bank juga harus terus mengevaluasi proses manajemen risiko

pembiayaan agar pembaruan segera dilakukan jika ada proses yang kiranya belum

maksimal diterapkan di lapangan. Bank perlu melakukan analisis dampak kondisi

ekonomi terhadap usaha calon nasabah dimasa yang akan dating. Misalkan

dengan menggunakan sebuah analisis SWOT terhadap sektor usaha nabah agar

nasabah mempunyai pandangan yang luas terhadap usahanya dan bisa

mengevaluasi apa saja yang perlu diperbaiki kedepannya. Karena dunia marketing

semakin berkembang maka diperlukannya dorongan terhdap nasabah supaya juga

memasarkan produknya lewat website ecommerce yang ada seperti saat ini.

Karena menurut buku yang berjudul Perilaku Konsumen Di Era Internet tentu

sudah mengalami perubahan kecenderungan, yaitu konsumen sudah lebih suka

berbelanja secara online karena tidak terhalang ruang dan waktu serta dinilai lebih

mudah dan praktis. Dari beberapa faktor penyebab wanprestasi terjadi adalah

kestrategisan tempat. Maka dari itu pihak BPRS perlu mengklasifikasikan toko
73

menurut sector usaha nasabah agar pengunjung tidak kebingungan dalam mencari

barang yang ia butuhkan sehingga semua toko bisa setara keberadaannya.

2. Bagi Peneliti

Berdasarkan batasan penelitian mengenai penyelesaian wanprestasi

pertokoan pasar anom pada akad ijarah muntahiya bittamlik, maka disarankan

bagi peneliti selanjutnya untuk mengulas lebih mendalam lagi agar nantinya

benar-benar menjadi manfaat bagi lembaga dan masyarakat luas.


74

DAFTAR RUJUKAN

Abdu, Rahma, “impementasi manajemen risiko pembiayaan mudharabah pada


Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Sidrap” Skripsi, Parepare: IAIN
Parepare, 2019.

Afifuddin, Beni Ahmad Saebani, metodologi penelitian kualitatif,Bandung: CV.


Pustaka Setia, 2012
.
Buna’i, penelitian kualitatif, Sumenep: Perpustakaan STAIN Sumenep Press,
2008.

Chong, M. Djunaidi, Fauzan Almansur, metodologi penelitian kualitatif,

Dewi, Roshila, “analisis penerapan manajemen risiko pembiayaan studi

Fahmi, Irham, manajemen kinerja. Bandung: Alfabeta, 2015.

Fasa, Muhammad Iqbal , “manajemen risiko perbankan syariah di

Ibrahim, Johannes. cross deffault & cross collateral. Bandung : PT rafika aditama.
2004

Imam, Gunawan, metodologi penelitian kualitatif –teori dan praktik, Indonesia”1


(2016).

Indraswari, Soca daru. Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Musharakah


di BPRS Bhakti Haji Malang. jurnal diakses pada 5 februari 2020

Kasiram, metodologi penelitian kualitatif, Malang: UIN Maliki Press,2010.

Komalasari, Desi, “implementasi manajemen risiko pembiayaan

Maknuun, Lu’ Lu’ il, “manajemen risiko likuiditas di BMT Al-Izzah

Moleong, Lexy J, metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Remaja

Munthaler, Osmad. Akuntansi Perbankan Syariah. Yogyakarta : Graha ilmu. 2012

murabahah dalam upaya meminimalisisr NPF (non performing financing)pada


divisi mikro Bank Muamalat Indonesia Cabang Cirebon” Skripsi,
Cirebon: IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2016.

Nugroho, Eko Rial, Penyusunan Kontrak,Yogyakarta : Suluh Media, 2018

Nugroho, Eko Rial. Penyusunan Kontrak. Yokyakarta : Suluh Media. 2018


75

Observasi dilakukan pada 15 oktober 2019 dI kantor koperasi kompleks pertokoan


pasar anom

pada BMT Al-Hasanah Cabang Jati Mulyo Lampung Selatan” skripsi, Lampung:
IAIN Raden Intan Lampung, 2017.

Prastowo, Andi, metodologi penelitian kualitatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,


2014.

Rahmawati,dkk. Bisnis Usaha Kecil Menengah. Yogyakarta : Ekuilibria. 2016

Ranti, Fitri Ayu. tentang penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian kredit di


bank bri kcp jombang kota, jurnal diakses pada 1 januari-juni 2019

Rijanto, Raden. Aspek Hukum Dalam Ekonomi. Sukabumi : Al Fath Zumar. 2014

Salim, Abbas, asuransi & manajemen risiko, Jakarta: Raja Grafindo

Sinaga, Ivo Shella Andaresta, Penerapan akad ijarah muntahiyah bittamlik pada
produk kpr di Pt Bank Brisyariah tbk kc Medan s.parman, Pada tahun
2019

Sugiono, metode penelitian bisnis, Bandung: Alfabeta, 2012.

Sugiono, metodologi penelitian kualitatif R&D, Jakarta: Alfabeta, 2011.

Sugiyono, memahami penelitian kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2016.

Susilo, Edi, Abdul Hakim, “manajemen risiko pembiayaan di Baitul maal

Susilo, Satria Agus, Dina Fitrisia Septiarini, “manajemen risiko likuiditas di BMT
ABC Jawa Timur” 2 (2015)

Usman, Rachmadi. Produk dan akad penyaluran danasyariah. PT Citra Aditya


Bakti. 2009

wa tamwil dan bank pembiayaan rakyat syariah: sebuah studi perbandingan” 2


(2012)
Widjaja, Wangsa.Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta : Kompas Gramedia
Building. 2012

Zulkifli, Sunarto ,Panduan Praktis Perbankan Syariah, Jakarta : Penerbit Zikrul


Hakim. 2007
76

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Achmad Kawamil

Nim : 20160703020006

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi : Perbankan Syariah

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar

merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pemikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya

sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini

merupakan hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuataan

yang dituduhkan kepada saya.

Sumenep, 8 Juni 2020


Yang membuat pernyataan

Achmad Kawamil
NIM. 20160703020006
77

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1
Pedoman Wawancara Bagi Pihak Bank

1. Bagaimana skema akad IMBT Pertokoan Pasar Anom di BPRS Bhakti


Sumekar Sumenep ?
2. Berapa jumlah total toko, stand an kios di Pertokoan Pasar Anom di BPRS
Bhakti Sumekar Sumenep ?
3. Berapa jumlah toko yang sudah dihuni oleh nasabah ?
4. Berapa harga toko,stand, dan kios di Pertokoan Pasar Anom di BPRS Bhakti
Sumekar Sumenep ?
5. Bagaimana cara menilai kelayakan nasabah pada akad IMBT Pertokoan Pasar
Anom di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep ?
6. Apakah pernah terjadi wanprestasi Pertokoan Pasar Anom di BPRS Bhakti
Sumekar Sumenep ?
7. Bagaimana cara menyelesaikan wanprestasi Pertokoan Pasar Anom di BPRS
Bhakti Sumekar Sumenep ?
8. Upaya apa yang dilakukan untuk mencegah terjadinya wanprestasi Pertokoan
Pasar Anom di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep ?
78

Lampiran 2
Pedoman Wawancara Bagi Pihak Nasabah

1. Bagaimana skema akad IMBT Pertokoan Pasar Anom di BPRS Bhakti


Sumekar Sumenep ?
2. Bagaimana perkembangan penjualan anda selama di pertokoan pasar anom ?
3. Bagaimana menurut anda dengan adanya pertokoan pasar anom sumenep ?
4. Bagaimana pendapat anda tentang harga pertokoan pasar anom di BPRS Bhakti
Sumekar Sumenep ?
5. Apa suka duka anda selama menjadi nasabah di pertokoan pasar anom
sumenep ?
6. Bagaimana menurut anda hal itu bisa terjadi ?
7. Apa solusi yang ditawarkan pihak BPRS jika anda mengalami kesulitan ?
8. Apa menurut anda yang memengaruhi tingkat penjualan anda selama di
pertokoan pasar anom ?
79

Lampiran 3
Pedoman Observasi

No YANG DI OBSERVASI URAIAN

1. Lokasi objek penelitian (BPRS Bhakti Sumekar


Sumenep)

2. Gambaran tentang penyelesaian wanprestasi akad


IMBT

3. Gambaran tentang Upaya mencegah terjadinya


wanprestasi akad IMBT
80

Lampiran 4
Daftar Nama Informan di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep

No Nama Jabatan

1. Hadi kepala divisi asset,


persediaan,&
pembiayaan

2. Khairil Anwar Marketing

3. Diki Marketing

4. Maulidi Wira Kusuma Marketing

5. Novi Sujatmiko, S.T Direktur Utama

6. Ila Nasabah

7. Anwar Nasabah
81

Lampiran 5

Draft Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik


82
83

Lampiran 6

Surat Izin Penelitian Di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep


84

Lampiran 7

Dokumentasi Saat Wawancara Dan Observasi


85

RIWAYAT HIDUP

Achmad Kawamil lahir di kota Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Madura pada
tanggal 05 Mei 1997. Penulis lahir dari pasangan Atnawi dan Noriya. Sejak kecil
penulis berdomisili di Jl. Raya Gapura Paberasan, Sumenep. Penulis lulus
Sekolah Dasar Negeri Paberasan II padas tahun 2010 lalu melanjutkan sekolah
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sumenep dan lulus pada tahun 2013. Penulis
Menempuh pendidikan 3 tahun di Madrasah Aliyah Negeri Sumenep sampai pada
tahun 2016 dan melanjutkan pendidikan ke Institut Agama Islam Negeri Madura
(IAIN) dengan mengambil jurusan Perbankan Syariah.

Anda mungkin juga menyukai