Anda di halaman 1dari 2

MENGISLAMKAN JAWA

A. Islamisasi di Jawa hingga sekitar 1930

Peradaban yang lebih tua ini diilhami gagasan-gagasan Hindu serta Budhis dan meninggalkan
beragam warisan dalam rupa seni, arsitektur, literatur, dan pemikiran yang hingga kini masih
membuat, baik masyarakat Jawa sendiri maupun kalangan luar. Bukti pertama dari kaum
Muslim di Jawa adalah penemuan beberapa nisan yang mulai dari tahun 1368.

1. Menciptakan Sintesis Mistik

Perkembangan Islam di Jawa tidak terdokumentasikan dengan baik, namun manuskrip-


manuskrip dari abad ke-16 menunjukan bahwa islam mengakomodasi dirinya sendiri dengan
lingkungan budaya Jawa sekaligus tidak demikian. Di satu sisi bukti dari adanya satu budaya
hibrid di mana menjadi orang Jawa dan orang Muslim sekaligus tidak terpandang sebagai hal
yang problematis.

Dari tahun 1670-an, orang Madura, Makassar, dan bukan Jawa lainnya telah terlibat di dalam
perang-perang Jawa. Dinasti yang sedang terkepung tersebut berpaling kepada VOC untuk
mendapatkan bantuan militer.

Setelah beberapa dasawarsa perang sipil yang merugikan rekonsiliasi kedua antara keraton
Mataram dan kesadaran Islamik terjadi semasa kekuasaan Pakubuwana II. Selama tahun-
tahun yang ditandai oleh kekacauan politis ini yang diistilahkan “Sistensis Mistik”. Bukti
ynag tersedia di periode ini yang mendukung adanya kehidupan religius diantara masyarakat
Jawa diluar kalangan istana sangat terbatas.

Dipanegara ditangkap dan dibuang ke perasingan,tempat dia meninggal dunia 25 tahun


setelahnya. Pada 1850-an ketiga pilar Sintesis Mistik-identifikasi orang Jawa sebagai orang
muslim, pelaksanaan lima rukun islam secara luas.

2. Polarisasi Masyarakat Jawa

Dari 1780-an, sebuah gerakan reformai mulai menyebar di Minangkabau. Pada 1803-an
gerakan ini menjadi semakin militan dibawah kepemimpinan kaum yang dikenal dengan
Padri. Perang saudara pecah, kaum padri keluar sebagai pemenang.

Di Jawa, berakhirnya Perang Jawa pada 1830 memungkinkan Belanda pada akhirnya mereka
menjalankan apa yang dikenal dengan Sistem Tanam Paksa (cultuurstelsel). Tarekat
(persaudaraan sufi) juga mengalami reformasi pada abad ke-19. Kaum muslim Jawa yang
saleh den berpegang teguh pada ajaran Islam menyebut diri mereka sendiri dengan putihan,
tetapi ada banyak orang Jawa yang tidak siap duntuk menerima versi Islam yang baru dan
menuntut dari mereka dan di juluki sebagai kaum abangan.
Perbedaan antara putihan dengan abangan adalah perbedaan dalam gaya beragama juga
tercermin dalam perbedaan sosial yang lebih luas. Mereka berbeda dalam hal gaya beragama,
kelas sosial, pendapatan, pekerjan, cara berpakaian, pendidikan, perilaku, kehidupan budaya
serta cara membesarkan dan mendidik anak.

Kaum priyai yang meragukan bahwa islamisasi adalah gagasan yang baik merintis jalan
dengan mendirikan organisai politik modern pertama Budi Utomo pada tahun 1908. Budi
utomo segera tenggelam karena munculnya organisasi-organisasi yang lebih aktif dan tak
sekonservatif mereka. Sarekat islam berdiri pada 1912.

Pada 1924, organisasi ini mengadopsi nama Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI merupakan
organisasi yang kurang memiliki koherensi dan disiplin internal sehingga menjadi subjek
pengawasan serta penyusupan agen pemerintah. Pada 1926, PKI mendalangi pemberontakan
terhadap rezim kolonial yang berakhir dengan kegagalan total. Menjelang kehancuran PKI,
Soekarno mendirikan partai nasionalis pada 1927, yang pada 1928 menjadi Partai Nasional
Indonesia (PNI).

Anda mungkin juga menyukai