Anda di halaman 1dari 8

Latar Belakang

Pendidikan merupakan masalah penting bagi kehidupan manusia, membantu manusia


menuju ke arah pertumbuhan dan perkembangan. Tersurat dalam UndangUndang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Nasional Pendidikan, bahwa “Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. (Sisdiknas, 2003).

Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan generasi yang handal,


karena pendidikan akan dapat memaksimalkan potensi peserta didik. Melalui pendidikan potensi
siswa akan terus digali sedemikian rupa guna menjadi insan yang handal untuk dapat bersikap
kritis, logis, dan inovatif dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang
dihadapinya.

Peranan Lembaga Pendidikan dalam mewujudkan tujuan Pendidikan tersebut menjadi


sangat penting. Saat ini Lembaga Pendidikan bermutu menjadi perhatian utama banyak orang
baik secara individu maupun dalam suatu organisasi. Mereka menganggap bahwa Lembaga
pendidikan yang berkualitas akan banyak dibutuhkan dan karena nya memiliki peluang untuk
memenangkan kompetisi ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang semakin maju.

Konsep model yang dikembangkan Tim Puslitjakdikbud berdasarkan masukan dan


praktek baik dari berbagai pihak terkait (informan) yang mengetahui dan melaksanakan
Penerimaan Peserat Didik Baru (PPDB) zonasi di daerah pada tahun 2018. Konsep model yang
dikembangkan terkait dengan pengelolaan pendidikan yang meliputi pengelolaan siswa baru,
tenaga kerja pendidik/guru, dan sarana prasarana (sapras) pendidikan di sekolah.

Pengeloaan ke tiga komponen ini dilakukan secara bertahap dan terpadu. Disebut
bertahap karena dimulai dari langkah awal sampai dengan langkah terakhir yaitu mulai dari
tahap persiapan, pelaksanaan dan keberlanjutan. Kemudian dari segi waktu dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan target waktu yang direncanakan. Sedangkan yang dimaksud terpadu
berarti ketiga komponen tersebut (siswa baru, tenaga guru maupun sarana prasarana pendidikan)
dikelola secara terkait dengan memperhatikan sinkronisasi satu dengan lainnya.
Model Pengelolaan Pendidikan

Dalam prakteknya, melakukan manajerial dapat menggunakan kemampuan atau keahlian


dengan mengikuti alur atau prosedur keilmuan secara ilmiah danada pula karena berdasarkan
pengalaman dengan lebih menonjolkan kekhasan dalam mendayagunakan kemampuan orang
lain. Pada hakekatnya model-model manajemen dapat diterapkan pada semua bentuk organisasi
termasuk lembaga pendidikan; akan tetapi setiap lembaga atau organisasinya. Made Pidarta
(2004: 26) mengemukakan kajian model manajemen berdasarkan perspektif tujuan dan
tinjauannya, sebagai berikut:

1. Management By Objective,

Manajemen berdasarkan sasaran atau tujuan yang akan dicapai, ciri-cirinya adalah:

a. Semua aktivitas manajerial diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan


b. Fasilitas yang disediakan bersesuaian dengan tujuan organisasi
c. Pengembangan sumber daya manusia sebagai upaya meningkatkan kualitas
personal dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sehingga tujuan dapat dicapai
dengan lebih baik dan optimal.
d. Sasaran yang dituju telah disepakati oleh seluruh anggota organisasi
e. Kerjasama diciptakan untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan agar tujuan
tercapai dengan sebaik mungkin
f. Hasil yang dicapai dievaluasi dengan ukuran utama tujuan yang telah ditentukan.
g. Hasil evaluasi dijadikan sandaran perencanaan berikutnya.
h. Mengutamakan kontinuitas kerja organisasi
i. Dilakukan penjabaran terhadap tujuan agar memudahkan pencapaiannya
j. Fungsi-fungsi utama manajemen dianalisis secara rasionaldan kondisional guna
tercapainya tujuan.
k. Organisasi dikelola secara sinergis.
l. l. Seluruh anggota meningkatkan profesionalitas kerja.
m. Pelaksanaan kegiatan didasarkan pada jenis-jenis tujuan dan lama waktu yang
dibutuhkan.
n. Manajer bertindak sebagai pengarah dan pembina seluruh pelaksana kegiatan
organisasi.
o. Konsep tentang tujuan organisasi dirumuskan secara strategis dan
berkesinambungan.
p. Tujuan ditetapkan dengan mengacu pada jumlah yang akan dicapai, yaitu tujuan
tunggal (single goals) dan tujuan yang banyak (multiple goals). Berdasarkan
kejelasan tujuan, tujuan ada yang jelas dinyatakan (stated goals) dan tujuan yang
actual atau nyata (real goals). Berdasarkan keluasan dan waktu pencapaian, tujuan
terdiri atas: (1) tujuan strategis (strategic goals); (2) tujuan taktis (tactical goals)
dan (3) tujuan operasional (operational goals).
q. Seluruh manajemen secara terus – menerus melakukan pengawasan dan evaluasi
terhadap kinerja yang diterapkannya.
r. Diharapkan tidak ada kegiatan yang menyimpang dari sasaran .
s. Memperbaiki sesegera mungkin terhadap pelaksanaan kegiatan yang tidak relevan
dengan tujuan.
t. Dalam melaksanakan kegiatan bersifat fleksibel terhadap perubahan situasi dan
kondisi agar sasaran tetap dapat dicapai dengan baik.
u. Mementingkan adaptabilitas terhadap jenis-jenis tugas yang diemban serta
mengutamakan pendekatan yang rasional, kondisional, dan akomodatif.
v. Pembuatan jadwal yang teratur dan sistematis.
w. Penganggaran biaya yang terukur dan memerhatikan kemampuan finansial
organisasi.
x. Kritis terhadap perkembangan situasi dan kondisi.
y. Menyiasati keadaan yang kadangkala bersifat tidak menentu.

Menurut George Odiorne, penulis buku Management by Objective (1978: 2) bahwa


manajemen sasaran harus memperhatikan kerjasama dan keterkaitan tugas serta fungsi para
pengelola organisasi. Demikian pula Hikmat (2009: 18) menyatakan bahwa manajemen
berdasarkan sasaran dalam mengelola organisasi sangat mementingkan kontinuitas kerja,
maksudnya pelaksanaan kegiatan selalu berkelanjutan sesuai dengan target–target yang
ditetapkan meurut urutan dan ukuran waktu dan biaya. Disamping itu, lembaga pendidikan yang
menerapkan manajemen sasaran juga harus selalu membuat persamaan program organisasi
sesuai dengan struktur unit kerja yang ada.Program kerja perlu dirumuskan oleh bidang – bidang
yang menangani urusan tertentu dengan skala prioritas.

Selanjutnya tahap-tahap yang harus dilaksanakan dalam manajemen berdasarkan sasaran


adalah sebagai berikut :

a. Menentukan strategi pelaksanaan kegiatan secara target.


b. Menentukan sasaran dengan pertimbangan prioritas yang bebeda-beda.
c. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.
d. Menentukan rencana tindakan dalam bentuk kalender kegiatan yang sistematis.
e. Menentukan standar operasional kerja yang efektif dan efisien didasarkan pada
kemampuan dana organisasi.
f. Menentukan standar evaluasi kinerja personalia sesuai dengan tugas dan
kewajibannya.
g. Melaksanakan pembahasan dan diskusi tentang program kerja dan berbagai strategi
pelaksanaan kegiatan.
h. Menentukan penempatan para pegawai secara hierarkis sesuai dengan kedudukan,
tugas dan kewajibannya, serta wewenannya masing-masing.
i. Melakukan evaluasi terhadap seluruh strategi pelaksanaan kegiatan dan strategi
pencapaian sasaran program.
j. Melaksanakan review secara berkala guna meningkatkan relevansi antara strategi
dengan tujuan yang hendak dicapai.
k. Melakukan revisi kegiatan seara berkesinambungan untuk seluruh unit kerja.
l. Merencanakan sasaran lanjutan berdasarkan hasil evaluasi yang kemudian dibentuk
program kerja berikutnya.
m. Menentukan tahapan pelaksanaan lanjutan.

2. Manajemen Berdasarkan Struktur

Struktur adalah organisasi, jadi strukturalisasi adalah mengorganisasikan personalia


dalam kedudukan, wewenang, jabatan, pangkat, tanggung jawab, dan semua hal yang melekat
pada personal yang duduk dalam struktur tertentu, sehingga ada perbedaan (misalnya insentif)
antara struktur yang satu dengan lainnya.

Jadi manajemen berdasarkan struktur menekankan pada pandangan bahwa organisasi


adalah struktur personalia. Oleh karena itu, dalam lembaga pendidikan, pelaksanaan
manajerialnya disesuaikan dengan struktur yang ada mulai dari struktur yang paling atas
(pejabat) sampai pada bawahanbawahannya. Sehingga tugas dan fungsi pejabat struktural sudah
diatur secara organisatoris dan hierarkis. Dalam penempatan struktur secara hierarkis,
mempunyai maksud bahwa setiap struktural memiliki tingkatan-tingkatan mulai dari pangkat,
jabatan yang akhirnya berpengaruh pada besar kecilnya wewenang dan tanggungjawab masing-
masing jabatan struktural (Johnson et.al, 1973: 32). Penempatan struktur juga selalu berkaitan
erat dengan keahlian, pengalaman, pendidikan, dan karier yang dicapai oleh para personalia
organisasi.

Adapun karakteristik model manajemen dengan pendekatan struktural adalah sebagai


berikut:

a. Tugas individu jelas


b. Jabatan jelas
c. Wewenang dan tanggungjawab yang jelas
d. Deskripsi tugas dan kegiatan yang jelas sesuai dengan spesifikasinya yang
terperinci bagi masing – masing petugas.
e. Hubungan antar unit dan antar tugas yang jelas (David Evans, 1981: 241)
3. Manajemen Berdasarkan Teknik

Model manajemen berdasarkan teknik yaitu mengelola organisasi atau lembaga yang
mengacu pada teknik operasional. Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam manajemen teknik
kinerja organisasi ialah penguasaan teknikteknik yang akan diterapkan dan semua fasilitas untuk
menerapkan teknik juga telah disediakan. Tahap-tahap pelaksanaan manajemen berdasarkan
teknik adalah sebagai berikut:

a. Membahas semua rancangan kegiatan


b. Menempatkan dan menugaskan personal yang akan melakukan kegiatan.
c. Mempersiapkan sarana dan prasarana serta alat-alat yang membantu pelaksanaan
kegiatan.
d. Melatih personal untuk meningkatkan keterampilan teknisnya.
e. Mengembangkan kerjasama di seluruh pelaksana teknis kegiatan.

4. Manajemen Berdasarkan Personal Organisasis

Yaitu model manajemen yang mengelola organisasi dengan mempertimbangkan sumber


daya manusia sepenuhnya yang ada dalam organisasi. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa
dalam praktiknya, pemimpin atau manajer suatu lembaga memberikan perhatian yang sangat
besar kepada bawahannya atau personalia yang ada. Hal ini beralasan bahwa setiap pemimpin
berusaha agar mereka yang menjadi bawahannya mau bekerja dengan baik dalam menyelesaikan
tugas yang dibebankan kepadanya.Pada kenyataannya menunjukkan bahwa pemimpin itu
memperoleh hasil-hasilnya melalui bawahan-bawahannya sehingga pemimpin semakin
memberikan perhatian yang besar kepada bawahannya, bagaimana usaha agar para bawahan itu
memberikan prestasi- prestasinya yang besar dalam merealisasi tujuan organisasi.

Adanya perhatian yang besar yang dicurahkan pada bawahannya tersebut, membuktikan
bahwa nyata-nyata masalah kepegawaian dalam setiap lembaga atau organisasi merupakan
fungsi pemimpin yang tidak dapat dielakkan. Taylor sendiri, dikenal sebagai bapak “scientific
management” berpendapat bahwa salah satu “duties of management” ialah memilih pekerja yang
terbaik untuk setiap tugas tertentu dan selanjutnya melatih dan mendidiknya (1961: 2-3).

Dengan uraian tersebut, jelaslah bahwa masalah personalia merupakan fungsi setiap
manajer atau pemimpin dalam setiap lembaga tanpa menjadi masalah tingkat pimpinannya. Ciri–
ciri manajemen dengan pendekatan personalia adalah sebagai berikut :

a. Membangun hubungan horizontal dengan seluruh personil organisasi.


b. Merencanakan tenaga kerja
c. Membangum komunikasi dan memotivasi kerja seluruh personal organisasi
d. Memperhatikan kesejahteraan dan kesehatan personal meskipun bukan bagian
langsung dari wewenang personalia.
e. Menciptakan iklim kepegawaian yang dinamis dan kepemimpinan yang ideal.
f. Mengurus pangkat dan peningkatan tunjangan, insentif, dan gaji pegawai.
g. Menilai prestasi kinerja personal organisasi.
h. Mengumumkan seluruh berita yang berhubungan dengan kepegawaian tepat waktu.
i. Memberikan pengarahan, saran, dan petunjuk yang benar tentang tata cara
pengurusan jabatan dan pangkat pegawai
j. Menunjukkan sikap adil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya yang
menyangkut masa depan para pegawai. (Hikmat, 2009: 37)

5. Manajemen Berdasarkan Informasi

Informasi memberikan wacana yang baik bagi masa depan organisasi (Johnson,1993:
109). Demikian pula dikatakan oleh Shrode (1974 : 448) bahwa informasi merupakan agen yang
menopang kehidupan organisasi.

Dengan adanya informasi dapat memberikan nilai manfaat bagi lembaga atau organisasi,
seperti dalam mempercepat pengambilan keputusan, mempermudah saluran kegiatan, dan
pelaksanaan kegiatan yang tepat sasaran. Disamping itu, informasi yang diperoleh dapat
dijadikan bahan perbincangan dalam rapat–rapat organisasi; seperti informasi perkembangan
pasar global, informasi kompetisi pendidikan, informasi hasil penelitian, informasi yang
berkaitan dengan perubahan-perubahan kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Jadi organisasi
atau lembaga perlu mengembangkan manajemen berdasarkan informasi guna pengembangan
usaha-usahanya. Apalagi dalam era globalisasi yang menghasilkan eksplosif informasi daya
didukung oleh kemajuan teknologi menjadikan lembaga (pendidikan) semakin tak terbatas.
Informasi ilmu pengetahuan yang diperoleh peserta-peserta didik di sekolah menjadi tidak
bermakna apabila tidak diiringi oleh kemampuan untuk menyerap dan menerapkan teknologi
pendidikan.
6. Manajemen Berdasarkan Lingkungan

Model manajemen dengan pendekatan lingkungan lebih mengedepankan human relation,


yaitu hubungan secara internal maupun eksternal.Hubungan internal organisasi adalah hubungan
antar warga di dalam lembaga, seperti misalnya kepala sekolah dengan guru, guru dengan
peserta didik, dan sebagainya. Demikian pula yang berkaitan dengan alat-alat atau instrument
organisasi, strategi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan organisasi.Sedangkan hubungan
eksternal organisasi adalah hubungan organisasi atau lembaga dengan lingkungan masyarakat di
luar lembaga.Misalnya kerjasama antar lembaga, lingkungan lintas pimpinan lembaga, tokoh
masyarakat, instansi terkait, dan sebagainya.

Lembaga pendidikan sangat perlu mengembangkan lingkungan organisasi secara internal


maupun eksternal karena menyangkut hubungan sinergis antar personal organisasi dan dengan
kondisi lingkungan personalnya. Misalnya sekolah yang letaknya berdekatan dengan masyarakat
desa, maka keberadaan sekolah harus memberikan nilai positif untuk kehidupan
masyarakatnyadalam berbagai aspek, seperti ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan agama.

Ada model manajemen selain yang dipaparkan di muka yaitu 5 (lima) model manajemen
yang dikemukakan oleh Tony Bush (2000: 40), yaitu:

a. Model Manajemen Formal, yaitu model manajemen yang dalam struktur


organisasi menekankan pentingnya struktur hierarkis. Pengambilan keputusan
diatur pemimpin, dan tertutup terhadap lingkungan luar. Sistem terbuka
diterapkan hanya untuk kepentingan tertentu, misalnya untuk merespon
kebutuhan komunitas, untuk menarik klien baru, sehingga menciptakan image
yang positif.
b. Model Manajemen Kebersamaan (Collegial), adalah model manajemen yang
cenderung fokus pada hubungan lateral antar orang-orang profesional yang
memiliki otoritas keahlian. Pengambilan keputusan ataupun penetapan tujuan
ditentukan dalam sebuah kerangka kerja partisipatoris berdasarkan kesepakatan.
c. Model Manajemen Politis, yaitu model manajemen yang memandang bahwa
struktur organisasi bisa dijadikan dasar untuk melawan dan modal bersaing
dengan lawan politiknya. Pengambilan keputusan dengan cara konflik dan
hubungan lingkungan tidak stabil.
d. Model manajemen subjektif, adalah model manajemen yang lebih menekankan
aspek kualitas personal individu daripada posisinya dalam struktur organisasi.
Penentuan tujuan ditetapkan secara subjektif, sehingga sering timbul
permasalahan dari pimpinan, karena disebabkan oleh pemaknaan oleh individu
tersebut.
e. Model Manajemen Ambigu, ialah model manajemen dengan tujuan tidak jelas,
status struktur organisasi bermasalah dan hubungan dengan lingkungan juga
kabur, sehingga selalu terjadi pergolakan dalam organisasi.
Lembaga pendidikan sebagai bentuk institusi yang memadukan semua kepentingan
melalui penetapan konsensus tentang tujuan utama organisasi maka selayaknya seorang
pimpinan menerapkan tipe-tipe atau gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi kondisi
; demikian pula dalam mengaplikasikan model manajemennya. Namun tentunya lebih
mengutamakan sistem manajerial yang bersifat manusiawi.Karena dalam lembaga pendidikan,
manusia adalah objek kajian utama.Eksistensi manusia bukan hanya ikut serta membangun
sistem pendidikan yang baik, tetapi lebih dari itu, manusia menciptakan dan menentukan sistem
pendidikan yang terpadu.

Anda mungkin juga menyukai