Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi.
BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

B.

Rumusan Masalah...

C.

Tujuan Makalah...

BAB II ALIRAN WAHABIYAH


A.

Latar Belakang Tokoh Pendiri Wahabiyah...........................

B.

Bentuk Ajaran Wahabiyah....................................................

C.

Pergerakan Wahabiyah.........................................................

D.

Kekejaman Aliran Wahabiyah..............................................

E.

Ciri-ciri Aliran Wahabiyah...................................................

F.

Pengaruh Wahabiyah di Indonesia.......................................

G.

Pokok-pokok Pemikiran Aliran Wahabiyah.........................

BAB III PENUTUP


A.

Kesimpulan........

B.

Saran..

DAFTAR PUSTAKA...

BAB I
PE N DAH U LUAN

A.

Latar Belakang
Sebagai umat islam kita harus mengetahui aliran-aliran dalam pemikiran

islam, seperti aliran wahabi dan aliran salafi, aliran wahabi atau wahabiyah adalah
sebuah aliran pemikiran islam yang muncul disekitar jazirah arab pada abad 12H.
aliran ini muncul sebagai reaksi atas maraknya penyimpangan aqidah dan bidah
di tengah-tengah masyarakat muslim saat itu, seperti kultus induvidu dan
pengeramatan tempat-tempat sejarah atau kuburan-kuburan. Aliran ini dinisbatkan
kepada nama pendirinya, yakni Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Masyarafi AtTamimi an-Najdi yang hidup diantara tahun 1115-1206 H atau tahun 1703-1791
M. Sementara itu, suami-isteri al-Faruqi menyebut gerakan Wahhabi sebagai
gerakan antisufi pertama dimana sufisme dianggap merupakan salahsatu gejala
yang merusak kesehatan masyarakat Muslim sejak jatuhnya Baghdad ke tangan
kaum Tatar pada 655H/1257M.
B.

Identifikasi Masalah
Agar pembahasan makalah ini tidak terlalu meluas dan sulit maka penyusun

akan membatasi materi makalah ini, yakni :


1.

Seperti apakah latar belakang tokoh pendiri wahabiyah?

2.

Bagaimanakah bentuk ajaran wahabiyah ?

3.

Bagaimanakah

pergerakan

dan

kekejaman

yang

dilakukan

wahabiyah?
4.

Apa saja ciri-ciri aliran wahabiyah?

5.

Bagaimanakah pengaruh wahabiyah di indonesia?

6.

Apa sajakah pokok-pokok pemikiran aliran wahabiyah?

C.

Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

aliran

1.

Untuk mengetahui Seperti apakah latar belakang tokoh pendiri wahabiyah

2.

Untuk mengetahui bentuk ajaran wahabiyah

3.

Untuk mengetahui pergerakan dan kekejaman yang dilakukan aliran


wahabiyah

4.

Untuk mengetahui ciri-ciri aliran wahabiyah

5.

Untuk mengetahui pengaruh wahabiyah di indonesia

6.

Untuk mengetahui pokok-pokok pemikiran aliran wahabiyah

BAB II
ALIRAN WAHABIYAH
A. Latar belakang tokoh pendiri wahabiyah

Aliran wahabiyah berasal dari wilayah timur tengah yang dalam hal ini
adalah Saudi Arabia, merupakan pusat penyebaran ajaran Wahabiyah, ajaran ini
didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1115 1206 H/1701 1793 M).
Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul
Wahab (lahir di desa Huraimilah,Najed tahun 1111 H / 1699 M). Dan meninggal
di Dariyyah tahun 1206 H (1792 M).
Dalam hidupnya ia sangat dipengaruhi oleh pandangan Ibnu Taimiyah
yang hidup di abad ke 4 M. Bahkan untuk menimba ilmu, ia rela harus
mengembara ke berbagai tempat; Makkah, Madinah, Baghdad dan Bashra (Irak),
Damaskus (Syria), Iran, termasuk kota Qum, Afghanistan dan India. Selain
sempat menikahi seorang wanita kaya di Baghdad, juga mengajar di Bashra
selama 4 tahun.
Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni
pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang
sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari
sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy,
Tulaihah Al-Asadiy dll. Dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari
satu negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah
Baghdad, Iran, India dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia
terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja
sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi
Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil

mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti


Ahmadiyah dan Bahai. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk
dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.
B. Bentuk ajaran wahabiyah
Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti
Nabi di hadapan umatnya. ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya
dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki AlMuhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan
dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk
Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga
diharuskan mengakui bahwa para ulama besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau
mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun
langsung dibunuh. Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

dengan dalih pemurnian akidah, dia juga

membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di hadapannya,


Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab,
adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah
kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan
ahlussunnah wal jamaah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid,
ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik
mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk gurugurunya sendiri.
Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas
menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang
Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut
dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun
kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas

kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad


Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Dalam ajarannya, Abdul Wahab selalu mengkampanyekan memurnikan
ajaran Islam dan mempersoalkan kemusyrikan yang tengah melanda umat Islam
kala itu. Dia melihat, umat Islam yang berziarah ke kuburan mulai
mengkramatkannya, karena itu harus ditumpas.Pemurnian ajaran ala Abdul Wahab
ini melebar ke masalah-masalah furuiyah. Setiap ibadah yang tidak ada
contohnya dari Nabi SAW dianggap sebagai bidah. Tidak hanya sebatas ibadah,
perbuatan yang tidak mencontoh dari Nabi SAW pun dianggap sebagai bidah.
Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan
ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya
minim banyak yang terpengaruh. Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa
Dariyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri
dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung secara
penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud
sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia
menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera
melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik
selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin surga.
Walaupun mereka lebih suka disebut sebagai kelompok Salafi atau
Muwahidun, namun ajaran yang mereka amalkan itu tidak lepas dari ajaran yang
dibawah Muhammad bin Abdul Wahab, sehingga kelompok Ahlussunnah wal
Jamaah lazim menyebut mereka sebagai Wahabi alias Wahabiyah.
Para pengikutnya menamakan diri kaum Al-Muwahhid (para pengesa
Tuhan). Ia kemudian pindah ke Uyaynah. Dalam khotbah-khotbah Jumat di
Uyaynah, ia terang-terangan mengkafirkan semua kaum Muslimin yang
dianggapnya melakukan bidah dan mengajak kaum Muslimin agar kembali
menjalankan agama seperti di zaman Nabi. Di kota ini ia mulai menggagas dan

meletakkan teologi ultra-puritannya. Ia mengutuk berbagai tradisi dan akidah


kaum Muslimin, menolak berbagai tafsir Al-Quran yang dianggapnya
mengandung bidah atau inovasi. Mula-mula ia menyerang mazhab Syiah, lalu
kaum sufi, kemudian ia mulai menyerang kaum Sunni.
C. Pergerakan wahabiyah
Sepak terjang gerakan Wahabi saat itu sempat membuat masyarakat
kegerahan, buntutnya ia diusir penguasa [amr] setempat pada tahun 1774. Setelah
itu pindah ke Al-Dariyyah, sebuah oase ibu kota keamiran Muhammad bin Sad,
masih di Najd Tahun 1744 itu pula, Muhammad bin Sud, amir setempat dan
Muhammad bin Abdul Wahhb saling membaiat untuk mendirikan negara teokratik
dan mazhabnya dijadikan mazhab resmi, Ibnu Sud sebagai amr dan Muhammad
bin Abdul Wahhb jadi qadhi. Lalu Ibnu Sud mengawini salah seorang putri
Muhammad bin Abdul Wahhab.
Umumnya, kelompok ini didukung oleh kerajaan Arab Saudi, sebagaimana
ketika Muhammad bin Abdul Wahab mendapat dukungan dari Amir Muhammad
bin Saud (pemerintah wilayah Diriyyah), yang kemudian keduanya berkolaborasi
menggulingkan Kerajaan Hejaz yang dipimpin Syarif Husain. Atas bantuan dari
kerajaan inggris dengan memberikan bantuan berupa uang, senjata dan
keterampilan akhirnya mereka berhasil. Keberhasilan itu menjadikan Muhammad
bin Saud sebagai raja, sehingga nama kerajaan itu pun diganti menjadi Suadi
Arabia (Arab milik Saud). Karena itulah, sampai saat ini ajaran Wahabiyah
berkembang pesat di Arab Saudi dan sebagian besar ulama yang boleh mengajar
di kerajaan itu hanya mereka yang berpaham Wahabi.
D. Kekejaman wahabiyah
Pada bulan April tahun 1801, mereka membantai kaum Syiah di Karbal.
Hampir dua ribu orang dibunuh di Karbal . Kabilah-kabilah yang tidak mau
mengikuti mazhab mereka dianggap kafir (yang halal darahnya). Dengan

demikian mereka tidak dinamakan perampok dan kriminal lagi, tapi kaum
mujtahid yang secara teologis dibenarkan membunuh kaum kafir termasuk wanita
dan anak-anak, merampok harta dan memperkosa istri dan putri-putri mereka
yang dianggap sah sebagai ghanimah. Hanya sedikit yang dapat melarikan diri.
Setelah lebih dari 100 tahun, kekejaman itu masih juga dilakukan. Tatkala
memasuki kota Thaif, tahun 1924, mereka menjarahnya selama tiga hari. Para
qadi dan ulama diseret dari rumah-rumah mereka, kemudian dibantai dan ratusan
yang lain dibunuh.
Setelah berhasil menaklukkan Madinah mereka lalu masuk ke Mekkah
pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Kabah yang terbuat dari sutra.
Kemudian merobohkan puluhan kubah di Mala, termasuk kubah tempat kelahiran
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan
Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas.
Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin
sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga
mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin
tersebut. Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa
Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas
di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya.
Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. Gerakan Wahabi
surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Saud bangkit kembali
mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke
Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam
Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi mengendalikan
pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global.
Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi
Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan
pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran
dan pemahaman agama Sunni-Syafii yang sudah mapan.

Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubahkubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang
berada di Mala (Mekkah), di Baqi dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan
dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian
juga kubah di atas tanah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dilahirkan, yaitu di
Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan
tempat parkir onta, namun karena gencarnya desakan kaum Muslimin
International maka dibangun perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar tidak
pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam.
Semula AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam dimakamkan juga akan dihancurkan dan diratakan dengan tanah
tapi karena ancaman International maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan
mengurungkan niatnya. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi manasik haji
akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang
menentangnya maka diurungkan.
Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan Wahabisme paling punya
andil dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs sejarah itu
bisa mengarah kepada pemujaan berhala baru.
Sungguh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah memberitakan akan
datangnya Faham Wahabi ini dalam beberapa hadits, ini merupakan tanda
kenabian beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam memberitakan sesuatu yang
belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat
dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan lainnya. Diantaranya: Fitnah itu
datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana, sambil menunjuk ke
arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan).
Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Quran
namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati),
mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak
akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-

tanda mereka ialah bercukur (Gundul). (HR Bukho-ri no 7123, Juz 6 hal 20748).
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu
Hibban.
E. Ciri ciri Aliran Wahabiyah
1. Serampangan dalam berdalil.
2. Bahkan mereka tidak segan-segan menggunakan ayat-ayat al-Quran yang
berbicara tentang orang kafir atau musyrik penyembah berhala sebagai dalil
untuk menganggap sesat kaum muslimin yang melakukan peringatan
Maulid, tahlilan, tawassul, dan lain sebagainya.
3. Sekuler , yaitu dengan membagi pengertian bidah menjadi dua: Bidah
yang terlarang yaitu bidah agama (bidah diiniyyah) dan bidah yang
menyangkut urusan dunia (bidah duniawiyyah) yang mereka anggap wajar
atau boleh-boleh saja menurut kebutuhan.
4. Menanamkan Kesombongan & Kebencian , yaitu dengan mendoktrin para
pengikutnya untuk menganggap sesat amalan orang lain dan menjauhi
amalan tersebut, serta menganggap bahwa kebenaran hanya yang sejalan
dengan mereka.
5. Materialisme , yaitu dengan hanya mengakui manfaat zhahir yang terlihat
dari sebuah perbuatan, dan mengingkari manfaat batin yang justeru lebih
berharga dari manfaat zhahir.
6. Menyalahkan & Mendiskreditkan Orang Lain , yaitu dengan menuduh
amalan orang lain sebagai amalan syirik atau sesat tanpa upaya mencari tahu
alasan-alasan mengapa amalan itu dilakukan
7. Memberikan Tuduhan Palsu . Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.,
ratiban, dan tahlilan hanyalah merupakan tradisi atau kebiasaan yang

dijalankan oleh masyarakat sejak masa dahulu yang diyakini mengandung


kebaikan.
8. Mudah Mengharamkan Sesuatu yang Tidak Dijelaskan Keharamannya di
dalam al-Quran atau Hadis . Misalnya, tahlilan, tawassul, dan peringatan
Maulid Nabi Muhammad Saw itu mereka anggap haram, karena termasuk
bidah sesat.
9. Membatasi Kemampuan & Kemurahan Allah . Saat mereka menganggap
pahala amal orang hidup tidak bisa sampai kepada orang yang sudah
meninggal padahal orang tersebut telah berdoa kepada Allah untuk
menyampaikannya, seolah mereka menganggap Allah lemah dan tidak
mampu menyampaikan pahala itu kepadanya, dan menganggap Allah pelit
sehingga

tidak

mau

memenuhi

permintaan

hamba-Nya

untuk

menyampaikan pahala itu.


10. Senang mengisolir diri dan tidak mau memberi salam atau bersamalan
dengan jamaah yang lain, padahal sebelumnya orang tersebut biasa duduk
bersama saat pengajian di Mushalla.
11. Berbeda dari Mayoritas Ulama. Berbeda pendapat itu biasa, tetapi
menganggap sesat setiap orang yang berpendapat beda adalah perkara yang
luar biasa. Terlebih lagi jika berbeda dengan pendapat mayoritas ulama, lalu
menganggap sesat para ulama tersebut hanya karena tidak sependapat.
12. Tidak Memiliki Format Ajaran yang Jelas.
13. Kaum Wahabi akan banyak berkata, Berdasarkan firman Allah atau
Berdasarkan sunnah/hadis Rasulullah Saw. . Sedangkan para pengikut
ulama mayoritas akan banyak berkata, Menurut Imam Nawawi di dalam
kitab beliau , menurut Imam Ghazali di dalam kitab beliau , telah
disebutkan oleh Imam as-Subki di dalam kitab beliau , Syaikh Salim bin
Sumair al-Hadhrami di dalam kitab beliau berkata , dan lain sebagainya.

F. Pengaruh Aliran Wahabiyah di Indonesia


Di Indonesia sendiri aliran wahabiyah yang mendasari penolakan
penghormatan bendera dan upacara senin pagi. Dua sekolah di Karanganyar, Jawa
Tengah terancam ditutup jika tetap menolak menghormat bendera Merah Putih.
Pengurus kedua sekolah tersebut berkeyakinan, menghormat benda mati,
termasuk bendera, adalah perbuatan syirik. Kedua sekolah itu adalah SMP Al
Irsyad di Kecamatan Tawangmangu dan SD Islam Sains dan Teknologi (SD-IST)
Al Albani di Kecamatan Matesih.
Mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali
Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.Mereka
mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan
Budha, padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri ini.
G. Pokok-pokok pemikiran wahabiyah
Beberapa contoh pemikiran dan dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab
yang dianggap kontroversial dan radikal antara lain :
1. Ia berpendapat bahwa berziarah ke makam Rasulullah merupakan perbuatan
yang haram dan mendatangkan dosa. Ia lebih jauh berpendapat bahwa
barangsiapa berziarah ke makam Rasulullah mereka tidak boleh mengqashar
shalatnya saat dalam perjalanan karena tujuan perjalanannya adalah untuk
berbuat dosa. Ia mensandarkan pendapatnya ini pada hadits Rasulullah saw :
Janganlah bersusah payah melakukan perjalanan kecuali ke tiga masjid:
mesjidku ini, Mesjidil Haram dan Mesjid al-Aqsha (HR. Bukhari Muslim dari
Abu Hurairah) Ia memahami hadits ini bahwa Rasulullah melarang bersusah
payah melakukan perjalanan ke tempat lain selain tiga mesjid tersebut,
termasuk berziarah ke makam beliau saw. Sementara madzhab-madzhab yang
lain menganggap bahwa subyek hadits tersebut terkait dengan ziarah ke
masjid-masjid, sementara berziarah ke makam Rasul tergolong perbuatan

mandub didasarkan pada hadits: Dahulu aku melarang kalian berziarah. Maka
sekarang berziarahlah (HR. Muslim, Ibnu Majah, Malik, Ahmad dan
Turmudzi dari Buraidah).
2. Ia tidak cukup dengan menetapkan ibadah sebagaimana yang ditetapkan Islam
di dalam al-Quran dan as-Sunnah menurut pandangan Ibnu Taimiyyah, tapi
juga menghendaki supaya tradisipun tidak boleh keluar dari lingkup Islam
sebagaimana persepsinya. Oleh karenanya ia mengharamkan rokok, kopi,
musik/qasidah, membuat kubah-kubah mesjid, fotografi makhluk hidup dan
sebagainya.
3. Ia memperluas pengertian bidah mulai dari aktivitas-aktivitas yang dianggap
ibadah mandub oleh sebagian kalangan Ahlus-Sunnah, seperti membaca
tawashul, membaca alQuran dengan qiraah fuqaha, membaca kitab shalawat
Dalailul Khairat yang dianggap terlalu memuju-muji Rasulullah saw, mengkaji
sifat duapuluh sebagaimana ajaran Asyari, mengamalkan thariqat,
peringatan Maulid dan lain-lain hingga kepada hal-hal yang tidak menyangkut
ibadah, seperti memasang kain penutup Raudhah, membuat kubah mesjid, dan
lain-lain.
4. Yang paling memunculkan perbenturan adalah gerakannya yang --sebagaimana
diajarkan Ibnu Taymiyah-- berlawanan dengan mainstream pemikiran masa itu
yang cenderung didominasi oleh metode berpikir filsafatis (mantiqi) seperti
aliran pemikiran Asyariyah/maturidiyah dan Mutazilah serta gerakan
tasawwuf yang dianggap terlalu mengagungkan perasaan dan khayalan dalam
beragama. Pada saat yang sama, Wahhabi juga menyerang budaya taklid
kepada madzhab (termasuk dalam hal furu) sebagaimana juga gagasan Ibnu
Taymiyah.
5. Ia melakukan pendekatan dakwah dengan kekerasan dan senjata yang
dipandang wajib dalam rangka menegakkan Sunnah dan memusnahkan bidah.
Ini terlihat dari gerakannya yang monumental; menghancurkan kuburan para
shahabat Nabi serta situs-situs sejarah Nabi dengan alasan mencegah pemujaan
terhadap tempat-tempat tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin
Abdul Wahab (lahir di sebuah kampung kecil 70 km sebelah barat daya kota
Riyadh Saudi Arabia tahun 1115 H / 1703 M. Salah satu dari ajaran yang diyakini
oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim sunni
yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain.
Pemahaman inilah oleh para pengikutnya dijadikan landasan normatif untuk
menghancurkan segala hal yang mengandung bidah. Gerakan wahabi dimotori
oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim.
B.

Saran
Untuk para pembaca sebaiknya lebih mengkritisi lagi dan mengkaji ulang

mengenai pemahaman tentang wahabi. Wahabi lebih cenderung pada suatu


paham. Disisi lain banyak terjadi pro dan kontra mengenai wahabisme. Ada yang
mendukung paham ini, tapi ada juga yang terang-terangan menentang paham ini.
Mereka yang menentang wahabi mengklaim dan menuduh aliran ini sesat, karena
dalam penyampaian dakwahnya, cenderung menggunakan cara-cara anarkisme &
juga radikal. Dari kesemuanya itu, penulis hanya dapat bersikap netral dalam
menyikapi perbedaan-perbedaan pendapat antar ulama dalam memahami wahabi.
Semuanya kembali kepada individu masing-masing, bahwa sejatinya yang
berhak menentukan benar dan salah, sesat dan tidak sesatnya suatu aliran

keagamaan hanyalah Allah SWT yang maha adil dan maha mengetahui segala
sesuatunya. Kita sebagai manusia hanya dapat menyikapi perbedaan tersebut
dengan sikap tasamuh, tawazun dan amar makruf nahi munkar. Karena sejatinya
islam

itu

adalah

agama

yang

mencintai

kedamaian.

DAFTAR PUSTAKA
Drs.KH Harist Busyairi .A, M.Ag. 2010. Islam NU Pengawal Tradisi Sunni
Indonesia. Surabaya: Khalista
Wadjdi, Farid. 2001. Arab Saudi dan Pengkhianatan Keluarga Saud. Bogor :
Majalah Al-Waie 27.
WAMY. ---. Gerakan Keagamaan dan Pemikiran (Akar Ideologis dan
Penyebarannya). Jakarta : Al Islahi Press.
Zallum, Abdul Qodim. 2001. Konspirasi Meruntuhkan Khilafah Islamiyah,
Telaah Politik Menjelang Runtuhnya Negara Islam (Kaifa Hudimat alKhilafah). Bangil Jatim : Al-Izzah
Abdul Hadi al-Mishri, Muhammad. 1992. Manhaj dan Aqidah Ahlussunnah wal
Jamaah Menurut Pemahaman Ulama Salaf/Ahlussunnah wal jamaah,
maalimu al-inthilaqoh al-kubro. Jakarta : GIP.
Abbas, siradjudin. 1989. Itiqad Ahlus Sunnah Waljamaah. Jakarta : Pustaka
Tarbiyah. Cet. Ke-5.

Anda mungkin juga menyukai