Anda di halaman 1dari 14

PERADABAN ISLAM DINASTI MUGHAL DI INDIA:

Mengetahui Perkembangan Dinasti Mughal hingga Kemundurannya


Hilda Fitriani, Wulan Nur Alam, Nurul Aini Azizah
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
E-mail: hfitriani2166@gmail.com, wulan.nuralam15@gmail.com, azizahnurulain@gmail.com

Abstrak
Setelah jatuhnya dinasti Abbasiyah, dalam waktu kurun waktu yang begitu lama muncul lah
kerajaan Islam terbesar yang berdiri di India, yaitu kerajaan Mughal yang berdiri tegak selama
tiga abad (1526-1858 M). Dinasti Moghul adalah dinasti terakhir yang memerintah di India.
Metode penulisan ini menggunakan jenis penulisan kepustakaan (penelitian perpustakaan),
dengan meninjau beberapa referensi sebagai data sumbernya. Adapun hasil yang dalam
pembahasan kali ini, yaitu pertama, pada tahun 1526 M terjadi pertempuran besar di kota
Panipat. Sultan Ibrahim Lodi dapat dikalahkan oleh tentara Sultan Babur, dan berakhirlah
kerajaan Delhi. Sultan Babar kemudian mendirikan kerajaan Mughal dan pemerintahannya
terkenal dengan nama kesultanan Mughal. Kedua, kemajuan yang dicapai dinasti Mughal
diantaranya bidang administrasi, bidang ekonomi, bidang intelektual, bidang keagamaan,
bidang seni dan arsitektur. Dan ketiga, kemunduran dinasti Mughal disebabkan dua faktor yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu ketidakjelasan lajur suksesi, lemahnya para
pewaris tahta kerajaan, pola hidup yang mewah dan boros, kebijakan puritanisme, dan
pemaksaan ajaran syi’ah. Faktor eksternal yaitu adanya pemberontakan dan serangan dari
dalam maupun dari luar, dan datangnya kekuatan Inggris dengan perusahaan dagangnya IEC.

Kata Kunci: Dinasti Mughal, Peradaban Islam, India.

LATAR BELAKANG
India yang pada masa lalu meliputi negara India, Pakistan, dan Bangladesh pada masa
sekarang selalu menarik dikaji. Ketiga negara ini memiliki kesinambungan sejarah yang satu
hingga masa kolonialisme Barat. Secara geografis India terpisah oleh benteng alam pegunungan
Himalaya di sebelah utara dan Hindu Kusy di sebelah Barat Laut. Pegunungan Himalaya
merupakan benteng terpanjang yang membujur dari Afghanistan hingga Assam sejauh 2.500
km.1 Kondisi geografis inilah sebagai salah satu penyebab sulitnya pengaruh luar masuk ke
India. Walaupun begitu, berbagai bangsa silih berganti masuk ke daerah India dan memberikan

1
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughol di India 1525-1857”, ISTORIA, Vol.5, No. 2 (April,
2008): 88.

1
warna perkembangan kebudayaan India terutama melalui celah Khyber yang menghubungkan
dengan agama dunia yakni Hindu, Buddha, Jain, dan Sikh. Selain keempat tersebut, warna
sejarah India juga dipengaruhi oleh pengaruh Islam yang berkembang pesat sejak pertengahan
abad VII M dari jazirah Asia Barat.
Sejak awal abad XIII sampai dengan pertengahan XIX dinasti Islam berkembang di India.
Masa pengaruh politik Islam telah dimulai sejak awal abad VIII ketika Muhammad bin al-Qasim
diutus Khalifah al-Walid I menyerbu daerah Sind mulai tahun 708 M.
Walaupun belum menguasai seluruh India, Qasim telah berhasil menancapkan pengaruh
politik Islam di daerah Punjab. Sejak masa itu politik Islam terus merangsek di India. Dinasti
Ghazni yang berkembang sejak tahun 961 M berpusat di Afghanistan menjadi kekuatan politik
kedua yang berpengaruh di India, dan dinasti Ghuri adalah pengaruh politik ketiga dalam sejarah
kerajaan Islam di India. Akhir Dinasti Ghuri menandai mulainya kekaisaran Islam di India
ditandai dengan berdirinya Kesultanan Delhi oleh Kutbu’ddin Aibak (1206-1211). Sejak saat
itulah dinasti Islam berkembang di India sampai dengan tahun 1857.
Mengkaji kekuasaan para dinasti Islam di India sangat menarik, selain kekhasan sifat politik
para dinasti Islam di India, juga akan ditemukan berbagai peninggalan kebudayaan yang luar
biasa tinggi. Ada lima dinasti Islam yang berkuasa di India mulai tahun 1206-1857 M. Kelima
Dinasti yang memerintah tersebut adalah ; Dinasti Budak (1206-1290), Dinasti Khilji (1290 –
1321), Dinasti Taghluk (1321 – 1388 ), Dinasti Lodhi (1450 – 1526), dan Dinasti Mughal (1526
– 1857). Berbagai peninggalan baik kebudayaan, sistem sosial, ekonomi, politik, hukum, dan
pemerintahan masih dapat ditelusuri pada masa sekarang.2
Setelah jatuhnya dinasti Abbasiyah, dalam waktu kurun waktu yang begitu lama muncul lah
kerajaan Islam terbesar yang berdiri di India, yaitu kerajaan Mughal yang berdiri tegak selama
tiga abad (1526-1858 M). Dinasti Moghul adalah dinasti terakhir yang memerintah di India.
Kerajaan ini didirikan oleh Babur, seorang keturunan Mongol pada tahun 1526 M. Dalam kurun
waktu kurang lebih 150 tahun, kerajaan yang menganut agama Islam tersebut telah memberikan
warna tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas beragama Hindu di India.
Tentu saat ini, gaung kebesaran Islam warisan dinasti Mughal sudah tidak terdengar lagi.
Namun perlu diketahui bahwa lahirnya negara Islam Pakistan tidak terlepas dari perkembangan
Islam pada masa dinasti tersebut. Bahkan sisa-sisa kemegahan dinasti Mughal masih bisa terlihat

2
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughol di India 1525-1857”, 89.

2
dari bangunan-bangunan bersejarah yang masih bertahan hingga sekarang seperti Taj Mahal dan
Red Fort (Benteng Merah) yang merupakan artefak peniggalan Shah Jehan.3
Kerajaan yang telah mengalami suksesi kepemimpinan sebanyak enam belas kali tersebut
adalah suatu prestasi tersendiri dalam khazanah peradaban Islam. Terutama implikasi positif,
seperti kemajuan di bidang perekonomian, pertanian militer bagi bangsa India saat itu.4
Berdasarkan uraian di atas, makalah ini akan menjawab beberapa permasalahan, yaitu
pertama, asal-usul dinasti Mughal? Kedua, bagaimana kemajuan peradaban dinasti Mughal?
Ketiga, bagaimana kemunduran dan kehancuran dinasti Mughal?

LITERATURE REVIEW
Penulisan mengenai Peradaban Islam Dinasti Mughal di India bukanlah suatu hal yang baru.
Berikut beberapa karya yang terdokumentasikan terkait permasalahan yang dikaji mengenai
peradaban Islam dinasti Mughal di India, yaitu pertama, Imam Fu’adi5 dalam buku “Sejarah
Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II”. Buku tersebut memaparkan mengenai bagaimana Islam
masuk ke India yang telah masuk ke India sejak abad ke-1 H, ketika umat Islam dipimpin oleh
khalifah Umar bin Khattab. Terdapat beberapa dinasti sebelum pemerintahan Mughal. Banyak
kemajuan yang dicapai dinasti Mughal diantaranya bidang administrasi, bidang ekonomi, bidang
intelektual, bidang keagamaan, bidang karya seni dan arsitektur.
Kedua, Ratu Suntiah dan Maslani6 dalam buku “Sejarah Peradaban Islam”. Dalam bukunya,
lebih menitikberatkan dalam pemaparan perkembangan politik dan ilmu pengetahun dinasti
Mughal yang mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Akhbar Khan (1556-1605 M).
Pada abad ke-18 M adalah awal dari kemunduran dan kehancuran dinasti Mughal.
Dan ketiga, Badri Yatim7 dalam buku “Sejarah Peradaban Islam”. Menurutnya, dinasti
Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, dinasti Mughal
merupakan dinasti termuda. Kemajuan dinasti Mughal banyak dicapai pada masa pemerintahan
Akbar Khan diantaranya stabilitas politik.

3
D. Djamaluddin Miri, “Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal”, el-Harakah, Vol.II, No.3 (2009):
217.
4
D. Djamaluddin Miri, “Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal”, 218.
5
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II (Yogyakarta: Teras, 2012), 253-257.
6
Ratu Suntiah dan Maslani, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), 201-204.
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), 145-151.

3
Dari ketiga topik pembahasan yang telah dipaparkan di atas, ternyata belum ada tinjauan
secara khusus dan komprehensif tentang Asal Usul, Kemajuan, dan Kemunduran Dinasti Mughal
di India. Di sinilah letak perbedaan studi ini dengan sumber-sumber yang telah dilakukan
sebelumnya.

METODE PENELITIAN
Metode dalam penulisan ini menggunakan jenis penulisan kepustakaan (penelitian
perpustakaan), dengan meninjau beberapa referensi sebagai data sumbernya adalah buku-buku
yang membahas tentang peradaban Islam dinasti Mughal di India. Pemikiran penting dalam
penulisan ini yakni untuk mengetahui perkembangan peradaban dinasti Mughal hingga
kemundurannya.
Metode yang dipakai oleh penulis dalam menyusun karya ilmiah ini adalah kualitatif yang
bertujuan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan peradaban Islam dinasti Mughal di
India dengan memanfaatkan rujukan-rujukan yang ada.

KONSEP DASAR
Pengertian Peradaban
Peradaban adalah segala hsil kegiatan yang dilakukan oleh manusia, yang dipandang
memiliki nilai tinggi dalam kehidupan manusia.8
Dinasti Mughal
Menurut Nasution (1985) yang dikutip oleh Wahyudin Darmalaksana, dinasti adalah otoritas
pada sultan, dikendalikan oleh tokoh-tokoh opsil (amir) dan birokrasi.9
Dinasti Mughal adalah dinasti yang diperintahkan oleh raja-raja yang berasal dari Asia
Tengah, keturunan dari Jenghis Khan dari Mongol.10
Pengertian Perkembangan
Menurut Bijou dan Baer yang dikutip oleh Sunarto dan B. Agung Hartono (2002),
perkembangan adalah perubahan progresif yang menemukan cara organisme bertingkah laku dan
berinteraksi dengan lingkungan.11

8
Ratu Suntiah dan Maslani, Sejarah Peradaban Islam, 9.
9
Wahyudin Darmalaksana, “Dinasti Mamalik di Mesir”, el-Harakah, Vol.II, No.2 (2009): 122.
10
Taufik Abdullah dkk, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), 282.
11
Sunarto dan B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 39.

4
Pengertian Kemunduran
Kemunduran merupakan sesuatu yang terjadi tidak secara tiba-tiba yakni melalui proses
yang panjang dari perjalanan sejarahnya. Begitupun dengan dinasti Mughal, setelah
pembentukan, mengalami perkembangan, mencapai kemashyuran dan kejayaan yang gemilang,
akhirnya mengalami kemunduran yang mengantarkannya pada kehancuran.12

PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Asal Usul Dinasti Mughal
Peletak dasar dinasti Islam di India adalah Kutbu’ddin Aibak (1206-1211), yang berhasil
mendirikan kerajaan Islam di India yang merdeka.13 Pada tahun 1206 ia mendirikan Kesultanan
Delhi di India yang berhasil dipertahankan hingga 1290. Dinasti keturunan Aibak sering disebut
dinasti keturunan hamba-hamba raja, karena Aibak sendiri bukanlah keturunan raja. Sultan
Balban adalah raja terakhir dinasti keturunan hamba-hamba raja. Dia tidak meninggalkan
keturunan dan pemerintahan Kesultanan Delhi selanjutnya diambil alih oleh dinasti raja-raja
keturunan Khilji (1290-1321), kemudian dilanjutkan raja-raja keturunan Tughlak (1321-1399),
dinasti para Sayid (1414-1451), dan dinasti raja- raja keturunan Lodi (1451-1526), kemudian
yang terakhir adalah dinasti Dinasti Mughal.
Pergantian pemerintahan para raja yang berkuasa di Delhi tidak mulus begitu saja, tetapi
sering terbentur pertumpahan darah dan saling menjatuhkan. Keturunan ketiga keluarga Lodi
adalah Sultan Ibrahim Lodi (1517-1526) yang dianggap oleh beberapa pembesar kerajaan kurang
cakap memerintah. Paman Ibrahim Lodi yang bernama Dhaulad Khan dan Alam Khan menjalin
kerjasama dengan bangsa Mongol Sultan Babar dari Kabul (timur Afghanistan) untuk
menjatuhkan Ibrahim Lodi. Kelompok Sultan Babur ini telah lama masuk Islam, dan mereka ahli
dalam melakukan peperangan.
Pada saat Babur berkuasa di Kabul, situasi di India sedang dalam masa kekacauan pada
masa pemerintahan Ibrahim Lodi. Kesempatan ini sebagai pintu bagi Babur untuk merealisasikan
impiannya memperluas imperium sampai di India. Sultan Babur segera menyiapkan pertempuran
untuk menjatuhkan raja Lodi. Pada tahun 1526 terjadi pertempuran besar di kota Panipat. Sultan
Ibrahim Lodi dapat dikalahkan oleh tentara Sultan Babur, dan berakhirlah kerajaan Delhi. Sultan

12
Ratu Suntiah dan Maslani, Sejarah Peradaban Islam, 118.
13
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857”, 89.

5
Babar kemudian mendirikan kerajaan Mughal dan pemerintahannya terkenal dengan nama
kesultanan Mughal dengan ibu kotanya di kota Agra.14
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, diantara
tiga kerajaan besar (Turki Usmani, Safawi, dan Mughal) kerajaan Mughal yang termuda. 15
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai Ibu kota, didirikan oleh Zahiruddin Babur
(1482-1530 M), salah satu dari cucu Timur Lenk.16
Para Penguasa Kerajaan Mughal
1. Babur (1526-1530)
Babur adalah seorang Turki cagatay yang masih memiliki hubungan darah atau keturunan
Timur Lenk, dan garis ayahnya yang dipisahkan 5 generasi, sedangkan dari garis ibunya, Ia
masih keturunan Genghis Khan dari Mongol. Nama lengkapnya adalah Zahiruddin
Muhammad Babur, menjadi penguasa Farghanah pada tahun 1500, yaitu menggantikan
ayahnya Umar Mirza Bin Abu Sa’id. Dari garis keturunan, babur memang keturunan orang
orang terkenal sebagai penguasa.17
2. Humayun (1530-1540 dan 1555-1556)
Sepeninggal Babur, Humayun yang menjadi penguasa. Masa Babur dan Humayun
merupakan masa-masa pembentukan. Ekspansi yang pernah dilakukan oleh ayahnya itu
diteruskan oleh Humayun. Ia bahkan sempat meloloskan diri selama 15 tahun ke
Afghanistan Afghan, karena kekalahannya di dalam pertempuran melawan Sher Khan di
pinggir sungai Gangga (1535) dan Dekat kanuj (1540). Karena dibantu oleh Tahmasp (Syah
Iran), humayun kemudian berhasil menguasai Dahar, Kabul dan Punjab, kemudian
diteruskan ke kota Delhi untuk merampas kembali pusaka Babur (1555). Setelah sukses
merebut kembali Delhi dan berkuasa di sana sekitar 1 tahun, Ia pun akhirnya meninggal
dunia.
3. Akbar Khan (1556-1605)
Akbar kan memiliki gelar Abdul fat Jalaluddin Akbar berkuasa menggantikan posisi
ayahnya Dalam usia muda yaitu 15 tahun berkuasa selama 50 tahun dia lah yang sukses

14
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857”, 90.
15
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 145.
16
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 147.
17
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiah II, 247.

6
membesarkan dinasti Mughal hingga ke puncak kejayaan kekuasaan dinasti Mughal di India
utara dan tengah menjadi kuat.18
Akbar Khan menjalankan pemerintahan dengan system militeristis. Sedangkan, system
politik yang diterapkan yaitu Sulh e-kul (toleransi universal), yaitu pandangan yang
menyatakan bahwa derajat semua penduduk adalah sama.19
Ketika Akbar berkuasa Ia melakukan hubungan diplomatik dengan Safawiyah, itu
kemudian ditukar dengan perjanjian bersama antara Abdullah dari Uzbekistan dengan Akbar
mengenai seputar persoalan demarkasi wilayah masing-masing yang dilanjutkan dengan
mengadakan gerakan gerakan pembersihan kekuasaan terhadap raja raja Afghan di India.
4. Jahangir (1605-1627)
Setelah Akbar meninggal dunia, masa tiga Sultan berikutnya merupakan masa-masa
mempertahankan kejayaan Mughal.20 Masa pemerintahan Jahangir ini dapat dibagi menjadi
dua periode, yaitu pertama Periode (1611-1622), yaitu Masa ketika Jahangir masih mampu
mengawasi secara utuh kegiatan-kegiatan pemerintahan. Kedua, periode (1622-1627), yaitu
Masa ketika Jahangir mulai kehilangan kekuasaannya di bidang administrasi, disamping itu,
ia sendiri sebetulnya saat itu setengah oleh penyakitnya, penyakit asma. Ketika itu,
I’timadud Daulah sudah wafat, dan oleh karenanya, Nur Jahan dan khurramlah yang sering
tampil dalam pemerintahanan. Sehingga peran Jahangir menjadi tidak tampak.21
5. Shah Jahan (1627-1658)
Shah Jahan atau juga dikenal khurram adalah seorang sultan yang senang bidang puisi
dan arsitektur. Karenanya, hingga akhir hayatnya Ia tetap dikenal sebagai seorang sultan
yang romantis. Pada masa pemerintahan Shah Jahan ini, sudah ada orang Portugis di India.
Para pemukim Portugis banyak yang telah menyalahgunakan kebaikan yang diberikan oleh
penguasa Mughal, Akhirnya shah jahan marah dan mengusir mereka sembari merebut
kembali tempat pemukiman mereka dihukum Benggala (1632).
6. Aurangzeb (1658-1707)
Dua bersaudara anak dari Shah Jahan, Aurangzeb dan shikah, merupakan dua orang yang
memiliki kepribadian dan pandangan yang berbeda dalam beragama. Perbedaan tersebut

18
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiah II, 249.
19
Ratu Suntiah dan Maslani, Sejarah Peradaban Islam, 202.
20
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiah II, 250.
21
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiah II, 251.

7
lebih banyak menggambarkan tentang kondisi objektif keagamaan umat Islam di India yang
telah memasuki paruh terakhir dan abad ke-17, yaitu bahwa Aurangzeb bersifat Ortodoks,
sedang dara Shikah bersifat sinkretik dalam pandangan keagamaannya. 22 Pada abad ke-17
menandai awal dari berakhirnya kekuasaan muslim di India. Hall tersebut dipengaruhi pula
oleh dinamika politik yang terjadi di India yang secara realistik mengalami perubahan-
perubahan.
Kemajuan Dinasti Mughal
1. Bidang administrasi
Dalam kaitannya dengan bidang administrasi ini serta dalam rangka mengatur wilayah
yang luas, pemerintah Mughal di India membagi wilayahnya menjadi 20 provinsi, masing-
masing provinsi dikepalai oleh seorang Gubernur yang bertanggungjawab kepada Sultan,
para penguasa Mughal di Delhi disebut Sultan dengan gelar mereka masing-masing,
pemerintahan Mughal juga memiliki tata cara administrasi, gelar resmi serta mata uang yang
seragam. Adapun bahasa resmi di tingkat birokrasi pemerintah dan dalam dokumen
dokumen resmi kenegaraan memakai bahasa Persia. Sedangkan posisi Akbar di
pemerintahan, ia merupakan penguasa tertinggi di kemaharajaan Delhi. Saat itu juga ada
jabatan Wazir untuk mengurus administrasi pemerintahan. Dalam banyak Wira yah posisi
wajah ini umumnya cukup penting sebagai pelaksanaan teknis operasional di tingkat atas
realisasi program-program pemerintahan.23 Sistem administrasi pemerintahan Mughal sudah
relatif tertata, ini tentu menjadi bagus untuk perjalanan sebuah pemerintahan yang maju.
2. Bidang Ekonomi dan Dunia Intelektual
Pemerintahan Mughal di India juga memajukan bidang ekonomi, dimana saat itu
Kerajaan Mughal berhasil mengembangkan program pertanian, pertambangan dan
Perdagangan, sehingga sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor
pertanian. Karena pertimbangan signifikasi sektor ini pulalah, salah seorang penguasa
Mughal, Jahangir kemudian mengizinkan Inggris (1611) dan Belanda (1617) untuk
mendirikan industri pengolahan pertanian. Dari hasil pertanian ini pulalah yang kemudian
menjadi komoditi ekspor Mughal ke berbagai kawasan seperti Eropa Afrika, Arabiadan Asia
Tenggara.

22
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiah II, 252.
23
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiah II, 253.

8
Sementara itu dalam dunia intelektual, ada kemajuan yang dialami oleh pemerintahan
Dinasti Mughal di India. Bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan juga mendapatkan masa-
masa kecemerlangan. Studi-studi di bidang yang dianggap keilmuan “non agama” seperti
logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik dan matematika digalakkan.24
3. Bidang Keagamaan
Secara umum para penguasa (sultan) Mughal beraliran mazhab sunni bahkan sebagian
mereka terkenal ortodoksinya.25 Di Kerajaan Mughal India saat itu berkembang dua model
keagamaan, yang pertama keagamaan bersifat legalistik, Ortodok dan formal, yang diwakili
oleh Aurangzebb. Sedangkan yang kedua bersifat sinkretik, mistikal, elektrik dan informal,
yang lebih dikenal diwakili oleh dara shikah. Bila dicermati kedua model keagamaan ini
muncul sebagai respon dari adanya kekuatan internal Hinduisme, yang merupakan
keyakinan masyarakat India sebelum kedatangan Islam.26
4. Bidang Karya Seni dan Arsitektur
Di masa pemerintahan Mughal, muncul hasil karya hasil karya yang indah. Para
penguasanya banyak yang menguasai keindahan. Dalam kaitannya dengan karya seni
arsitektur inilah, dengan sintesa yang dilakukan, berdirilah bangunan Fatehpur Sikri di Sikri
Lae Qiladan Masjid Jama di Delhi, makam Jahangir dan taman Shalimar di lahore, serta Taj
Mahal di Agra.
Demikian juga di bidang seni, saat itu sejumlah karya para penyair seperti Urfi, Naziri,
dan zunuri, menduduki posisi-posisi tinggi dalam sejarah puisi Persia. Selain bidang sastra,
bidang seni lukis juga berkembang, sekurang-kurangnya terdapat tiga wilayah yang menjadi
pusat nya, yaitu ajanta yang menyajikan seni lukis murni Hindu, Delhi dan Jaipur
menyajikan gaya campuran muslim Hindu dengan pengaruh pengaruh dominan Persia dan
Asia Tenggara serta Eropa.27

Kemunduran Kerajaan Mughal


Ada dua faktor kemunduran kerajaan Mughal, yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua
faktor ini memiliki hubungan yang sangat erat antara satu dengan yang lain.

24
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiah II, 254.
25
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiah II, 255.
26
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiah II, 256.
27
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiah II, 257.

9
a. Faktor Internal
a) Tidak Adanya Kejelasan Lajur Suksesi
Ketidakjelasan suksesi menimbulkan berbagai kemelut berkepanjangan di antara
para anggota keluarga kerajaan yang merasa mempunyai wewenang dan kemampuan
untuk menjadi raja. Akibatnya, perebutan kekuasaan melalui kekerasan dan bahkan
perang saudara sering tidak terhindarkan lagi. Misalnya Aurangzeb, ia menjadi raja
setelah melakukan perang saudara dengan melibatkan banyak pangeran, seperti
Murad, Syuja’ dan Syikoh.28
Adanya konflik-konflik intern yang berkepanjangan tersebut mengakibatkan dan
melemahkan pengawasan terhadap pemerintahan daerah sehingga akhirnya terjadi
disintegrasi, selain merusak persatuan dan kesatuan. Beberapa daerah mulai
melepaskan loyalitasnya kepada pemerintah pusat, bahkan cenderung memperkuat
posisi pemerintahan masing-masing seperti, Hiderabat dan Nizam al Mulk, Marathas
oleh Shivaji, Rajput oleh Si Jai Singh, Punjab oleh kelompok Sikh, Oudh oleh Sadat
Khan, Bengal oleh Syuja’ al Din, selain wilayah-wilayah pantai yang mulai dikuasai
oleh para pedagang asing, terutama EJC dari Inggris.
b) Lemahnya Para Pewaris Tahta Kerajaan
Kebanyakan pewaris tahta kerajaan, terutama setelah Aurangzeb adalah orang-
orang yang lemah dalam kepemimpinan. Hal ini terbukti, bahwa dari 29 Sultan yang
pernah memimpin kerajaan Mughal hanya beberapa saja yang tercatat mampu
bertahan lebih dari 20 tahun. Sedangkan selebihnya hanya mampu berkuasa dalam
waktu yang relatif singkat, bahkan ada yang hanya beberapa bulan saja.29
Orang-orang yang berakuasa hanya beberapa orang saja yang mampu bertahan
lama. Selain itu, walaupun mereka mampu bertahan lama, namun tidak semuanya
berada dalam masa kejayaan. Beberapa di antaranya berada dalam masa sulit. 30
c) Pola Kehidupan Mewah dan Boros
Pola kehidupan mewah dan boros banyak dilakukan oleh elite penguasa, sehingga
banyak membebani anggaran belanja negara yang kemudian mengakibatkan kenaikan
pajak, baik terhadap para petani di pedesaan maupun masyarakat kota.

28
Wahyudin Darmalaksana, “Dinasti Mamalik di Mesir”, 218.
29
Wahyudin Darmalaksana, “Dinasti Mamalik di Mesir”, 219.
30
Wahyudin Darmalaksana, “Dinasti Mamalik di Mesir”, 220.

10
Berbagai kemewahan tersebut antara lain sebagaimana yang dilakukan oleh Sultan
Akbar dengan banyak membangun masjid-masjid dan istana-istana yang sangat indah,
seperti Fadifur (Fathpur) Sikri pada tahun 1560 M.
Demikian halnya dengan Syah Jehan, sebagian besar harta kekayaan negara untuk
membangun masjid dan istana yang super indah. Pada masanya pula, telah dibangun
Taj Mahal di kota Agra tahun 1613 M. sebagai lambang cintanya kepada mendiang
permaisurinya, Mumtaz Mahal. Di tengah ruangannya yang sangat indah, kemudian
dimakamkan permaisurinya berdampingan dengan dirinya setelah kematiannya dengan
makam yang sangat indah bertaburkan berbagai permata lazuardi, zabarajad dan
lainnya, sehingga kelak menjadi maha karya seni dan sebagai salah satu keajaiban
dunia. Pada akhirnya, berbagai kemewahan dan pemborosan tersebut menimbulkan
ketidak senangan di kalangan rakyat yang merasa ikut dibebani dengan kenaikan pajak
dan pungutan lainnya, selain melemahkan perekonomian negara.31
d) Kebijakan Puritanisme
Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu
secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang
berbagai praktek sosial keagamaan yang dikembangkan oleh masyarakat Hindu, serta
memperlakukan diskriminasi yang mencolok terhadap masyarakat Hindu, telah
menyebabkan kalangan Hindu memusuhi dan bersekongkol dengan musuh-musuh
Mughal, sehingga akhirnya meletuslah berbagai pemberontakan-pemberontakan
seperti yang dilakukan oleh kalangan Marathas di bawah pimpinan Santaji Ghjorpade
dan Dhanaji Jadev.
e) Pemaksaan Ajaran Syi’ah
Pemaksaan ajaran Syi’ah diberlakukan oleh Muazzam, putera tertua Sultan
Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul bergelar Bahadur Syah
(1707-1712 M). Pemaksaan ini bertentangan dengan kebijaksanaan para Sultan
Mughal sebelumnya, seperti Syah Jehan yang justru berkeinginan mempersatukan
Asia Tengah dan India dalam sebuah kekaisaran Sunni.

31
Wahyudin Darmalaksana, “Dinasti Mamalik di Mesir”, 221.

11
Akibat dari pemaksaan tersebut, maka Mughal dihadapkan pada perlawanan
penduduk Lahore di saat harus berharapan pula dengan perlawanan yang dilakukan
oleh kaum Syikh sebagai akibat dari tindakan Sultan sebelumnya.
b. Faktor Eksternal
a) Adanya pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Hindu dan
Sikh, selain akibat dari kebijakan politik dan ekonomi para penguasa Mughal, seperti
puritanisme dan pungutan pajak yang sangat tinggi untuk membiayai kegemaran hidup
mewah dan boros para penguasa.32
b) Adanya serangan-serangan dari luar, seperti yang dilakukan oleh Nadir Syah pada
tahun 1739 M. karena menganggap kerajaan Mughal telah banyak sekali memberikan
bantuan kepada para pemberontak Afghan di daerah Persia. Demikian halnya dengan
serangan yang dilakukan oleh Ahmad Khan Durrani dari Afghan tahun 1761 M.
sehingga membuat Mughal akhirnya menjadi kerajaan boneka, meskipun Syah Alam
selaku raja ketika itu masih diperkenankan untuk memakai gelar Sultan.
c) Datangnya kekuatan Inggris dengan perusahaan dagangnya IEC
Ada dua periode penyerangan yang dilakukan oleh Inggris:
Pertama, ketika kerajaan Mughal dalam keadaan lemah saat berada di bawah
kekuasaan Ahmad Khan Durrani dari Afghan tahun 1671 M. Setelah melakukan
peperangan yang berlangsung berlarut-larut, akhirnya Syah Alam membuat perjanjian
damai dengan menyerahkan Qudh, Bengal dan Orisa kepada Inggris.
Kedua, pada masa Bahadur syah pada tahun 1857 M. periode ini, Bahdur Syah
(1837-1858 M) sebenarnya tampil sebagai lambang perlawanan bagi pemberontakan
rakyat melawan Inggris akibat pungutan pajak yang sangat tingi yang diberlakukan
oleh IEC. Namun pemberontakan tersebut dengan mudah dapat dipadamkan oleh
Inggris karena mendapat dukungan dari beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim.
Bahadur Syah kemudian dapat ditangkap dan diasingkan ke Burma sampai wafat.
Jenazahnya dimakamkan di dekat sebuah masjid di kota Rangoon. Sejak
penangkapannya tersebut, maka berakhirlah sejarah kekuasaan Mughal setelah berjaya

32
Wahyudin Darmalaksana, “Dinasti Mamalik di Mesir”, 222.

12
lebih dari tiga abad di India dengan banyak meninggalkan kenangan indah tiada tara,
terutama di bidang seni.33

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat diambil tiga kesimpulan, yaitu pertama, pada tahun
1526 M terjadi pertempuran besar di kota Panipat. Sultan Ibrahim Lodi dapat dikalahkan oleh
tentara Sultan Babur, dan berakhirlah kerajaan Delhi. Sultan Babar kemudian mendirikan
kerajaan Mughal dan pemerintahannya terkenal dengan nama kesultanan Mughal.
Kedua, banyak kemajuan yang dicapai dinasti Mughal diantaranya bidang administrasi
dalam hal pembagian wilayah administrasi pemerintahan menjadi 20 provinsi lalu para penguasa
dibantu oleh beberapa dewan; bidang ekonomi yaitu berhasil mengembangkan program
pertanian, pertambangan, dan perdagangan, sehingga sumber keuangan Negara lebih banyak
bertumpu pada sektor pertanian; bidang intelektual dalam menggalakkan studi-studi dibidang
yang dianggap keilmuan ‘non agama’ seperti logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik
dan matematika; bidang keagamaan yaitu berkembangnya dua model keagamaan, yang pertama
keagamaan bersifat legalistik, ortodoks, dan formal, yang diwakili oleh Aurangzeb, sedangkan
yang kedua bersifat sinkretik, mistikal, eklektik, dan informal yang lebih dikenal diwakili oleh
Dara Shikah; bidang karya seni yaitu munculnya sejumlah karya para penyair seperti Urfi,
Naziri, dan Zunuri yang menduduki posisi tinggi dalam sejarah puisi Persia; dan arsitektur, salah
satunya dibangun Taj Mahal di Agra.
Ketiga, kemunduran dinasti Mughal disebabkan dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yaitu ketidakjelasan lajur suksesi, lemahnya para pewaris tahta
kerajaan, pola hidup yang mewah dan boros, kebijakan puritanisme, dan pemaksaan ajaran
syi’ah. Faktor eksternal yaitu adanya pemberontakan dan serangan dari dalam maupun dari luar,
dan datangnya kekuatan Inggris dengan perusahaan dagangnya IEC.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dkk. Ensiklopedia Tematis Dunia Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
2002.

33
Wahyudin Darmalaksana, “Dinasti Mamalik di Mesir”, 223.

13
Darmalaksana, Wahyudin. “Dinasti Mamalik di Mesir”, Jurnal el-Harakah, Vol. II, No. 2 (2009).
Fu’adi, Imam. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Teras, 2012.
Sunarto dan B. Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Suntiah, Ratu dan Maslani. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017.
Supardi. “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughol di India 1525-1857”, Jurnal Istoria,
Vol.5, No. 2 (April, 2008).
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

14

Anda mungkin juga menyukai