Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Kerajaan Mughal merupakan salah satu warisan peradaban Islam di India.
Keberadaan kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban
tua di anak benua India yang nyaris tenggelam dan punah. Sebagaimana diketahui,
India adalah suatu wilayah tempat tumbuh dan berkembangnya peradaban Hindu.
Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban
Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul dengan nuansa Islamnya.
Kerajaan Mughal ini merrupakan salah satu kerajaan Islam yang termuda yang
terletak pada negara India.
Pada kalangan masyarakat Arab, India dikenal sebagai Sind atau Hind.
Sebelum kedatangan Islam, India telah mempunyai hubungan perdagangan dengan
masyarakat Arab. Pada saat Islam hadir, hubungan perdagangan antara India dan
Arab masih diteruskan. Akhirnya India pun perlahan-lahan bersentuhan dengan
agama Islam. India yang sebelumnya berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya
dengan peradaban yang dipengaruhi Islam. Oleh sebab itu menjadi penting untuk
menulis secara ringkas eksistensi Kerajaan Mughal di India yang identik dengan
Hindu.

B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Mughal ?
2.      Bagaimana perkembangan Dinasti Mughal dalam bidang politik ?
3.      Bagaimana perkembangan Dinasti Mughal dalam bidang ekonomi ?
4.      Bagaimana perkembangan Dinasti Mughal dalam bidang sosial dan budaya ?

C.    Tujuan Pembahasan


Setelah mahasiswa membahas tentang Dinasti Mughal diharapkan dapat
mengetahui :
1.      Sejarah berdirinya Dinasti Mughal.
2.      Perkembangan Dinasti Mughal dalam bidang politik.
3.      Perkembangan Dinasti Mughal dalam bidang ekonomi.
4.      Perkembangan Dinasti Mughal dalam bidang sosial dan budaya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Berdirinya Dinast Mughal


India menjadi wilayah Islam pada masa Dinasti Umayyah tepatnya pada
masa Khalifah al-Walid. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh pasukan Umayyah
yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qosim.1 Kemudian pasukan
Ghaznawiyah dibawah pimpinan Sultan Mahmud mengembangkan kedudukan
Islam di wilayah ini dengan berhasil menaklukan seluruh kekuasaan Hindu dan
mengadakan pengislaman sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M. Setelah
Gaznawi hancur muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India,
seperti dinasti Mamluk ( 1206 – 1290 M ), Khalji ( 1296 – 1316 ), Tuglug ( 1320 –
1412 ).2
Dinasti Mughal adalah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di India dari
abad ke-16 hingga abad ke-19. Dinasti ini didirikan oleh Zaharuddin Babur
( 1482 – 1530 ) yang merupakan cucu Timur Lenk, penguasa Islam asal Mongol.
Dinast Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Syafawi.
Salah satu kerajaan besar di India dan termuda adalah Kerajaan Mughal.
Babur adalah nama kecil dari Zaharuddin, yang artinya singa, ia lahir pada
hari Jum’at 24 Februari 1483. Ayahnya bernama Umar Mirza menjadi amir di
Ferghana, turunan langsung dari Miransyah putra ketiga dari Timur Lenk.
Sedangkan ibunya berasal dari keturunan Jengkuai, anak kedua dari Jengis Khan.
Pada usia 11 tahun,  Babur kehilangan ayahnya dan sekaligus menggantikan
kepemimpinan ayahnya dalam usia yang masih sangat muda. namun demikian ia
sangat pemberani sehingga kelihatan lebih matang dari usianya. Dia mendapat
latihan sejak dini, sehingga memungkinkannya untuk menjadi seorang pejuang dan
penguasa besar.
Babur berusaha menguasai Samarkand yang merupakan kota terpenting di
Asia Tengah pada saat itu. Pertama kali ia mengalami kekalahan untuk
mewujudkan cita-citanya. Kemudian berkat bantuan Ismail I, Raja Safawi,
1
Badri Yatim, MA.Drs, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1993), hal.145.
2
Ibid, hal.147
sehingga pada tahun 1494, Babur berhasil menaklukan kota Samarkand, dan pada
dengan Tahun 1504 menaklukan Kabul, ibukota Afganistan. Dari Kabul Babur
melanjutkan ekspansi ke India yang pada saat itu dipimpin oleh Ibrahim Lodi.
Ibrahim Lodi (cucu sultan lodi), sultan Delhi terakhir, memenjarakan
sejumlah bangsawan yang menentangnya. Ketika itu kewibawaan kesultanan
sedang merosot, karena ketidak mampuannya memimpin, atas dasar itulah Alam
Khan keluarga Lodi yang lain mencoba menggulingkannya  dengan meminta
bantuan Zahiruddin Babur (1482-1530 M ). Permintaan itu langsung diterima oleh
Babur dan bersama pasukannya menyerang Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M
terjadilah pertempuran yang sangat dasyat di Panipat. Ibrahim Lodi beserta ribuan
pasukannya terbunuh, dan Babur langsung mengikrarkan kemenangannya dan
mendirikannya pemerintahannya.
Setelah mendirikan kerajaan Mughal, Babur berusaha memperkuat
kedudukannya. Di pihak lain raja-raja Hindu di seluruh India menyusun angkatan
perang yang besar untuk menyerang Babur dan di Afganistan, golongan yang setia
pada keluarga Ibrahim Lodi mengangkat saudara kandung Ibrahim, Mahmud Lodi
menjadi Sultan. Sultan Mahmud Lodi bergabung dengan raja-raja Hindu tersebut.
Kali ini berarti harus berhadapan dengan pasukan koalisi, namun Babur tetap dapat
mengalahkan pasukan koalisi itu dalam pertempuran dekat Gogra tahun 1529 M.
Akan tetapi ia tidak lama menikmati hasil perjuangannya. Ia meninggal dunia pada
tanggal 26 Desember 1530 M pada usia 48 tahun setelah memerintah selama 30
tahun. Setelah Babur meninggal, Zahirudin Babur digantikan oleh anaknya,
Nashiruddin Humayun ( 1530-1539M ).
Humayun dalam menjalankan roda pemerintahanya banyak menghadapi
tantangan. Sepanjang masa pemerintahanya negara tidak pernah aman. Ia
senantiasa berperang melawan musuh. Diantara tantangan yang muncul adalah
Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan
ini dapat dipadamkan, Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai.
Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Syer Khan di Kanauj, dalam
peperangan ini Humayun mengalami kekalahan.  Ia terpaksa melarikan diri ke
Kandahar dan selanjutnya ke Persia ia mengenal tradisi Syi’ah, bahkan sering
dibujuk untuk memasukinya, begitu pula dengan anaknya Jalaluddin Muhammad
Akbar. Di sini pula ia membangun kekuatan militer yang telah hancur, dan berkat
bantuan Syah Tahmasph yang memberikan pasukan militer sebanyak 14.000
tentara, maka pada tahun 1555, Humayun mencoba merebut kembali kekuasaannya
dengan menyerbu Delhi yang pada saat itu diperintah Sikandar Sur. Akhirnya, ia
bisa menaklukan kota ini dan ia memerintah kembali pada tahun 1556 M.
  Kemudian Humayyun digantikan oleh anaknya, Abu al-Fath Jalal al-Din
Muhammad Akbar. Lebih dikenal dengan sebutan Akbar, dilahirkan di Amarkot,
15 Oktober 1542 M. dan memerintah ( 1556 - 1605 M ) dari usia 14 tahun.
Akbar  sebagai wali sultan yang masih muda maka diangkatlah Bairam Khan.
Bairam Khan seorang yang cakap, namun bukan orang yang bijaksana. Akbar
adalah seorang laki-laki yang memiliki naluri kerajaan yang kuat ”seorang raja
katanya, harus selalu sungguh-sunguh terhadap penaklukan; jika tidak, maka
negeri tetangganyalah yang akan mengangkat senjata terhadapnya.  Prinsip
tersebut membuat Akbar bertekad menjadi penguasa tertinggi di India yang tak
dapat digugat. Pada tahun 1605 M. Akbar meninggal dunia. Masa kepemimpinan
Akbar adalah puncak kejayaan kerajaan Mughal, tidak hanya dalam bidang politik
dan militer saja, tapi juga dibidang ekonomi, pendidikan, seni dan budaya,
administrasi, dan keagamaan. Kemajuan yang telah dicapai Akbar masih dapat
dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jehangir ( 1605 - 1628M ), Syah
Jehan ( 1628 - 1658 M ), dan Aurangzeb ( 1658 - 1707 M ), tiga Sultan
penerus Akbar ini memang terhitung raja-raja yang besar dan kuat. Setelah itu,
kemajuan Dinasti Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.

B.     Strategi dan Kebijakan Pemerintahan Dinasti Mughal.


Selama masa pemerintahannya Dinasti Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja.
Raja-raja yang sempat memerintah adalah :

1. Zahiruddin Muhammad Babur ( 1526 - 1530 )


Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa
kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal
kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh,
utamanya dari kalangan Hindu yang tidak menyukai berdirinya Kerajaan
Mughal. Orang-orang Hindu segera menyusun kekuatan gabungan, namun
Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran. Sementara itu
dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan Babur dengan
pimpinan Muhammad Lody. Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat
menumpas kekuatan Lody pada tahun 1529. Setahun kemudian yakni pada
tahun 1530 Babur meninggal dunia.

2. Humayun ( 1530 - 1556 ) Sepeninggal Babur


Tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bemama
Humayun. Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-
1556 M). Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi
kekuatan periode I. Sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal dari
serangan musuh, Humayun masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia
berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang
bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun 1450 Humayun mengalami
kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan.
Ia melarikan diri ke Persia. Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan.
Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa Syafawiyah yang bernama
Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan
di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi
pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan kekuatan Khan Syah. Setahun kemudian,
yakni pada tahun 1556 M Humayun meninggal.
3. Abu al-Fath Jalal al-Din Muhammad Akbar ( 1556 - 1605 ) Pengganti
Humayun
Muhammad Akbar adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa
pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal
sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India. Ketika menerima tahta
kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan
pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah. Di
awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa
keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan
yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang
dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak
berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan
tersebut sehingga terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada
tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap, kemudian dieksekusi.
Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh. Setelah Akbar
dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai
pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi’ah.
Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur
tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar
mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond,
Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa,
Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat
luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik. Keberhasilan
ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan
besar. Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan,
dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan
Mughal. Menurut Abu Su’ud, dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin
mendirikan Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya
tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan
berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali
masa kemajuan Mughal di India
4. Jahangir ( 1605 – 1627 M )
Kepemimpinan Jahangir yang didukung oleh kekuatan militer yang
besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil
dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman dan damai. Pada
masa kepemimpinannya, Jahangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M),
Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan
yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu
Muhammad Akbar.

e.       Syah Jihan ( 1628 – 1658 M )


Tampil meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbuh pada
pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi
Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun
pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya
memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar
Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari
Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan.
Pemberontakan ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan
inipun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati. Pada masa ini para pemukim
Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping mengganggu keamanan dan
toleransi hidup beragama, mereka menculik anak-anak untuk dibaptis masuk
agama Kristen. Tahun 1632 Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim Portugis
dan mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah Jahan meninggal dunia pada 1657,
setelah menderita sakit keras. Setelah kematiannya terjadi perang saudara.

f.       Aurangzeb ( 1658 – 1707 M )


Aurangzeb menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas
Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa
pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam.
Periode ini merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah
kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan supremasi
agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik keagamaan Akbar.

g.      Bahadur Syah ( 1707 – 1712 M )


Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga
tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja sesudah
Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal. Bahadur
Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi
perebutan antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam
persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal
Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra
Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya
sendiri. Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar
sebagai pemenang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang
raja meninggal terbunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali.
Keduanya kemudian mengangkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian
dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya
sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini
selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus
secara baik. Akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas
dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.

h.      Jehandar ( 1712 – 1713 M ).


Pada masa pemerintahan Syah Alam ( 1760 – 1806 M ) Kerajaan Mughal
diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani.
Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam
kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan
sebagai sultan. Akbar II ( 1806 – 1837 M ) pengganti Syah Alam, memberikan
konsesi kepada EIC untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana
yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris
harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi
awal masuknya pengaruh Inggris di India.

i.      Bahadur Syah ( 1837 – 1858 ).


Bahadur Syah ( 1837-1858 ) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian
yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur
Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir
dari istana pada tahun ( 1885 M ). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan
kerajaan Islam Mughal di India 

C.    Perkembangan Dinasti Mughal.


1.      Bidang Politik dan Pemerintahan.
Muhammad Akbar membentuk sistem pemerintahan militeristik.
Dalam pemerintahan tersebut, pemerintahan daerah dipegang oleh seorang
Sipah Salar (kepala komandan). Sedang wilayah distrik dipercayakan kepada
Faudjar (komandan). Jembatan-jembatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan
yang bercorak kemiliteran, pejabat-pejabat itu harus mengikuti latihan
kemiliteran.
Muhammad Akbar juga menerapkan politik Sulukhul ( toleransi
universal ). Politik ini mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama
kedudukanya. Mereka tidak dapat dibedakan menurut etnis dan agama. Politik
ini dapat menciptakan kerukunan masyarakat India yang sangat beragam.
Untuk undang-undang kerajaan, Sultan Akbar membuat Din Ilahi yaitu
suatu pandangan dan sikap keagamaan resmi kerajaan yaitu unsur-unsur
agama Islam, Hindu, Persia Kristen dan sebagainya yang harus dianut oleh
setiap orang.
Pada masa pemerintahan Aurangzeb telah terdapat jalinan kerjasama
dengan negara-negara Islam diluar India. Sejumlah penguasa Islam telah
mengirim duta atau perwakilan negara mereka ke Delhi, misalnya Syarif
Makkah, raja-raja Persia, Balkh, Bukhara dan Kasgar; para gubernur Turki
Basrah, Yaman dan Hadmarut, para pemimpin negeri Maghiribi dan Raja
Arbesinia.

2.      Bidang ekonomi dan perdagangan.


Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan
program pertanian, pertambangan dan perdagangan. Untuk mengelola
ekonomi pertanian pemerintah juga mengatur tentang organisasi pertanian.
Pada sektor pertanian ini komunikasi antara pemerintah dan rakyat terjalin
dengan baik. Deh merupakan unit lahan pertanian terkecil.Beberapa Deh
tergabung dalam Pargana ( desa ).
Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang
dinamakan muqaddam, yang mana kedudukannya dapat diwariskan, dia
mempunyai tanggung jawab menyetorkan penghasilan untuk menghindari
tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak kepemilikan tanah dan
pewarisan, tetapi jika tidak loyal maka pejabat lokal berhak menyitanya.

3.      Bidang Sosial dan Pendidikan.


Dalam bidang sosial pendidikan, Akbar membangun bangunan khusus
untuk tempat pengajian ilmu, dia juga berusaha menarik simpati para ulama
dengan menghibahkan sejumlah madrasah dan perpustakaan. Para rakyat
sangat dihargai karena tidak dibedakan antara etnis dengan agama, sehingga
semua rakyat India dpandang sama.

4.      Bidang Seni dan Budaya.


Seni Budaya dan arsitektur puncaknya terjadi pada masa sultan Syah
Jahan yang ditandai dengan berbagai karya budaya fisik, seperti karya
arsitektur monumental Taj Mahal, yang merupakan bangunan indah, yang
dimaksudkan sebagai tanda cinta kasihnya kepada istri tercinta Mumtaz Mahal.
Taj Mahal juga salah satu keajaiban dunia dan merupakan lambang peradaban
dan kebudayaan Islam masa Lampau di India. Selain itu juga Shah Jahan telah
membangun Masjid Mutiara, Masjid Jami’ di Delhi, serta takhta Merak, yaitu
singgasana yang dibuat dari emas, perak, intan, serta permata cemerlang.
Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana,
baik yang berbahasa Persia maupun India. Penyair India yang terkenal adalah
Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi menghasilkan karya besar 
berjudul Padmavat, sebuah karya yang mengandung pesan kebajikan jiwa
manusia.3 Pada masa Aurangzeb, muncul seorang sejarawan yang bernama
Abu Fadl dengan karyanya bernamma Akbar Nama dan Aini Akhbari, yang
memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figur pemimpinnya.
Akbar mensponsori ajaran Din Illahi, yaitu ajaran campuran berbagai unsur  
kepercayaan Hindu dan tasawuf dari unsur syi’ah.

D.    Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Mughal.


Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada dalam kejayaannya, para
pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dicapai
oleh pendahulu-pendahulunya. Kejayaan Mughal hilang dengan kematian
Aurangzeb Satu persatu penguasa daerah melepaskan diri dari pemerintahan pusat
di Delhi.
Pengganti Aurangzeb adalah Mu’azzam, setelah ia meninggal tahta
digantikan anaknya Azhim al-syah. Akan tetapi di tentang Zulkifar Khan, anak
‘Asad Khan (wazir Aurangzeb. Azaim al-syah meninggal tahun 1712 M. ia
digantikan oleh anaknya Jihandar Syah, tetapi ia disingkirkan oleh adiknya sendiri
Faruq Syah pada tahun 1713M. Jadi dalam dua tahun saja telah terjadi empat kali
pergantian sultan.  Sehingga dapat dibayangkan bagaimana kondisi kerajaan
Mughal saat itu.
Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap
daerah lemah. Pemerintahan daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari
pemerintah pusat. Bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahannya masing-
masing.. disintegrasi mulai terjadi, satu persatu daerah kekuasaan Mughal mulai
melepaskan diri. Keadaan ini diperparah lagi dengan datangnya ancaman baru

3
Ibid. hal.151
yang lebih kuat, yaitu datangnya perusahaan Inggris (EIC) yang memiliki senjata
modern melawan pemerintahan Mughal. Peperangan berlarut-larut. Akhirnya,
Syah Alam membuat perjanjian damai dengan melepaskan daerah Oudh, Bengal
dan Orisa kepada Inggris.
Pada saat tiga sultan berkuasa yaitu, Syah Alam, Akbar II dan Bahadur
Syah, Inggris diberi kepercayaan untuk mengembangkan usahanya. Dengan
jaminan memberikan fasilitas kehidupan Istana dan keluarganya.pada saat
terjadinya krisis EIC mengalami kerugian dan Inggrispun mulai mengadakan
pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena
rakyat merasa tertekan, maka terjadilah pemberontakan rakyat dibawah pimpinan
sultan Bahadur Syah pada bualan Mei 1857 M.
Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris
mendapat dukungan dari beberapa penguasa Hindu dan Muslim. Inggris kemudian
menjatuhkan hukuman yang kejam kepada pemberontak. Mereka diusir dari kota
Delhi, rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, sultan Mughal
terakhir diusir dari istana (1858 M). dengan demikian, berakhirlah sejarah
kekuasaaan kerajaan Mughal di India.
Ada beberapa faktor yang menyebabkab kekuasaan kerajaan Mughal itu
mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa kepada kehancurannya
pada tahun 1858 M, yaitu:
1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuasaan militer sehingga operasi militer
Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat dipantau oleh kekuatan maritime
Mughal. Begitu juga tidak terampilnya dalam mengoperasikan persenjataan
buatan Mughal sendiri.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elite politik, yang
mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3. Kurang cakapnya pemerintahan Aurangzeb sehingga konflik antar agama
terjadi sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya
4. Semua Sultan peawaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang
lemah dalam bidang kepemimpinan.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kerajaan Mughal adalah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di India dari
abad ke- 16 hingga abad ke- 19. Dinasti ini didirikan oleh Zaharuddin Babur yang
merupakan keturunan Timur Lenk, penguasa Islam asal Mongol
Raja-raja Dinasti Mughal
1.      Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530).
2.      Humayun (1530-1556). Sepeninggal Babur
3.      Akbar (1556-1605). Pengganti Humayun
4.      Jahangir (1605-1627).
5.      Syah Jihan (1628-1658).
6.      Aurangzeb (1658-1707).
7.      Bahadur Syah (1707-1712).
8.      Jehandar (1712-1713).
9.      Bahadur Syah (1837-1858).

Kemajuan Kerajaan Mughal dalam berbagai bidang


1.      Politik dan pemerintahan.
2.      Bidang ekonomi dan perdagangan.
3.      Bidang social dan pendidikan.
4.      Bidang seni dan budaya.

Kemunduran kerajaan mughal


1.      Terjadi stagnasi
2.      Kemerosotan moral dan hidup
3.      Kurang cakapnya pemerintahan Aurangzeb
4.      Semua Sultan peawaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang
lemah dalam bidang kepemimpinan.

DAFTAR PUSTAKA
                                                                                                     
https://www.bacaanmadani.com/2017/08/sejarah-berdirinya-kerajaan-islam.html
Ali K, Sejarah Islam dari awal hingga runtuhnya dinasti Usmani Tarikh
pramoderen ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 1996 )
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993 )

Anda mungkin juga menyukai