Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ALIRAN ILMU KALAM WAHABI”


Makalah ini dibuat dan dipresentasikan pada Mata Kuliah
“Ilmu Kalam”

Pembimbing: Mohammad Luthfi Yusuf, MA

Disusun oleh:
Kelompok 11
Awwal Ginanjar

PROGRAM STUDI STRATA 1 (S1)


MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
BUNTET PESANTREN CIREBON
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarganya, para sahabatnya, serta kita
selaku umat-Nya hingga akhir zaman.
Makalah ini berjudul tentang Aliran-aliran dalam Ilmu Kalam yaitu lebih
khususnya mengenai aliran salafi wahabi, latar belakang kemunculannya,
perkembangan tokoh dan sektenya serta doktrin-doktrin pokoknya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mohammad Luthfi Yusuf,
MA selaku dosen pengampu yang telah membimbing kami dalam pembuatan
makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak
yang telah membantu mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Kami juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan
dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kami
khususnya selaku penulis.

Cirebon, Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Munculnya Salafi-Wahabi ...................................................... 2
2.1.1 Wahabi ..................................................................................... 2
2.1.2 Salafi ........................................................................................ 3
2.2 Perkembangan ...................................................................................... 4
2.3 Sekte-sekte Aliran Salafi-Wahabi ........................................................ 6
2.4 Doktrin-doktrin Salafi Wahabi ............................................................. 6
2.5 Perkembangan ......................................................................................
Salafi Wahabi di Indonesia .................................................................. 7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 9
3.2 Saran ..................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbicara mengenai Salafi – Wahabi acapkali menimbulkan
beberapa pertanyaan? Dimana kebanyakan dari masyarakat Indonesia
seringkali merasa resah dan terganggu dengan adanya kelompok ini.
Keresahan ini disebabkan oleh golongan dari mereka yang senang
mengkafir-kafirkan kelompok lain. Misalnya saja tahlilan, ziarah kubur
mereka mengganggap bahwa tahlilan adalah bid’ah. Aliran ini
menggunakan pendekatannya secara tektstual dalam memahami Al-quran
dan hadits, sehingga pemahaman mereka sangatlah sempit dan kaku. Oleh
karena itu, Salafi Wahabi mudah sekali mengafirkan kelompok lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah munculnya Salafi Wahabi?
2. Bagaimana perkembangan dan tokoh Salafi Wahabi?
3. Apa sekte-sekte ajaran Salafi Wahabi?
4. Apa doktrin-doktrin dalam ajaran Salafi Wahabi?
5. Bagaimana perkembanagan ajaran Salafi Wahabi di Indonesia

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui sejarah munculnya Salafi Wahabi.
2. Untuk mengetahui perkembangan tokoh ajaran Salafi Wahabi.
3. Untuk mengetahui sekte-sekte ajaran Salafi Wahabi.
4. Untuk mengetahui doktrin-doktrin dalam ajaran Salafi Wahabi.
5. Untuk mengetahui perkembangan ajaran Salafi Wahabi di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Munculnya Salafi – Wahabi


2.1.1 Wahabi
Wahabi adalah nama sebuah aliran yang dinisbatkan
kepada nama pendirinya yang bernama Muhammad ibnu Abdul
wahab ibnu sulaiman an-Najdi. Ia lahir di kota ‘Uyaynah yang
terletak di wilayah Najd tahun 1115 hijriah ( 1703 Masehi) dan
wafat tahun 1206 hijriah (1792 Masehi). Ia wafat dengan umur
sekitar 91 tahun.
Semenjak kecil Muhammad Ibnu Abdul Wahab ini sangat
menyukai buku-buku Tafsir, Hadits dan prinsip-prinsip keimanan
(akidah). Beliau hidup dilingkungan sunni pengikut Madzhab
Hanbali dan banyak mempelajari ilmu fiqih bermadzhab hanbali
dari ayahnya yang bernama Syaikh Abdul Wahab. Syaikh Abdul
Wahab ini adalah seorang ulama Madzhab Hanbali dan juga
seorang qadhi (hakim). Selain itu, Muhammad Ibnu Wahab juga
belajar dari beberapa guru-gurunya yang berasal dari Mekah dan
Madinah, diantaranya syaikh Muhammad Hayat as-sindi, Syaikh
Muhammad ibnu sulaiman al-Kurdi, dan lainnya.
Hingga pada suatu ketika Muhammad Ibnu Abdul Wahab
ini menganggap bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan
penduduk Najd sebagai hal yang menyimpang. Dia sangat
menentang praktik kaum muslim yang bertawasul kepada
Rasulullah saw. Sebenarnya Ayah kandung dari Muhammad Ibnu
Abdul Wahab ini telah lama merasa aneh dan janggal melihat
pemikiran anaknya tersebut. Bahkan kakak kandung Muhammad
Ibnu Abduk Wahab (Sulaiman bin Abdul Wahab), mengkritik
keras dan menolak pandangan keagamaan dari adiknya ini.
Kritikan Sulaiman tersebut ditulis dalam buku al-Shawa’iq al-
Ilahiyyah fi al-Radd ‘ala al-wahabiyyah.

2
Sejak ayahnya meninggal Muhammad Ibnu Wahab ini
merasa bebas berpendapat dan sering menyerang prilaku umat
Islam yang betentangan dengan pendapatnya. Hingga akhirnya dia
mendirikan kelompok yang bernama Wahabi. Aliran ini
menggunakan pendekatan tekstual dalam Al-quran dan hadis,
sehingga pendekatan yang mereka gunakan tersebut sangat sempit
dan kaku. Akibatnya, aliran ini dengan begitu mudahnya
menyalahkan, membid’ahkan dan mengkafirkan orang lain yang
tidak sepaham dengan mereka
2.1.2 Salafi
Kata “Salafi” merupakan sebuah bentuk penisbatan kepada
as-salaf. Kata “as Salaf” sendiri secara bahasa artinya orang-orang
yang mendahului atau terdahulu. Secara terminologi as Salaf
adalah generasi yang dibatasi oleh sebuah penjelasan Rasulullah
Saw. Sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadits,”Sebaik-
baik manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang
mengikuti mereka (tabi’in), kemudian yang mengikuti mereka
(tabi’at -tabi’in).” (H.R.Bukhari dan muslim). Berdasarkan hadits
tersebut, maka yang dimaksud dengan As-salaf adalah para sahabat
Nabi Saw, kemudian Tabi’in (pengikut nabi setelah masa sahabat),
lalu Tabi’at Tabi’in (pengikut setelah nabi setelah masa tabi’in,
termasuk di dalamnya para Imam Madzhab karena mereka semua
hidup di tiga abad pertama sepeninggal Rasullah Saw.)
Munculnya istilah “salafi” untuk menggelari orang yang
mengklaim dirinya sebagai satu-satunya penerus ajaran as-salafu
ash-shahih ( para sahabat, tabi’in dan tabi’at tabi’in) itu, bukan dari
para sahabat Nabi saw, bukan dari para ulama salaf terdahulu,
bahkan bukan pula dari para imam ahli hadist. Namun nama Salafi
sendiri dipopulerkan oleh Nashiruddin al-Albani, karena untuk
menyamarkan kewahabiannya mereka menyebut diri mereka salafi.
Al Bani sendiri mengubah nama wahabi menjadi salafi untuk

3
menyamarkan dan merefreshkan kembali faham tersebut,
dikarenakan image yang sudah dipandang negatif.
Dalam pandangan al-Bani, salafi adalah suatu gerakan
pemurnian ajaran Islam, mengampanyekan dan memberantas
segala sesuatu yang dianggap bid’ah. Di tangan kelompok salafi,
daftar bid’ah menjadi semakin banyak dan panjang. Wahabi hanya
memberantas ziarah kubur, tawasul, maulid Nabi, dan amaliah
lainnya, sementara salafi lebih dari itu, mereka memahami
fenomena modern juga bagian dari bid’ah dan harus dijauhi.
Karenanya, tidak mengherankan bila sebagian ulama salafi
mengharamkan perempuan mengemudi, demokrasi dan partai
politik, mengharamkan televisi, poto, dan patung.

2.2 Perkembangan dan Tokoh


Terdapat tiga tokoh utama Salafi Wahabi, yaitu Ibnu Taimiyah al-
Harrani, Muhammad Ibnu Abdul Wahab, dan Muhammad Nashiruddin al-
Albani. Pemikiran mereka nyaris tidak membangun jarak dengan
kerancuan serta beragam penyimpangan.
Penyimpangan yang dilakukan Ibnu Taimiyah (guru Salafi
Wahabi) ialah meliputi spirit menyebarkan paham bahwa zat Allah sama
dengan makhluk-Nya, meyakini kemurnian Injil dan Taurat bahkan
menjadikannya referensi, alam dunia dan makhluk diyakini kekal abadi,
membenci keluarga Nabi, menghina para sahabat utama Nabi,
melemahkan hadis yang bertentangan dengan pahamnya, dan masih
banyak lagi yang lainnya.
Wajar saja ratusan ulama terkemuka dari berbagai madzhab
(Hanafi, Maliki, Syafi’i, Ja’fari/Ahlul Bait, dan Syiah Itsna Asyariah)
sepakat atas kesesatan Ibnu Taimiyah, juga kesesatan orang-orang yang
mengikutinya, kaum Salafi Wahabi. (Hal ini tercantum dalam kitab di
antaranya kitab al-Wahhabiyah fi Shuratiha al-Haqiqiyyah karya Sha’ib
Abdul Hamid dan kitab ad-Dalil al-Kafi fi ar-Raddi ‘ala al-Wahhabi karya
Syaikh Al-Bairuti. (hal. 90).

4
Sebagai penguat dari fenomena itu, terdapat ratusan tokoh ulama,
ahli fikih dan qadhi yang membantah Ibnu Taimiyah. Para ulama
Indonesia pun ikut andil dalam menyoroti kesesatan Ibnu Taimiyah ini,
seperti KH Muhammad Hasyim Asy’ari (Rais ‘Am Nahdhatul Ulama dari
Jombang Jawa Timur), KH. Abu al-Fadhl (Tuban Jawa Timur), KH.
Ahmad Abdul Hamid (Kendal Jawa Tengah), dan ulama-ulama nusantara
tersohor lainnya.
Pendiri Salafi Wahabi, Muhammad Ibnu Abdul Wahab, juga
membiaskan pemikiran yang membuat banyak umat Islam galau
kehidupannya. Dibanding Ibnu Taimiyah, sikap keberagamaan Abdul
Wahab tak kalah memiriskan. Penyimpangan Abdul Wahab yang terbilang
amat kentara, diantaranya yaitu:
1. Mewajibkan umat Islam yang mengikuti mazhabnya hijrah ke Najd.
2. Mengharamkan shalawat kepada Nabi, menafsirkan al-Qur’an &
berijtihad semaunya.
3. Mewajibkan pengikutnya agar bersaksi atas kekafiran umat Islam,
merasa lebih baik dari Rasulullah.
4. Menyamakan orang-orang kafir dengan orang-orang Islam.
5. Mengkafirkan para pengguna kata “sayyid”.
6. Mengkafirkan ulama Islam di zamannya secara terang-terangan.
7. Mengkafirkan imam Ibnu Arabi, Ibnu Sab’in dan Ibnu Faridh.
8. Mengkafirkan umat Islam yang tidak mau mengkafirkan, dan
9. Memuji kafir Quraisy-munafik-murtad tapi mencaci kaum Muslimin.
(dalam buku Ulama Sejagat Menggugat Salafi Wahabi hal. 97-120).
Nasib Abdul Wahab tidak jauh beda dengan Ibnu Taimiyah;
ratusan tokoh ulama sezaman dan setelahnya menyatakan kesesatannya.
Di antara para ulama yang menyatakan hal itu adalah ulama terkenal Ibnu
Abidin al-Hanafi di dalam kitab Radd al-Mukhtar ‘ala ad-Durr al-Mukhtar.
Juga Syaikh ash-Shawi al-Mishri dalam hasyiah-nya atas kitab Tafsir al-
Jalalain ketika membahas pengkafiran Abdul Wahab terhadap umat Islam.
Searah dengan Ibnu Taimiyah dan Abdul Wahab, Muhammad
Nashiruddin al-Albani melakukan tindakan yang membentur kemurnian

5
ajaran Islam. Ia telah mengubah hadits-hadits dengan sesuatu yang tidak
boleh menurut Ulama Hadis. Sehingga, sebagaimana diakui Prof Dr
Muhammad al-Ghazali, al-Albani tidak dapat dipertanggungjawabkan
dalam menetapkan nilai suatu hadis, baik shahih maupun dhaif.

2.3 Sekte-sekte Aliran Salafi -Wahabi


Menurut Din Wahib, ada tiga macam kelompok salafi yang
berkembang di Indonesia. Tiga kelompok tersebut ialah salafi puris, salafi
haraki, dan salafi jihadi.
1. Salafi Puris, yaitu kelompok yang mengampanyekan jargon kembali
kepada al-Qur’an dan hadis, serta menjauhi praktik keagamaan yang
dipahami mereka sebagai syirik, bid’ah, dan khurafat. Sikap kelompok
ini terhadap pemerintah dan negara bervariasi ada yang menolak
organisasi ataupun partai, ada yang koperatif dan terbuka dengan
komunitas lain.
2. Salafi Haraki, yaitu kelompok yang mendukung pemurnian ajaran
Islam dan tidak setuju dengan ideologi dan aturan negara yang tidak
berlandaskan secara langsung kepada syariat. Meskipun bersebarangan
dengan negara yang tidak menerapkan syariat Islam, kelompok ini
tidak melakukan penyerangan dan pemberontakan. Hanya sebatas
pemikiran saja.
3. Salafi Jihadi, yaitu kelompok yang mendukung pemurnian ajaran
Islam dan menolak negara yang tidak berdasarkan syariat Islam
sebagaimana Salafi Jihadi, serta melakukan penyerangan terhadap
praktek ataupun kelompok yang melakukan kesalahan. Kelompok ini
seringkali melakukan kerusakan, pembunuhan, dan pemboman dengan
mengatasnamakan jihad.

2.4 Doktrin – doktrin Salafi Wahabi


1. Memahami al-Qur’an dan hadis secara tekstual dan tidak
menggunakan perangkat pengetahuan yang biasa digunakan ulama

6
untuk memahami al-Qur’an dan hadis: misalnya, ushul fikih, ilmu
tafsir, ilmu hadis, ilmu bahasa, dan lain-lain.
2. Memahami al-Qur’an dan hadits setengah-setengah dan tidak
mengonfirmasi dan menyesuaikannya dengan ayat ataupun hadits yang
lainnya.
3. Menganggap setiap amalan yang tidak ada dalil spesifiknya dalam al-
Qur’an dan hadits sebagai bid’ah.
4. Memahami setiap perbuatan yang tidak dilakukan Rasulullah sebagai
bid’ah dan haram dilakukan.
5. Meyakini bahwa andaikan perbuatan itu boleh dilakukan, sudah pasti
dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya.
6. Mengajak orang untuk kembali kepada al-Qur’an dan hadits, serta
meninggalkan madzhab fikih, tetapi mereka malah sering merujuk
pendapat tokoh-tokoh mereka.
7. Memahami permasalahan dari bungkusnya saja, tanpa melihat isi dan
substansinya.

2.5 Perkembangan Salafi Wahabi di Indonesia


Perkembangan Salafi Wahabi di Indonesia, tidak terlepas dari
peran Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Dulu, lembaga ini
berhasil mengirimkan banyak mahasiswa untuk belajar ke Timur-Tengah
berkat dukungan dana dari Jemaah Wahabi. Dimana sebagian dari alumni
Timur-Tengah tersebut menjadi agen penyebaran ideologi wahabi setelah
pulang ke Indonesia.
Selain DDII, LIPIA sebagai lembaga pendidikan Islam yang
dibiayai penuh Arab Saudi juga berperan penting dalam penyebaran
ideologi wahabi di tanah air. Sebagaimana diketahui, LIPIA memberikan
beasiswa penuh kepada seluruh mahasiswa, yang menjadi daya tarik
tersendiri bagi kalangan santri atau pelajar agama untuk kuliah di lembaga
ini.

7
LIPIA pertama kali dipimpin oleh Syeikh Abdul Aziz Abdullah al-
Ammar, murid tokoh salafi Syekh Abdullah bin Baz. Seluruh pengajar
kampus ini didatangkan dari Timur-Tengah dan kurikulumnya mengikuti
kurikulum Universitas Riyad. Sebagian besar pentolan wahabi Indonesia
merupakan alumni LIPIA juga.
Di antara alumni LIPIA yang menjadi penyebar paham wahabi
ialah Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Farid Okbah, Ainul Harits, Abu Bakar
M. Altway, Ja’far Umar Thalib, Abdul Hakim Abdat, Aman
Abdurrahman, dan lainlain. Perlu diketahui, Aman Abdurrahman ini
termasuk orang yang memiliki pengaruh kuat terhadap sebagian besar
kelompok teroris di Indonesia. Bahkan, sebagian kasus bom di Indonesia
didalangi oleh Aman.
Selain alumni LIPIA, paham wahabi semakin menyebar di Tanah
Air pasca pulangnya beberapa alumni Arab Saudi. Mereka menyebarkan
paham tersebut tidak hanya melalui lembaga pendidikan, tetapi juga
majelis pengajian. Hasil pengajian mereka dipublikasikan dan disebarkan
secara pasif di internet. Di antara alumni Arab Saudi yang menyebarkan
ideologi wahabi ialah Firanda, Khalid Basalamah, Syafiq Basalamah, dan
lain-lain.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Wahabi adalah nama sebuah aliran yang dinisbatkan kepada nama
pendirinya yang bernama Muhammad ibnu Abdul wahab ibnu sulaiman
an-Najdi. Ia lahir di kota ‘Uyaynah yang terletak di wilayah Najd tahun
1115 hijriah ( 1703 Masehi) dan wafat tahun 1206 hijriah (1792 Masehi).
Ia wafat dengan umur sekitar 91 tahun. Beliau hidup dilingkungan sunni
pengikut Madzhab Hanbali dan banyak mempelajari ilmu fiqih
bermadzhab hanbali dari ayahnya yang bernama Syaikh Abdul Wahab.
Sejak ayahnya meninggal Muhammad Ibnu Wahab ini merasa bebas
berpendapat dan sering menyerang prilaku umat Islam yang betentangan
dengan pendapatnya. Hingga akhirnya dia mendirikan kelompok yang
bernama Wahabi. Aliran ini menggunakan pendekatan tekstual dalam Al-
quran dan hadis, sehingga pendekatan yang mereka gunakan tersebut
sangat sempit dan kaku. Akibatnya, aliran ini dengan begitu mudahnya
menyalahkan, membid’ahkan dan mengkafirkan orang lain yang tidak
sepaham dengan mereka
Salafi, pertama kali dipopulerkan oleh Nashruddin al Bani. Dimana
Nashruddin memakai nama baru untuk aliran Wahabi, karena memang
image dari wahabi itu sendiri s dipandang negatif maka untuk
mengelabui masyarakat digunakanlah istilah baru wahabi yaitu Salafi.
2. Terdapat tiga tokoh utama Salafi Wahabi, yaitu Ibnu Taimiyah al-
Harrani, Muhammad Ibnu Abdul Wahab, dan Muhammad Nashiruddin
al-Albani. Pemikiran mereka nyaris tidak membangun jarak dengan
kerancuan serta beragam penyimpangan. Penyimpangan yang dilakukan
Ibnu Taimiyah (guru Salafi Wahabi) ialah meliputi spirit menyebarkan
paham bahwa zat Allah sama dengan makhluk-Nya, meyakini kemurnian
Injil dan Taurat bahkan menjadikannya referensi, alam dunia dan
makhluk diyakini kekal abadi, membenci keluarga Nabi, menghina para

9
sahabat utama Nabi, melemahkan hadis yang bertentangan dengan
pahamnya, dan masih banyak lagi yang lainnya.
3. Menurut Din Wahib, ada tiga macam kelompok salafi yang berkembang
di Indonesia. Tiga kelompok tersebut ialah salafi puris, salafi haraki, dan
salafi jihadi.
4. Memahami al-Qur’an dan hadis secara tekstual dan tidak menggunakan
perangkat pengetahuan yang biasa digunakan ulama untuk memahami al-
Qur’an dan hadis: misalnya, ushul fikih, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu
bahasa, dan lain-lain. Sehingga pemahaman mereka mengenai Al –
Qur’an sangatlah kaku dan mudah sekali mengkafirkan serta
membid’ahkan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh rasulullah saw.
5. Perkembangan Salafi Wahabi di Indonesia, tidak terlepas dari peran
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dan LIPIA. Lembaga ini
acapkali mengirimkan banyak mahasiswa untuk belajar ke Timur-Tengah
berkat dukungan dana dari Jemaah Wahabi. Dimana yang nantinya
sebagian dari alumni Timur-Tengah tersebutlah yang menjadi agen
penyebaran ideologi wahabi ke Indonesia.

3.2 Saran
Dengan selesainya penulisan makalah ini, semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan kami khususnya selaku penyusun.
Kami mengharap saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan penulisan berikutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

 Akhyar, Miftahul. 2012. Risalah Ahlusunnah Waljama’ah. Surabaya:


Khalista.

 Islamiyah Harakah. Buku Pintar Salafi – Wahabi.


https://harakahislamiyah.com/filez/pdf/2018/04/18/272/buku-pintar-salafi-
wahabi.pdf (pada tanggal 10 Mei 2019)

 A. Shihabuddin. Telaah Kritis Atas Salafi – Wahabi.


https://shalawat.weebly.com/uploads/1/0/0/5/100588526/telaah_kritis_atas
_doktrin_faham_wahabi-salafi.pdf (pada tanggal 11 Mei 2019)

 Mangasing, Mansur. Muhammad Ibn Abd Wahab Dan Gerakan Wahabi.


https://www.jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/aricle/download/181/171
(pada tanggal 11 Mei 2019)

 https://www.nu.or.id/post/read/34226/menelanjangi-kesesatan-salafi-
wahabi (pada tanggal 12 Mei 2019)

11

Anda mungkin juga menyukai