Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FUNGSI PARTAI POLITIK DALAM REKRUITMEN POLITIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Politik

Disusun oleh :
Jannatul Ma’wa
180221083

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah yang berjudul Fungsi Partai Politik dan Rekruitmen Politik dalam
rangka memenuhi tugas Individu Mata Kuliah Pembelajaran SPI. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan atau petunjuk maupun
pedoman bagi yang membaca makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Saran dan kritik yang membangun akan penulis terima
dengan hati terbuka agar dapat meningkatkan kualitas makalah ini.
Demikian yang dapan penulis sampaikan. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terima kasih.

Cirebon, Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................... i


Daftar Isi......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Partai Politik di Indonesia ..................................................... 2
B. Definsisi Partai Politik ....................................................................... 2
C. Klasifikasi Partai Politik .................................................................... 3
D. Fungsi Partai Politik ........................................................................... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Sebagai negara demokrasi yang berlandaskan UUD. Negara
Indonesia sangatlah menghargai pendapat ataupun aspirasi dari rakyatnya.
Oleh karena itu UUD telah mengatur dan menjamin sebagaimana rakyat
Indonesia, bebas untuk berkumpul ataupun berorganisasi. Sehingga setiap
rakyat pun terdorong untuk membentuk suatu organisasi.
Sejak di adakannya pemilihan umum secara langsung melalui
voting (pemungutan suara terbanyak). Pemilihan umum di Indonesia sejak
masa kemerdekaan Republik Indonesia, sudah di lengkapi dengan berbagai
macam partai politik. Partai Politik adalah organisasi yang bersifat
nasional dan di bentuk oleh sekelompok warganegara indonesia secara
sukarela atas dasar kepentingan bersama.

B. Rumusan Masalah.
Sebagaimana dengan latarbelakang masalah yang telah di jelaskan
di atas. Dengan demikian rumusan masalah yang akan di bahas, yaitu:
1. Bagaimana sejarah lahirnya partai politik di Indonesia?
2. Apakah definisi dari partai politik?
3. Bagaimana pengklasifikasian atau pengelompokan partai?
4. Apakah fungsi atau peranan dari partai politik?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Partai Politik di Indonesia.


Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat.
Pada mulanya perkembangannya hanya di negara-negara barat seperti
Inggris dan Perancis. Kegiatan politik di pusatkan pada kelompok-
kelompok politik dalam parlemen. Dengan meluasnya hak pilih, kegiatan
politik berkembang di luar parlemen dengan terbentuknya panitia
pemilihan umum.
Sejak masa penjajahan Belanda dan Jepang, macam-macam partai
politik yang bertujuan sosial maupun berasaskan agama telah ada di
Indonesia. Seperti partai Budi Utomo, Muhammadiyah, Sarekat Islam,
PNI, Katolik, Masyumi, dan sebagainya. Hal ini merupakan suatu bentuk
manifestasi rakyat Indonesia yang menginginkan Indonesia merdeka dari
bangsa asing.
Syarat pembentukan partai politik pun telah di atur sedemikian
rupa di dalam UU tentang partai politik. Seperti halnya di dalam pasal 2
ayat 1tahun 2008 UU partai politik. Telah di jelaskan bahwa, “partai
politik di dirikan dan di bentuk paling sedikit 50 orang warga negara
Indonesia yang berusia 21 tahun dengan akta notaris”.[1] Sehingga setiap
kelompok orang tidak dapat dengan sembarangan ingin membentuk suatu
partai politiknya sendiri.
Dengan demikian pada suatu negara demokrasi, peranan partai
politik sangatlah di perlukan. Demi mendukung sistem demokrasi tersebut.

B. Definisi Partai Politik.


Partai politik secara umum dapat di definisikan dengan,
sekumpulan kelompok orang yang mempunyai tujuan ataupun
kepentingan yang sama. Dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan
merebut kekuasaan politik. Biasanya dengan cara konstitusional untuk

2
melaksanakan kebijaksanaan mereka.[2] Berbagai pengertian atau definisi
dari partai politik menurut beberapa para ahli, yaitu:
 Carl J. Friedrich: Partai Politik adalah “sekelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan
penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya,
berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya
kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil”.[3]
 R. H. Soltau: “Partai Politik adalah sekelompok warga negara yang
sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan
politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih.
Bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan
umum mereka”.[4]
 UU Partai Politik pasal 1 ayat 1 tahun 2008: Partai Politik adalah
organisasi yang bersifat nasional dan di bentuk oleh sekelompok warga
negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan
cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik
anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan UUD
1945.[5]

C. Klasifikasi Partai Politik.


Klasifikasi partai dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jika
dilihat dari segi komposisi dan fungsi kenggotaannya, secara umum partai
poltik dapat dibagi dalam dua jenis yaitu partai as dan partai kader. Partai
masa mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota,
oleh karena itu ia biasanya terdir dari pendukung – pendukung dari
berbagai aliran alira politik dalam masyarakat yang sepakat untuk
bernaung di bawahnya dalam memperjuangkan suatu program yang
biasanya luas dan agak kabur. Namun, kelemahan dari partai massa
masing –masing aliran atau kelompok yang bernaung di bawah partai
massa cenderung untuk memaksakan kepentingan masing – masing,

3
terutama pada saat – saat krisis, sehingga persatuan dalam partai dapat
menjadi lemah atau hilang sama sekali, hal itu menyebabkan salah satu
golongan memisahkan diri dan mendirikan partai baru. Sedangkan partai
kader mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja dari
anggotanya. Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian doktrin politik
yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon anggotanya
dan memecat anggota yang menyeleweng dari garis partai yang telah
ditetapkan.
Klasifikasi lainnya dapa dilakukan dari segi sifat dan orientasi,
secara umum dapat dibagi dalam dua jenis yaitu partai lindungan dan
partai ideology atau partai azas.
Partai lindungan biasanya memiliki organisasi nasional yang
kendor, disiplin yang lemah dan biasanya tidak terlalu mementingkan
pemungutan iuran secara teratur. Sedangkan partai ideology atau azas
biasanya mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam
kebijaksanaan pimpinan dan berpedoman pada disiplin partai yang kuat
dan mengikat.
Pembagian di atas sering dianggap kurang memuaskan karena
dalam setiap partai ada unsure lindungan serta pembagian rezeki di
samping pandangan hidup tertentu. Oleh karena itu Maurice Duverger
dalam bukunya yang berjudul Political Parties, mengklasifikasikan partai
politik ke dalam tiga jenis, yaitu sistim partai tunggal, sistim dwi-partai
dan sistim multi-partai.
a. Sistem Partai Tunggal.
Dalam sistem ini, hanya ada satu partai dalam suatu negara atau
ada satu partai yang mempunyai kedudukan dominan di antara
beberapa partai lainnya untuk dapat menyalurkan aspirasi rakyat.
Sehingga aspirasi rakyat tidak dapat berkembang dengan baik.
Segalanya ditentukan oleh satu partai tanpa adanya campur tangan
partai lain, baik sebagai saingan maupun sebagai mitra. Partai tersebut
tentunya adalah partai yang mengendalikan pemerintahan. Suasana

4
kepartaian dinamakan non-kompetitif karena partai- - partai yang ada
harus menerima pimpinan dari partai yang dominan dan tidak
dibenarkan untuk saling bersaing secara merdeka melawan partai itu.
Contohnya adalah Partai Nazi di Jerman, Partai Fascis di Italia dan
Partai Komunis di Uni Soviet, RRC, Jerman.
Negara yang paling berhasil meniadakan negara – negara lain
ialah Uni Soviet, Partai komunis Uni Soviet bekerja dalam suasana
yang non-kompetitif. Tidak ada partai lain yang boleh bersaing.
Oposisi dianggap sebagai pengkhianatan.
b. Sistem Dwi-Partai
Dalam sistem ini diartikan adanya dua partai dalam suatu
negara atau adanya dua partai yang berperan dominan dari partai yang
lain. Dalam sistem ini di bagi jelas antara partai yang berkuasa dan
partai oposisi. Partai yang kalah berperan sebagai pengecam utama tapi
yang setia terhadap kebijaksanaan partai yang duduk dalam
pemerintahan, dengan pengertian bahwa peranan ini sewaktu – waktu
dapat bertukar tangan. Dalam persaingan memenangkan pemilihan
umum kedua partai berusaha untuk merebut dukungan orang – orang
yang ada di tengah dua partai dan yang sering dinamakan pemilih
terapung.
Sistem dwi-partai dapat berjalan dengan baik apabila terpenuhi
tiga syarat, yaitu komposisi masyarakat homogeny, consensus dalam
masyarakat mengenai azas dan tujuan sosial yang pokok kuat, dan
adanya kontinuitas sejarah. Contohnya adalah Partai Konservatif
(Tory) dan Partai Buruh di Inggris serta Partai Liberal dan Partai
Buruh di Australia.
Inggris biasanya di kemukakan sebagai contoh yang paing ideal
dalam menjalankan sistem dwi-partai. Partai buruh dan Partai
Konservatif boleh di katakan tidak mempunyai pandangan yang
banyak berbeda mengenai azas dan tujuan politik, dan perubahan
pimpinan umumnya tidak terlalu mengganggu kontinuitas dalam

5
kebijaksanaan pemerintah. Perbedaan yang pokok hanya berkisar pada
cara–cara dan kecepatan melaksanakan beberapa program
pembaharuan yang menyangkut masalah sosial, perdagangan dan
industri. Di samping kedua partai tadi ada beberapa partai kecil
lainnya, diantaranya yan paling penting adalah Partai Liberal.
Kedudukan partai ini relatif sedikit artinya dan baru terasa perannya
jika kemenangan yang dicapai oleh salah satu partai besar hanya tipis
sekali, sehingga perlu diadakan koalisi dengan Partai Liberal.
c. Sistem Multi-Partai
Dalam sistem ini terdapat lebih dari dua partai. Ada negara
yang mempunyai sampai 12 partai, walau umumnya berkisar antara 5
sampai 8 partai saja. Indonesia hanya memiliki tiga orsospol. Negara
lainnya yang menganut sistem multi partai adalah Jerman, Perancis,
Jepang, Malaysia.
Dalam sistem multi-partai, jika tidak ada partai yang meraih
suara mayoritas, maka terpaksa dibentuk pemerintahan koalisi.
Penentuan suara mayoritas adalah “setengah tambah satu”, yaitu
bahwa sekurang – kurangnya lebih dari separuh jumlah anggota
parlemen.

D. Fungsi Partai Politik.


Sistem politik memiliki memiliki beberapa fungsi yang di
laksanakan oleh partai politik itu sendiri. Terdapat 7 fungsi yang menjadi
pengendali dari sistem politik tersebut ketika menjalankan sebuah tugas
atau wewenangnya. Salah satu utama dari fungsi partai politik ialah
mencari dan mempertahankan kekuasaan seperti fungsi rekrutmen dan
fungsi-fungsi lain yang akan dijabarkan.
a) Sosisalisasi Politik.
Fungsi pertama yaitu fungsi sosialisasi politik. Yang dimaksud
dengan sosialisasi politik ialah proses pembentukan sikap dari diri
politik masyarakat itu sendiri. Melalui proses sosialisasi politik inilah

6
para anggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap
kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Proses ini
berlangsung seumur hidup mereka baik secara sengaja dan tidak.
Contoh dari yang tidak disengaja yaitu melalui pendidikan. Contoh
dari yang tidak disengaja itu melalui pengalaman sehari-hari baik dari
keluarga atau pun dari warga masyarakat sekitarnya..
Dari segi metode penyampaian pesan, sosialisasi politik dibagi
dua, yakni pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan
politik merupakan suatu proses pembelajaran yang diajarkan antara
pemberi dan penerima pesan. Dalam proses ini, para anggota
masyarakat mempelajari dan lebih mengetahui tentang nilai-nilai,
norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya yang ada. Mulai
dari pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai
politik. Cara yang dilakukan dalam proses ini seperti melalui kegiatan
kursus, latihan kepemimpinan, diskusi dan keikutsertaan dalam
berbagai forum pertemuan.
Sedangkan indoktrinasi politik diartikan sebagai proses sepihak
ketika penguasa memanipulasi warga masyarakat untuk menerima
nilai, norma, dan simbol yang dianggap pihak yang berkuasa sebagai
sesuatu hal yang ideal dan baik. Cara yang dilakukan yaitu dengan
melalui kegiatan berbagai forum pengarahan yang penuh paksaan
psikologis, dan latihan yang penuh disiplin.
b) Rekrutmen Politik.
Rekrutmen politik ialah seleksi dan pemilihan umum atau
seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk
melaksanakan sejumlah peranan dalam system politikpada umumnya
dan pemerintahan pada khususnya[6]. Dalam artian, fungsi ini adalah
fungsi untuk memilih seseorang yang benar-benar mengetahui atau
ahli dalam menjalankan peranan dan system politik di sebuah lembaga
atau pemerintahan

7
Partai politik merupakan partai tunggal dari sistem politik
totaliter dimana partai ini memiliki porsi besar. Porsi besar yang
dimaksud yaitu partai politik memiliki suatu tugas atau tanggung
jawab yang dimiliki kepada seluruh partai yang ada di partai politik.
Partai politik ini merupakan partai mayoritas dalam badan perwakilan
rakyat sehingga berwenang membentuk pemrtintahan dalam system
politik demokrasi.
Tujuan kedua dari fungsi rekrutmen adalah mencari dan
mempertahankan kekuasaan. Selain itu,fungsi rekrutmen politik sangat
penting bagi kelangsungan system politik sebab tanpa elite yang
mampu melaksanakan peranannya,kelangsungan hidup sistem politik
akan terancam.
c) Partisipasi Politik.
Partisipasi Politik ialah kegiatan warga Negara biasa dalam
memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum
dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan[7]. Kegiatan yang
di maksud, antara lain, mengajukan tuntutan, membayar pajak,
melaksanakan keputusan, mengajukan kritik kepada suatu kebijakan
umum yang sudah dibuat oleh pemerintah. Partai politik juga memiliki
fungsi untuk membuka kesempatan, mendorong dan mengajak para
anggota dan anggota masyarakat lain untuk menggunakan partai
politik sebagai kegiatan mereka untuk memengaruhi suatu proses
politik.
Jadi, partai politik dapat disebut sebagai wadah dalam
partisipasi politik. Fungsi ini memiliki porsi yang lebih tinggi dari
sistem politik totaliter dalam partai politik, karena fungsi ini lebih
mengharapkan ketaatan dari warga daripada aktivitas warganya.
d) Pemadu Kepentingan.
Dalam masyarakat, terdapat sejumlah kepentingan yang
berbeda dengan orang lain bahkan acapkali bertentangan, seperti antara
kehendak yang diinginkan seseorang dan kehendak yang tidak

8
diinginkan oleh orang lain, seperti mendapatkan keuntungan sebanyak-
banyaknya dan kehendak untuk mendapatkan barang dan jasa dengan
harga murah tetapi bermutu, antara kehendak untuk mencapai dan
mempertahankan pendidikan tinggi yang bermutu tinggi, tetapi dengan
jumlah penerimaan mahasiswa yang lebih sedikit dengan kehendak
masyarakat untuk menyekolahkan anak ke perguruan tinggi, antara
kehendak menciptakan dan memelihara kestabilan politik dengan
kehendak berbagai kelompok, seperti mahasiswa, intelektual, pers, dan
kelompok agama untuk berkumpul dan menyatakan pendapat secara
bebas.
Fungsi pemadu kepentingan ini merupakan salah satu fungsi
utama partai politik sebelum fungsi rekrutmen yang mencari dan
mempertahankan kekuasaan. Fungsi ini sangat menonjol dalam system
politik demokrasi. Karena dalam sistem politik totaliter, kepentingan
dianggap seragam jadi partai politik dalam sistem ini kurang
melaksanakan fungsi pemadu kepentingan. Alternatif kebijakan umum
yang diperjuangkan oleh partai tunggal dalam sistem politik totaliter
lebih banyak merupakan tafsiran atas ideologi doktriner. Dalam sistem
politik demokrasi, ideologi digunakan sebagai cara memandang
permasalahan dan perumusan penyelesaian masalah dengan
menggunakan konsep atau teori.
e) Komunikasi Politik.
Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi
mengenai politik dari pemerintahan kepada masyarakat dan dari
masyarakat kepada pemerintah[8]. Disini partai politik memiliki fungsi
yang sangat penting yaitu sebagai komunikator politik. Funsi ini tidak
hanya menyampaikan segala keputusan pemerintah tetapi juga
menjalankannya.
Dalam melaksanakan fungsi ini, partai politik tidak begitu saja
menyampaikan segala informasi yang disampaikan pemerintah kepada
masyarakat atau dari masyarakat kepada pemerintah. Tetapi partai

9
politik memiliki cara sendiri agar masyarakat ataupun pemerintah
dapat memahami informasi dengan mudah. Partai politik
menggunakan konsep dasar dari ilmu komunuikasi dimana penerima
informasi (komunikan) dapat dengan mudah memahami dan
memanfaatkan informasi tersebut.
Dengan kebijakan pemerintah ini segala aspirasi atau pendapat,
keluhan dan tuntutan masyarakat sudah dapat diterjemahkan dari
bahasa teknis ke bahasa yang dapat dimengerti oleh pemerintah
sekarang ini. Jadi, proses komunikasi politik antara pemerintah dan
masyarakat dapat berlangsung secara efektif melalui partai politik.
f) Pengendalian Konflik.
Dalam arti luas konflik yang dimaksud dari fungsi ini, mulai
dari perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik antar-individu
atau kelompok dalam masyarakat. Dalam Negara demokrasi, setiap
warga Negara atau kelompok masyarakat berhak menyampaikan dan
memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya sehingga konflik
merupakan gejala yang sukar. Akan tetapi, suatu sistem politik hanya
akan mentolerir atau menerima konflik yang tidak mengancurkan
dirinya sehingga permasalahannya tidak menjadi semakin menambah
konflik yang terjadi, melainkan mengendalikan konflik melalui
lembaga demokrasi untuk mendapatkan penyelesaian dalam bentuk
keputusan politik.
Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi
untuk mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihak-
pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi
dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik yang kemudian
permasalahan ini dibawa ke dalam cara musyawarah badan perwakilan
rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan secara
politik. Untuk mencapai penyelesaian berupa keputusan politik itu,
diperlukan kesediaan berkompromi antara para wakil rakyat, yang
berasal dari partai-partai politik. Apabila partai-partai politik keberatan

10
untuk mengadakan kompromi, atau bahkan tidak mengikuti cara
musyawarah yang ditetapkan berarti partai politik bukan
mengendalikan konflik, melainkan menciptakan konflik dalam
masyarakat tersebut.
g) Kontrol Politik.
Kontrol politik ialah kegiatan untuk menunjukan kesalahan,
kelemahan, dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam
pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh
pemerintah[9]. Kebijakan pelaksanaan yang dibuat dan dilaksanakan
oleh pemerintah. Dalam melakukan suatu kontrol politik atau
pengawasan yang pertama dilakukan yaitu adanya tolak ukur yang
jelas sehingga kegiatan itu bersifat objektif.
Tolak ukur dalam fungsi kontrol politik ini berupa nilai-nilai
dan norma politik yang dianggap ideal dan baik. Kemudian dijabarkan
ke dalam berbagai kebijakan atau peraturan perundang-undangan.
Selain itu, tujuan kontrol politik adalah meluruskan kebijakan atau
pelaksanaan kebijakan yang menyimpang dan memperbaiki yang
keliru sehingga kebijakan dan pelaksanaannya sejalan dengan tolak
ukur tersebut.[10] Fungsi kontrol ini merupakan salah satu mekanisme
politik dalam sistem politik demokrasi umtuk memperbaiki dan
memperbaharui dirinya secara terus-menerus.
Jika fungsi kontrol politik tersebut dilaksanakan maka partai
politik harus menggunakan tolak ukur. Sebab tolak ukur merupakan
kesepakatan bersama yang menjadi landasan atau pegangan bersama.
Berdasarkan fakta, tidak semua fungsi partai politik
dilaksanakan dalam porsi besar dan tingkat keberhasilan yang sama.
Tetapi semua fungsi dijalankan sesuai kepada sistem politik itu sendiri
yang menjadi faktor yang melingkupi partai politik tersebut, tetapi
juga ditentukan oleh faktor lain. Di antaranya yaitu berupa dukungan
atau semangat yang diberikan anggota masyarakat terhadap partai
politiknya.

11
Menurut pasal 11 ayat 1 dalam Undang-Undang Partai Politik.
Partai Politik berfungsi sebagai sarana:
1) Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi
warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;[11]
2) Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat;[12]
3) Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat
dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;[13]
4) Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan[14]
5) Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui
mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan
keadilan gender.[15]

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Partai politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat
dalam mengembangkan kahidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi
kebebasan yang bertanggung jawab.Dengan kondisi Partai Politik yang
sehat dan fungsional, maka memungkinkan untuk melaksanakan
rekrutmen pemimpin atau proses pengkaderan, pendidikan politik dan
kontrol sosial yang sehat. Dengan Partai Politik pula, konflik dan
konsensus dapat tercapai guna mendewasakan masyarakat. Konflik yang
tercipta tidak lantas dijadikan alasan untuk memecah belah partai, tapi
konflik yang timbul dicarikan konsensus guna menciptakan partai yang
sehat dan fungsional
Menumbuhkan Partai Politik yang sehat dan fungsional memang
bukan perkara mudah. Diperlukan sebuah landasan yang kuat untuk
menciptakan Partai Politik yang benar-benar berfungsi sebagai alat
artikulasi masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik-cet. Ke-26. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama, 2004.
Rudy, Teuku May. Pengantar Ilmu Politik-cet. pertama. Bandung: Eresco, 1993
Sanit, Arbi. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik-cet. ketujuh. Jakarta: Grasindo, 2010.
Syafiie, Inu Kencana. Ilmu Politik-cet. pertama. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Undang-Undang Partai Politik & Perubahannya (2011).

14

Anda mungkin juga menyukai