Anda di halaman 1dari 4

kelompok Khawārij selalu memberontak kepada pemerintahan yang sah.

Hal ini sesuai


dengan salah satu doktrin politiknya, yaitu memberontak terhadap pemerintah dan
memisahkan diri dari jama’ah muslimin merupakan bagian dari agama.

Asy-Syahratsani berkata: “Siapa saja yang keluar dari ketaatan terhadap pemimpin yang
sah, yang telah disepakati, maka ia dinamakan khariji (seorang khawārij), baik keluarnya di
masa sahabat terhadap al-Khulafa ar-Rasyidin atau kepada pemimpin setelah mereka di
masa tabi’in, dan juga terhadap pemimpin kaum muslimin di setiap masa.”

Sekte Khawarij dan doktrin ajarannya :


a. Al-Muhakkimah

Sekte ini merupakan golongan dan generasi yang pertama dalam aliran khawarij dan merupakan
khawarij asli yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib ketika terjadi kasus tahkim yang kemudian
membangkang. Mereka memisahkan diri dan kumpul dalam desa yang bernama Harura di daerah
Kufah. Nama al-Muhakkimah berasal dari semboyan mereka lā hukma illā lillāh ( menetapkan hukum
itu hanyalah hak Allah).

Mereka menolak tahkīm karena dianggap bertentangan dengan perintah Allah Swt. dalam QS. al-
Hujurât (49): 9 yang menyuruh memerangi kelompok pembangkang sampai mereka kembali ke jalan
Allah Swt.

Mereka menganggap Mu’awiyah, Amr bin Ash dan Abu Musa al Asy’ari menyeleweng terhadap
perjanjian dan telah menjadi kafir. Menurut mereka, Ketaatan kepada khalifah adalah wajib, selama
berada pada jalan keadilan dan kebaikan. Jika menyimpang, wajib diperangi dan bahkan
dibunuhnya.

b. Al-Azariqah

Setelah kaum al-Muhakkimah dapat dihancurkan oleh pasukan Ali bin Abi Thalib, kaum Khawarij
muncul dengan kekuatan baru bersama sekte al-Azariqah. Sekte ini lahir sekitar tahun 60 H (akhir
abad ke-7 M) di daerah perbatasan antara Irak dan Iran. Nama al-Azariqah dinisbahkan kepada
pemimpinnya, yaitu Abi Rasyid Nafi’ bin al-Azraq.

Setiap orang Islam yang menolak ajaran al-Azariqah dianggap musyrik. Bahkan pengikut al-Azariqah
yang tidak berhijrah ke dalam wilayahnya, juga dianggap musyrik. Menurut mereka, semua orang
Islam yang musyrik boleh ditawan dan dibunuh, termasuk anak dan istri mereka. Berdasarkan prinsip
ini, pengikut al-Azariqah banyak melakukan pembunuhan terhadap sesama umat Islam yang berada
di luar daerah mereka. Mereka memandang daerah mereka sebagai dar al-Islām (negara Islam), di
luar daerah itu dianggap dar al-kufr (daerah yang dikuasai/diperintah oleh orang kafir).

Al-Azariqah mempunyai sikap yang lebih radikal dari al-Muhakkimah. Mereka tidak lagi
menggunakan istilah kafir, tetapi istilah musyrik. Di dalam Islam, syirik merupakan dosa yang
terbesar, lebih besar dari kufur.
Mereka juga mempunyai doktrin, orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka adalah termasuk
orang musyrik. Begitu juga pengikut al-Azariqah yang tidak mau hijrah kedalam lingkungan mereka
juga dipandang musyrik.

c. An-Najdah

Pendiri sekte ini adalah Najdâh bin Amir al-Hanafi, penguasa daerah Yamamah. Lahirnya kelompok
ini sebagai reaksi terhadap pendapat Nafi’, pemimpin al-Azariqah yang mereka pandang terlalu
ekstrem.

Paham teologi an-Najdat yang terpenting adalah bahwa orang Islam yang tak sepaham dengan
mereka dianggap kafir. Orang seperti ini menurut mereka akan masuk neraka dan kekal di dalamnya.
Pengikut an-Najdâh sendiri tidak akan kekal dalam neraka walaupun melakukan dosa besar. Bagi
mereka dosa kecil dapat meningkat menjadi dosa besar bila dikerjakan terus-menerus. Dalam
perkembangan selanjutnya, sekte ini mengalami perpecahan.

d. Al-‘Ajaridiyah

Pendiri sekte ini adalah Abdul Karīm bin Ajarad. Dibandingkan dengan al-Azariqah, doktrin teologi
kaum al-Ajaridiyah jauh lebih moderat. Mereka berpendapat bahwa tidak wajib berhijrah ke wilayah
mereka seperti yang diajarkan Nafi’, tidak boleh merampas harta dalam peperangan kecuali harta
orang yang mati terbunuh, dan tidak dianggap musyrik anak-anak yang kecil. Bagi mereka, al-Qur’an
sebagai kitab suci tidak layak memuat cerita-cerita percintaan, seperti yang terkandung dalam surah
Yusuf. Oleh karena itu, surah Yusuf dipandang bukan bagian dari Al-Qur’an.

e. As-Sufriyah

Nama as-Sufriyah dinisbahkan kepada Ziad bin Ashfār. Sekte ini membawa paham yang mirip dengan
paham al-Azariqah, hanya lebih lunak. Doktrin teologinya yang penting adalah istilah kufr atau kafir.
Istilah kafir itu mengandung dua arti, yaitu kufr an-ni’mah (mengingkari nikmat Tuhan) dan kufr
billāh (mengingkari Tuhan). Untuk arti pertama, kafir tidak berarti keluar dari Islam.

f. Al-Ibadiyah.

Sekte ini dimunculkan oleh Abdullāh bin Ibad al-Murri at-Tamimi pada tahun 686 M. Doktrin teologi
yang terpenting antara lain bahwa orang Islam yang berdosa besar tidak dikatakan mukmin,
melainkan muwahhid (orang yang dimaksud adalah kafir nikmat, yaitu tidak membuat pelakunya
keluar dari agama Islam).

Selanjutnya, yang dipandang sebagai daerah dar at-tauhid (daerah yang dikuasai orang–orang Islam),
tidak boleh diperangi. Harta yang boleh dirampas dalam perang hanya kuda dan alat perang. Sekte
al-Ibadiyyah dianggap sebagai golongan yang paling moderat dalam aliran Khawārij.
Doktrin pokok ajaran khawarij

ajaran-ajaran pokok golongan ini adalah kaum muslimin yang berbuat dosa besar adalah kafir.
Kemudian, kaum muslimin yang terlibat dalam perang Jamal, yakni perang antara Aisyah, Thalhah,
dan dan Zubair melawan khalifah Ali bin Abi Thalib dihukumi kafir. Kaum Khawarij memutuskan
untuk membunuh mereka berempat tetapi hanya berhasil membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib ra.
Menurut mereka Khalifah harus dipilih rakyat serta tidak harus dari keturunan Nabi Muhammad
Saw. dan tidak mesti keturunan Quraisy. Jadi, seorang muslim dari golongan manapun bisa menjadi
khalifah asalkan mampu memimpin dengan benar.

Doktrin Akidah :

a. Setiap umat Muhammad Saw. yang terus menerus melakukan dosa besar hingga matinya
belum melakukan taubat, maka dihukumkan kafir serta kekal dalam neraka.
b. Membolehkan tidak mematuhi aturan-aturan kepala negara, bila kepala negara tersebut
khianat dan zalim.
c. Amal soleh merupakan bagian esensial dari iman. Oleh karena itu, para pelaku dosa besar
tidak bisa lagi disebut muslim, tetapi kafir. Dengan latar belakang watak dan karakter
kerasnya, mereka selalu melancarkan jihad (perang suci) kepada pemerintah yang berkuasa
dan masyarakat pada umumnya.
d. Kaum Khawarij mewajibkan semua manusia untuk berpegang kepada keimanan, apakah
dalam berpikir, maupun dalam segala perbuatannya. Apabila segala tindakannya itu tidak
didasarkan kepada keimanan, maka konsekwensinya dihukumkan kafir.
e. Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk kedalam surga, sedangkan orang
yang jahat harus masuk neraka). f) Amar ma’ruf nahi munkar.
f. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan. h) Qur’an adalah makhluk. i)
Memalingkan ayat-ayat al-Quran yang bersifat mutasyabihat (samar).

Doktrin Politik :

a. Mengakui kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a., sedangkan
Usman bin Affan r.a. dan Ali bin Abi Thalib r.a., juga orang-orang yang ikut dalam perang
Jamal, dipandang telah berdosa.
b. Dosa dalam pandangan mereka sama dengan kekufuran. Mereka mengkafirkan setiap pelaku
dosa besar apabila ia tidak bertobat. Dari sinilah muncul istilah kafir dalam faham kaum
Khawarij.
c. Khalifah tidak sah, kecuali melalui pemilihan bebas diantara kaum muslimin. Oleh karenanya,
mereka menolak pandangan bahwa khalifah harus dari suku Quraisy.
d. Ketaatan kepada khalifah adalah wajib, selama berada pada jalan keadilan dan kebaikan. Jika
menyimpang, wajib diperangi dan bahkan dibunuhnya.
e. Mereka menerima al-Quran sebagai salah satu sumber di antara sumber-sumber hukum
Islam.
f. Khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib r.a. adalah sah, tetapi setelah terjadi peristiwa taḥkīm
tahun ke-7 dan kekhalifahannya Usman bin Affan r.a. dianggap telah menyeleweng.
g. Mu’awiyah dan Amr bin Ash dan Abu Musa al Asy’ari juga dianggap menyeleweng dan telah
menjadi kafir.

Anda mungkin juga menyukai