OLEH :
NIM : E041201028
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmat dan hidayah-Nya
lah, saya selaku penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Pemikiran Politik Islam yang
berjudul “Al-Farabi Pemikir Politik Islam Era Klasik” dengan tepat waktu.
Penulis menyadari, makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna
menghasilkan makalah yang lebih baik.
Adapun harapan penulis mengenai makalah “Al-Farabi Pemikir Politik Islam Era Klasik”
ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah sebuah unit budaya yang khas dan mandiri. Pemikiran politik berusaha
menjelaskan hubungan, terutama konsep keadilan antara kekuasaan dan penguasa, dan
distribusi barang yang adil kepada masyarakat. Pemikiran politik Islam pada umumnya
merupakan bagian penting dari sejarah intelektual manusia. Ide ini terdiri dari tradisi
yang konsisten dan berkesinambungan dengan logikanya sendiri, terpisah dari tradisi
Barat. Yang mana di dalamnya terdapat sub-sub cerita.
Berbicara tentang pemikiran politik Islam di abad klasik dan pertengahan (abad klasik
merentang dari tahun 650 – 1250 M. dan abad pertengahan 1250 – 1800 M.), berarti
berbicara soal teori dan konsep tentang politik Islam yang digagas oleh para Ulama dan
Pemikir Islam, antaranya Ibnu Abi Rabi`, al-Farabiy, al-Mawardiy, al-Ghazaliy, Ibnu
Taimiyah, Ibnu Khaldun, dan lain-lainnya. Pada makalah kali ini, saya selaku penulis
akan membahas mengenai tokoh pemikir politik Islam di masa klasik yakni al-Farabi
terkait dengan latar belakangnya, pemikiran-pemikiran politiknya, serta situasi dan
kondisi politik pada masa al-Farabi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang al-Farabi?
2. Bagaimana pemikiran politik Islam al-Farabi?
3. Bagaimana situasi dan kondisi politik pada masa al-Farabi?
C. Tujuan
1. Menjelaskan latar belakang al-Farabi.
2. Menjelaskan pemikiran politik Islam al-Farabi.
3. Menjelaskan situasi dan kondisi politik pada masa al-Farabi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Al-Farabi
Al-Farabi adalah Nashar Muhammad bin Muhammad bin Thurkhan bin Unzalagh. Al-
Farabi dilahirkan di Turkey tepatnya di kota Wasij, wilayah Farab, termasuk wilayah
Turkistan pada tahun 257 H./ 870 M dari seorang ayah berketurunan Turkey dan ibu
berketurunan Persia (Iran). Beliau wafat pada tahun 339 H./950 M. Al-Farabi masa
hidupnya pernah berguru kepada seorang Ilmuan Kristen Nastura, yaitu; Abu Bisyir
Matta bin Yunus, seorang penerjemah banyak karya Plato dan pemikir-pemikir Yunani
yang lain. Tidak cukup belajar dengan Abu Bisyir Matta bin Yunus, al-Farabi juga
belajar kepada seorag Ilmuan Kristen yang lain di Harran, yaitu; Yohana bin Heilan. Pada
zaman pemerintahan Khalifah Muqtadir (dari Dinasti Abbasiyah), al-Farabi belajar
berbagai disiplin ilmu pengetahuan, antaranya; Ilmu Bahasa Arab (Nahu Sharaf), Logika
(Mantiq), Ilmu Pasti, Kedokteran, Musik, dan lain-lain kepada guru-guru yang lain,
antaranya; Abu Bakar bin Siraj.
Sebagai seorang Ilmuan, Al-Farabi tergolong tokoh Filsafat terkemuka di Dunia Islam
(Kana akbaru Falasifah al-Muslimin `alal ithlaqhaytsu ansya`a mazhaban falsafiyan
kaamilan). Hal ini sebagaimana diakui oleh para Sarjana, baik di Timur atau pun di Barat.
Para ahli sejarah menyebutkan bahwa al-Farabi memiliki kemampuan yang sangat luar
biasa dalam memahami Ilmu-ilmu Kemanusiaan (Antropologi), Matematika, Kimia, Ilmu
Ketentaraan (al-Ulum al-`Asykariyah), Musik, Ilmu Pengetahuan Alam (al-Ulum al-
Thabi`iyah), Ilmu-ilmu Ketuhanan (al-Ilahiyyah), Ilmu Peradaban Manusia (al-Ilmu al-
Madaniy), Ilmu Fiqh (al-Fiqh), Mantiq (Logika), Akhlak (Etika dan Moral), dan
Politik.341Banyak kalangan para Ulama dan Pemikir, antaranya; Ibnu Sina dan Ibnu
Rusydi dan lain-lain merujuk kepada al-Farabi dalam penelitianmereka. Oleh karena itu,
al-Farabi dianggap sebagai guru kedua (al-Muallim al-Tsani) dalam hazanah peradaban
Islam, di mana Aristoteles dianggap sebagai guru pertama (al-Muallim alawwal) dalam
hazanah peradaban Yunani.
B. Pemikiran Politik Al-Farabi
Banyak ahli meyakini bahwa pemikiran al-Farabi menunjukkan pengaruh pemikiran para
filsuf Yunani kuno seperti Plato atau Aristoteles. Menurutnya, tatanan sosial bertujuan
untuk membawa kebahagiaan bagi seluruh warga negara, baik di dunia maupun di
akhirat. Banyak kalangan para Ulama dan Pemikir, antaranya; Ibnu Sina dan Ibnu Rusydi
dan lain-lain merujuk kepada al-Farabi dalam penelitian mereka.
f. Tujuan Negara
Dalam konteks ini, al-Farabi menegaskan bahwa setiap umat atau bangsa harus
memiliki ideologi, yaitu ara` yang tetap untuk menjamin tercapainya tujuan dan cita-
cita yang diinginkan bersama. Ini berarti mau atau tidak suatu umat atau bangsa harus
bersedia berkorban dalam bentuk apa-pun melalui berbagai pendekatan efektif dan
langkah strategis agar tujuan dan cita-cita tersebutdapat terealisasi dengan baik.
Seperti apa tujuan negaraideal al-Farabi. Abbas Mahmud di dalam karyanya; al-
Farabi, menegaskan bahwa tujuan negara ideal al-Farabi adalah negara tersebut dapat
menyediakan berbagai fasilitas untuk lahirnya kebahagiaan (al-sa`adah atau
happiness) yang dapat dinikmati oleh seluruh rakyat (ummah) negara tersebut, baik di
dunia ini dan sekaligus di akhirat nanti. Pandangan ini tentu saja didasarkan pada
pernyataan al-Farabi sendiri bahwa kerja sama (al-ta`awun) di antara sesam warga
negara, baik di kota-kota (al-mudun), di wilayah-wilayah yang luas (al-umam),
ataupun di daerah-daerah yang sedang berlangsung pembangunannya (alma`murah),
semua kerja sama dan aktivitas mereka diarahkan menuju ke suatu titik muara, yaitu
memperoleh kebahagiaan hakiki ( hasilatun `ala al-sa`adah al-haqiqiyah).380Hal ini
sebagaimana ditegaskan al-Farabi di tempat yang sama di dalam karyanya;Ara` Ahl
al-Madinah al-Fadhilahbahwa setiap negara bisa memperoleh kebahagiaan (al-
sa`adah, happines), maka sebuah negara di mana semua rakyatnya bersatu padu untuk
bekerja sama dan tolong menolong dalam berbagai hal dan berbagai aspek kehidupan
dalam rangka merelisasikan kebahagiaan hakiki (al-sa`adah `alal haqiqah), menurut
al-Farabi kesatuan dan gabungan semua rakyat dalam bekerja sama untuk suatu
tujuan, yaitu kebahagiaan disebut negara ideal.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbicara tentang pemikiran politik Islam di abad klasik dan pertengahan (abad klasik
merentang dari tahun 650 – 1250 M. dan abad pertengahan 1250 – 1800 M.), berarti
berbicara soal teori dan konsep tentang politik Islam yang digagas oleh para Ulama dan
Pemikir Islam, salah satunya al-Farabi. Al-Farabi adalah Nashar Muhammad bin
Muhammad bin Thurkhan bin Unzalagh. Al-Farabi dilahirkan di Turkey tepatnya di kota
Wasij, wilayah Farab, termasuk wilayah Turkistan pada tahun 257 H./ 870 M dari
seorang ayah berketurunan Turkey dan ibu berketurunan Persia (Iran). Beliau wafat pada
tahun 339 H./950 M. Banyak ahli meyakini bahwa pemikiran al-Farabi menunjukkan
pengaruh pemikiran para filsuf Yunani kuno seperti Plato atau Aristoteles. Menurutnya,
tatanan sosial bertujuan untuk membawa kebahagiaan bagi seluruh warga negara, baik di
dunia maupun di akhirat. Banyak kalangan para Ulama dan Pemikir, antaranya; Ibnu Sina
dan Ibnu Rusydi dan lain-lain merujuk kepada al-Farabi dalam penelitian mereka.
Adapun salah satu pemikiran al-Farabi adalah tentang politik yang dia tuangkan dalam
dua karyanya Al-Siyasah Al Madaniyyah (Pemerintahan politik) dan Ara ‟Al-Madinah
AlFadhilah (pendapat-pendapat tentang negara utama) banyak dipengaruhi oleh konsep
Plato yang menyamakan negara dengan tubuh manusia. Ada kepala, tangan, kaki dan
anggota tubuh lainnya yang masing-masing memiliki fungsi tertentu. Yang paling
penting dalam tubuh manusia adalah kepala, karena di kepala terdapat otak yang mana
segala perbuatan manusia dikendalikan, sedangkan untuk mengendalikan kerja otak
dilakukan oleh hati. Demikian juga dengan negara.
DAFTAR PUSTAKA