Anda di halaman 1dari 11

PEMIKIRAN POLITIK

Bacharuddin Jusuf Habibie


REGINA DWI PUTRI CAHYANI

e041201008

ILMU SOSIAL DAN ILMU UNIVERSITAS HASANUDDIN


BIOGRAFI
Bacharuddin Jusuf Habibie
 Bacharuddin Jusuf Habibie, (25 Juni 1936 – 11 September
2019) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Sebelumnya,
B.J. Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ke-7,
menggantikan Try Sutrisno. B. J. Habibie menggantikan Soeharto yang
mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei
1998. Sebelum memasuki dunia politik, Habibie dikenal luas sebagai
seorang profesor dan ilmuwan dalam teknologi aviasi internasional dan
satu-satunya presiden Indonesia berlatarbelakang teknokrat
B.J. Habibie kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid yang
terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu
1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari (sebagai wakil
presiden) dan juga selama 1 tahun dan 5 bulan (sebagai presiden), B. J.
Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan
masa jabatan terpendek. B. J. Habibie merupakan presiden Indonesia
pertama yang terlahir di luar Jawa dan berasal dari etnis
Karier
politik
Bacharuddin Jusuf
Habibie
Bacharudin Jusuf Habibie atau yang lebih dikenal dengan B.J. Habibie
adalah tokoh yang pintar dalam hal teknologi pesawat terbang. B.J.
Habibie adalah sosok yang sangat diidolakan oleh masyarakat. Di
samping sebagai seorang yang ahli dalam teknologi pesawat terbang, B.J.
Habibie juga terjun dalam dunia politik. B.J. Habibie memulai karier
politiknya di tanah air sebagai Penasihat Pemerintah Indonesia pada
bidang teknologi tinggi dan teknologi pesawat. Pada tahun 1978 B.J.
Habibie diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi
(Menristek) dalam Kabinet Pembangunan III (Makka, 2012). Jabatan ini
dipegangnya selama lima kali berturut-turut dalam kabinet pembangunan
hingga tahun 1998. Masyarakat Indonesia sebelum menggelar pemilu
tahun 1997, sebenarnya B.J. Habibie pernah menyampaikan niatnya
kepada keluarga dan kerabat dekat bahwa ia berencana akan berhenti dari
jabatan selaku menteri setelah Kabinet Pembangunan Enam berakhir.
Akan tetapi pada 11 Maret 1998, MPR memilih dan mengangkat B.J.
Habibie 156 sebagai Wakil Presiden RI ketujuh (Shahab, 2008). B.J.
Periode
pemerintahan
Bacharuddin Jusuf
Habibie
Ketika Habibie naik sebagai Presiden, Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi terburuk dalam waktu 30
tahun terakhir, disebabkan oleh krisis mata uang yang didorong oleh hutang luar negeri yang luar biasa besar
sehingga menurunkan nilai rupiah menjadi seperempat dari nilai tahun 1997. Krisis yang telah menimbulkan
kebangkrutan teknis terhadap sektor industri dan manufaktur serta sektor finansial yang hampir ambruk,
diperparah oleh musim kemarau panjang yang disebabkan oleh El Nino, yang mengakibatkan turunnya
produksi beras. Ditambah kerusuhan Mei 1998 telah menghancurkan pusat-pusat bisnis perkotaan,
khususnya dikalangan investor keturunan Cina yang memainkan peran dominan dalam ekonomi Indonesia.
Larinya modal, dan hancurnya produksi serta distribusi barang-barang menjadikan upaya pemulihan menjadi
sangat sulit, hal tersebut menyebabkan tingkat inflasi yang tinggi. Dalam pidato pertamanya pada tanggal 21
Mei 1998, malam harinya setelah dilantik sebagai Presiden, pukul 19.30 WIB di Istana Merdeka yang
disiarkan langsung melalui RRI dan TVRI, B.J. Habibie menyatakan tekadnya untuk melaksanakan
reformasi. Beberapa poin penting dari pidatonya tersebut adalah kabinetnya akan menyiapkan proses
reformasi di ketiga bidang yaitu :
1. Di bidang politik antara lain dengan memperbarui berbagai perundang-undangan dalam rangka lebih
meningkatkan kualitas kehidupan berpolitik yang bernuansa PEMILU sebagaimana yang diamanatkan oleh
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
2. Di bidang hukum antara lain meninjau kembali UU Subversi.
Pemikiran
politik
Bacharuddin Jusuf Habibie
Dalam hal pemikiran, antara Presiden BJ. Habibie dengan Presiden Soeharto ada perbedaan pemikiran
dalam menyikapi atau memahami politik/kekuasaan. Menurut Habibie, kekuasaan adalah sarana
perjuangan dalam pengabdian kepada bangsa dan negara. Kekuasaan merupakan amanah yang
diberikan oleh rakyat dan harus ditunaikan dengan baik untuk kepentingan rakyat.
Bahkan, BJ. Habibie menempatkan kekuasaan lebih religius, meski dalam konteks demokrasi bukan
berarti sakral, yakni sebagai fungsi dari kehendak Tuhan dan fungsi dari kehendak rakyat. Sehingga,
kekuasaan harus dilaksanakan sesuai ajaran Tuhan dan dilaksanakan untuk memenuhi kehendak dan
kedaulatan.
Konsep tersebut secara jelas membedakan antara presiden BJ. Habibie dengan presiden Soeharto.
Dengan menjalankan konsep tersebut, menunjukkan bahwa presiden BJ. Habibie tidak haus akan
kekuasaan dan berambisi meraih kekuasaan dengan berbagai cara. Ia pun juga tidak perlu ngotot
dalam rangka untuk memperjuangkan dan menduduki kursi kepresidenan lagi. Berdasarkan penjelasan
tersebut, di samping sebagai ilmuwan yang hebat dalam dunia pesawat terbang, BJ. Habibie juga
seorang tokoh politik yang hebat dan disegani. Ia mempunyai peran yang penting dalam transformasi
politik di Indonesia. Ketika Presiden Soeharto mundur sebagai presiden Indonesia pada Mei 1998, BJ.
Habibie yang waktu itu berkedudukan sebagai wakil presiden. Maka, sesuai dengan Pasal 8 Undang-
undang Dasar 1945 maka BJ. Habibie yang menggantikan Soeharto sebagai presiden.
Pada masa kepemimpinan Habibie sebagai presiden, dia banyak mengeluarkan surat keputusan dan
undang-undang yang penting dalam kemajuan dan kebebasan berdemokrasi di Indonesia. Politik yang
Kebijakan Saat Menjabat
Sebagai Presiden RI

Bacharuddin Jusuf Habibie


Dalam kurun waktu 17 bulan pemerintahannya, banyak
kebijakan yang dikeluarkan Presiden BJ. Habibie, pada waktu itu
Kabinet Reformasi Pembangunan telah menghasilkan 69
Rancangan Undang-Undang (RUU) yang siap disahkan menjadi
Undang-Undang (UU). Sementara itu, masih ada agenda
reformasi yang perlu diselesaikan seperti masalah law and
enforcement (penegakan hukum), peningkatan kualitas aparatur,
dan budaya hukum masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa kebijakan Presiden BJ. Habibie
selama masa pemerintahannya:
(1) Reformasi Ekonomi;
(2) Pemulihan Legitimasi Politik;
(3) Proses Amandemen Pertama UUD 1945;
(4) Demokratisasi Pers dan Penegakan HAM; dan ,
(5) Referendum Timor Timur.
Pendekatan-pendekatan dalam masa
kepemimpinan

A C E
Pendekatan Dialog Menghindari
Aprosimaksi
Presiden BJ. Habibie Polemik dan
metode
menerapkan Memanfaatkan
pemecahan
pendekatan dialog Underestimate
masalah untuk
untuk pengambilan Presiden BJ.
mencapai keadaan
Habibie selalu
B
keputusan dan
penyelesaian
masalah.
yang mendekati
sempurna. D berupaya
menghindari
Proses Relaksasi Redundansi polemik yang
bagian dari Pendekatan dinilainya tidak
pengelolaan atau mengoptimalkan produktif
crisis management. keberhasilan suatu
Dengan tujuan, kebijakan dengan
mengubah keadaan memanfaatkan
yang tidak menentu cadangan pengaman
menjadi terkendali seefisien mungkin
namun dapat
6 macam tuntutan
Masa Kepemimpinan BJ
Habibie
Pemberantasan KKN
Penegakan hukum (Korupsi, Kolusi, dan
supremasi Nepotisme)

Mengadili mantan Amandemen Konstitusi


presiden Soeharto dan
kroni-kroninya

Pemberian otonomi
Pencabutan Dwi Fungsi daerah dengan seluas-
ABRI luasnya
Pecapaian selama menjabat sebagai
presiden
Bacharuddin Jusuf
Habibie

perbaikan melakukan pemilihan umum tahun 199


bidang reformasi di
ekonomi bidang politik

pelaksanaan sidang
membentuk kabinet kebebasan istimewa MPR
baru reformasi berpendapat pada tahun 1998
pembangunan
Kesimpulan

Pemikiran politik BJ. Habibie mulai terlihat ketika menjadi Presiden RI yang mana
pemikiran itu dituangkan dalam kebijakan-kebijakan yang dilakukannya. Pemikiran
BJ. Habibie sebenarnya tidak didasari atas kepentingan politik. Akan tetapi, BJ.
Habibie menjadikan dirinya sebagai panutan (role model) dalam setiap kebijakan dan
pergerakannya membawa perubahan dari rezim Orde Baru menuju Reformasi.
Beberapa kebijakan Presiden BJ. Habibie selama masa pemerintahannya antara lain:
(1) reformasi di bidang ekonomi; (2) pemulihan legitimasi politik; (3) amandemen
pertama UUD 1945; (4) kebebasan pers; (5) penegakan HAM; dan (6) referendum
Timor-Timur. Peranan BJ. Habibie dalam demokratisasi di Indonesia terlihat dari
gaya kepemimpinannya yang mengubah gaya kepemimpinan otoriter ala Presiden
Soeharto menjadi lebih demokratis. Presiden BJ. Habibie mengembangkan sebuah
konsep yang lebih jelas mengenai demokrasi sebagai sebuah mesin politik. Konsep
ini kemudian diimplementasikan dalam agenda pemerintahannya yang mencakup
reformasi dalam berbagai bidang politik, ekonomi, hukum dan keamanan.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai