Anda di halaman 1dari 13

HIJRAH NABI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak-
Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaiaan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak,
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan walaupun tentu saja masih terdapat banyak kekurangan.
Karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaiaan makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa mendatang.



Samata, 27 Maret 2013

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Hijrah Nabi Muhammad saw. ke Madinah
B. Perjalanan Hijrah Rasulullah saw. ke Madinah
C. Rasulullah saw. Membina Masyarakat Islam Madinah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muhammad bin Abdullah adalah pembawa risalah, pembangun umat, dan pendiri sebuah
kedaulatan Negara. Sampai hari ini risalahnya telah diikuti oleh sepertujuh penduduk dunia, yang
terdiri dari berbagai ras. Bahkan pemerintahan kecil yang didirikan di Madinah telah menyebar
keseluruh jazirah Arabiah sebelum Rasulullah saw. wafat. Satu abad setelah Muhammad saw.
Mendirikan Negara Islam di Madinah, Islam telah menjadi imperium besar pada abad
pertengahan.
Muhammad tumbuh di tengah-tengah lingkungan yang bobrok dan rusak. Di antara tanda
kebejatan itu adalah panatisme kesukuan, kerusakan agama karena menitik beratkan pada
penyembahan berhala, mudanya seseorang menghilangkan nyawa dan merampas harta orang
lain, serta berbagai perbuatan buruk yang lain. Buah dari kerja keras Muhammad mengemban
risalah Allah swt. Telah mengubah bangsa Arab dari tingkat yang paling rendah martabatnya dan
paling parah kerusakan akhlaknya, menjadi umat yang mulia dan tinggi martabatnya. Umat yang
sebelumnya bercerai berai berhasil dipersatukannya, walaupun perjalanan dakwanya tak jarang
harus menghadapi tantangan yang sangat berat.
Tantangan, hambatan dan ancaman yang dihadapi Muhammad saw. dalam mengemban
misi dakwah mulai dari penghinaan, pemboikotan sampai ancaman pembunuhan. Hari-hari
perjalanan hidup Rasulullah saw. yang tidak pernah luput dari tantangan membuat beliu dan
pengikutnya mencari alternatif agar bisa keluar dari lingkungan yang tidak menunjang, ke
lingkungan yang bisa memberi peluang dalam melestarikan risalah tauhid.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diperoleh dari latar belakang di atas yaitu:
1. Apa yang melatar belakangi hijrahnya Nabi Muhammad saw. dan para sahabat ke Madinah?
2. Bagaimana perjalanan Nabi Muhammad saw. dan para sahabat ke Madinah?
3. Bagaimana Nabi Muhammad saw.membentuk masyarakat muslim?
4. Bagaimana kondisi Madinah setelah kedatangan Nabi Muhammad saw?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang hijrahnya Nabi Muhammad saw. dan para sahabat ke Madinah.
2. Untuk mengetehui perjalanan Nabi Muhammad saw. Dan para sahabat ke Madinah.
3. Untuk mengetahui cara Nabi Muhammad saw. dan para sahabat membentuk masyarakat muslim
.
4. Untuk mengetahui kondisi Madinah setelah kedatangan Nabi Muhammad saw.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Hijrah Nabi Muhammad saw. ke
Madinah
Hijrah menurut bahasa berasal dari bahasa latin yaitu hegira dan dikenal dalam bahasa
arab - - itrareb gnay memutuskan hubungan dengan orang lain. Dari pengertian
menurut bahasa tersebut dapat dipahami bahwa hijrah pada dasarnya dimaksudkan untuk
menyingkirkan diri dari tindakan-tindakan dan teror yang bersifat fisik yang dapat mencelakan
diri sendiri.
Sementara itu Philip K. Hitti mengemukakan bahwa hijrah menurut istilah adalah akhir
periode mekkah dan awal dimulainya periode madinah yang merupakan kebalikan dari hidup
Muhammad saw., Dia meninggalkan kota besar tempatnya dilahirkan dan dibesarkan karena
sangat meremehkannya, kemudian ia masuk kota besar yang mengangkatnya sebagai seorang
pemimpin yang terhormat. Sementara hijrah menurut Nurcholis Madjid adalah tekad dalam
meninggalkan kepalsuan, pindah sepenuhnya kepada kebenaran, dengan kesediaan untuk
berkorban dan menderita, kerena keyakinan kemenangan terakhir akan dianugrahkan Allah
kepada pejuang kebenaran itu. Jadi pengertian hijrah dalam hal ini menyangkut aspek spiritual
dan kejiwaan, yakni suatu tekad yang tidak mengenal kalah dalam menegakkan kebenaran.
Selama 13 tahun hidup di kota Mekkah, Rasulullah saw. Serta para pengikutnya sering
mengalami cobaan besar dan siksaan yang sangat pedih, disamping itu hak kemerdekaan mereka
dirampas, mereka diusir dan harta benda mereka disita. Siksaan pedih berupa dera cambuk
sangat meresahkan para sahabat dan kaum muslimin pada umumnya. Badan mereka dipanggang,
kabel sejenis serabut dikatkan pada tubuh karena tidak mau tunduk kepada selain Allah, seperti
Bilal bin Rabah orang yang kuat imannya dan bersih hatinya, disiksa oleh Umay bin Khalaf
untuk meninggalkan agama tauhid, namun ia tetap teguh mempertahankan keimanannya. Itulah
tekanan yang sangat dahsyat dialami Rasulullah beserta pengikutnya selama menyampaikan
dakwah demi tersebarnya risalah tauhid di tengah-tengah kaum kafir Quraisy.
Namun ancaman dan tindakan kekerasan yang dialami Rasulullah saw. tersebut masih
bisa dilalui dengan penuh kesabaran dan keteguhan iman. Tekanan itu baru dirasakan sangat
meresahkan bagi Rasulullah saw. Setelah Khadijah, istri Rasululah saw. Meninggal dunia.
dirinya telah kehilangan istri tercinta tempat curahan kasih sayangnya. Kesedihan itu kembali
bertambah setelah tidak lama berselang paman Rasulullah saw. yaitu Abu Thalib juga bepulang
ke rahmatullah. Kematian Abu Thalib ini menyebabkan Rasullah saw. telah kehilangan
pelindung setia yang senantiasa melindunginya dari berbagai macam ancaman. Kepergian Abu
Thalib untuk selama-lamanya ini telah memberi peluang kepada kaum kafir QuraisyUntuk tidak
segan-segan melakukan tindakan kekerasan kepada Rasulullah saw. berserta para pengikutnya.
Kaum musyrikin Quraisy semakin gila melancarkan intimidasi terhadap kaum muslimin.
Keadaan tersebut telah membuat kehidupan umat Islam di Mekah sudah tidak kondusif
lagi, oleh karena itu setelah melakukan perjanjian aqabah yang ke dua di mana ada 73 jamaah
haji dari datang dari yatsrib meminta kepada Nabi saw. Agar berkenan pindah ke yatsrib, mereka
berjanji akan melindungi Nabi saw. dari segala macam ancaman. Hal ini membuat Nabi saw.
Segera memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke yas\rib. Dalam waktu dua bulan hampir
semua kaum muslimin sekitar 150 orang telah meninggalkan kota Mekkah.
Latar belakang hijranya Rasulullah saw. beserta kaum muslimin tidak lain adalah untuk
menyelamatkan diri dan juga juga menyelamatkan Agama tauhid, risalah kebenaran yang sedang
berada dalam tanggung jawabnya. Hijrah tersebut bukan berarti lari dari tanggung jawab karena
tidak tahan menerima tantangan, melainkan hijrah itu itu dilakukan, semata-mata untuk mencari
tempat yang kondusif untuk selanjutnya menyusun kekuatan baru demi tercapainya kemenangan
yang diharapkan.

B. Perjalanan Hijrah Rasulullah saw. ke Madinah




Maksudnya:
Daripada Amirul Mukminin Abu Hafsin 'Umar ibn al-Katthab r.a. beliau berkata: Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda:

Bahwa sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat, dan bahwa
sesungguhnya bagi setiap orang apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya menuju
kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang
hijrahnya kerana dunia yang dia mahu mencari habuannya, atau kerana seorang perempuan yang
dia mahu kahwininya, maka hijrahnya ke arah perkara yang ditujuinya itu.

Orang-orang kafir Quraisy semakin menjadi-jadi, maka Nabi saw. Langsung
menginstruksikan agar para sahabatnya untuk segera berhijrah ke Yastrib, sejak saat itu kota
Mekah menjadi kosong dari populasi muslim. yang tersisa hanya Nabi saw., Abu Bakar, dan Ali
bin Abi Thalib. Sebenarnya Abu Bakar pun sudah berniat untuk mengikuti jejak orang-orang
muslim yang telah berhijrah sebelumnya, Namun ketika ia meminta izin kepada Nabi saw. akan
maksud itu, Nabi menjawab dengan cara sungguh-sungguh, mengingat situasi yang semakin
kritis Nabi mengatakan kepada Abu Bakar jangan tergesah-gesah, mudah-mudahan Allah swt.
Memberimu seorang teman Pernyataan tersebut membuat Abu Bakar sangat gembira, karena
dia berharap mudah-mudahan teman yang dimaksud Nabi saw. adalah dirinya sendiri. Ungkapan
Nabi saw. dan harapan Abu Bakar tersebut menunjukkan bahwa keputusan hijrahnya Nabi saw.
ke Madinah sangat rahasia, sehingga sahabat terdekatnyapun nyaris tidak mengetahuinya.
Bahkan sebagian besar dari pengikutnya memperkirakan bahwa Nabi saw. akan tetap di Mekah
melanjutkan perjuangannya, setelah memerintahkan pengikutnya untuk berhijrah.
Sementara itu berita-berita yang datang dari yastrib semakin menghawatirkan Quraisy,
sebab kaum muhajirin semua telah berkumpul di Yastrib dan penduduk negeri tersebut
menyambutnya dengan penuh kemuliaan. Kenyataan ini membuat orang-orang Quraisy menjadi
curiga jangan-jangan Muhammad juga akan keluar dari Mekah bergabung dengan sahabat-
sahabatnya di sana. Dengan alasan ini, mereka pun mengadakan pertemuan di Dar al-Nadwa dan
memutuskan Muhammad harus dibunuh beramai-ramai. Pertemuan tersebut diabadikan oleh
Allah dalam Q.S. al-Anfal/8: 30 yaitu:
Terjemahnya:
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah sebaik-baik pembalas
tipu daya.
Setelah kesepakatan kaum Quraisy untuk menghabisi nyawa Rasulullah saw. maka
Malaikat Jibril datang menemui Nabi dan mengabarkan kepadanya tentang persekongkolan
kaumnya. Dia menyuruh Nabi untuk segera pergi meninggalkan rumanya dan menetapkan waktu
untuk berhijrah. Setelah itu Nabi saw. pun pergi ke rumah Abu Bakar untuk menyampaikan
bahwa Allah telah mengizinkannya untuk berhijrah sambil merancang strategi perjalanannya. Di
sinilah dimulainya kisah yang paling cemerlang dan indah yang pernah dikenal manusia dalam
sejarah mencari kebenaran dan mempertahankan keyakinan dan keimanan yang penuh resiko dan
bahaya.
Setelah matahari terbenam, malam telah mencapai keheningan, pemuda-pemuda yang
sudah dipersiapkan Quraisy untuk membunuh Nabi saw. sudah mengepung rumahnya. Pada saat-
saat yang kritis itu Nabi menyampaikan kepada Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidurnya
dengan menggunakan selimut yang biasa dipakainya. Kemudian Nabi saw. keluar rumah
menyibak kepungan mereka. Para pembunuh bayaran ini tidak melihat Nabi sedikit pun, karena
Allah telah membutakan mereka sehingga mereka tidak bisa melihat, sebagaimana yang
dijelasakan dalam al-Quran QS Yasin/36 9 sebagai berikut
Terjemahnya:
Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan
kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat Melihat.
Rasulullah saw. meninggalkan rumah pada malam hari tanggal 27 shafar tahun 14
Nubuwah, lalu menuju rumah Abu Bakar kemudian pergi meninggalkan Mekah melewati jalur
selatan, jalur yang berlawanan dengan jalur utama ke Madinah yang mengarah ke utara.
Keduanya menempuh jalan ini sekitar lima mil hingga tiba di gunung Tsaur lalu kemudian
memasuki seguah gua yang berada di puncak gunung yang di sebut gua Tsaur. Nabi dan Abu
Bakar bersembunyi di Gua tersebut selama tiga malam.
Setelah keadaan sudah sedikit stabil Nabi saw. bersama Abu Bakar beserta seorang
penunjuk jalan, melanjutkan perjalanan menuju ke selatan melewati Tihamah dekat pantai Laut
Merah, sebuah jalan yang tidak biasa dilalui oleh orang. Mereka berjalan dengan panas membara
di tengah padang pasir, namun kesulitan itu tidak lagi dihiraukan. Hanya dengan ketenangan Hati
kepada Allah dan adanya kedip bintang di gelap malam membuat hati dan perasaan mereka
terasa lebih aman.
Pada hari senin 8 Rabiul awal tahun ke 14 dari nubuwah, atau tahun pertama dari hijrah,
bertepatan dengan 23 September 622 M., Rasulullah saw. tiba di Quba. Dia berada di Quba
selama empat hari, di kampung ini Nabi saw. membangun sebuah masjid dan shalat di dalamnya.
Inilah masjid pertama yang didirikan atas dasar taqwa setelah nubuwah. Kemudian pada hari
jumat Nabi saw melanjutkan perjalanan, dan seusai shalat jumat Nabi Muhammad saw
memasuki Madinah. Sejak masa itulah Yastrib dinamakan Madinatun-nabi, atau disingkat
dengan Madinah. Inilah hari yang sangat monumental, semua rumah, dan jalan ramai dengan
suara tahmid dan taqdis sementara anak-anak gadis mereka mendendangkan bait-bait syair
karena senang dan gembira.
Tidak satupun tempat yang dilalui, melainkan penghuninya meminta Nabi saw. untuk
singgah di rumahnya, namun onta Nabi Muhammad saw. terus berjalan hinggga sampai di
sebuah kebun tempat penjemuran korma, di situlah ontanya berhenti, hingga Nabi saw. turun dari
ontanya. Di tempat inilah Nabi saw. mendirikan Masjid Nabawi sekaligus juga menjadi tempat
tinggalnya.

C. Rasulullah saw. Membina Masyarakat Islam Madinah
Di Madinah Nabi saw. membangun tatanan masyarakat dan sosial politik yang menjadi
landasan bagi pembangunan masyarakat madani. Dalam konteks modern sekarang, tatanan ini
dapat disebut sebagai sebuah Negara. Sementara dalam kaca mata politik, Madinah dapat
dikatakan sebagai Negara dalam pengertian yang sesungguhnya, karena telah memenuhi syarat-
syarat pokok pendirian suatu Negara, yaitu adanya wilayah, rakyat, pemerintah dan undang-
undang dasar (konstitusi).
Di Madinah selain Nabi saw. Sebagai pemimpin agama, Dia juga adalah kepala Negara.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan Negara baru itu, ia segera meletakkan dasar-dasar
kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama adalah pembangunan masjid. Masjid selain sebagai
tempat shalat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan
mempertalikan jiwa mereka, di samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-
masalah yang dihadapi. Masjid pada masa itu juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
Dasar kedua adalah ukhuwah islamiyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi
mempersaudarakan kaum Muhajirin yaitu orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah, dan
kaum Anshar yaitu penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum
Muhajirin tersebut. Dengan demikian setiap muslim merasa terikat dengan suatu persaudaraan
dan kekeluargaan. Dengan persaudaraan ini, Rasulullah saw. telah menciptakan suatu kesatuan
yang berdasarkan agama sebagai pengganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah.
Rasululullah saw. bersabda yang artinya:
orang Muslim jika orang-orang muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya
Diriwayatkan Al-Bukhari).
Dasar ketiga adalah, menjalin hubungan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama
Islam. Di Madinah disamping dihuni orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan
masyarakat Yahudi dan orang-orang arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka.
Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan maka nabi saw. mengadakan ikatan perjanjian
dengan mereka. Sebuah piagam yang menjamin setiap golongan masyarakat memiliki hak
tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin, dan seluruh
anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar.
Perjanjian tertulis itu disebut shahifat atau yang kemudian lebih terkenal dengan sebutan piagam
Madinah (Mitsaq al Madinah) atau Konstitusi Madinah.
Singkatnya Piagam Madinah meliputi segala pernyataan yang mempelopori setiap
konstitusi tersebuut, baik bersifat proklamasi, deklarasi maupun yang lainnya.
Piagam Madinah merupakan contoh konkret keserasian hidup bernegara dan beragama.
Sejumlah pengamat Barat pun mengakui bahwa Piagam Madinah merupakan sebuah konsensus
bersama antara berbagai golongan, ras, suku maupun agama yang paling demokrasi sepanjang
sejarah. Piagam Madinah telah mewariskan prinsip-prinsip yang tahan banting dalam menata
masyarakat pluralistik yang harmonis berlandaskan moral religius yang kokoh dan agung.
Dengan Piagam Madinah Rasulullaah saw. Telah membuktikan bahwa Islam rahmat bagi seluruh
manusia. Pesan-pesan Islam dapat diterima oleh semua kalangan termasuk pemeluk Yahudi dan
Nasrani, sehingga tercipta suatu tatanan yang adil dan damai.
Menurut analisis Suyuti Pulungan, naskah Piagam Madinah mengandung beberapa
prinsip yaitu:
Prinsip persatuan dan persaudaraan, persamaan, kebebasan, tolong-menolong dan
membela yang teraniaya, hidup bertetangga, keadilan, musyawarah, pelaksanaan hukum dan
saksi hukum, kebebasan beragama dan hubungan antar pemeluk agama, pertahanan dan
perdamaian, amar maruf dan nahi munkar, kepemimpinan dan tanggung jawab pribadi dan
kelompok, serta prinsip ketakwaan dan ketaatan.
Sebagai sebuah produksi peradaban, piagam Madinah banyak memberikan pelajaran
penting bagaimana umat beragama membangun suatu tatanan masyarakat yang adil dan
manusiawi. Tatanan yang yang didambakan itu dapat tercapai karena substansi piagam itu
memenuhi syarat yang memungkinkan terwujudnya suatu konstelasi masyarakat yang
berkeadilan dan berperadaban.
Dalam menjalankan roda pemerintahan Nabi saw. Sebagai kepala Negara menggunakan
perinsip keadilan yang harus dijalankan kepada setiap penduduk tanpa pandang bulu. Nabi juga
menerapkan prinsip musyawarah untuk memecahkan segala macam persoalan. Selain itu, Nabi
saw. tidak hanya mengakomodasi kepentingan kaum muslimin, melainkan juga kaum Yahudi
dan mempersatukan kedua ummat yang serumpun itu di bawah kepemimpinannya. Nabi juga
bertindak sebagai hakim yang mengadili perkara-perkara yang terjadi di tengah masyarakat.
Untuk mengadili pelanggaran ketertiban umum, Nabi saw. membentuk lembaga hisbah yang
bertugas melakukan ketertiban atas perilaku perdagangan di pasar-pasar. Tidak sebatas itu saja,
nabi juga mengelola zakat, pajak dan ghanimah untuk kesejahteraan penduduk.
Sementara itu untuk pemerintahan daerah, Nabi saw. mengangkat para gubernur atau
hakim. Salah satu diantaranya adalah mengangkat Muadz bin Jabal menjadi gubernur di Yaman.
Sedangkan untuk memperlancar tugas-tugas kenegaranaan, Nabi saw. dibantu oleh beberapa
orang sekretaris seperti Zaid bin Tsabit dan Ali bin Abi Thalib. Dalam hubungan internasional,
Nabi menjalankan hubungan diplomatik dengan Negara-negara sahabat. Ia mengirim surat
dakwah kepada kepala Negara lain, diantaranya adalah Persia, Abbessinnia, Oman, Yamamah,
Bahrain, Syam dan Yaman. Hal ini merupakan langkah untuk menjalin hubungan diplomatik
secara damai.
Dari berbagai pernyataan di atas membuktikan bahwa Nabi saw. dalam menjalankan
tugasnya sebagai pemimpin agama dan juga kepala Negara telah menjalankan pola
pendelegasian wewenang dan kehidupan berkonstitusi. Negara Madinah dibangun dengan
tatanan sosial politik tidak dengan kemauan pribadi, melainkan secara bersama-sama serta tidak
atas perinsip-perinsip ad hoc (sementara) yang dapat berubah-ubah sejalan dengan kehendak
pemimpin, melainkan oleh perinsip yang dilembagakan dalam sebuah dokumen kesepakatan
semua anggota masyarakat, yaitu konstitusi.
Dengan demikian negara yang didirikan Nabi saw. di Madinah tidak hanya membuktikan
bahwa Rasulullah saw. Memang seorang negarawan, ahli politik dan ekonomi, tetapi juga
sekaligus mematahkan tuduhan Barat bahwa Islam anti demokrasi. Sebab sebelum Negara
demokrasi menemukan bentuknya di Barat, Rasulullah saw. justru telah meletakkan dasar-dasar
demokrasi yang sanggup menjawab kebutuhan bermasyarakat dan bernegara.








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Latar belakang hijranya Rasulullah saw. beserta kaum muslimin tidak lain adalah untuk
menyelamatkan diri dan juga juga menyelamatkan Agama tauhid, risalah kebenaran yang sedang
berada dalam tanggung jawabnya. Hijrah tersebut bukan berarti lari dari tanggung jawab karena
tidak tahan menerima tantangan, melainkan hijrah itu itu dilakukan, semata-mata untuk mencari
tempat yang kondusif untuk selanjutnya menyusun kekuatan baru demi tercapainya kemenangan
yang diharapkan.
Negara yang didirikan Nabi saw. di Madinah tidak hanya membuktikan bahwa
Rasulullah saw. Memang seorang negarawan, ahli politik dan ekonomi, tetapi juga sekaligus
mematahkan tuduhan Barat bahwa Islam anti demokrasi. Sebab sebelum Negara demokrasi
menemukan bentuknya di Barat, Rasulullah saw. justru telah meletakkan dasar-dasar demokrasi
yang sanggup menjawab kebutuhan bermasyarakat dan bernegara.

B. Saran
Demikian pembahasan dari makalah kami. Kami berharap semoga pembahasan dalam
makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan kami pun berharap pula kritik
dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan dalam tugas kami selanjutnya. Sekian dan terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA

http;//www.google.com/Hijrah Nabi.html.
Syaikh, Rahman, Sirah Nabawiyah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001.

Anda mungkin juga menyukai