Anda di halaman 1dari 8

Madzhab Imam Syafi`i: Haram Mengecat Rambut Dengan Warna Hitam

Munthe Fatwa & Konsultasi Opini

HUKUM Mengecat Rambut. Mayoritas wanita gemar untuk mempercantik diri, termasuk
untuk mewarnai rambut. Bagi wanita mewarnai rambut untuk keindahan selagi tidak
diperlihatkan kepada orang yang haram melihatnya (laki-laki yang bukan mahramnya),
sepakat para ulama membolehkannya. Seorang isteri memperindah rambutnya untuk
suaminya, maka diperbolehkan.

Sedangkan wanita yang belum bersuami maka keindahan rambutnya hanya boleh dilihat oleh
sesama wanita atau laki-laki yang mahramnya. Mewarnai rambut tidak boleh memakai zat
pewarna yang mengandung najis atau zat-zat berbahaya atau cat yang bersifat menutup dasar
rambut/kulit yang menyebabkan air tidak dapat membasuh rambut/terhalang air secara
langsung. Jika air terhalang karena cat maka wudhuk dan mandi wajib/junub tidak dianggap
sah. Jika wudhuk dan mandi wajib/junubnya tidak sah maka ibadah lainnya seperti shalat,
menyentuh/membaca mushap/Alqur’an, dll adalah mardud (tertolak/tidak sah). Yang
diperbolehkan bahan pewarna yang bersifat getah, maka ini diperbolehkan seperti pewarna
yang berasal dari Inai (daun pacar/Hena), dll.

Pendapat Ulama Mewarnai Rambut

Mewarnai rambut dengan berwarna merah, kuning, hitam, dan lain sebagainya
diperbolehkan, terkecuali menurut mayoritas Madzhab Imam Syafi’I hukumnya “Haram”
mewarnai rambut dengan bewarna hitam. Namun sebagian minoritas Madzhab Imam Syafi’I
hukumnya hanya “Makruh” saja. Haramnya mewarnai rambut dengan bewarna hitam
mayoritas Madzhab Imam Syafi’I berdasarkan Hadis yang menyebutkan sebagai berikut,
‫ جيء بأبي قحافة يوم الفتح إلى رسول هللا صلى هللا‬: ‫لما رواه الجماعة إال البخاري و الترمذي عن جابر بن عبد هللا قال‬
‫ وجنبوه‬, ‫ فلتغيره بشيء‬, ‫ إذهبوا به إلى بعض نسائه‬: ‫ فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬, ‫ وكأن رأسه ثغامة‬, ‫عليه وسلم‬
‫ السواد‬.

“Dari Jabir bin Abdullah berkata: Abu Quhafah (ayahanda Abubakar Shiddiq r.a) datang
kepada Rasulullah Saw pada hari penaklukan kota Makkah, beliau mengadukan tentang
keadaan rambutnya yang sudah penuh uban yang memutih. Rasulullah Saw berkata: pergilah
kalian (untuk mewarnai rambut) untuk menunjukkan diantara isteri-isterinya, warnailah
rambut dengan warna apa saja, namun hindarilah dari pewarna hitam” (HR. Jama’ah kecuali
Imam Bukhari dan At Turmudzi)

Tentang jenis pewarnaan rambut, ada perbedaan di kalangan ulama salaf diantaranya para
Sahabat dan Tabi’in mereka berpendapat sebaiknya rambut jangan diwarnai itu lebih baik.
Mereka berlandaskan kepada Hadis yang diriwayatkan oleh Umar, Ali, Abu Bakar, dll yang
bermakna “Bahwa Rasulullah Saw tidak pernah mewarnai ubannya”. Namun pendapat yang
lain mengatakan: Mewarnai rambut itu lebih dipandang baik, mereka berlandaskan bahwa
kebanyakan para Sahabat gemar mewarnai rambut, begitu juga yang diikuti oleh para Tabi’in
sesudahnya. Namun mereka lebih menyukai mewarnai rambut dengan bewarna kuning atau
merah kekuning-kuningan. Diantara mereka yang melakukan seperti ini diantaranya Ibnu
Umar, Abu Hurairah, Imam Ali, dll.

Sedangkan golongan para sahabat ada yang mewarnai rambutnya dengan berwarna hitam,
pendapat ini ada diriwayatkan oleh Utsman bin Affan, kedua anak Imam Ali r.a Hasan dan
Husain, Uqbah bin Amir, Ibnu Sirin, Abi Bardah, dll.

Pendapat yang lebih benar dikalangan mayoritas ulama boleh merubah warna uban ataupun
tidak merubahnya sama sekali, juga diperbolehkan mewarnai rambut dengan warna apa saja,
namun makruh hukumnya jika mewarnai rambut dengan berwarna hitam. Sedangkan
mayoritas Madzhab Imam Syafi’I tetap hukumnya adalah “Haram” mewarnai rambut dengan
berwarna hitam.

Sedangkan mencabut uban yang putih dari kepala sepakat mayoritas para ulama hukumnya
adalah “Makruh”. Sebagaimana Rasululah Saw bersabda,

‫ ما من مسلم‬, ‫ فإنه نور المسلم‬, ‫ ال تنتفوا الشيب‬: ‫عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
(‫ وحط عنه بها خطيئة )رواه أحمد و أبو داود‬, ‫يشيب شيبة في اإلسالم إال كتب هللا له بها درجة‬

“Janganlah kamu mencabut ubanmu, karena uban itu adalah cahaya bagi seorang muslim,
tidaklah didapati bagi seorang muslim yang memiliki uban di kepalanya, melainkan Allah
Swt telah mencatatnya berupa kebaikan, diangkat derajatnya, dan dihapuskan akan
kesalahannya”. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Wallahua’lam
HUKUM MEWARNAI RAMBUT BAGI UMAT ISLAM
Diposkan oleh NURUL INAYAH di 19.59

Uban adalah munculnya rambut putih yang bisa terjadi pada setiap orang baik pria maupun
wanita. Munculnya uban ini merupakan salah satu tanda-tanda penuaan dan terjadi secara alami.
Meskipun proses munculnya uban secara alami, tetapi apabila uban muncul sebelum waktunya
tentu membuat penampilan seseorang terganggu. Sekarang ini banyak orang dengan usia yang
relative muda tetapi rambutnya sudah banyak yang memutih. Penyebab munculnya rambut putih ini
banyak disebabkan oleh beberapa factor seperti genetika, gangguan metabolisme, kekurangan gizi,
stres, penggunaan sampo atau pewarna rambut dengan produk kimia tinggi dan sebagainya.

Jika rambutnya beruban maka disyariatkan untuk mewarnainya guna menyelisihi ahli kitab.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:

َّ‫ارى ا ْليَ ُه ْو ََّد ِإن‬


َ ‫ص‬ ْ َ‫ي‬, ‫فَ َخا ِلفُ ْو ُه َّْم‬
ََّ ‫ص ِبغُ ْو‬
َ ‫ن َّلَ َوالن‬
Artinya: “Sesungguhnya Yahudi dan Nashara tidak mewarnai (uban-uban mereka), maka selisihilah
mereka”. (HR. Al-Bukhari no. 3275, 5559 dan Muslim no. 2103)

Kita sering memilih cara yang lebih cepat untuk menghilangkan rambut putih yaitu dengan
cara menyemirnya. Menurut hasil survey oleh Research International pada tahun 2008, Sekitar 45
persen pemakai semir rambut menggunakannya untuk menutupi uban dan 40 persen lainnya untuk
mendapatkan rambut lebih berkilau. Sedang yang tidak menggunakan pewarna rambut, mereka
khawatir rambutnya akan rusak atau kurang cocok dengan warnanya.

Survey yang sama juga mengungkapkan hasil mengejutkan bahwa sekarang ini banyak yang
mengalami rambut beruban pada usia 25 – 50 tahun. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap
mereka karena bisa mengganggu penampilan.

Adapun jika rambut tidak beruban lalu diwarnai, maka wallahu a’lam hal itu tidak disyariatkan.
Karena hadits-hadits yang menerangkan pewarnaan rambut, semuanya mengkhususkannya pada
rambut yang telah beruban. Ini diisyaratkan dalam hadits Anas bin Malik radhiallahu anhu ketika dia
ditanya mengenai apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam rambutnya dicelup? Dia menjawab:
َّ‫ت لَ ْو‬
َُّ ْ‫شئ‬ َّْ َ ‫ش َم َطاتَّ أَعُدَّ أ‬
ِ ‫ن‬ ِ ْ‫ت َرأ‬
َ َّ‫س َِّه فِي كُن‬ َُّ ‫وقَا ََّل فَعَ ْل‬: َّْ ‫يَ ْخت َ ِض‬. ‫ب َوقَ َّْد‬
َ ‫ب لَ َّْم‬ ْ ‫أَبُو‬
َ َ ‫اخت‬
ََّ ‫ض‬
َِّ ‫ب َوا ْل َكت َ َِّم ِبا ْل ِحن‬
َّ‫اء بَ ْكر‬ ْ ‫ع َم َُّر َو‬
َ َ ‫اخت‬
ََّ ‫ض‬ َِّ ‫بَحْ تَّا ِبا ْل ِحن‬
ُ ‫اء‬
Artinya: “Seandainya saya mau menghitung jumlah rambut putih yang berada di antara jumlah
rambut hitam beliau, tentu saya bisa menghitungnya. Dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam tidak mencelupnya. Adapun Abu Bakr dan Umar, maka sungguh keduanya mencelup
rambut mereka dengan Inai dan sejenisnya.”(HR. Muslim no. 4320)

Bagaimana hukumnya menggunakan cat rambut menurut islam?

Hukum cat rambut menurut beberapa ulama boleh, tetapi ada juga ulama yang menghukuminya
makruh bahkan sampai mengharamkannya. Mahmud Syalthut berpendapat: Islam tidak
mengharuskan juga tidak melarang orang Islam menyemir rambutnya, juga tidak menentukan warna
semir rambut. Islam memberi kebebasan kepada umatnya sesuai situasi dan kondisi.

Rasulullah melarang kaum muslimin untuk mengikuti jejak orang-orang yahudi dan nasrani. Oleh
karena itu Rasulullah memerintahkan untuk menyemir atau mewarnai rambut untuk membedakan
kaum muslim dengan yahudi dan nasrani. Seperti yang dikutip dari hadits riwayat Bukhari
“Sesungguhnya orang-orang Yahudi tidak mau menyemir rambut, karena itu berbedalah kamu
dengan mereka.”

Apa yang diperintahkan ini memiliki pengertian sunnat, bukan wajib. Karena itu sebagian sahabat
seperti Abu Bakar dan Umar melaksanakannya, sedangkan Ali, Ubai bin Ka’ab dan Anas tidak
menjalankannya.

Semir warna apa saja yang diperbolehkan? Apakah warna hitam saja, atau warna lain? Atau
bahkan harus menjauhi warna hitam??

Namun yang jelas, orang yang sudah memasuki usia tua, yang tanda-tanda penuaannya sudah jelas
seperti kulit keriput dan meratanya uban baik itu di kepala maupun di jenggot tidak layak untuk
menyemirnya dengan warna hitam. Seperti saat Abu Bakar membawa ayahnya dihadapan Nabi pada
hari penaklukan mekah, dimana Nabi melihat rambutnya sudah memutih semua bagaikan pohon
tsaghamah yang serba putih buahnya maupun bunganya. Karena itu Nabi bersabda: “Ubahlah ini
(uban) tetapi jauhilah warna hitam.” (Riwayat Muslim)
Tetapi orang yang tidak seumuran dengan Ayah Abu Bakar, yang tidak terlalu tua atau bahkan masih
sangat muda sekali diperbolehkan untuk menyemir rambutnya itu dengan warna hitam. “Kami
menyemir rambut dengan warna hitam apabila wajah masih nampak muda, tetapi kalau wajah
sudah mengerut dan gigi pun telah goyah, kami tinggalkan warna hitam tersebut.” Demikian kata
az-Zuhri.

Ada juga golongan ulama salaf yang membolehkan menyemir dengan warna hitam seperti : Saad bin
Abu Waqqash, Uqbah bin Amir, Hasan, Husen, Jarir dan lain-lain. Dan ada juga yang melarangnya
kecuali dalam keadaan perang supaya musuh takut Karena melihat tentara islam yang semuanya
masih Nampak muda.

Berikut pendapat beberapa para ulama :

 Ulama Hanabilah, Malikiyah dan Hanafiyah


Ulama ini mengatakan kalau hukum cat rambut warna hitam hukumnya makruh kecuali bagi orang
yang akan berperang. Karena ada ijma’ yang membolehkannya.
Dibolehkannya menyemir dengan warna hitam, dengan tujuan untuk menakuti musuh karena musih
mengira tentara islam masih muda-muda lantaran rambutnya berwarna hitam semua. Padahal ada
juga yang sudah tua dan mulai ubanan rambutnya.
 Abu Yusuf dari Ulama Hanafiyah
Abu Yusuf membolehkan mengecat rambut dengan warna hitam berdasarkan sabda Rasululllah SAW
: “Sesungguhnya sebaik-baiknya warna untuk mengecat rambut adalah warna hitam ini, karena
akan lebih menarik untuk istri-istri kalian dan lebih berwibawa di hadapan musuh-musuh kalian “
Ternyata selain untuk mengecoh musuh, mengecat uban dengan warna hitam juga diperlukan untuk
urusan kebahagiaan suami istri. Karena seseorang sangat dianjurka untuk tampil paling baik di depan
pasangannya.
 Ulama Madzhab As-syafi’i
Para ulama di Madzab Syafi’I umumnya berpendapat kalau mengecat rambut dengan warna hitam
itu haram, kecuali bagi orang yang akan berperang. Hal ini tentu berbeda dengan pendapat nomor
satu yang hanya menghukumi makruh. Ulama Syafi’I mengeluarkan fatwa haram ini berdasarkan
sabda Rasulullah SAW: “Akan ada pada akhir zaman orang-orang yang akan mengecat rambut
mereka dengan warna hitam, mereka tidak akan mencium bau surga.”
Semua pendapat diatas hanya dalam konteks untuk orang yang memang sudah tua dan
berkeinginan untuk mewarnai atau mengecat rambutnya dengan warna hitam. Sedangkan untuk
orang yang usianya belum tua tapi rambutnya sudah memutih diperbolehkan untuk menjaga
penampilannya biar terlihat bagus, begitu juga warna selain hitam tidak ada larangannya, karena
mungkin waktu itu masih belum ditemukannya warna cat rambut yang bermacam-macam seperti
kuning, emas, biru dan lain-lain.

Hukum Menyemir Rambut Dengan Warna Merah Atau Kuning


enarfrurzhesrb
Apakah dibolehkan menyemir rambut dengan warna merah, kuning dan apakah warna yang
dilarang. Khusus bagi pemuda yang rambutnya belum beruban, apakah dibolehkan baginya
menyemir rambut dengan tujuan untuk berhias saja. Bagaimanapula jika pemuda tersebut
niatnya ingin meneladani Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam menyemir rambut,
meskipun tidak ada ubannya, apakah perbuatan tersebut mendapatkan pahala?

Alhamdulillah

Pertama:

Menyemir rambut dibolehkan dengan semua warna, kecuali warna hitam. Tidak ada bedanya
dalam masalah ini, baik orang tua atau anak muda. Tidak mengapa menyemir rambut
sebelum keluar uban.

Disebutkan dalam Fatwa Lajnah Daimah (5/168) soal berikut, "Saya melihat sebagian orang
menggunakan sejumlah bahan untuk mewarnai rambutnya, apakah hitam atau merah. Ada
pula yang menggunakan bahan-bahan tertentu untuk melembutkan rambut keriting. Apakah
hal ini boleh, dan apakah ada bedanya antara anak muda dan orang tua?

Lajnah menjawab, "Alhamdulillah washshalatu wassalamu alaa rasuulillah, wa aalihi wa


shahbih. Wa ba'du. Merubah warna rambut selain dengan warna hitam tidak mengapa.
Demikian pula halnya menggunakan zat pelembut rambut ikal. Hukum ini berlaku sama bagi
pemuda dan orang tua. Jika tidak ada bahaya dan zatnya suci, maka hukumnya boleh.
Adapun merubah warna rambut dengan warna hitam murni, maka tidak boleh bagi laki-laki
maupun wanita. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

"(‫ْب َواجْ تَ ِّنبُوا الس ََّوادَ )رواه مسلم‬ َّ ‫غَيِّ ُروا َهذَا ال‬
َ ‫شي‬

"Rubahlah warna uban itu, dan jauhi warna hitam." (HR. Muslim, no. 2102)

Wabillahittaufiq.

Termasuk dalil yang menunjukkan pelarangan hal tersebut adalah apa yang diriwayatkan oleh
Abu Daud, no. 4212, dari Ibnu Abbas, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
‫اص ِّل ْال َح َم ِّام الَ يَ ِّريحُونَ َرائِّ َحةَ ْال َجنَّ ِّة )والحديث صححه األلباني في‬
ِّ ‫ان ِّبالس ََّوا ِّد َك َح َو‬ َّ ‫آخ ِّر‬
ِّ ‫الز َم‬ ِّ ‫يَ ُكونُ قَ ْو ٌم يَ ْخ‬
ِّ ‫ضبُونَ فِّى‬
‫)صحيح أبي داود‬

"Akan ada di akhir zaman, kaum yang menyemir rambutnya seperti bulu merpati, maka dia
tidak mencium bau surga." (Hadits dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Abu Daud)

Adapun dalil yang menunjukkan dibolehkannya menyemir dengan warna merah dan kuning,
adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud, no. 4211, dari Ibnu Abbas, dia berkata,
"Seorang yang menyemir rambutnya dengan hinna melewati Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam, maka beliau berkata, 'Bagus sekali orang itu.' Kemudian lewat lagi seseorang di
depan beliau seorang yang menyemir rambutnya dengan hina dan katm, maka beliau berkata,
'Bagus sekali orang itu.' Kemudian lewat lagi seseorang yang menyemir rambutnya
keemasan, maka beliau berkata, 'yang ini lebih baik dari yang lainnya.'

Pembicaraan dalam hadits ini tentang menyemir rambut dengan warna lain, bukan menyemir
secara mutlak, walaupun tidak beruban.

Terkait dengan haditnya ini oleh Imam Albany dalam Kitab Misykatul Mashabih dikatakan
jayid (baik).

Kedua:

Penting diperhatikan tentang kaidah umum soal perhiasan dan selainnya. Yaitu dilarang
apabila mengandung penyerupaan yang diharamkan. Seperti menyerupai orang kafir dan
orang fasik. Karena hal ini diharamkan berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

(‫ وصححه األلباني‬4031 ‫ رقم‬،‫َم ْن تَشَبهَ ِّبقَ ْو ٍم فَ ُه َو ِّم ْن ُه ِّم )رواه أبو داود‬

"Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia bagian dari mereka." (HR. Abu Daud, 4031,
dishahihkan oleh Al-Albany)

Karena itu, sebelum masalah menyemir rambut yang diajukan penanya dihukumi boleh,
penting dipastikan dahulu bahwa tindakannya tersebut tidak menyerupai orang kafir atau
orang fasik atau siapa saja yang menjadi idola pemuda dari kalangan artis, atlit atau
semacamnya.

Sebagaimana juga dilarang jika semiran rambut condong menyerupai kaum wanita, karena
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang menyerupai wanita dan melaknat pelakunya
(Bukhari, 5435)

Ketiga:

Adapun terkait dengan semiran Rasulullah shallalalhu alaihi wa sallam terhadap rambutnya,
maka diperselisihkan apakah beliau menyemir rambutnya atau tidak. Ibnu Qayim
rahimahullah berkata, 'Para shahabat berbeda pendapat tentang semirannya. Anas berkata,
'Beliau tidak menyemir rambutnya.' Abu Hurairah berkata, 'Beliau menyemir rambutnya.'
Hammad bin Salamah meriwayatkan dari Humaid bin Anas, dia berkata, 'Aku melihat rambut
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam disemir.' Hamad berkata, 'Abdullah bin Muhammad
bin Aqil mengabarkan kepadaku, dia berkata, 'Aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam di samping Anas bin Malik, rambutnya disemir."
Sebagian orang berkata, "Rasulullah shallallahu alaih wa sallam sering menggunakan minyak
wangi sehingga rambutnya memerah, maka orang mengira beliau menyemir rambutnya,
padahal beliau tidak menyemirnya."

Abu Ramtsah berkata, "Aku mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersama
puteraku, lalu beliau bertanya, 'Apakah ini puteramu?' Aku katakan, 'Ya, aku bersaksi
dengannya.' Beliau berkata, 'Engkau jangan menzaliminya dan dia tidak boleh menzalimimu.'
Aku melihat ubannya memerah." Tirmizi berkata, 'Riwayat ini merupakan riwayat paling
baik yang diriwayatkan dalam bab ini, karena riwayat-riwayat shahih menunjukkan bahwa
Nabi tidak beruban. Hamad bin Salamah berkata dari Sammak bin Harb, dikatakan kepada
Jabir bin Samurah, 'Apakah di kepala Nabi ada uban?' Dia berkata, 'Di rambutnya tidak ada
uban kecuali beberapa helai rambut di tengah kepalanya jika beliau memakai minyak, dan
aku melihat minyaknya." (Zaadul Ma'ad, 1/169)

Keempat:

Adapun keinginan untuk mengikuti Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam menyemir
rambut, padahal tidak ada uban padanya, anda sudah mengetahui ada perbedaan yang kuat
dalam hal apakah Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyemir rambutnya atau tidak.

Disamping bahwa menyemir rambut yang dikatakan sunah bukan dari sisi menyemirnya,
akan tetapi dari sisi tujuannya, yaitu untuk merubah uban dan berbeda dari Yahudi dan
Nashrani dalam masalah ini. Berdasarkan hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

(1674 ، ‫ والترمذي‬4986 ،‫ْب َوالَ تَ َشبَّ ُهوا ِّب ْال َي ُهو ِّد )رواه النسائي‬ َّ ‫غ َِّي ُروا ال‬
َ ‫شي‬

"Rubahlah (warna) uban dan jangan serupakan Yahudi." (HR. Nasai, no. 4986, Tirmizi, no.
1674)

Dalam riwayat Musim (3924) disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam, saat
melihat uban di kepada bapak Abu Bakar, beliau berkata, "Rubahlah itu dengan sesuatu."

Sedangkan dalam riwayat Bukhari (5448) diriwayatkan beliau bersabda, "Sesungguhnya


Yahudi tidak menyemir rambutnya, maka berbedalah dengan mereka."

Dengan demikian, maka menyemir rambut tanpa adanya uban tidak termasuk sunah dan tidak
dianggap sebagai meneladani, karena tidak ada tuntutan untuk itu dan tidak ada maslahat
syar'iah karena menyemir uban.

Paling tinggi derajatnya dia adalah mubah selama tidak ada unsur tasyabbuh (penyerupaan)
atau bahaya kesehatan atau semacamnya. Maka jika demikian, diharamkan.

Anda mungkin juga menyukai