Anda di halaman 1dari 28

KORELASI TAKDIR DENGAN IKHTIAR PERSPEKTIF TAFSIR

RUUHUL MA'ANI (KAJIAN SURAT AL RA’DU AYAT 11)

Proposal Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyarataan
Penyusunan Skripsi

Oleh:
Rokhatul Qoriroh
NIM: 180302.1341

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NURUL IMAN
PARUNG BOGOR
1442 H/2021 M
ii

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Judul :KORELASI TAKDIR DENGAN IKHTIAR


PERSPEKTIF TAFSIR RUUHUL MA'ANI (KAJIAN
SURAT AL RA’DU AYAT 11)
Peneliti : Rokhatul Qoriroh
NIM :180302.1341
Tanggal Persetujuan : …………….

Disetujui oleh:

Dosen Pengampu Ketua Jurusan


Seminar Proposal Tarbiyah

Dr. Canra Krisna Jaya, MA.Hum Ghufron Maksum, M.H


iii

PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

Proposal Skripsi mahasiwi di bawah ini :

Nama : Rokhatul Qoriroh

NIM : 1803021341

Program Studi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Tempat, Tgl. Lahir : Grobogan, 7 September 2000

Judul Proposal : KORELASI TAKDIR DENGAN IKHTIAR


PERSPEKTIF TAFSIR RUUHUL MA'ANI (KAJIAN
SURAT AL RA’DU AYAT 11)

Telah diujikan oleh Dewan Penguji pada hari Selasa, 29 Juni 2021.
Berdasarkan hasil ujian tersebut, Dewan Penguji merekomendasikan untuk
melanjutkan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi sesuai dengan proposal
yang telah disetujui.
parung, 29 Juni 2021

Penguji

Sonif Mahfud, M.Ag


iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................i
Halaman Persetujuan Proposal.......................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….1
B. Identifikasi Masalah………………………………………………………5
C. Pembatasan Masalah……………………………………………………..5
D. Rumusan Masalah………………………………………………………..5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………………...6
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan………………………………………6
G. Metode Penelitian………………………………………………………...8
H. Sistematika Penulisan……………………………………………………10
I. Rancangan Daftar Isi Skripsi (Out Line)………………………………...11
J. Daftar Pustaka Sementara …………………………………………… 13
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. latar Belakang Masalah


Islam menjadi agama sekaligus sebuah sistem kehidupan, yaitu sistem
menggabungkan antara ibadah dan siyasah.1 Karena dalam peranannya, dalam
kehidupan manusia bukan sekedar memberi petunjuk, tetapi juga untuk
memberikan pengaruh dan pengaplikasian ajaran-ajarannya dalam semua aspek
kehidupan. Adapun islam sendiri mempunyai dua sumber kehidupan, yaitu
kalamullah al-Qur'an dan hadits Rasulullah SAW.
Al-Qur'an sebagai kitab penyempurna tidak hanya mengandung ayat-ayat
berdimensi aqidah, akhlak dan syariah semata, akan tetapi juga memberikan
perhatian yang sangat besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai
mu'jizat yang terbesar dan menjadi pedoman hidup. Al-Qur'an harus dimengerti
maknanya dan setelah itu bisa diaplikasikan isinya dalam kehidupan sehari-hari
sesuai fungsi dan keistimewaannya.2
Setiap muslim, pasti sudah mengetahui tentang adanya qadha dan qadar yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT. Karena rukun iman yang ke enam ini adalah hal
yang harus diimani bagi setiap umat muslim. 3 Pengertian qadha sendiri adalah
ketetapan Allah SWT. dalam suatu perkara ketika terjadi, sedangkan qadar adalah
ketentuan Allah untuk suatu urusan sebelum sejak zaman azali (dulu). 4
Permasalahan yang timbul yaitu dari makna takdir itu sendiri. Secara harfiyah
takdir adalah ukuran atau batas tertentu pada sifat dan kemampuan makhluk-Nya,5
Sedangkan secara terminologis pengertian takdir masih diperdebatkan oleh para

1
Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah kontekstualisasi Doktrin Politik Islam,
(Jakarta : Kencana, 2014) hal. 150
2
Putri Maydi Arofahan Anhar, Studi Metode Penafsiran Berbasis Ilmu
Pengetahuan Pada Tafsir Kemenag, Vol 1, September 2018. hal 109
3
Muhammad Chrizin, Kearifan Al Qur’an, (Jakarta : Gramedia Pustaka
Ulama, 2000) hal. 1
4
Muhammad Syafi'i Masykur, Minhajul Muslimah, (Surabaya:Genta Group
Production, 2020) Cet I. hal 26
5
M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an, (Bandung : Mizan,1996) hal.
61
2

ulama. Dari perdebatan itu ada beberapa ulama yang menjabarkan tentang makna
takdir yaitu, Ja'far Amir dalam buku karyanya Ilmu Tauhid menerangkan bahwa
takdir adalah segala ketentuan yang berlaku bagi setiap makhluk sesuai dengan
batasan yang sudah ditetapkan Allah SWT. sejak zaman azali. 6 Takdir menurut
Mahmud Yunus dalam buku bahasa arab karyanya menerangkan bahwa takdir
berasal dari kata qadara yang berarti ketentuan. Allah yang telah menentukan atas
kehendakNya. Sedangkan kata qaddara dengan tambahan tasydid diartikan
dengan Allah telah menjadikan seseorang itu berkuasa melakukan sesuatu dengan
kadarnya atau kemampuannya. Takdir dengan tambahan huruf ta' dan ya'
mempunyai arti Allah telah menakdirkan sesuatu atau Allah telah menentukan
sesuatu.7
Takdir dikalangan masyarakat awam sering diartikan dengan "nasib" dan
"keberuntungan" yang menyiratkan ketidakberdayaan manusia menghadapi
kenyataan hidup. Ketika seseorang mengalami kenyataan yang pahit, upaya dalam
merubah nasib menjadi lemah, etos kerja menjadi hilang, dan rasa pesimis akan
timbul. Dengan usaha apapun jika takdirnya begitu maka tidak dapat diubah lagi.
Kenyataan hidup memperlihatkan adanya hal-hal yang sama sekali manusia tidak
dapat menolak dan melawannya.8
Ketetapan Allah SWT. itu bersifat pasti dan mengandung sebab dan akibat.
Sampai saat ini, masih banyak orang yang mempertanyakan hubungan antara
takdir dengan ikhtiar. Ada yang berpendapat ikhtiar manusia tidak dapat
mengubah apapun karena Allah SWT. sudah menetapkan takdirnya. Segala
sesuatu yang terjadi sudah ditentukan sejak zaman azali, sebelum ia dilahirkan.
Termasuk kematian, rezeki, keberuntungan kegagalan, dan lain-lain.9
Setiap manusia harus berikhtiar dan terus berusaha semaksimal mungkin,
walaupun tidak sejalan dengan harapan yang diinginkan. Setiap manusia juga

6
Dja'far Amir, Ilmu Tauhid, (Solo:CV ramadhani,1984) hal 99
7
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia,(Jakarta:PT Hidakarya Agung,
1990) hal 332.
8
Muslim Rahmatullah, Kajian Tematik Al Qur’an tentang Ketuhanan,
(Bandung : Angkasa, 2008) Cet. 1, hal. 313
9
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995)
cet III, hal. 169
3

harus menyadari dengan keterbatasan dirinya untuk berupaya, dia harus selalu
menyerahkan segala keputusan kepada Allah SWT.10
Sebagaimana firman Allah SWT. dalam surah Al-Baqarah ayat 286.
..………       
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya……." (Qs. Al-Baqarah:286).11

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah tidak membebani hambanya


diluar batas kemampuannya. Setiap makhluk mendapatkan pahala menurut amal
perbuatan dan amal ibadahnya. Hal ini merupakan salah satu dari lemah-lembut
Allah SWT. kepada makhluk-Nya dan kasih sayang-Nya kepada mereka, serta
kebaikan-Nya kepada mereka.12
Mengenai tentang takdir dan ikhtiar, ada tiga pemikiran yang menjabarkan
tentang takdir dan ikhtiar yaitu pertama Aliran Jabariyah, menurut penafsiran
jabariyah setiap makhluk termasuk manusia dan jin memasrahkan semuanya
kepada Tuhan. Mereka berpikir bahwa apapun yang terjadi pada mereka diterima
sebagai ketentuan yang tidak dapat diubah.13
Kedua, Aliran Qadariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan
dalam menjalankan dan melakukan kehidupannya. Menurut aliran ini, amal
manusia dihisab berdasarkan apa yang diperbuat oleh manusia. Ketiga, Abu
Hasan Al-asy'ary dan Abu Mansur Al-Maturidy menengahi kedua penafsiran
tersebut dengan cara menggabungkan pemikiran keduanya. Yaitu bahwa manusia
mempunyai kemampuan untuk menentukan apa yang mereka ingin lakukan, dan
mereka selalu melibatkan Allah dalam setiap proses dan hasilnya.14
Allah SWT. berfirman dalam surah Ar-Ra'ad ayat 11: (13)

10
M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an, (Bandung: Mizan,1996) hal.60
11
Al Qur’an Surat Al Baqarah : 286
12
Shalah Abdul Fattah Al Khalidi, Mudah Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1,
(Jakarta Timur : Maghfiroh Pustaka, 2016) hal. 539
13
Ahmad Su’udi, Bersama Allah Meraih Takdir Baik, (Jakarta: Qultum
Media, 2009) Cet. I, hal. 6
14
Muslim Rahmatullah, Kajian Tematik Al Qur’an Tentang Ketuhanan.
(Bandung : Angkasa, 2008) Cet. I hal. 314 - 315
4

        


           
           
     
Artinya : “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Qs. Ar-
Ra'ad:11 (13)). 15

Allah memberi manusia akal untuk berpikir, supaya manusia itu dapat
bertindak dan mengendalikan dirinya sendiri. Manusia diwajibkan untuk berusaha
dan menentukan garis hidupnya sendiri. Jangan hanya menyerah dan tidak
berikhtiar. Manusia mempunyai akal dan tenaga, jika manusia tidak melakukan
hal yang lebih baik, maka tidak akan samapai manusia itu mendapat kehormatan
menjadi khalifah Allah dibumi ini. Sebagai muslim tidak boleh menyerah begitu
saja kepada takdir, tetapi kita juga harus percaya akan adanya takdir. Kita sendiri
tahu bahwa Allah tidak akan merubah takdir kita, kalau kita sendiri tidak berusaha
untuk mengubahnya.
Dalam membaca ayat ini haruslah lengkap, tidak boleh ditengahnya saja.
"Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sehingga kaum itu sendiri merubah
nasibnya". Sebab jika dibaca hanya itu, kita akan ditipu oleh kekuatan kita sendiri
dan mungkin akan banyak terbentur. Sebab itu teruskan: " Dan apabila Allah
hendak menimpakan celaka, maka tidaklah ada penolaknya". Karena kecelakaan
kerap kali datang kapanpum dan dimanapun kita berada (tidak disangka-sangka).
"Dan selain daripadaNya, tidaklah ada bagi mereka Pelindung".16
Dari permasalahan yang telah dipaparkan penulis ingin meneladani dan
menginformasikan bahwa percaya kepada takdir itu adalah bukti iman kita kepada
Allah SWT. khususnya bagi umat muslim, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul "KORELASI TAKDIR DENGAN IKHTIAR
PERSPEKTIF TAFSIR RUUHUL MA'ANI (Analisis Qs. Ar-Ra'ad/13:11)."
15
Qs. Ar Ra’du : 11
16
Hamka, Tafsir Al Azhar, (Surabaya : Bina Ilmu OFFSET,H) hal. 3741 –
3742.
5

B. Identifikasi Masalah
Dari berbagai permasalahan yang tertuang dalam uraian latar belakang
sebelumnya, maka penulis mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Adanya keterkaitan antara takdir dengan ikhtiar.
2. Kurangnya pemahaman mengenai makna takdir Allah dengan ikhtiar.
3. Adanya perbedaan aliran.
4. Pentingnya ikhtiar dalam kehidupan.
5. Adanya perdebatan pengertian takdir menurut para ulama
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas tidak melebar dan lebih terarah, maka
berdasarkan identifikasi masalah diatas, penelitian ini dibatasi hanya berkaitan
dengan masalah5 "KORELASI TAKDIR DENGAN IKHTIAR PERSPEKTIF
TAFSIR RUUHUL MA'ANI (Analisis Qs. Ar-Ra'ad/13:11)."
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah diatas, penulis
merumuskan masalah yang menjadi objek penelitian yang menjadi bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana korelasi takdir dengan ikhtiar perspektif tafsir Ruuhul Ma'ani
Qs. Ar-Ra'ad (13): 11 ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui dan meyakini penjaelasan
Al-Qur’an tentang5hubungan takdir dengan ikhtiar
Adapun manfaat bagi penelitian ini terbagi menjadi dua antara lain:
1. Secara Teoristis
a. Mengetahui hubungan takdir dengan ikhtiar
b. Mengetahui korelasi takdir dengan ikhtiar Qs. Ar-Ra'ad (13) : 11.
2. Secara Praktis
a. Bagi sekolah tinggi dan fakultas, semoga pelatihan ini dapat memberikan
tambahan referensi dan khazanah ilmu pengetahuan serta menambah kelengkapan
begi kepustakaan STAI nurul Iman.
b. Bagi masyarakat, memberikan informasi mengenai hubungan takdir
dengan ikhtiar dalam kehidupan
6

c. Bagi penulis sendiri, dapat menambah wawasan dan keilmuan


E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan merupakan sebuah karya ilmiah yang
dibahas orang lain yang memiliki pembahasan yang hampir mirip dengan peneliti,
berikut diantaranya:
Buku karya djaya cahyadi dengan judul " takdir dalam pandangan fakhr al-
din al-razi" dari fakultas ushuluddin UIN syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.
Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa penafsiran tafsir ar-razi tentang takdir
terlihat memiliki kecenderungan determinis. Perbuatan manusia dipengaruhi atau
bergantung kepada faktor-faktor yang berada di luar kekuasaannya. Takdir
dipandang sebagai suatu ketetapan yang telah ditentukan sejak azali. Apa yang
diinginkan dan diperbuat manusia bergantung kepada kehendak ketuhanan.
Adapun persamaan dalam penelitian sebelumnya yaitu ada persamaan
pembahasan mengenai takdir, sedangkan perbedaan penulis dengan penelitian
sebelumnya membahas tentang hubungan takdir dengan ikhtiar.17
Kedua, skripsi Rahma Wita jurusan fakultas ushuluddin dan studi islam UIN
Sumatera Utara tahun 2019. Melakukan penelitian dengan judul "Pemaknaan
takdir dalam Al-Qur'an studi tafsir fakhrurrazi dan relevansi terhadap kehidupan
kontemporer". Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa Ar-Razi
berpendapat bahwa penciptaan adalah takdir, baik itu penciptaan di awal maupun
di akhir, semua menjadi takdir dari Allah. Takdir itu merupakan ketetapan, ilmu,
kehendak dan ciptaan Allah, sehingga tidak ada atom atau yang lebih kecil
darinya yang bergerak kecuali sejalan dengan kehendak, ilmu dan kekuasaan
Allah. Kehidupan kontemporer adalah kehidupan dimana manusia
berkontaminasi dengan ilmu dan teknologi, hidup penuh dengan materialis,
prakmatis. Maka, kehidupan yang seperti ini selalu berkecendrungan dengan
hidup duniawi dan selalu terpukau kesenangan dunia, sehingga dapat lupa kepada

Djaya Cahyadi, Takdir dalam Pandangan Fakhr al Din al Razi, (Jakarta:


17

Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011)


7

takdir Allah. Jika lupa terhadap takdir Allah maka akan semakin jauh dari nilai
Islam. Sedangkan penulis membahas tentang hubungan takdir dengan ikhtiar.18
Ketiga, skripsi Mu'ammar fakultas ushuluddin UIN syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2011. Melakukan penelitian dengan judul "Kajian hadits tentang
konsep ikhtiar dan takdir dalam pemikiran Muhammad Al-Ghazali dan
Nurcholish Madjid (studi komparasi pemikiran), hasil penelitian sebelumnya
membahas tentang pemikiran Al-Ghazali dan Nurcholis mengenai ikhtiar dan
takdir, sedangkan penulis membahas mengenai hubungan takdir dengan ikhtiar
menurut pandangan Al-Alusi.19
F. Metode Penelitian
Metodologi penelitian merupakan cara memecahkan masalah dalam
penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan dengan maksud mendapatkan
fakta dan kesimpulan agar dapat memahami menjelaskan berikan keadaan Selain
itu metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan tertentu dan kegunaan tertentu. Oleh karena itu maka penulis
melakukan penelitian ini dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut20 :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian Library Research
(Studi Kepustakaan) yaitu dengan mengkaji dan menelaah berbagai buku, jurnal
dan karya tulis yangmemeiliki relevansi dengan penelitian ini dan metode
penelitian tafsirnya adalah metode tahlili(Analisis), yaitu sebuah penafsiran yag
berusaha untuk mengungkap kandungan Al-Qur’an dari berbagai aspeknya.
2. Pendekatan

18
Rahma WIta, Pemaknaan Takdir dalam Al Qur’an Studi atas Tafsir
Fakhr al Razi dan Relevansi terhadap kehidupan kontemporer, (Sumatera Utara :
Skripsi UIN Sumatera Utara, 2019).
19
Mu’ammar, Kajian Tentang Konsep Ikhtiar dan Takdir dalam
Pemikiran Muhammad al Ghazali dan Nur Cholish Majid (Stdui Komparasi
Pemikiran), (Jakarta : Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2011)
20
Sugiono, Metodologi Penelitian Pendekatan Kuali, Kuanti, dan R & D,
(Bandung: CV. Alfa Beta, 2010), hal 3
8

Adapun pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah


suatu pendekatan tasawuf isy'ari. Yakni, suatu pendekatan yang memahami isi
kandungan ayat al-Qur'an tidak hanya sebatas memahami secara terkstual saja,
akan tetapi perlu pendalam ilmu untuk mengungkap makna yang tersirat dalam al-
Qur'an.21
3. Sumber Data
Sumber Data penelitian ini terdiri atas dua jenis sumber data yakni :
a. Sumber Data Primer
Yaitu dengan menggunakan beberapa referensi yang menjadi
pedoman umat isalm yang diketahui yakni Al-Qur’an yang akan selalu shahih,
hadist nabi, kitab tafsir, dan kitab klasik yang saling berkaitan.
b. Sumber Data Sekunder
Yaitu dengan menggunakan buku dan karya ilmiah yang
relevan terkait dengan masalah terkait.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah Library
Research (studi kepustakaan) yaitu dengan mengkaji dan menelaah berbagaibuku,
jurnal, dan karya tulis yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.
5. Tehnik Analisis Data
Analisis data adalah tahapan yang dilakukan setelah data terkumpul. 22
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode yang digunakan Miles dan
Huberman23 yang terdiri dari tiga tahap yaitu:
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti menrangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan hal-hal yang penting terhadap tema permasalahan.
b. Penyajian Data

21
Khaerul Asfar, Tafsir Sufistik (Al-Isyari) Perspektif Teoretis, AL-WAJID,
Vol, 1, No.I, Mei-Juli 2020, hal. 1
22
Jogiyanto Hartono, Metode Pengumpulan Data dan Teknik Analisis
Data, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2018), hal. 49
23
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuali, Kuanti dan R & D, (Bandung :
CV. AlFA BETA, 2016), cet. 23, hal 246 - 250
9

Dalam penyajian datanya dilakukan dalam bentuk uraian singkat dengan


teks yang naratif.
c. Verifikasi
Yaitu mengambil kesimpulan bagi hasil dari analisis penulis terhadap
data-data yang telah terkumpul.
G. Sistematika Penulisan
Adapun dalam menyajikan hasil penelitian, penulis menggunakan system
penulisan sebagai berikut :
 BAB I : Pendahuluan, pada bab ini meliputi latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang relevan,
metode penelitian, serta sistematika penulisan.
 BAB II : kajian teori, pengertian takdir, macam-macam takdir. Dan
meliputi ikhtiar mencakup pengertian, bentuk ikhtiar dalam kehidupan,
hikmah dan manfaat ikhtiar.
 BAB III:berisi Metodologi penelitian, Latar Belakang Kehidupan,
Karirnya dan Karya karyanya, Takdir dalam Tafsir Ruuhul Ma'ani ,
Metode dan Corak Penafsirannya.
 BAB IV: adalah hasil penelitian yang berisi uraian inti yang bersifat
analisis . Bab – bab inti mencerminkan uraian terkait pertanyaan –
pertanyaan pokok penelitian yang disebut dalm Bab Pendahuluan.
 BAB V: berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
10

Rancangan Daftar Isi Skripsi (Out Line)

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
G. Penelitian Terdahuklu yang Relevan
H. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Takdir
B. Macam Macam Takdir
C. Pengertian Ikhtiar
D. Bentuk Ikhtiar dalam Kehidupan Sehari hari
E. Hikmah dan Manfaat Ikhtiar
BAB III BIOGRAFI AL-ALUSI DAN TAFSIRNYA RUUHUL MA'ANI
A. Biografi Al-Alusi
1. Tempat dan Tanggal Lahir Al-Alusi
2. Pendidikan Al-Alusi
3. Guru-guru Al-Alusi
4. Karya-karya Al-Alusi
B. Biografi Tafsir Ruuhul Ma'ani
1. Latar Belakang Penulisan Tafsir Ruuhul Ma'ani
2. Metode dan Corak Tafsir Ruuhul Ma'ani
3. Karakteristik Tafsir Ruuhul Ma'ani
11

BAB IV KORELASI TAKDIR DENGAN IKHTIAR PERSPEKTIF TAFSIR


RUUHUL MA'ANI DALAM Q.S AR-RA'DU: 11
A. Pengertian Takdir Menurut Al-Alusi,
Menurut Al-Alusi Takdir dibagi Menjadi Dua Yaitu:
1. Takdir Mubram
2. Takdir Muallaq
B. Pengertian Ikhtiar Menurut Al-Alusi,
Menurut Al-Alusi Ikhtiar dalam Kehidupan dibagi Menjadi Tiga Bentuk
Yaitu:
1. Bekerja Keras
2. Tidak Berputus Asa
3. Bersungguh-sungguh
C. Korelasi Takdir dengan Ikhtiar Perspektif Tafsir Ruuhul Ma'ani Q.S Ar-
Ra’du: 11
BAB V PENUTUP
A.Simpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12

Daftar Pustaka Sementara

Abdul Fattah Al Khalidi, Shalah. 2016. Mudah Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1,
Jakarta Timur : Maghfiroh Pustaka
Amir, Dja'far. Ilmu Tauhid. Solo:CV ramadhani,1984
Asfar, Khaerul. Tafsir Sufistik (Al-Isyari) Perspektif Teoretis dalam jurnal AL-
WAJID, Vol, I, No. I
Asmuni, Yusran. 1995. Ilmu Tauhid. Jakarta : PT Raja Grafindo Persadacet III
Cahyadi, Djaya. 2011. Takdir dalam Pandangan Fakhr al Din al Razi. Jakarta:
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Chrizin, Muhammad. 2000. Kearifan Al Qur’an. Jakarta : Gramedia Pustaka
Ulama
Hamka. TT. Tafsir Al Azhar. Surabaya : Bina Ilmu OFFSET,H
Hartono, Jogiyanto. 2018. Metode Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data.
Yogyakarta: ANDI OFFSET
Iqbal, Muhammad. 2014 Fiqih Siyasah kontekstualisasi Doktrin Politik Islam.
Jakarta : Kencana
Masykur, Muhammad Syafi'i. Minhajul Muslimah,. Surabaya:Genta Group
Production. 2020
Maydi Arofahan Anhar, Putri. 2018. Studi Metode Penafsiran Berbasis Ilmu
Pengetahuan Pada Tafsir Kemenag, Vol 1
Mu’ammar, Kajian Tentang Konsep Ikhtiar dan Takdir dalam Pemikiran
Muhammad al Ghazali dan Nur Cholish Majid (Stdui Komparasi
Pemikiran), (Jakarta : Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2011)
Rahmatullah, Muslim. 2008. Kajian Tematik Al Qur’an Tentang Ketuhanan.
Bandung : Angkasa
Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al Qur’an. Bandung : Mizan
Su’udi , Ahmad. 2009 Bersama Allah Meraih Takdir Baik. Jakarta: Qultum Media
Cetakan Pertama
Sugiyono. 2016. Metodologi Penelitian Kuali, Kuanti dan R & D. Bandung : CV.
AlFA BETA
13

Wita, Rahma. 2019. Pemaknaan Takdir dalam Al Qur’an Studi atas Tafsir Fakhr
al Razi dan Relevansi terhadap kehidupan kontemporer. Sumatera Utara :
Skripsi UIN Sumatera Utara
Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta:PT Hidakarya Agung. 1990
14

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Takdir

Kata takdir berasal dari qadira - yaqdaru - qadran - qudratan - maqdiratan yang
berarti kuasa mengerjakan sesuatu. Sedangkan kata qaddara dengan tambahan
tasydid diartikan dengan Allah SWT. telah menjadikan seseorang itu berkuasa
melakukan sesuatu dengan kadarnya atau kemampuannya. Taqdir dengan
tambahan huruf ta'dan huruf ya' mempunyai arti Allah SWT. telah menakdirkan
sesuatu atau Allah SWT. telah menentukan sesuatu. (Mahmud Yunus, Kamus
Arab-Indonesia (Jakarta:PT. Mahmud Yunus Wadzuryah, 1991),hal. 332.

Sebelum melangkah lebih jauh alangkah lebih baiknya dipaparkan berbagai


penjelasan mengenai makna takdir, baik secara etimologi maupun
terminologi.14Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia takdir adalah ketentuan
atau ketetapan Allah SWT. yang sudah ditetapkan sejak zaman azali. Akan tetapi
manusia diwajibkan untuk tetap berikhtiar dan bertawakal kepada Allah SWT.
dan selebihnya diserahkan semuanya kepada Allah SWT. (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996),hal 992.

M. Quraish Shihab menafsirkan kata takdir berasal dari kata qaddara yang
berarti akar, kata qaddara antara lain berarti mengukur, memberi kadar atau
ukuran. Jika Anda berkata, "Allah telah menakdirkan demikian," maka berarti,
"Allah telah memberi kadar atau ukuran atau batas tertentu dalam diri, sifat
atau kemampuan maksimal makhluk-Nya." (M. Quraish Shihab, Wawasan Al-
Qur'an, (Bandung: Mizan, 1996), hal. 81.

Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar berpendapat bahwa takdir ialah segala
sesuatu yang terjadi dalam alam ini, atau terjadi pada diri manusia, baik dan
15

buruk, senang dan sakit, dan segala gerak-gerik hidup manusia semua tidak lepas
daripada takdir atau ketentuan Allah.15(Buya Hamka, Pelajaran Agama Islam,
( Jakarta : PT Bulan Bintang, 1984 ). hal 33215

Takdir adalah sebuah sebutan atas pengetahuan Allah SWT. dalam hal ini
pengetahuan Allah SWT. meliputi seluruh alam semesta. Allah SWT. menulis
segala peristiwa yang terjadi pada tempat dan waktu tertentu, baik kepada alam
maupun manusia. (M. Fathullah Gulen, Menghidupkan Iman Dengan
Mempelajari Tanda-Tanda Kebesaran-Nya, (Jakarta: PT. Grafindo Persada,
2002),hal.113.

Manusia diberkahi kelebihan akal untuk mampu membedakan antara perbuatan


baik dan buruk. Allah SWT. hanya memberi bimbingan kepada manusia menuju
amal kebaikan sehingga manusia mempunyai keinginan dan kemudian
melakukannya. (Quraish Shihab, wawasan Al-Qur'an, (Bandung: Mizan, 1996),ha.
99.

Allah SWT. dalam menciptakan manusia begitu sempurna dengan ilmu


pengetahuan dan kepandaian yang dimiliki manusia. Makhluk lain tidak dapat
melebihi manusia. (Bey Arifin, Mengenal Tuhan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1991),hal. 146.

Bukti nyata dari penciptaan adalah segala apa yang ada didunia ini telah
diciptakan, tidak ada makhluk satupun yang bisa menciptakan dirinya sendiri.
Dialah Allah SWT. yang menciptakan segala yang terjadi didunia ini atas
kehendak dan takdir Allah SWT. (Harun Yahya, Ketiadaan Waktu Dan Realitas
Takdir, (Jakarta: Robbani Press, 2003), hal. 36.

Allah SWT. berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 29.

ّ
‫ وهو بكل شيء عليم‬.‫فسوىهن سبع سموت‬ ‫هُ َوالّذيْ خلق لكم مافي االرض جميعا ً ثم استوى الى السماء‬.
16

Artinya: Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada dibumi untukmu
kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah:29). (QS. Al-
Baqarah:29).

Rancangan takdir Allah yang ditetapkan kepada makhluk hidup tidak bersifat
paten. Setiap hamba harus proaktif secara langsung maupun tidak dalam
menjalankan rancangan takdir Allah SWT. ini. Rancangan takdir manusia begitu
kompleks, karena manusia dilengkapi hati nurani dan akal. Manusia telah diberi
petunjuk (Al-Qur'an) yang dibawa Nabi Muhammad SAW. dan kitab-kitab lain
yang dibawa para Nabi sebelumnya. Jika manusia mengikuti petunjuk yang
diberikan oleh Allah SWT. maka hidupnya pasti akan bahagia didunia maupun
diakhirat. (Ahmad Su'udi, Bersama Allah Meraih Takdir Baik, (Jakarta: Qultum
Media, 2009),Cet I, hal. 14-15.

B. Macam-Macam Takdir

Hubungan antara takdir dengan ikhtiar para ulama berpendapat bahwa takdir dibagi
menjadi dua macam, yaitu:

1. Takdir Mu'allaq

Takdir mu'allaq adalah takdir yang bisa dirubah atau takdir yang masih bergantung pada
usaha yang dilakukan oleh manusia. (Rohison Anwar, Aqidah Akhlak, 1 ed, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2008),hal. 196-197 . Contohnya apabila seseorang ingin kaya dan pintar
berarti orang tersebut harus berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini
telah dijelaskan dalam firman Allah SWT. surah An-Najm ayat 40.

‫َواَ َّن َس ْعيُهُ سوْ فَ يُ َرى‬

Artinya: Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). (Muh. Akbar
Nasrulah, Bebas Tes Surga Atau Neraka? ,( Tanpa kota: Guepedia, 2020),hal. 74-75.

Takdir mu'allaq yaitu takdir yang sangat erat kaitannya dengan ikhtiar atau disebut
sebagai ketergantungan. Dimana dalam aspek takdir muallaq menjadi suatu ketentuan
17

yang ada pada alam ini dikarena jika seseorang ingin pandai maka ia harus belajar, jika
ingin sukses harus berusaha. Takdir muallaq dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ar-
Ra’d, ayat 11

ٌ َ‫لَهُ ٌم َعقِّب‬
ْ ‫ت ِم ْن بَي ِْن يَ ُديْه َو‬
‫ وما‬.‫ وإذاارادهللا بقوم سوءافالمردله‬.‫ إناهلل اليغيروامابانفسهم‬.‫من خَ لفه يحفظونه من امرهللا‬
‫لهم من دونه من وال‬

Artinya: “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran,


dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah . sesunggunya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada perlindungan bagi mereka selain
Dia". (Ilyas, Yunahar, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengembangan Islam, 2005),hal. 178.

Dalam menjalani kehidupan,kita akan berproses. Tetapi proses ini tidak selalu sama
seperti saat kita dilahirkan. Tidak selamanya orang yang meninggal pada saat umurnya
sudah tua. Bisa jadi saat orang itu dewasa, bahkan anak-anak ataupun masih bayi
sekalipun. Manusia ikut berperan dalam menentukan takdir. Tidak selamanya manusia
menjadi miskin, bodoh, kurang beruntung, dan sebagainya. Semua itu bisa dirubah
dengan potensi yang Allah SWT. berikan kepada manusia. (Rully Roesli, Change Your
Destiny, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2018), hal.31-32.

2. Takdir Mubram

Takdir mubram adalah takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya.
Takdir ini yang harus menjadi sorotan bagi kita, karena takdir mubram merupakan
ketentuan dan ketetapan dari Allah SWT. (Idik Saeful Bahri, Konsep Mayoritas
Ahlussunah Wal Jama'ah, (Tanpa kota: Bahasa Rakyat, 2020), hal. 206.

Dalam takdir mubram ini, Allah SWT. telah menetapkan suatu hal, dan hal tersebut tidak
dapat diubah, walaupun dengan usaha, contohnya kematian. Allah SWT. berfirman
dalam surah Al-A'raf ayat 34 yang menjelaskan bahwa kematian tidak dapat ditunda
ataupun dipercepat.
18

َ‫ َوال يَ ْستَ ْق ِد ُموْ ن‬.‫ فَاِذاَ جا َ َء اَ َجلُهُ ْم ال يَ ْستَأْ ِخرُوْ نَ َسا َع ٍة‬.ٌ‫َولِ ُكلِّ اُ َّم ٍة اَ َجل‬

Artinya: Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula)
memajukannya. (QS. Al-A'raf:34). (Muh. Akbar Nasrulah, Bebas Tes Surga Atau Neraka?
,( Tanpa kota: Guepedia, 2020), hal 75.

Allah SWT. juga berfirman dalam surah An-Nisa' ayat 78.

ِ ‫ فَ َم‬. ‫ قُلْ ُك ْ ّل ِم ْن ِع ْن ِدهّللا‬.‫ك‬


‫ال‬ َ ‫ص ْبهُ ْم َح َسنَةٌ يَقُوْ لُوْ ا هَذ ِه ِم ْن ِع ْن ِد‬ ٍ ْ‫ت َولَوْ ُك ْنتُ ْم فِ ْي بُرُو‬
ِ ُ‫ َوإِ ْن ت‬.‫ج ُّم َشيَّ َد ٍة‬ ُ ْ‫اَ ْينَ ما َ تَ ُكوْ نُوْ ا يُ ْد ِر ْك ُك ُم ْال َمو‬
‫هؤالءالقَوْ ِم اليَگا ُدوْ ن يَ ْفقَهوْ نَ َح ِد ْيثًا‬ ْ

Artinya: Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun


kamu berada didalam benteng yang tinggi dan kokoh. Jika mereka memperoleh
kebaikan, mereka mengatakan, "Ini dari sisi Allah," dan jika mereka ditimpa sesuatu
keburukan, mereka mengatakan, "Ini dari engkau (Muhammad)." Katakanlah,
"semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang
munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikitpun)?. (QS. An-Nisa':78).

Selanjutnya dalam surah Ar-Rum ayat 30 Allah berfirman sebagai berikut,

‫ق هّللا‬
ِ ‫ ال تَ ْب ِديْال لِخَ ْل‬.‫اس َعلَ ْيهَا‬ ْ ِ‫ ف‬.‫ك لِل ِّدي ِْن َحنِ ْيفًا‬
َ َّ‫ط َرتَ اللّ ِهالَّتِ ْي فطَ َر الن‬ َ َ‫م وجْ ه‬¢ْ ِ‫فَاَق‬.

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (islam), (sesuai)
fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada ciptaan Allah. (QS. Ar-Rum:30). (Bachrul Ilmy, Pendidikan Agama Islam,
(Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), Cet. I, hal. 90.

C. Pengertian Ikhtiar

Ikhtiar menurut bahasa: ikhtaaru, yakhtiyaaru, ikhtiyaaru yang berarti memilih. Menurut
istilah ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik
secara material, spiritual, kesehatan maupun masa depannya agar tujuan hidupnya
bahagia dunia dan akhirat. Ikhtiar adalah pekerjaan yang harus dilakukan dengan
sepenuh hati, bersungguh-sungguh dan semaksimal mungkin sesuai dengan
19

kemampuan dan keterampilan setiap orang. (Abdullah Atong, The Ring, (Yogyakarta:
DEEPUBLISH, 2018), Cet I, hal. 43.

Manusia merupakan makhluk yang berpikir dan berikhtiar dalam amal perbuatan sesuai
dengan pemikirannya. Manusia memiliki kehendak bebas karena ia memiliki pikiran
untuk menentukan pilihan dalam perbuatannya. (Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi
Pembebasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999),hal. 2.

Manusia mempunyai peranan efektif dalam mengarahkan daya dan mewujudkan


perbuatannya. Tetapi pada hakekatnya manusia tidak mampu berbuat apa-apa tanpa
adanya daya dari Tuhan. Jadi perbuatan manusia harus dipertanggungjawabkan
walaupun bukan manusia yang menciptakannya. (Nukman Abbas, Al-Asy'ari, Misteri
Perbuatan dan Takdir Tuhan, (Jakarta:Erlangga,2002), hal. 236.

Manusia dalam islam disebutkan berasal dari kata insan dan abshara. Insan berasal dari
kata nasiya (yang suka lupa) dan kata anasa memiliki arti abshara (melihat), 'alima
(mengetahui) dan isti'dzana (meminta izin). (Ibnu Mandzhur, Lisan al-'Arab ,(Baerut:Dar
al-Ihya al-Taurats al-Arabi, 1988),hal. 306.

Dengan kata insan menunjukkan bahwa manusia memiliki kualitas pemikiran dan
kesadaran. Sedangkan kata abshara memiliki arti makhluk dalam tinjauan biologis yang
menunjukkan ciri pokok manusia pada umumnya, yaitu makan, minum, tidur dan
sebagainya. (Syahrin Harahap, Islam: Konsep dan Implementasi Pemberdayaan,
(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1999), Cet. I, hal. 4-5.

Mengingat manusia memiliki cita-cita dan keinginan untuk dapat sukses dan bahagia,
dan sewajarnya tidak ada orang yang menginginkan sebuah kegagalan. Apabila
keinginan atau cita-cita yang dikehendakinya dapat dikelola dengan baik, maka akan
didapatkan jalan untuk menggapai kesuksesan yang diinginkan, tentu saja kesuksesan
itu tidak akan diperoleh tanpa adanya usaha.

Apabila manusia gagal dalam suatu ikhtiar, setiap orang terutama umat muslim
dianjurkan untuk bersabar dan berdo'a kepada Allah SWT, karena orang yang bersabar
dan berserah tidak akan gelisah dan berkeluh kesah ataupun putus asa. Agar ikhtiar
dapat berhasil, maka hebdaknya usaha tersebut dilandasi dengan niat yang ikhlas untuk
20

mendapatkan ridho Allah SWT, didampingi dengan berdo'a dan senantiasa


melaksanakan perintahNya dan melanggengkan perbuatan baik.

Sebagaimana firman Allah yang berbunyi

‫ال َربُّ ُك ُم ا ْد ُعوْ نِ ْي اَ ْست َِج ْبلَ ُك ْم‬


َ َ‫ َوق‬...

Artinya: " Dan Tuhanmu berfirman : "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan


Kuperkenankan bagimu... " (Q.S. Ghofir 40:60).

Dalam ayat lain Allah berfirman

َ‫ض َوا ْبتَ ُغوْ ا ِم ْن فَضْ ِل هّللا َ َكثِ ْيرًالَّ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬
ِ ْ‫صلَوةفَا ْنت َِشرُوافِى االر‬
َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَإِ َذاق‬
¢ِ َ‫ضي‬

Artinya: Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Q. S.
Al-Jumu'ah 62:10).

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan setiap manusia untuk selalu
ikhtiar (berusaha) untuk dapat menggapai keberuntungan didunia ini, dengan tanpa
menabaikan amalan untuk kelak hidup diakhirat yang salah satunya dengan selalu
mendekatkan diri kepada Allah SWT. (Edi Saffan, Urgensi Do'a, Ikhtiar dan Kesadaran
Beragama dalam Kehidupan Manusia, FITRA, Vol, 2, No. 1,Januari-Juni 2016,hal.23-24).

D. Bentuk Ikhtiar dalam Kehidupan

Hampir disetiap waktu mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi manusia melakukan
ikhtiar kehidupan, diantara bentuk-bentuk kehidupan adalah sebagai berikut :

1. Kerja Keras

Semangat berusaha dengan sepenuh hati harus ditanamkan pada setiap manusia untuk
mencapai tujuan hidup didunia maupun diakhirat. Manusia mempunyai kesempatan
yang diberikan oleh Allah SWT. untuk menjadi lebih baik dengan potensi fisik dan
psikisnya.

Allah berfirman dalam surah Al-Ankabut ayat 6


21

‫إن هّللا َ لَ َغنِي ع َِن ْال َعالُ ٍميْن‬


ُّ .‫َو َم ْن َجاهَ َدفَإِنَّ َما ي َُجا ِه ُدلِنَ ْفس ِه‬

Artinya: " Dan barang siapa bekerja keras, maka sesungguhnya ia bekerja keras untuk
dirinya sendiri, sungguh Allah itu Maha Kaya dari segala makhluk". (Q.S. Al-Ankabut:6).

Usaha yang keras tidak akan mengkhianati hasil yang ingin dicapai. Allah berjanji akan
merubah kondisi suatu hamba setelah hamba tersebut bersungguh-sungguh dalam
mengubah kondisinya menuju lebih baik dengan jalan ikhtiar. (Edelwis Lararenjana,
Mengenal Arti Ikhtiar dalam Islam Beserta Bentuk-Bentuknya, dalam
https://www.merdeka.com/jatim/mengenal-arti-ikhtiar-dalam-islam-beserta-bentuk-
bentuknya-wajib-tahu-kln.html, 20 Agustus 2021,jam 20:00).

Dalam surah lain Allah befirman sebagai berikut

ِ ‫ وستُ َر ّدوْ ن الى‬. َ‫وقُل ا ْع َملُوافسيرى هللا عملكم و َرسُولهُ وال ُمؤمنون‬
‫علم الغيب والشهادة فينبءكم بما كنتم تعملون‬

Artinya: " Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan". (Q.S. At-Taubah: 105). (Ali Iskandar, Menyemai
Bencana, Ikhtiar Menolak Bala' dalam Teks Al-Qur'an, (Jawa Barat:CV. jejak, 2019),hal.
23).

2. Tidak Mudah Putus Asa

Dalam hidup, manusia memang ditakdirkan untuk selalu berusaha dalam menjalaninya.
Seperti saat Anda sedang mengusahakan sesuatu, namun hasil yang didapatkan tidak
sesuai apa yang ada dalam bayangan atau target Anda, maka disitulah Anda perlu
melakukan ikhtiar dan tidak pantang menyerah serta putus asa, Anda harus bangkit dari
keterpurukan sembari terus belajar dan terus belajar. (Billy Aditya, Ikhtiar Adalah
Berusaha, Kenali 3 Bentuk Beserta Contohnya, dalam
https://m.merdeka.com/trending/ikhtiar-adalah-berusaha-kenali-3-bentuk-beserta-
contohnya-kln.html?page=3, 21 Agustus 2021, jam 09:11.)
22

Dalam surah Yusuf ayat 56 Allah berfirman

ْ ِ ‫ح هّللا‬
َ‫إالالقَوْ ُم الكا فِروْ ن‬ ِ ْ‫ اِنَّهُ ال يَايْ ءس ِم ْن رَو‬.ِ ‫ح هّللا‬
ِ ْ‫ي ْاذهَبُوْ ا فَت ََح َّسسُوْ ا ِم ْن يوْ سُفَ َواَ ِخ ْي ِه َواليَايْىءسُوا ِم ْن َرو‬
َّ ِ‫يَبَن‬

Artinya : "Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang
berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir. ” (Q.S. Yusuf:56).
(Zahra Nada, Dalil Tentang Larangan Pantang Menyerah, Hadits Jangan Putus Asa, dalam
https://pontren.com/2021/04/05/dalil-larangan-pantang-menyerah/, 21 Agustus
2021,jam 09:25.)

3. Bersungguh-sungguh

1. Bersungguh-sungguh

Sungguh-sungguh merupakan salah satu bentuk ikhtiar yang harus diperhatikan. Dalam
menggapai mimpi, keinginan, angan dan cita-cita diperlukan kesungguhan yang
mendalam, jangan berusaha dengan setengah-setengah, lakukan dengan sungguh-
sungguh. Contohnya: Dalam hal jodoh, jika menginginkan jodoh yang baik maka
berusahalah dengan sungguh-sungguh dalam memperbaiki dan memantaskan diri.
(Administrator, Ikhtiar Dalam Islam, dalam http://radarrepublika.com/ikhtiar-dalam-
islam, 21 Agustus 2021,jam 09:30.)

Allah berfirman dalam surah Al-Israa' ayat 19

َ ‫مؤ ِم ٌن فَأُولىء‬
‫ك َكانَ َس ْعيُهُ ْم َم ْش ُكوْ رًا‬ ِ ‫و َم ْن اَ َرا َد‬
ْ ‫االخ َر ِة َو َس َعى َوه َُو‬

Artinya: "Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha


(berikhtiar) ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka
mereka itu adalah orang-orang yang usahanya (ikhtiarnya) dibalasi dengan baik". (Q.S.
Al-Israa':19). (Cholis Akbar, Empat Kunci Ikhtiar, Meraih Hidayah Allah, dalam
https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-
muslim/read/2015/08/05/75207/empat-kunci-ikhtiar-meraih-hidayah-allah.html, 21
Agustus 2021, jam 09:43.)

E. Hikmah dan Manfaat Ikhtiar


23

Adapun hikmah ikhtiar diantaranya:

1. Menghilangkan rasa malas, murung, dan keluh kesah

2. Menumbuhkan harapan baru dalam hidup, karena setiap dari satu usaha dapat
menumbuhkan sejuta harapan. Dan dengan banyak usaha maka akan semakin banyak
harapan.

3. Meninggikan derajat kita dihadapan manusia dari Allah SWT. (Aris Abi Syaifullah,
dkk, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, (Surabaya:Inoffast Publishing, 2021),Cet.
I, hal. 14)

4. Memiliki mental yang tangguh

5. Memilik kreativitas dan pengalaman. (Alma, Catatanku: Optimis, Ikhtiar dan


Tawakal, dalam http://pelajaranagama123.blogspot.com/2018/03/optimis-ikhtiar-dan-
tawakal.html?m=1, 21 Agustus 2021,jam 10:01).

Seorang muslim yang selalu berikhtiar akan memiliki dampak positif, adapun manfaat
dari berikhtiar adalah sebagai berikut :

1. Merasakan kepuasan batin, karena sudah berusaha dengan sekuat tenaga dengan
kemampuan yang dia miliki

2. Terhormat dihadapan allah dan sesama manusia

3. Bisa berhemat karena merasakan susahnya bekerja

4. Tidak mudah putus asa

5. Menghargai jerih payahnya dan jerih payah orang lain

6. Tidak berpangku tangan dengan orang lain dalam hidupnya (Rofiana Fika Sari,
Pengertian Ikhtiar serta Manfaat Ikhtiar Lengkap, dalam
https://www.idpengertian.net/pengertian-ikhtiar/, 21 Agustus 2021, jam 10:37).
24

Anda mungkin juga menyukai